Laporan Praktikum Kimia Fisik Ii Kesetim
Laporan Praktikum Kimia Fisik Ii Kesetim
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan sifat larutan biner dengan membuat
diagram temperatur versus komposisi dan menentukan konsentrasi etanol.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Kesetimbangan dapat diartikan suatu keadaan dimana tidak terjadi perubahan sifat
makroskopis dari sistem terhadap waktu. Kesetimbangan uap-cair dapat ditentukan ketika
ada variabel yang tetap (kostant) pada suatu waktu tertentu. Saat kesetimbangan model ini,
kecepatan antara molekul-molekul campuran yang membentuk fase uap sama dengan
kecepatan molekul-molekulnya membentuk cairan kembali.
Larutan biner adalah larutan yang mengandung dua komponen yaitu komponen zat
terlarut dan komponen pelarut. Larutan biner memiliki beberapa sifat yakni homogen,
tidak mempunyai entalpi pencampuran (∆H=0), dan tidak ada volume pencampuran
∆V=0. Larutan ideal adalah larutan yang gaya tarik menarik molekul-molekul
komponennya sama dengan gaya tarik menarik antara molekul dari masing-masing
komponennya. Larutan zat A dan B jika bersifat ideal, maka gaya tarik antara molekul A
dan B, sama dengan gaya tarik antara molekul A dan A atau antara B dan B. Semua
komponen dalam larutan ideal (pelarut dan zat terlarut) mengikuti hukum Raoult pada
seluruh selang konsentrasi.
Azeotrop (constant boiling mixtures) adalah campuran dengan komposisi yang
konstan pada tekanan tertentu. Jika tekanan total diubah, baik titik didih maupun komposisi
azeotrop juga akan berubah. Azeotrop bukan merupakan suatu senyawa pasti yang
komposisinya konstan pada seluruh range temperatur dan tekanan, tetapi merupakan suatu
campuran yang dihasilkan dari interaksi gaya intermolekuler dalam larutan. Kondisi ini
terjadi karena ketika azeotrop di didihkan, uap yang dihasilkan juga memiliki
perbandingan konsentrasi yang sama dengan larutannya semula akibat ikatan antar
molekul pada kedua larutannya.
Percobaan yang telah dilakukan tentang kesetimbangan uap cair pada sistem biner
bertujuan untuk mempelajari sifat larutan biner dengan membuat diagram temperatur
versus komposisi. Percobaan ini akan dilakukan dengan proses destilasi. Destilasi
merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan titik didih dari masing-masing
zat penyusun dari campuran homogen. Proses destilasi terdapat dua tahap proses yaitu
tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengubahan kembali uap menjadi cair.
Proses destilasi diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih lebih
rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondensor yaitu pendingin, proses
pendinginan terjadi karena kedalam dinding (bagian luar kondensor) dialiri air sehingga
uap yang dihasilkan akan kembali cair. Saat destilasi ini akan diperoleh titik didih alkohol.
Titik didih yang diperoleh saat distilasi masing-masing konsentrasi antara lain 83, 81, 79,
77, 75°C sedangkan titik didih air adalah 96oC. titik didih air seharusnya 100oC, namun
disini pada 96oC sudah mendidih. Hal ini mungkin terjadi karena dalam labu leher tiga
yang digunakan sebagai wadah air ang akan disedtilasi masih terdapat etanol sehingga
etanol membuat titik didih air menurun seperti halnya titik didih etanol yang memang lebih
rendah dari air.
Hal pertama yang dilakukan adalah mengencerkan etanol 99,8% menjadi 30, 40,
50, 60 dan 70% dalam labu ukur 25 mL. lartan yang sudah diencerkan kemudian diambil
sebanyak 15 mL dan dimasukkan ke dalam labu leher tiga untuk didestilasi. Destilasi
dihentikan pada saat destilat kira-kira sudah mencapai 1 mL sehingga residu yang tersisa
tidak terlalu sedikit. 1 mL destilat tadi selanjutnya diencerkan kembali dalam labu ukur 10
mL agar tidak terlalu pekat pada saat diukur kadarnya menggunakan software labview
dengan sensor alkohol. Residu juga diambil 1 mL dan diencerkan sama seperti pada
destilat.
Hasil pengenceran kemudian diletakkan dalam botol kecil untuk diukur. Sebelum
dilakukan pengukuran dengan sensor alcohol, software labView yang akan digunakan
diberi kontrol berupa slope dari kurva standar sensor etanol seperti dapat dilihat dibawah.
Kurva standard etanol ini juga digunakan sebagai perbandingan dengan hasil yang
diperoleh pada praktikum.
Kurva Standard Sensor Etanol
2
1.8
1.6
1.4 y = 0.0471x + 1.3963
Potensial (V)
1.2 R² = 0.992
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi (%) Etanol
Prinsip kerja dari sensor alkohol ini adalah sensor menghisap zat etanol dan zat lain
yang menguap sehingga akan mengakibatkan hambatan sensor (Rs) turun sehingga
membuat tegangan naik. Teknik pengoperasian sensor alkohol dilakukan dengan
memasukkan zat yang akan diuji pada botol uji sensor kemudian zat yang terdapat dalam
botol ditutup oleh alat pendeteksi dan diklik run, kemudian hasil dari deteksi uji sensor
akan terlihat pada layar komputer.
Suhu pada saat destilasi dihentikan juga dicatat pada setiap kali dilakukan destilasi.
