Anda di halaman 1dari 38

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum, Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hikmah dan
hidayah-Nya atas terselesaikannya penulisan makalah ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Lansia dengan Demansia” makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah “Keperawatan Lansia”.

Dalam penulisan laporan makalah ini saya banyak mengalami hambatan dan kesulitan.
Namun, berkat bantuan semua pihak, saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya menerima segala kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tersebut, saya berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca pada umumnya untuk proses pembelajaran.

Wassalamu’alaikum, Wr.Wb.

Cirebon, 10 Januari 2018

( Penyususun )

i |Keperawatan Lansia
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang........................................................................................................ 1

Rumusan Masalah................................................................................................... 2

Tujuan Penulisan.................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
1. Definisi........................................................................................................ 3
2. Epidemiologi................................................................................................ 3
3. Klasifikasi..................................................................................................... 4
4. Etiologi......................................................................................................... 4
5. Patofisiologi.................................................................................................. 6
6. Gejala Klinis................................................................................................. 7
7. Peran Keluarga............................................................................................. 9
8. Pencegahan Demensia................................................................................. 10

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian.................................................................................................... 11
2. Diagnosa Keperawatan................................................................................. 13
3. Intervensi Keperawatan................................................................................ 14
BAB III TINJAUAN KASUS

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien.............................................................................................. 20
2. Identitas Keluarga........................................................................................ 20
3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi...................................................... 20
4. Aktivitas Rekreasi........................................................................................ 20
5. Riwayat Keluarga........................................................................................ 21

B. Pola Kebiasaan Setiap Hari............................................................................... 21


C. Status Kesehatan............................................................................................... 23
1. Status Kesehatan Saat Ini............................................................................ 23
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu.................................................................... 23
3. Pemeriksaan Fisik....................................................................................... 23

D. Hasil Pengkajian Khusus


1. Masalah Kesehatan Kronis.......................................................................... 25
ii |Keperawatan Lansia
2. Fungsi Kognitif........................................................................................... 25
3. Status Fungsional........................................................................................ 25
4. Status Psikologis......................................................................................... 25
5. Dukungan Keluarga.................................................................................... 25

E. Lingkungan Tempat Tinggal............................................................................. 26


F. Analisa Data...................................................................................................... 27
G. Diagnosa Keperawatan...................................................................................... 28
H. Nersing Care Planing......................................................................................... 29
I. Implementasi & Evaluasi................................................................................... 31
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................... 33
B. Saran................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 34

iii |Keperawatan Lansia


iv |Keperawatan Lansia
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan dengan jumlah orang yang mencapai usia tua telah menjadi
masalah besar bagi pelayanan psikiatri. Lebih banyak orang hidup sampai tua, dimana
mereka berisiko untuk demensia serta lebih sedikit orang muda ada untuk
merawatnya. Proses penuaan secara normal membawa perubahan mental maupun
fisik. Penurunan intelektual mulai terlihat pada dewasa muda, dan semakin jelas pada
usia tua. Kesulitan mengingat berbentuk lambatnya dan buruknya daya ingat, lupa
senilis yang ringan biasanya lupa nama atau hal lain yang relative tidak penting.
Penuaan juga melibatkan perubahan sosial dan psikologi.
Penuaan fisik dan pensiun dari pekerjaan menimbulkan penarikan diri
bertahap dari masyarakat sejalan dengan itu terjadi penyempitan minat dan pandangan
ketakmampuan menerima pemikiran baru, kecenderungan memikirkan hal yang
lampau dan mempunyai pandangan konservatif.peruabahan ini semakin cepat pada
orang tua yang menderita penyakit mental. Penyakit mental pada orang tua sangat
bervariasi, maka terjadilah masalah besar, seperti masalah social dan ekonomi
maupun medis yang muncul akibat demensia senilis dan demensia multi
infark.penyakit ini sering terjadi bahkan meningkat karena populasi orang tua
bertambah dan tidak tersedianya tindakan pencegahan atau pengobatan. Banyak orang
tua yang menderita demensia juga menderita penyakit fisik penyerta lain.
Lanjut usia atau lansia identik dengan demensia atau pikun dan perlu diketahui
bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup
normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku
seperti yang dialami oleh lansia dengan demensia. Sebagian besar orang mengira
orang bahwa demensia adalah penyakit yang hanya diderita oleh para lansia,
kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan
jenis kelamin (Harvey, R.J. et al. 2003).
Hal ini akan menitikberatkan pada demensia yang diderita oleh lansia dan
perawatan yang dapat dilakukan keluarga sebagai support system yang penting untuk
penderita demensia.

1 |Keperawatan Lansia
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit demensia
2. Apa saja klasifikasi demensia
3. Bagaimana etiologi dan gejala klinis penyakit demensia
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada demensia
C. Tujuan
1. Mampu menjelaskan definisi tentang penyakit demensia
2. Mampu menyebutkan klasifikasi penyakit demensia
3. Mampu menjelaskan etiologi penyakit demensia
4. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit demensia.

