Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki

peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat derajat kesehatan

masyarakat Indonesia. Pemerintah telah bersungguh-sungguh dan terus-

menerus berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan baik yang bersifat

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Peran tersebut pada dewasa ini

semakin dituntut akibat adanya perubahan-perubahan epidemiologik penyakit,

perubahan struktur organisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, perubahan sosio-ekonomi masyarakat dan pelayanan yang lebih

efektif, ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka.

Era reformasi yang sedang kita jalani, telah membawa perubahan yang

mendasar dalam berbagai bidang kehidupan termasuk masalah pelayanan

kesehatan.. Salah satu perubahan mendasar yang sedang digulirkan saat ini

adalah manajemen negara yaitu dari manajemen berbasis pusat menjadi

manajemen berbasis daerah secara resmi perubahan manajemen ini

diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1999 tentang

pemerintah daerah yang kemudian diikuti pedoman pelaksanaannya berupa

Peraturan Pemeritah RI Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan propinsi

sebagai daerah otonomi konsekuensi logis dari undang-undang dan peraturan

pemerintah tersebut adalah bahwa efektivitas pelayanan kesehatan harus

disesuaikan dengan jiwa dan semangat otonomi sesuai dengan peraturan


tersebut maka disusunlah tugas pokok dan fungsinya yakni; (1)

menyelenggarakan, melaksanakan pelayanan kesehatan meliputi promotif,

pemulihan rehabilitasi. (2) penyelenggaraan pelayanan medik,

penyelenggaraan sistem rujukan, penyelenggaraan pelayanan penunjang dan

non medik, penyelenggaraan pelayanan asuhan keperawatan, penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan.

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak hal

yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai

peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan.

Sesuai dengan peraturan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang

Pelayanan Kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat

mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai

syarat diantaranya; tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar,

mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu (Azwar, 1996).

Saat ini, rumah sakit berada dalam iklim persaingan yang sangat ketat.

Masyarakat sebagai pelanggan berada dalam posisi yang lebih kuat karena

semakin banyak pilihan rumah sakit yang dapat melayaninya. Pada saat yang

bersamaan, masyarakat juga semakin kritis terhadap pelayanan kesehatan.

Dalam kondisi seperti ini, agar tetap dapat eksis melayani pelanggannya,

rumah sakit harus memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Salah satu

aspeknya adalah kemauan dan kemampuan dalam memberikan pelayanan

yang prima. Oleh karena itu diperlukan paradigma dan sikap mental yang

berorientasi melayani, serta pengetahuan dan keterampilan yang memadai

dalam melaksanakan pelayanan yang prima.


1.1TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Adapun tujuan praktik kerja lapangan (PKL) di instalasi farmasi rumah sakit

adalah sebagai berikut:

1. Untuk menerapkan teori yang telah didapatkan selama perkuliahan di

AkademiFarmasi Samarinda dan membandingkannya dengan di lapangan.

2. Untuk memahami peran Ahli Madya Farmasi di Rumah Sakit dalam

menunjang pelayanan kesehatan.

3. Untuk mengamati dan mempelajari kegiatan kefarmasian dan sistem

manajemenpengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan obat di Rumah

Sakit.

1.1Tujuan pembuatan laporan pelaksana PKL

Agar mahasiswa memperoleh gambaran mengenai peran Ahli Madya Farmasi

didunia kerja, khususnya di Rumah Sakit.

1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa Akademi Farmasi maupun

pembaca mengenai kegiatan kefarmasian di Rumah Sakit.

2. Mengetahui perbandingan antara teori yang diperoleh selama

perkuliahandengan kenyataan yang diperoleh di lapangan.

3. Menambah pengalaman dan wawasan kepada mahasiswa mengenai kinerja

profesi farmasi di Rumah Sakit.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 RUMAH SAKIT

2.1.1 PENGERTIAN RUMAH SAKIT


Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, bahwa rumah sakit adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Dengan demikian menurut UU No 44 Tahun 2009 tugas utama rumah

sakit adalah memberi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Yang

dimaksud dengan pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara

dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit dan

memulihkan kesehatan.

Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor

147/MENKES/PER/2010 tentang perizinan rumah sakit, rumah sakit umum

adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit.

Menurut surat keputusan menteri kesehatan RI

No.983/MENKES171/1992 mengenai pedoman organisasi rumah sakit

umum, rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan

kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik, sedangkan

klasifikasi didasarkan pada perbedaan tingkat menurut kemampuan


pelayanan kesehatan yang dapat disediakan yaitu rumah sakit kelas A, kelas

B (pendidikan dan non pendidikan), kelas C, dan kelas D.