Suhu tersebut bersama dengan kadar etanol dalam destilat dan residu akan digunakan
untuk membuat grafik kesetimbangan uap-cair. Menurut literature, campuran air dan
benzene merupakan campuran 2 komponen yang merupakan larutan non ideal deviasi
negative. Larutan non ideal deviasi negative mempunyai volume kontraksi di mana akan
menghasilkan titik didih yang minimal pada system campuran. Grafik yang akan diperoleh
seharusnya memiliki azeotrop dititik yang rendah atau larutan non-ideal deviasi negative.
Grafik yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut.
Grafik yang diperoleh diatas tidak sesuai dan bentuknya tidak mendekati grafik
larutan non-ideal deviasi negative yang telah disebutkan di atas. Hal tersebut kemungkinan
terjadi karena dua hal. Pertama, data yang diperoleh tidak stabil atau acak. Kedua, adalah
cara pembuatan grafik yang kurang benar. Berikut adalah grafik dalam teori pada system
larutan non-ideal deviasi negative.
Berdasarkan data yang diperoleh diatas, komposisi alkohol yang dihasilkan pada
destilat dan residu berbeda. Residu memiliki kandungan alkohol yang cukup rendah karena
masih dalam bentuk campuran antara alkohol dan aquades sedangkan pada destilat
komposisinya lebih tinggi karena yang terkandung dalam destilat adalah alkohol murni.
Hal ini sesuai literatur yang ada dimana destilat akan memiliki komposisi alkohol lebih
besar dibanding dengan sebelum didestilasi. Suhu yang dihasilkan juga telah sesuai dengan
literatur dimana pada saat konsentrasi bertambah maka suhu akan menurun.
Hasil sensor alkohol baik destilat maupun residu semakin naik seiring dengan
naiknya konsentrasi campuran (komposisi alkohol). Namun, perbandingan hasil sensor
destilat dan residu menunjukkan hasil yang lebih besar pada destilat. Hal ini menunjukkan
bahwa komposisi alkohol lebih banyak pada destilat setelah campuran mencapai titik
didihnya. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa alkohol akan menguap
terlebih dahulu sehingga pada destilat lebih banyak mengandung alkohol (etanol).
Hasil dari percobaan ini memang belum sempurna karena data uji komposisi
alkohol pada destilat menghasilkan data yang tidak sesuai dengan literatur. Hal ini terjadi
kemungkinan karena penghentian destilasi tidak sepenuhnya pada saat destilat sudah
mencapai 1 mL. destilat kadang dihentikan dengan hasil destilat terlalu banyak dan kadang
pas 1 mL sehingga residu yang tersisa juga tidak menentu. Penambahan hasil pengenceran
larutan etanol-air sebelum destilasi juga mungkin mempengaruhi. Konsentrasi 30%,
ditambahkan sebanyak 15 mL dalam labu leher tiga, larutan 40% ditambahkan dalam labu
leher tiga sebanyak 10 mL dan konsentrasi pada akhir-akhir tidak diukur volume
penambahannya. Sensor alcohol yang juga bermasalah juga kemungkinan mempengaruhi
hasil yang diperoleh pada praktikum ini.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan kesetimbangan uap-cair pada larutan biner maka dapat
disimpulkan bahwa larutan biner adalah larutan yang mengandung dua komponen yaitu
komponen zat terlarut dan komponen pelarut. Hasil pada praktikum ini seharusnya berupa
larutan non-ideal deviasi negative yang memiliki titik azeotrop dibagian bawah, namun
praktikum ini memiliki beberapa kesalahan sehingga grafik yang dihasilkan tidak sesuai
teori. Campuran etanol dengan air merupakan campuran Azeotrop. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesetimbangan uap cair adalah suhu (titik didih), massa jenis, dan
komposisi zat dalam larutan. Semakin tinggi komposisi etanol maka titik didih suatu
larutan semakin menurun dan kandungan alcohol yang diperoleh juga semakin meningkat.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya agar praktikan lebih teliti dalam melakukan
prosedur praktikum sehingga hasil yang diperoleh nantinya akan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, A.R. 1987. Kimia Fisik Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Bird, Tony. 1993. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Brady, James.E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan Soal – Soal. Jakarta : Universitas Indonesia.
Petrucci, Ralph H. 1992. General Chemistry, Principle and Modern Application 7th
edition. New York : Collier-McMillan.
Wiryanto dan Tedddy S.W. (1999). “Kesetimbangan Uap-Cair Sistem Biner Etanol(1) –
Air (2), Aseton (1) – Air (2), Air (1) – n-Butanol (2) dan Kesetimbangan Cair-cair
Air(1) – n- Butanol(2)”, Jurnal Penelitian Teknik Kimia.
LAMPIRAN
Lembar Perhitungan
Perhitungan Pengenceran
1. Volume pengenceran etanol konsentrasi 30%
M 1 V1 M 2 V2
M 1 V1
V2
M2
30 % 25 mL
V2
99,8%
V2 7,5 mL
2. Volume pengenceran etanol konsentrasi 40%
M 1 V1 M 2 V2
M 1 V1
V2
M2
40 % 25 mL
V2
99,8%
V2 10,0 mL
3. Volume pengenceran etanol konsentrasi 50%
M 1 V1 M 2 V2
M 1 V1
V2
M2
50 % 25 mL
V2
99,8%
V2 12,5 mL
4. Volume pengenceran etanol konsentrasi 60%
M 1 V1 M 2 V2
M 1 V1
V2
M2
60 % 25 mL
V2
99,8%
V2 15 ,0mL
5. Volume pengenceran etanol konsentrasi 70%
M 1 V1 M 2 V2
M 1 V1
V2
M2
70 % 25 mL
V2
99,8%
V2 17,5 mL