2 |Keperawatan Lansia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi Demensia
Definisi demensia menurut International Classification of Disease, 10Th
revision (ICD-10) adalah suatu keadaan perburukan fungsi intelektual meliputi
memori dan proses berpikir, sehingga mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
Gangguan memori khas mempengaruhi registrasi, penyimpanan dan pengambilan
kembali informasi. Dalam hal ini harus terdapat gangguan proses berpikir dan
reasoning di samping memori.
Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit
biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi
tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku (Kusumawati,
2007).
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan
timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat
disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. &
Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab
utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh
darah), demensia Lewy.

2. Epidemiologi
Insiden dan prevalensi demensia vaskuler berbeda-beda di tiap-tiap negara.
Hal ini disebabkan karena belum adanya kriteria diagnostik yang baku untuk
menentukan adanya demensia. Di samping itu, kultur dan budaya suatu negara juga
berpengaruh dalam menentukan insiden dan prevalensi demensia vaskuler. Angka
prevalensi demensia vaskuler, khususnya demensia pasca stroke di Indonesia belum
ada. Namun laporan Lamsudin (1995) untuk Daerah Istimewa Yogyakarta
didapatkan angka prevalensi demensia pasca stroke 23,3%.

3 |Keperawatan Lansia
3. Klasifikasi
a. Menurut Umur :
1) Demensia senilis (>65th)
2) Demensia prasenilis (<65th)
b. Menurut perjalanan penyakit :
1) Reversibel
2) Ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural hematoma, vit B
Defisiensi, Hipotiroidisma, intoxikasi Pb.
c. Menurut kerusakan struktur otak :
1) Tipe Alzheimer
2) Tipe non-Alzheimer
3) Demensia vaskular
4) Demensia Jisim Lewy (Lewy Body dementia)
5) Demensia Lobus frontal-temporal
6) Demensia terkait dengan SIDA(HIV-AIDS)
7) Morbus Parkinson
8) Morbus Huntington
9) Morbus Pick
10) Morbus Jakob-Creutzfeldt
11) Sindrom Gerstmann-Sträussler-Scheinker
12) Prion disease
13) Palsi Supranuklear progresif
14) Multiple sklerosis
15) Neurosifilis
d. Menurut sifat klinis:
1) Demensia proprius
2) Pseudo-demensia

4. Etiologi
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan
timbulnya gejala demensia ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat
disembuhkan sementara sebagian besar tidak dapat disembuhkan (Mace, N.L. &
Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat bahwa penyebab
utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh
4 |Keperawatan Lansia
darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen
diantaranya disebabkan oleh penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit
Alzheimer. Alzhaimer adalah kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga
membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan sebagaimana mestinya
(Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori, kemampuan
membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
Penyebab utama dari penyakit demensia adalah penyakit alzheimer, yang
penyebabnya sendiri belum diketahui secara pasti, namun diduga penyakit Alzheimer
disebabkan karena adanya kelainan faktor genetik atau adanya kelainan gen tertentu.
Pada penyakit alzheimer, beberapa bagian otak mengalami kemunduran, sehingga
terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang
menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam otak ditemukan jaringan abnormal
(disebut plak senilis dan serabut saraf yang semrawut) dan protein abnormal, yang
bisa terlihat pada otopsi.
Penyebab kedua dari Demensia yaitu, serangan stroke yang berturut-turut.
Stroke tunggal yang ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau
kelemahan yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap
menyebabkan kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan
akibat tersumbatnya aliran darah yang disebut dengan infark. Demensia yang
disebabkan oleh stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian penderitanya
memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan
kerusakan pembuluh darah di otak.
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak dikenal
kelainan yaitu : terdapat pada tingkat subseluler atau secara biokimiawi pada
sistem enzim, atau pada metabolisme
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat diobati,
penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3) Khorea Huntington

5 |Keperawatan Lansia
c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam golongan
ini diantaranya :
1) Penyakit cerebro kardiofaskuler
2) Penyakit- penyakit metabolic
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun

5. Patofisiologi
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia (usia >65 tahun) adalah
adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas
sehari-hari. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan gejala yang menonjol
pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses
penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri,
mereka sulit untuk mengingat dan sering lupa jika meletakkan suatu barang. Mereka
sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan bahwa itu adalah hal yang
biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang
terdekat yang tinggal bersama mereka, mereka merasa khawatir terhadap penurunan
daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali lagi keluarga merasa bahwa
mungkin lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum mencurigai
adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang
tua mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada
Lansia, mereka menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti
ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah
kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan
sampai berhalusinasi. Disinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke
rumah sakit dimana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan.
Tidak semua tenaga kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan
mengenali gejala demensia.

6 |Keperawatan Lansia
6. Gejala Klinis
Ada dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer
dan Vaskuler.
a. Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia
akibat gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif
lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang
massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun
waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang
menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan
kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-
barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif
sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh
ada yang mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi
(gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas
psikomotor, berkelana.
Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :
1) Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala
gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori
yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami
2) Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia.
Gejalanya antara lain:
a) Disorientasi
b) Gangguan bahasa (afasia)
c) Cenderita mudah bingung
d) Penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat
melakukan kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya
tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi.
e) Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di
lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%.