2.1.2 TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT

Berdasarkan UU RI nomor 44 tahun 2009 pasal 3 tentang rumah sakit,

rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna.

Berdasarkan UU RI nomor 44 tahun 2009, rumah sakit mempunyai fungsi

sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan

dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan

etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.1.3 jenis dan klasifikasi rumah sakit

Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan

berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, jangka waktu pelayanan,

kapasitas tempat tidur dan fasilitas pelayanan, dan afiliasi pendidikan.

Berdasarkan jenis pelayanannya rumah sakit dapat digolongkan menjadi:

1. Rumah Sakit Umum Rumah sakit umum


adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang

bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Rumah sakit umum

memberi pelayanan kepada berbagai penderita dengan berbagai jenis

penyakit, memberi pelayanan diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi

medik, seperti penyakit dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil, dan

sebagainya.

2. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi

primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang

mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah atau non bedah, misal:

Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit Jantung, Rumah

Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain.

Berdasarkan kepemilikan, rumah sakit dibagi atas:

1. Rumah Sakit Umum Pemerintah

Rumah sakit umum pemerintah adalah rumah sakit umum milik

pemerintah, baik pusat maupun daerah, Departemen Pertahanan dan

Keamanan, maupun Badan Usaha Milik Negara. Rumah sakit umum

pemerintah dapat dibedakan berdasarkan unsur pelayanan, ketenagaan,

fisik dan peralatan menjadi empat kelas yaitu rumah sakit umum Kelas A,

B, C, dan D.

2. Rumah Sakit Umum Swasta, terdiri atas:


1. Rumah Sakit Umum Swasta Pratama, yaitu rumah sakit umum swasta

yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, setara dengan

rumah sakit pemerintah kelas D.

2. Rumah Sakit Umum Swasta Madya, yaitu rumah sakit umum swasta

yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik

dalam 4 cabang, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas C.

3. Rumah Sakit Umum Swasta Utama, yaitu rumah sakit umum swasta

yang memberikan pelayanan medik bersifat umum, spesialistik dan

subspesialistik, setara dengan rumah sakit pemerintah kelas B.

Berdasarkan Fasilitas Pelayanan dan Kapasitas Tempat Tidur :

1. Rumah Sakit Kelas A Rumah Sakit Kelas A yaitu rumah sakit umum

yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

spesialistik dan subspesialistik luas, dengan kapasitas lebih dari 1000

tempat tidur.

2. Rumah Sakit Kelas B, dibagi menjadi: Rumah sakit B1 yaitu RS yang

melaksanakan pelayanan medik minimal 11 (sebelas) spesialistik dan

belum memiliki sub spesialistik luas dengan kapasitas 300-500 tempat

tidur. Rumah sakit B2 yaitu RS yang melaksanakan pelayanan medik

spesialistik dan sub spesialistik terbatas dengan kapasitas 500-1000

tempat tidur.

3. Rumah Sakit Kelas C Rumah Sakit Kelas C yaitu rumah sakit umum

yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik


spesialistik dasar, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau

kandungan, dan kesehatan, dengan kapasitas 100-500 tempat tidur.

4. Rumah Sakit Kelas D Rumah Sakit Kelas D yaitu rumah sakit umum

yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar,

dengan kapasitas tempat tidur kurang dari 100.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 134/Men.Kes/SK/

IV/78 tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah

Sakit Umum pasal 4 menjelaskan bahwa Rumah Sakit Umum dibagi

menjadi tiga kelas yaitu:

1. Kelas A Melaksanakan pelayanan kesehatan yang spesialistis dan

sub spesialistis luas.

2. Kelas B Melaksanakan pelayanan keshatan spesialistis luas.

3. Kelas C Melaksanakan pelayanan kesehatan sedikitnya empat

cabang spesialistis yaitu penyakit dalam, kebidanan dan kandungan,

penyakit bedah dan kesehatan anak.

Sesuai dengan klasifikasi di atas, untuk mengarahkan dan

mengendalikan perkembangan rumah sakit diperlukan klasifikasi dan

subklasifikasi rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan medik, penunjang

medik dan perawatan yang dikemukakan oleh Departemen Kesehatan RI,

sebagai berikut: A. Pelayanan medik umum.