7 |Keperawatan Lansia
3) Stadium III
Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala
klinisnya antara lain:
a) Penderita menjadi vegetative
b) tidak bergerak dan membisu
c) daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak mengenal
keluarganya sendiri
d) tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil
e) kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain
f) kematian terjadi akibat infeksi atau trauma
b. Demensia Vaskuler
Untuk gejala klinis demensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan
sirkulasi darah di otak. “Dan setiap penyebab atau faktor resiko stroke dapat
berakibat terjadinya demensia,”. Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di
otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga
sebagai demensia vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia
vaskuler daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian
terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.
Dibawah ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker,
diantaranya:
1) Kelainan sebagai penyebab Demensia :
a) penyakit degenaratif
b) penyakit serebrovaskuler
c) keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO
d) trauma otak
e) infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)
f) Hidrosefaulus normotensive
g) Tumor primer atau metastasis
h) Autoimun, vaskulitif
i) Multiple sclerosis
j) Toksik
k) kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease

8 |Keperawatan Lansia
2) Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi
a) Gangguan psiatrik :
 Depresi
 Anxietas
 Psikosis
b) Obat-obatan :
 Psikofarmaka
 Antiaritmia
 Antihipertensi
c) Antikonvulsan
 Digitalis
d) Gangguan nutrisi :
 Defisiensi B6 (Pelagra)
 Defisiensi B12
 Defisiensi asam folat
 Marchiava-bignami disease
e) Gangguan metabolisme :
 Hiper/hipotiroidi
 Hiperkalsemia
 Hiper/hiponatremia
 Hiopoglikemia
 Hiperlipidemia
 Hipercapnia
 Gagal ginjal
 Sindromk Cushing
 Addison’s disesse
 Hippotituitaria
 Efek remote penyakit kanker

7. Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia
penderita demensia yang tinggal di rumah. Hidup bersama dengan penderita
demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus baik secara mental
maupun lingkungan sekitar. Peran tersebut seperti :
9 |Keperawatan Lansia
a. Melibatkan lansia dengan demensia dalam proses perawatan dirinya. Membuat
catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara teratur untuk membantu dalam
menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita demensia.
b. Seluruh anggota keluarga diharapkan aktif dalam membantu lansia agar dapat
seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan
aman.
c. Kesabaran adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang
menderita demensia, saling menguatkan sesama anggota keluarga.
d. Bila sedang kebingungan, buatlah lansia merasa rileks dan aman. Duduklah
bersama dalam jarak yang dekat, genggam tangan lansia, tunjukkan sikap dewasa
dan menenangkan serta berikan minuman hangat untuk menenangkan.
e. Menciptakan lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam
sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan ditempat yang tidak diketahui oleh
lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela untuk
menghindari lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat
lansia dengan demensia di rumahnya.

8. Pencegahan Demensia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya adalah menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi
otak, seperti :
a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat
adiktif yang berlebihan.
b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap
hari.
c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif.
d. Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
e. Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi.
f. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan
sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

10 |Keperawatan Lansia
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Tanda dan Gejala
b. Kesukaran dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari
c. Pelupa
d. Sering mengulang kata-kata
e. Tidak mengenal dimensi waktu, misalnya tidur di ruang makan
f. Cepat marah dan sulit di atur.
g. Kehilangan daya ingat
h. kesulitan belajar dan mengingat informasi baru
i. kurang konsentrasi
j. kurang kebersihan diri
k. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
l. Mudah terangsang
m. Tremor
n. Kurang koordinasi gerakan

Cara melakukan pengkajian


a. Membina hubunga saling percaya dengan klien lansia
b. Untuk melakukan pengkajian pada lansia dengan demensia, pertama-tama
saudara harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.
Untuk dapat membina hubungan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
c. Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat pagi / siang / sore /
malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.
d. Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan
bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat pasien.
e. Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
1. Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
2. Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebut.
3. Bersikap empati dengan cara:
a. Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan
perhatian
b. Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan menjawab
11 |Keperawatan Lansia
c. Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
d. Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada klien.
e. Gunakan kalimat yang singkat, jelas, sederhana dan mudah dimengerti (hindari
penggunaan kata atau kalimat jargon)
f. Bicara lambat , ucapkan kata atau kalimat yang jelas dan jika betranya tunggu
respon pasien
g. Tanya satu pertanyaan setiap kali bertanya dan ulang pertanyaan dengan kata-kata
yang sama.
h. Volume suara ditingkatkan jika ada gangguan pendengaran, jika volume
ditingkatkan, nada harus direndahkan.
i. Sikap komunikasi verbal disertai dengan non verbal yang baik
j. Sikap berkomunikasi harus berhadapan, pertahankan kontak mata, relaks dan
terbuka
k. Ciptakan lingkungan yang terapeutik pada saat berkomunikasi dengan klien:
1) Tidak berisik atau rebut
2) Ruangan nyaman, cahaya dan ventilasi cukup
3) Jarak disesuaikan, untuk meminalkan gangguan.

Mengkaji pasien lansia dengan demensia Untuk mengkaji pasien lansia


dengan demensia, saudara dapat menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien
dan wawancara langsung kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara
lakukan terutama untuk mengkaji data objective demensia. Ketika mengobservasi
prilaku pasien untuk tanda-tanda seperti:

a. Kurang konsentrasi
b. Kurang kebersihan diri
c. Rentan terhadap kecelakaan: jatuh
d. Tidak mengenal waktu, tempat dan orang
e. Tremor
f. Kurang kordinasi gerak
g. Aktiftas terbatas
h. Sering mengulang kata-kata.

12 |Keperawatan Lansia
2. Diagnosa Keperawatan
a. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah,
tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental,
tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.
b. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi
neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang
konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas
dengan akurat.
c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi, transmisi
atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu berkomunikasi,
gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah, halusinasi.
d. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan lingkungan ditandai
dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak
mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas, menurunnya
daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan kemampuan melakukan
aktivitas sehari-hari.
f. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan, kelemahan,
otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
g. Resiko terhadap perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan sensori

13 |Keperawatan Lansia
3 Intervensi Keperawatan

No. Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


Dx hasil
1. Setelah diberikan h. Jalin hubungan saling a. Untuk membangan
tindakan keperawatan mendukung dengan kepercayaan dan rasa
diharapkan klien dapat klien. nyaman.
beradaptasi dengan i. Orientasikan pada b. Menurunkan kecemasan
perubahan aktivitas lingkungan dan rutinitas dan perasaan terganggu.
sehari- hari dan baru. c. Untuk menentukan
lingkungan dengan KH j. Kaji tingkat stressor persepsi klien tentang
: (penyesuaian diri, kejadian dan tingkat
a. mengidentifikasi perkembangan, peran serangan.
perubahan keluarga, akibat d. Konsistensi mengurangi
b. mampu beradaptasi perubahan status kebingungan dan
pada perubahan kesehatan) meningkatkan rasa
lingkungan dan k. Tentukan jadwal kebersamaan.
aktivitas kehidupan aktivitas yang e. Menurunkan ketegangan,
sehari-hari wajar dan masukkan mempertahankan rasa
c. cemas dan takut dalam kegiatan rutin. saling percaya, dan
berkurang l. Berikan penjelasan dan orientasi.
d. membuat pernyataan informasi yang
yang positif tentang menyenangkan
lingkungan yang mengenai kegiatan/
baru. peristiwa.
2 Setelah diberikan a. Kembangkan a. Mengurangi kecemasan dan
tindakan keperawatan lingkungan yang emosional.
diharapkan klien mendukung dan b. Kebisingan merupakan
mampu mengenali hubungan klien- sensori berlebihan yang
perubahan dalam perawat yang meningkatkan gangguan
berpikir dengan KH: terapeutik. neuron.
a. Mampu b. Pertahankan c. Menimbulkan perhatian,
memperlihatkan lingkungan yang terutama pada klien dengan
kemampuan kognitif menyenangkan dan gangguan perceptual.

14 |Keperawatan Lansia
untuk menjalani tenang. d. Nama adalah bentuk
konsekuensi c. Tatap wajah ketika identitas diri dan
kejadian yang berbicara dengan menimbulkan pengenalan
menegangkan klien. terhadap realita dan klien.
terhadap emosi dan d. Panggil klien dengan e. Meningkatkan pemahaman.
pikiran tentang diri. namanya. Ucapan tinggi dan keras
b. Mampu e. Gunakan suara yang menimbulkan stress yg
mengembangkan agak rendah dan mencetuskan konfrontasi
strategi untuk berbicara dengan dan respon marah.
mengatasi anggapan perlahan pada klien.
diri yang negatif.
c. Mampu mengenali
tingkah laku dan
faktor penyebab.
3 Setelah diberikan a. Kembangkan a. Meningkatkan kenyamanan
tindakan keperawatan lingkungan yang dan menurunkan kecemasan
diharapkan perubahan suportif dan hubungan pada klien.
persepsi sensori klien perawat-klien yang b. Meningkatkan koping dan
dapat berkurang atau terapeutik. menurunkan halusinasi.
terkontrol dengan KH: b. Bantu klien untuk c. Keterlibatan otak
a. Mengalami memahami halusinasi. memperlihatkan masalah
penurunan c. Kaji derajat sensori yang bersifat asimetris
halusinasi. atau gangguan persepsi menyebabkan klien
b. Mengembangkan dan bagaiman hal kehilangan kemampuan
strategi psikososial tersebut mempengaruhi pada salah satu sisi tubuh.
untuk mengurangi klien termasuk d. Untuk menurunkan
stress. penurunan penglihatan kebutuhan akan halusinasi.
c. Mendemonstrasikan atau pendengaran. e. Piknik menunjukkan realita
respons yang sesuai d. Ajarkan strategi untuk dan memberikan stimulasi
stimulasi. mengurangi stress. sensori yang menurunkan
e. Ajak piknik sederhana, perasaan curiga dan
jalan-jalan keliling halusinasi yang disebabkan
rumah sakit. Pantau perasaan terkekang.

15 |Keperawatan Lansia
aktivitas.