B. Pelayanan medik spesialistik dan subspesialistik:

1). Pelayanan medik spesialistik 4 dasar:


• Penyakit dalam

• Penyakit bedah

• Kebidanan dan kandungan

• Kesehatan anak

2). Pelayanan 6 medik spesialistik:

• Mata

• THT

• Kulit dan kelamin

• Syaraf

• Kesehatan jiwa

• Gigi da mulut

3). Pelayanan medik lainnya

• Jantung

• Paru-paru

• Bedah syaraf

• Ortopaedi

4). Pelayanan medik sub-spesialistik Dari setiap cabang spesialistik, 4 dasar dan 6

spesialistik tesebut dapat berkembang satu atau lebih sub-spesialistik.

C. Pelayanan penunjang medik


• Radiologi

• Patologi (Patologi klinik, Patologi anatomi, Patologi forensik)

• Anestesi

• Gizi

• Farmasi

• Rehabilitasi medik

D. Pelayanan Perawatan

• Pelayanan perawatan umum dasar

• Pelayanan perawatan spesialistik

• Pelayanan perawatan sub-spesialistik

2.1.4 STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

(1) Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah terdiri dari : a. Direktur ;

www.djpp.depkumham.go.id www.djpp.depkumham.go.id b. Sub. Bagian Tata

Usaha ; c. Seksi Pelayanan ; d. Seksi Asuhan Keperawatan dan Rujukan ; e. Seksi

Rekam Medis dan Pelaporan Teknis ; f. Instalasi-instalasi ; g. Komite Medik, Staf

Medik Fungsional dan Komite Keperawatan; (2) Bagian Struktur Organisasi

Rumah Sakit Umum Daerah sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari peraturan Daerah ini. Bagian Kedua Direktur Pasal 7

a. Direktur mempunyai tugas menyusun kebijaksanaan teknis pelaksanaan

kesehatan, memimpin, mengawasi, mengendalikan dan

mengkoordinasikan tugas-tugas Rumah Sakit sesuai dengan


kewenangannya. Pasal 8 Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 7 Direktur Rumah Sakit mempunyai fungsi : a.

pengawasan, pengendalian dan pengkoordinasian Keperawatan,

Pendidikan dan Pelatihan ; b. pengawasan, pengendalian dan

pengkoordinasian pelaksanaan rekam medis dan pelaporan ; c.

pengawasan, pengendalian dan pengkoordinasian pelaksanaan pelayanan

medis ; d. pengawasan, pengendalian dan pengkoordinasian instalasi-

instalasi ; e. pengelolaan pelaksanaan ketatausahaan. Bagian Ketiga Sub

BagianTata Usaha Pasal 9 (1) Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas

melaksanakan pembinaan administrasi kepegawaian, keuangan, surat

menyurat, perlengkapan, rumah tangga, humas, keprotokolan dan

ketatalaksanaan. (2) Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala

Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Direktur. Bagian Keempat Seksi Pelayanan Pasal 10 (1) Seksi Pelayanan

mempunyai tugas melakukan pengelolaan, mengatur, mengawasi dan

mengendalikan kegiatan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis dan

pelayanan non medis. (2) Seksi Pelayanan dipimpin oleh seorang Kepala

Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur.

Bagian Kelima Seksi Asuhan Keperawatan dan Rujukan Pasal 11 (1) Seksi

Asuhan Keperawatan dan Rujukan mempunyai tugas melakukan

pengelolaan, mengatur, mengendalikan dan mengawasi kegiatan

keperawatan serta mengelola dan melaksanakan kegiatan rujukan.

www.djpp.depkumham.go.id www.djpp.depkumham.go.id (2) Seksi

Asuhan Keparawan dan Rujukan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi


yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur. Bagian

Kelima Seksi Rekam Medis dan Pelaporan Teknis Pasal 12 (1) Seksi

Rekam Medis dan Pelaporan Teknis mempunyai tugas melakukan

pengelolaan, mengatur, mengawasi dan mengendalikan Rekam Medis

serta menyiapkan bahan dan menyususun, menghimpun dan mengolah

laporan teknis. (2) Seksi Rekam Medis dan Pelaporan Teknis dipimpin

oleh seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab

kepada Direktur. Bagian Ketujuh Instalasi Pasal 13 (1) Instalasi

merupakan unit penyelenggaraan pelayanan medis dan keperawatan,

pelayanan penunjang medis, kegiatan penelitian, pengembangan, pelatihan

dan pemeliharaan sarana Rumah Sakit Umum Daerah yang dipimpin oleh

seorang Kepala dalam Jabatan non structural yang berada dibawah dan

bertanggungjawab kepada Direktur. (2) Instalasi mempunyai tugas

membantu Direktur dalam menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan

jenis Instalasinya. (3) Pembentukan dan perubahan instalasi ditetapkan

oleh Direktur setelah mendapatkan persetujuan dari Bupati dengan

berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.5 CAKUPAN LAYANAN RUMAH SAKIT

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan

memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat derajat

kesehatan masyarakat Indonesia. Pemerintah telah bersungguh-sungguh

dan terus-menerus berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan baik

yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Peran tersebut

pada dewasa ini semakin dituntut akibat adanya perubahan-perubahan


epidemiologik penyakit, perubahan struktur organisasi, perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan sosio-ekonomi masyarakat

dan pelayanan yang lebih efektif, ramah dan sanggup memenuhi

kebutuhan mereka.

Pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan salah satu tolak ukur

kepuasan yang berefek terhadap keinginan pasien untuk kembali kepada

institusi yang memberikan pelayanan kesehatan yang efektif. Untuk

memenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga dapat memperoleh

kepuasan yang ada pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan pada

rumah sakit melalui pelayanan prima. Melalui pelayanan prima, rumah

sakit diharapkan akan menghasilkan keunggulan kompetitif (competitive

advantage) dengan pelayanan bermutu, efisien, inovatif dan menghasilkan

sesuai dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan

pasien.

Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit dapat digolongkan

menjadi:

1. Rumah Sakit Umum

Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan

subspesialistik. Rumah sakit umum memberi pelayanan kepada

berbagai penderita dengan berbagai jenis penyakit, memberi pelayanan

diagnosis dan terapi untuk berbagai kondisi medik, seperti penyakit

dalam, bedah, pediatrik, psikiatrik, ibu hamil, dan sebagainya.


2. Rumah Sakit Khusus

Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi

primer, memberikan diagnosis dan pengobatan untuk penderita yang

mempunyai kondisi medik khusus, baik bedah atau non bedah, misal:

Rumah Sakit Ginjal, Rumah Sakit Kusta, Rumah Sakit Jantung, Rumah

Sakit Bersalin dan Anak, dan lain-lain.

2.2 INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

2.2.1 Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Berdasarkan Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang

Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tugas pokok farmasi

Rumah Sakit adalah sebagai berikut:

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal

b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi

c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi

e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku

f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi

g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan

formularium rumah sakit.


Fungsi farmasi rumah sakit yang tertera pada Kepmenkes No.

1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah

Sakit adalah sebagai berikut:

a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

b. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan

2.3 PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI

Instalasi adalah fasilitas penyelenggara pelayanan medik, pelayanan

penunjang medik, kegiatan penelitian, pengembanagan, pendidikan,

pelatihan dan pemeliharaan sarana rumah sakit. Farmasi rumah sakit adalah

seluruh aspek kefarmasian yang dilakukan di suatu rumah sakit. Jadi

instalasi farmasi adalah suatu unit di suatu rumah sakit di bawah pimpinan

seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi

persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara

profesional, tempat penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh

pekerjaan dan pelayanan kefarmasian.

Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem perbekalan farmsi

merupakan suatui siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai

evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya.Kegiatan

mencakup perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pengendalian, pencatatan dan pelaporan, penghapusan,

monitoring dan evaluasi

1.1 PERENCANAAN

Perencanaan perbekalan farmasi adalah salah satu fungsi yang

menetukan dalam proses pengadaan perbekalan farmasi dirumah sakit.


Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk mendapatkan jenis

dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan

kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.

1.1.1 Tahap perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi meliputi

a. Pemilihan

Fungsi pemilihan adalah untuk menetukan perbekalan farmasi

yang benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien/kunjungan dan

pola penyakit dirumah sakit. Dasar-dasar pemilihan kebutuhan obat

meliputi : - Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara

menghindari kesamaan jenis

- Hindari obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai

efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.

- Apabila jenis obat banyak, maka dipilih berdasarkan obat pilihan

(drug of choice).

b. Perhitungan kebutuhan

Menentukan kebutuhan perbekalan farmasi merupakan tantangan

tenaga farmasi.Masalah kekosongan atau kelebihan perbekalan farmasi

dapat terjadi, apabila informasi yang digunakan semata-mata hanya

berdasarkan teoritis saja. Pendekatan perencanaan kebutuhan dapat

dilakukan melalui beberapa metoda :

- Metoda konsumsi

Perhitungan kebutuhan dengan metoda konsumsi didasarkan pada

data riel konsumsi perbekalan farmasi periode yang lalu, dengan berbagai

penyesuaian dan koreksi.