4 Setelah dilakukan a. Jangan menganjurkan a. Irama sirkadian (irama


tindakan keperawatan klien tidur siang tidur-bangun) yang
diharapkan tidak terjadi apabila berakibat efek tersinkronisasi disebabkan
gangguan pola tidur negative terhadap tidur oleh tidur siang yang
pada klien dengan KH : pada malam hari. singkat.
a. Memahami faktor b. Evaluasi efek obat b. Deragement psikis terjadi
penyebab gangguan klien (steroid, diuretik) bila terdapat panggunaan
pola tidur. yang mengganggu kortikosteroid, termasuk
b. Mampu menentukan tidur. perubahan mood, insomnia.
penyebab tidur c. Tentukan c. Mengubah pola yang sudah
inadekuat. kebiasaan dan rutinitas terbiasa dari asupan makan
c. Melaporkan dapat waktu tidur malam klien pada malam hari
beristirahat yang dengan kebiasaan klien terbukti mengganggu tidur.
cukup. (memberi susu hangat). d. Hambatan kortikal pada
d. Mampu d. Memberikan formasi reticular akan
menciptakan pola lingkungan yang berkurang selama tidur,
tidur yang adekuat. nyaman untuk meningkatkan respon
meningkatkan otomatik, karenanya respon
tidur(mematikan kardiovakular terhadap
lampu, ventilasi ruang suara meningkat selama
adekuat, suhu yang tidur.
sesuai, menghindari e. Penguatan bahwa saatnya
kebisingan). tidur dan mempertahankan
e. Buat jadwal tidur kesetabilan lingkungan.
secara teratur. Katakan
pada klien bahwa saat
ini adalah waktu untuk
tidur.
5 Setelah diberikan a. Identifikasi kesulitan a. Memahami penyebab yang
tindakan keperawatan dalam berpakaian/ mempengaruhi intervensi.
diharapkan klien dapat perawatan diri, seperti: Masalah dapat
merawat dirinya sesuai keterbatasan gerak diminimalkan dengan

16 |Keperawatan Lansia
dengan kemampuannya fisik, apatis/ depresi, menyesuaikan atau
dengan KH : penurunan kognitif memerlukan konsultasi dari
a. Mampu melakukan seperti apraksia. ahli lain.
aktivitas perawatan b. Identifikasi kebutuhan b. Seiring perkembangan
diri sesuai dengan kebersihan diri dan penyakit, kebutuhan
tingkat kemampuan. berikan bantuan sesuai kebersihan dasar mungkin
b. Mampu kebutuhan dengan dilupakan.
mengidentifikasi perawatan c. Kehilangan sensori dan
dan menggunakan rambut/kuku/ kulit, penurunan fungsi bahasa
sumber pribadi/ bersihkan kaca mata, menyebabkan klien
komunitas yang dan gosok gigi. mengungkapkan kebutuhan
dapat memberikan c. Perhatikan adanya perawatan diri dengan cara
bantuan. tanda-tanda nonverbal nonverbal, seperti terengah-
yang fisiologis. engah, ingin berkemih
d. Beri banyak waktu dengan memegang dirinya.
untuk melakukan tugas. d. Pekerjaan yang tadinya
e. Bantu mengenakan mudah sekarang menjadi
pakaian yang rapi dan terhambat karena
indah. penurunan motorik dan
perubahan kognitif.
e. Meningkatkan kepercayaan
untuk hidup.
6 Setelah dilakukan a. Kaji derajat gangguan a. Mengidentifikasi risiko di
tindakan keperawatan kemampuan, tingkah lingkungan dan
diharapkan Risiko laku impulsive dan mempertinggi kesadaran
cedera tidak terjadi penurunan persepsi perawat akan bahaya. Klien
dengan KH : visual. Bantu keluarga dengan tingkah laku impulsi
a. Meningkatkan mengidentifikasi risiko berisiko trauma karena
tingkat aktivitas. terjadinya bahaya yang kurang mampu
b. Dapat beradaptasi mungkin timbul. mengendalikan perilaku.
dengan lingkungan b. Hilangkan sumber Penurunan persepsi visual
untuk mengurangi bahaya lingkungan. berisiko terjatuh.
risiko trauma/ c. Alihkan perhatian saat b. Klien dengan gangguan

17 |Keperawatan Lansia
cedera. perilaku teragitasi/ kognitif, gangguan persepsi
c. Tidak mengalami berbahaya, memenjat adalah awal terjadi trauma
cedera. pagar tempat tidur. akibat tidak bertanggung
d. Kaji efek samping obat, jawab terhadap kebutuhan
tanda keracunan (tanda keamanan dasar.
ekstrapiramidal, c. Mempertahankan keamanan
hipotensi ortostatik, dengan menghindari
gangguan penglihatan, konfrontasi yang
gangguan meningkatkan risiko
gastrointestinal). terjadinya trauma.
e. Hindari penggunaan d. Klien yang tidak dapat
restrain terus-menerus. melaporkan tanda/gejala
Berikan kesempatan obat dapat menimbulkan
keluarga tinggal kadar toksisitas pada lansia.
bersama klien selama Ukuran dosis/ penggantian
periode agitasi akut. obat diperlukan untuk
mengurangi gangguan.
e. Membahayakan klien,
meningkatkan agitasi dan
timbul risiko fraktur pada
klien lansia (berhubungan
dengan penurunan kalsium
tulang).
7 Setelah dilakukan a. Beri dukungan untuk a. Motivasi terjadi saat klien
tindakan keperawatan penurunan berat badan. mengidentifikasi kebutuhan
diharapkan klien b. Awasi berat badan berarti.
mendapat nutrisi yang setiap minggu. b. Memberikan umpan balik/
seimbang dengan KH: c. Kaji pengetahuan penghargaan.
a. Mengubah pola keluarga/ klien c. Identifikasi kebutuhan
asuhan yang benar mengenai kebutuhan membantu perencanaan
b. Mendapat diet makanan. pendidikan.
nutrisi yang d. Usahakan/ beri bantuan d. Klien tidak mampu
seimbang. dalam memilih menu. menentukan pilihan

18 |Keperawatan Lansia
c. Mendapat kembali e. Beri Privasi saat kebutuhan nutrisi.
berat badan yang kebiasaan makan e. Ketidakmampuan menerima
sesuai. menjadi masalah. dan hambatan sosial dari
kebiasaan makan
berkembang seiring
berkembangnya penyakit.

19 |Keperawatan Lansia
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas diri Klien
Nama lengkap : Ny. Yati
Tempat/tgl. Lahir : Cirebon, 16 Januari 1961
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Janda
Agama : Islam
Suku bangsa : Sunda
Pendidikan terakhir : Sekolah Dasar (SD)
Diagnosa medis : Demensia
Alamat : Desa Gumulung Tonggoh
2. Identitas Keluarga
Nama : Tn. Lani
Alamat : Desa Gumulung Tonggoh
Hubungan dengan klien : Anak kandung pertama
3. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja
Pekerjaan sebelumnya : Tani
Sumber pendapatan : Bercocok tanam padi
Kecukupan pendapatan : Tidak cukup
4. Aktivitas Rekreasi
Hobi : Memasak
Berpergian/wisata : Ketempat sanak keluarga
Keanggotaan organisasi : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

20 |Keperawatan Lansia
5. Riwayat Keluarga
a. Anggota keluarga
Nama Keadaan saat ini Keterangan
1. Malih Meninggal Suami
2. Lani Sehat Anak pertama
3. Iip Meninggal Anak kedua

b. Riwayat kematian dalam keluarga ( 1 tahun terakhir )


Nama : Iip Susilawati
Umur : 22 tahun
Penyebab kematian : Depresi bunuh diri

B. Pola Kebiasaan Setiap Hari


No Pola
Kebiasaan

1 Nutrisi:
a. Makan
1) Frekuensi 2-3 x sehari
2) Porsi 1 porsi
3) Menu makanan Nasi, lauk pauk
4) Pantangan Tidak ada
b. Minum
1) Frekuensi 8xsehari
2) Jumlah 2000cc
3) Jenis minuman Air putih
4) Pantangan Tidak ada

2 Eliminasi
a. BAB
1) Frekuensi 1-2 x sehari
2) Konsistensi Lembek
3) Pengalaman memakai pencahar Tidak ada
4) Masalah Tidak ada

21 |Keperawatan Lansia
b. BAK
1) Frekuensi 2-4 x sehari
2) Kebiasaan BAK malam hari Tidak ada
3) Masalah Khas
Kuninng jernih
Tidak ada

3 Istirahat dan tidur


a. Siang
1) Frekuensi 1 x sehari
2) Lamanya 2 jam
3) Masalah Tidak ada
b. Malam
1) Frekuensi 1 x semalam
2) Lamanya 7 jam
3) Masalah Tidak ada

4 Personal hygiene
a. Mandi 2 x sehari
b. Gosok gig 2 x sehari
c. Cuci rambut 1 x sehari
d. Gunting kuku 1 x seminggu
e. Ganti pakaian 1 x sehari
f. Masalah Tidak ada

5 Kebiasaan mengisi waktu luang


a. Olahraga Tidak
b. Nonton TV Ya
c. Berkebun/memasak Sering mengulang-ulang memasak
d. Lain-lain Tidak ada

6 Kebiasaan yang mempengaruhi


kesehatan
a. Merokok Tidak
b. Minuman keras Tidak
c. Ketergantuangan obat Tidak

22 |Keperawatan Lansia
C. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir
forgetfulness
b. Gejala yang dirasakan
Tidak mampu menyebut kata yang benar, kesulitan mengenal benda, tidak mampu
menggunakan barang-barang yang biasanya dipergunakan.
c. Faktor pencetus
Penyakit Demensia
d. Timbul keluhan
Bertahap
e. Waktu mulai timbulnya keluhan
1 tahun yang lalu
f. Upaya mengatasi
1) Pergi ke RS/klinik
2) Mengkonsumsi obat-obatan sendiri
2. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Penyakit yang pernah diderita
Sakit kepala berat dan hipertensi
b. Riwayat alergi
Tidak ada
c. Riwayat kecelakaan
Tidak ada
d. Riwayat dirawat di RS
2 tahun yang lalu akibat hipertensi
e. Riwayat pemakaian obat
Paramex, Captopril dan Amlodipin
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum sedang, klien terpasang infus, terpasang oksigen, klien terlihat sukar
bernafas, BB : 45 Kg, tinggi badan 155 Cm.
1) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran Composmentis, GSC : Eye: 4, Motorik: 6, Verbal: 5, total 15.