Langkah penghitungan rencana kebutuhan obat menurut pola

konsumsi adalah :

1. Pengumpulan dan pengolahan data

2. Analisa data untuk informasi dan evaluasi

3. Perhitungan perkiraan kebutuhan obat

4. Penyesuaian jumlah kebutuhan obat dengan alokasi dana.

Delapan langkah dalam menghitung kebutuhan obat menurut

metoda konsumsi :

1. Menghitung pemakaian nyata pertahun

a. Pemakaian nyata pertahun adalah jumlah obat yang dikeluarkan

dengan kecukupan untuk jangka waktu tertentu.Data dapat

diperoleh dari laporan per bula atau kartu stok.

b. Rumus :Pemakaian nyata pertahun=(stok awal+penerimaan obat

satu tahun)-(sisa stok+jumlah obat hilang//kadaluwarsa)

2. Menghitung pemakaian rata-rata 1 bulan

Pemakaian rata-rata perbulan = pemakaian nyata:jumlah bulan

3. Menghitung kekurangan obat

Kekurangan obat adalah jumlah obat yang diperlukan saat terjadi

kekosongan obat

Rumus

Kekurangan obat=waktu kekosongan obat x pemakaian rata-rata

4. Menghitung obat yang sesungguhnya (Riil)

Kebutuhan obat sesungguhnya = pemakaian nyata + kekurangan obat

5. Menghitung kebutuhan obat tahun yang akan datang


Kebutuhan obat tahun yang akan datang adalah ramalan kebutuhan obat

yang sudah mempertimbangkan peningkatan jumlah pelanggan yang akan

dilayani.

Rumus

Kebutuhan obat tahun yang akan datang=kebutuhan obat yang

sesungguhnya+kebutuhan obat yang sesungguhnya x 15%

6. Menghitung kebutuhan leadtime

Leadtime adalah waktu yang dibutuhkan sejak rencana diajukan sampai

dengan obat yang diterima

Kebutuhan leadtime=pemakaian rata-rata x waktu tunggu (bulan)

7. Menentukan stok pengaman (Buffer Stok)

Buffer stok adalah jumlah obat yang diperlukan untuk menghindari

terjadinya kekosongan obat.

8. Menghitung jumlah obat yang akan diprogramkan ditahun yang akan datang

Rumus

Jumlah obat yang akan diprogramkan ditahun yang akan

datang=kebutuhan obat yang akan datang+kebutuhan leadtime+buffer stok

9. Menghitung jumlah obat yang akan dianggarkan

Rumus

Jumlah obat yang akan dianggarkan=kebutuhan obat yang diprogramkan-

sisa stok

- Metoda morbiditas

Perhitungan jumlah kebutuhan perbekalan farmasi yang berdasarkan

beban kesakitan yang harus dilayani.Metoda morbiditas adalah


perhitungan perbekalan farmasi berdasarkan pola penyakit, perkiraan

kenaikan kunjungan dan waktu tunggu.

1.2 PENGADAAN
Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang

telah direncanakan :

a.Pembelian

Pembelian adalah rangkaian proses pengadaan untuk mendapatrkan

perbekalan farmasi. Hal in sesuai denga perpres RI No 94 tahun 2007

tentang pengendalian dan pengawasan atas pengadaan dan penyaluran

bahan obat, obat spesifik dan alkes yang berfungsi sebagai obat da perpres

RI No 95 tahun 2007 tentang perubahan ketujuh atas kepres No 80 tahun

2003 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintahan.

Ada 4 metoda pada proses pembvelian :

1. Tender terbuka

Berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar, dan sesuai dengan

kriteria yang telah ditentukan.Pada penentuan harga metoda ini lebih

menguntungkan, untuk pelaksanaanya staf yang kuat, waktu yang lam

serta perhatian penuh.

2. Tender terbatas

Sering disebut lelang tertutup.Hanya dilakukan pada rekanan

tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat yang baru.Harga masih

dapat dikendalikian, tenaga dan beban kerja lebih ringan bila dibandingkan

dengan lelang terbuka.

3. Pembelian dengan tawar-menawar


Dilakukan bila item tidak penting, tidak banyak dan biasanya

dilakukan pendekatan langsung untuk item tertentu.