23 |Keperawatan Lansia
2) Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah : 120/80 MmHg
b) Nadi : 88 x/ menit
c) Respirasi : 22 x/ menit
d) Suhu tubuh : 36,5 oC
b. Kulit
Warna kulit sama dengan daerah sekitar, tidak ada lesi, tidak ada petteng edema,
tekstur kulit lunak, turgor kulit normal kembali dalam keadaan semula.
c. Kepala
Rambut berawarna hitma legam, distribusi dan penyebaran merata, kualitas tidak
mudah dicabut, tidak terdapat alopesia, tidak terdapat seborhea, tidak ada lesi, tidak
terdapat edema, bentuk simetris, fontanel normal dan tidak ada nyeri tekan saat
dipalpasi.
d. Mata
Alis mata tumbuh di atas rot, simetris, distribusi dan penyebaran merata, kualitas
tidak mudah ronrok, tidak ada nyeri tekan, reflek kedip secara sepontan, enam
lapang pandang normal, fisus mata normal, sclera mata berwarna putih jernih,
konjungtiva ananemis dan tidak ada tanda-tanda penurunan fungsi penglihatan.
e. Hidung
Ukuran dan bentuk simetris, warna sama dengan daerah sekitar, terdapat 2 lubang
hidung yang disekat dengan satu septum, terdapat silia, tidak terdapat benjolan pada
mukosa hidung dekat septumnasi, tidak terdapat nyeri tekan pada area hidung, ,
fungsi penciuman baik.
f. Mulut
Warna bibir merah, bentuk simetris, tidak terdapat tanda-tanda hipoksia, bibir
lembab, terdapat 32 susunan gigi, tidak ada karries, tidak terdapat pembesaran tonsil,
uvula bergetar saat bersuara, mukosa mulut merah muda, tidak ada stomatitis dan
indra pengecapan normal.
g. Telinga
Bentuk simetris dan sejajar dengan kantus mata, tidak ada lesi, kulit sama dengan
daerah sekitar, terdapat serumen, test pendengaran baik dan tidak terdepat nyeri
tekan.

24 |Keperawatan Lansia
h. Leher
Warna kulit sama dengan daerah sekitar, kedudukan trakea normal, tidak terjadi
pembengkakan pada limfe maupun kelenjar tiroid dan paratiroid, tidak tampak
peningkatan vena jugularis maupun arteri karotis, ROM normal dan tidak ada nyeri
tekan.
i. Thorax
Warna kulit sama dengan daerha sekitar, postur dada baik, bentuk simetris, tidak
terdapat lesi maupun edema, tidak terdengar bunyi wheezing, setidor, gurgling
maupun ronchy, otot bantu pernafasan positif, nafas dalam, irama jantung reguler,
tidak ada kelainan pada jantung, tidak ada nyeri tekan pada bagian mamae, terdapat
puting susu yang dikelilingi areola.
j. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak terda[pat distensi abdomen,
tidak terdapat pembengkakan hepar, bising usus 10x / menit dan tidak ada nyeri
tekan maupun lepas.
k. Ektremitas
Tidak ada lesi, tidak ada edema, reflek trisep maupun bisep normal, tonus otot
normal, akral hangat, CRT kurang dari 1 detik dan tidak ada tanda-tanda cyanosis.
l. Genetelia
Bentuk normal, tidak ada lesi dan pulva hygiene bagus.

D. Hasil pengkajian khusus


1. Masalah kesehatan kronis
Tidak ada
2. Fungsi kognitif
Fungsi kognitif terganggu
3. Status fungsional
4. Status psikologis
Kadang timbul gejala neuropsikiatrik, seperti; curiga sampai menuduh barangnya ada
yang mencuri dan kadang menganggap orang asing terhadap anaknya.
5. Dukungan keluarga
Anak, menantu dan cucu

25 |Keperawatan Lansia
E. Lingkungan tempat tinggal
1. Kebersihan dan kerapihan ruangan
Bersih dan rapi
2. Penerangan
Baik
3. Sirkulasi udara
Normal
4. Keadaan kamar mandi dan toilet
Bersih
5. Pembuangan air kotor
Ada
6. Sumber air minum
Sumur
7. Pembuangan sampah
Ada
8. Sumber pencemaran
Ada
9. Penataan halaman
Baik
10. Privasi
11. Resiko injuri
Tidak ada

26 |Keperawatan Lansia
F. Analisa data
No Symptom Etiologi Problem

1 DS: Kerusakan sel otak Sindrom stress


1. Menurut keluarga, relokasi
klien selalu bersikap Demensia
curiga
2. Klien selalu menuduh Alzheimer
bahwa barang
miliknya ada yang Kematian sel otak
mencuri yang masif
DO:
1. Klien terlihat Gangguan kognitif
mengacau
Muncul gejala
neuropsikiatrik

Syndrome stress
relokasi
2 DS: Kerusakan sel otak Perubahan proses
1. Menurut keluarga, pikir
klien selalu melupakan Demensia
apa yang baru sajah
dilakukan Alzheimer
DO:
1. Klien tidak mampu Kematian sel otak
menyebut kata nama yang masif
benda
2. Klien tidak mampu Mudah lupa
menyebutkan
kegunaan benda Perubahan proses pikir
dengan benar

27 |Keperawatan Lansia
G. Diagnosa Keperawatan
1. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah
tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan
tingkah laku agresif.
2. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi neuron
ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang konsentrsi, tidak
mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas dengan akurat.

28 |Keperawatan Lansia
H. Nersing Care Planing

No Diagnosa Keperawatan Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan
NOC NIC
1 Sindrom stress relokasi berhubungan dengan Setelah diberikan tindakan keperawatan 1. Jalin hubungan saling mendukung dengan
perubahan dalam aktivitas kehidupan sehari- diharapkan klien dapat beradaptasi dengan klien.
hari ditandai dengan kebingungan, perubahan aktivitas sehari- hari dan 2. Orientasikan pada lingkungan dan
keprihatinan, gelisah, tampak cemas, mudah lingkungan, dengan kriteria hasil: rutinitas baru.
tersinggung, tingkah laku defensive, 1. Mengidentifikasi perubahan 3. Kaji tingkat stressor (penyesuaian diri,
kekacauan mental, tingkah laku curiga, dan 2. Mampu beradaptasi pada perubahan perkembangan, peran keluarga, akibat
tingkah laku agresif. lingkungan dan aktivitas kehidupan perubahan status kesehatan)
sehari-hari 4. Tentukan jadwal aktivitas yang
3. Cemas dan takut berkurang wajar dan masukkan dalam kegiatan
4. Membuat pernyataan yang positif rutin.
tentang lingkungan yang baru. 5. Berikan penjelasan dan informasi yang
menyenangkan mengenai kegiatan/
peristiwa.
2 Perubahan proses pikir berhubungan dengan Setelah diberikan tindakan keperawatan 1. Mengurangi kecemasan dan emosional.
perubahan fisiologis (degenerasi neuron diharapkan klien dapat beradaptasi dengan 2. Mengurangi Kebisingan yang merupakan
ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan perubahan aktivitas sehari- hari dan sensori berlebihan dan dapat
atau memori, hilang konsentrsi, tidak mampu lingkungan dengan kriteria hasil : meningkatkan gangguan neuron.

1 |Keperawatan Lansia
menginterpretasikan stimulasi dan menilai 1. Mampu memperlihatkan kemampuan 3. Menimbulkan perhatian, terutama pada
realitas dengan akurat. kognitif untuk menjalani konsekuensi klien dengan gangguan perceptual.
kejadian yang menegangkan terhadap 4. Meningkatkan pemahaman. Ucapan
emosi dan pikiran tentang diri tinggi dan keras menimbulkan stress yg
2. Mampu mengembangkan strategi untuk mencetuskan konfrontasi dan respon
mengatasi anggapan diri yang negatif. marah.
3. Mampu mengenali tingkah laku dan
faktor penyebab.

2 |Keperawatan Lansia
I. Implementasi dan Evaluasi
No Tanggal Dx Implementasi Evaluasi
1 16-01-2018 1 Jam 10:00 WIB Jam 16:30 WIB
1. MenJalin hubungan S:
saling mendukung 1. Menurut keluarga, klien
dengan klien. sudah mulai tidak
2. Mengorientasikan pada bersikap curiga (harus
lingkungan dan rutinitas selalu diingatkan)
baru. 2. Menurut keluarga, klien
3. Mengkaji tingkat sudah tidak mengatakan
stressor bahwa barangnya ada
4. Menentukan jadwal yang mencuri
aktivitas yang O:
wajar dan masukkan 1. Klien tampak tenang dan
dalam kegiatan rutin. mau diarahkan
5. Memberikan penjelasan A: Masalah teratasi
dan informasi yang
menyenangkan P: Intervensi dipertahankan
mengenai kegiatan/
peristiwa.
2 2 1. Mengurangi kecemasan S:
dan emosional 1. Menurut keluarga, klien
2. Mengajarkan untuk masih sering lupa, namun
menggunakan catatan sudah menggunakan buku
3. Mengurangi kebisingan catatan untuk sebagai
4. Menimbulkan perhatian bantuan memorinya
5. Meningkatkan O:
pemahaman. 1. Klien belajar kembali
mengingat nama benda
yang sering digunakannya
2. Klien belajar mengingat
kegunaan benda yang
sering digunakannya

1 |Keperawatan Lansia
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan

2 |Keperawatan Lansia
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Status kesehatan pada lansia yang dikaji secara komprehensif, akurat, dan
sistematis untuk menentukan kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri,
melengkapi data dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta memberi waktu pada
klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi askep fisik, psikis, sosial dan
spiritual dengan melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan. Salah satu penyakit
degneratif adalah demensia yaitu yang mempunyai awitan tersembunyi dan
membahayakan serta secara umum progresif, menjadi semakin memburuk. Gambaran
khusus meliputi kehilangan berbagai segi kemampuan intelektual, seperti memori,
penilaian, pikiran abstrak, dan fungsi kortikal lebih tinggi lainnya, serta perubahan pada
keperibadian dan perilaku.

B. Saran
Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
telah didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan
mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit demensia
dengan mengadakan suatu penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

3 |Keperawatan Lansia
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo, (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Boedhi-Darmojo, (2009), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta : FKUI.

Brunner & Suddart, (1996). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah .Vol 1 & 2. EGC :
Jakarta.

Capernito, (2000). Diagnosa Keperawatan, edisi 8. Jakarta: EGC

Corwin, J. Elizabeth, (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. EGC : Jakarta.

Elizabeth.J.Corwin. 2009. Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. EGC : Jakarta.

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Salemba medika : Jakarta

4 |Keperawatan Lansia

Anda mungkin juga menyukai