4. Pembelian langsung

Pembelian jumlah kecil, perlu segera tersedia, harga tertentu dan

relatif agak mahal.

b. Produksi

Produksi perbekalan farmasi dirumah sakit merupakan kegiatan

membuat, membentuk sediaan dan pengemasan kembali sedian farmasi

steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di

rumah sakit.

Kriteria perbekalan farmasi yang diproduksi :

- Sediaan farmasi dengan formula khusus

- Sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar dengan harga

lebih murah

- Sediaan farmasi yang memerlukan pengemasan kembali

- Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran

- Sediaan farmasi untuk penelitian

- Sediaan nutrisi parenteral

- Sediaan farmasi yang harus selalu di buat baru

1.3 PENERIMAAN
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang

telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung,

tender, atau sumbangan.Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh

petugas yang bertanggung jawab, harus terlatih baik, serta harus mengerti sifat

penting perbekalan farmasi.


Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima

sesuai kontrak baik spesifikasi utu, jumlah maupun waktu kedatangan. Semua

perbekalan farmasi yang diterima harus diperiksa dan disesuaikan dengan

spesifikasi pada order pembelian rumah sakit. Semua pembekalan farmasi harus

ditempatkan dalam tempat persediaan, segera setelah diterima, perbekalan farmasi

harus segera disimpan di dalam lemari atau tempat lain yang aman.

Perbekalan farmasi yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi kontrak

yang telah ditetapkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan adalah :

- Harus mempunyai MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk bahan yang

berbahaya

- Harus mempunyai sertifkat asli untuk alat kesehatan

- Sertifikat analisis produk

1.4 PENYIMPANAN
Penyimpanan adalah suatu kegiatan penyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman

dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak obat.

Tujuan penyimpanan :

- Memelihara mutu sediaan farmasi

- Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab

- Menjaga ketersediaan

- Memudahkan pencarian dan pengawasan

Metoda penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,

menurut bentuk sediaan dan alfabet dengan menerapkan prinsip FIFO dan FEFO

dan serta sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi

sesuai kebutuhan.
Pengaturan tata ruang untuk memberikan kemudahan dalam

penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan perbekalan farmasi

diperlukan pengaturan tata ruang gudang yang baik.

Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang bangunan gudang adalah :

- Kemudahan bergerak

Untuk kemudahan bergerak, gudang ditata menggunakan sistem sati lantai, tidak

bersekat-sekat. Berdasarkan arah arus p[enerimaan dan pengeluaran perbekalan

farmasi, ruang gudang ditata berdasarkan sistem garis lurus, arus U atau aurs L.

- Sirkulasi udara yang baik

- Rak dan pallet

Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet dapat meningkatkan sirkulasi

udara dan perputaran stok perbekalan farmasi.

- Kondisi penyimpanan khusus

Seperti vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi, narkotika

dan bahan berbahay harus disimpan dalam lemari khusus dan terkunci, bahan-

bahan yang mudah terbakar.

- Pencegahan kebakaran

Hindari penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar dan pemadam kebakaran

harus dipasang pada tempat-tempat yang mudah dijangkau.

1.5 PENDISTRIBUSIAN

Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di

rumah sakit untuk pelyanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap

dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian
adalah tersedianya perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan secara tepat waktu

jenis dan jumlah.

Jenis Sistem Distribusi :

a. Resep Perorangan

b. Sistem distribusi persediaan lengkap di ruang

c. Sistem distribusi dosis unit

1.6 PENCATATAN DAN PELAPORAN


1.6.1 Pencatatan
Pencatatan bertujuan untuk memonitor transaksi perbekalan

farmasi yang keluar dan masuk.Pencatatan memudahkan untuk melakukan

penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar dan harus

ditarik dari peredaran.Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan

bentuk digital maupun manual.Kartu yang umum digunakan untuk

melakukan pencatatan adalah kartu stok.

Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan perbekalan

farmasi bersangkutan, pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari,

setiap terjadi mutasi perbekalan farmasi (penerimaan, pengeluaran, hilang

atau rusak/kadaluwarsa) langsung dicatat dalam kartu stok, penerimaan

dan pengeluaran barang dijumlahkan pada setiap akhir bulan.

Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan

administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang

disajikan kepada pihak yang berkepentingan.Tujuan pelaporan adalah


tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi, tersedianya informasi

yang akurat, tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran sureat dan

laporan, mendapat data yang lengkap untuk membuat perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai