Nim : 17.30.020
2017 – 2018
1. PENGERTIAN
Infark miokard akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh
karena sumbatan pada arteri koroner. Sumbatan akut terjadi oleh karena
adanya aterosklerotikpada dinding arteri koroner sehingga menyumbat
aliran darah ke jaringan otot jantung.(M. Black, Joyce, 2014 : 343). Infark
Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot
jantung terganggu. (M. Black, Joyce, 2014: 343). Menurut Brunner &
Sudarth, 2002 infark miokardium mengacu pada proses rusaknya jaringan
jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah
koroner berkurang.
2. KLASIFIKASI
Ada dua jenis infark miokardial yang saling berkaitan dengan morfologi,
patogenisis, dan penampakan klinis yang cukup berbeda. (Dasar Patologi
Penyakit, 1999 : 319)
1. Infark Transmural
Infark yang mengenai seluruh tebal dinding ventrikel. Biasanya
disebabkan oleh aterosklerosis koroner yang parah, plak yang
mendadak robek dan trombosis oklusif yang superimposed.
2. Infark Subendokardial
Terbatas pada sepertiga sampai setengah bagian dalam dinding
ventrikel yaitu daerah yang secara normal mengalami penurunan
perfusi.
3. ETIOLOGI
1.Faktor penyebab
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor
menurut Kasuari(2002) :
1. Faktor pembuluh darah :
a. Aterosklerosis
b. Spasme
c. Arteritis
2. Faktor sirkulasi :
a. Hipotensi
b. Stenosos aurta
c. Insufisiensi
3. Faktor darah :
a. Anemia
b. Hipoksemia polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat :
a. Aktifitas berlebihan
b. Emosi
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
a.Kerusakan miocard
b.Hypertropimiocard
c. Hypertensi diastolic
2.Faktor predisposisi
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
1) Usia lebih dari 40 tahun
2) Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
3) Hereditas
4) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Faktor resiko yang dapat diubah :
1) Mayor :
a) Hiperlipidemia
b) Hipertensi
c) Merokok
d) Diabetes
e) Obesitas
f) Diet tinggi lemak jenuh, kalori
2) Minor:
a) Inaktifitas fisik
b) Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
c) Stress psikologis berlebihan.
4. PATOFISIOLOGI
IMA dapat dianggap sebagai titik akhir dari PJK. Tidak seperti
iskemia sementara yang terjadi dengan angina, iskemia jangka panjang
yang tidak berkurang akan menyebabkan kerusakan ireversibel terhadap
miokardium. Sel-sel jantung dapat bertahan dari iskemia selama 15 menit
sebelum akhirnya mati. Manifestasi iskemia dapat dilihat dalam 8 hingga
10 detik setelah aliran darah turun karena miokardium aktif secara
metabolic. Ketika jantung tidak mendapatkan darah dan oksigen, sel
jantung akan menggunakan metabolisme anaerobic, menciptakan lebih
sedikit adenosine trifosfat (ATP) dan lebih banyak asam laktat sebagai
hasil sampingannya. Sel miokardium sangat sensitif terhadap perubahan
pH dan fungsinya akan menurun.
Asidosis akan menyebabkan miokarium menjadi lebih rentan
terhadap efek dari enzim lisosom dalam sel. Asidosis menyebabkan
gangguan sistem konduksi dan terjadi disritmia. Kontraktilitas juga akan
berkurang, sehingga menurunkan kemampuan jantung sebagai suatu
pompa. Saat sel miokardium mengalami nekrosis, enzim intraselular akan
dilepaskan ke dalam aliran darah, yang kemudian dapat dideteksi dengan
pengujian laboratorium. (M.Black, Joyce, 2014 :345) Dalam beberapa jam
IMA, area nekrotik akan meregang dalam suatu proses yang disebut
ekspansi infark. Ekspansi ini didorong juga oleh aktivasi neurohormonal
yang terjadi pada IMA. Peningkatan denyut jantung, dilatasi ventrikel, dan
aktivasi dari system renin-angiotensin akan meningkatkan preload selama
IMA untuk menjaga curah jantung. Infark transmural akan sembuh dengan
menyisakan pembentukan jaringan parut di ventrikel kiri, yamg disebut
remodeling. Ekspansi dapat terus berlanjut hingga enam minggu setelah
IMA dan disertai oleh penipisan progresif serta perluasan dari area infark
dan non infark. Ekspresi gen dari sel-sel jantung yang mengalami
perombakan akan berubah, yang menyebabkan perubahan structural
permanen ke jantung. Jaringan yang mengalami remodelisasi tidak
berfungsi dengan normal dan dapat berakibat pada gagal jantung akut atau
kronis dengan disfungsi ventrikel kiri, serta peningkatan volume serta
tekanan ventrikel. Remodeling dapat berlangsung bertahun-tahun setelah
IMA. (M.Black, Joyce,2014 : 345) Lokasi IMA paling sering adalah
dinding anterior ventrikel kiri di dekat apeks, yang terjadi akibat trombosis
dari cabang desenden arteri coroner kiri. Lokasi umum lainnya adalah (1)
dinding posterior dari ventrikel kiri di dekat dasar dan di belakang daun
katup/ kuspis posterior dari katup mitral dan (2) permukaan inferior
(diafragmantik) jantung. Infark pada ventrikel kiri posterior terjadi akibat
oklusi arteri coroner kanan atau cabang sirkumfleksi arteri coroner kiri.
Infark inferior terjadi saat arteri coroner kanan mengalami oklusi. Pada
sekitar 25 % dari IMA dinding inferior, ventrikel kanan merupakan lokasi
infark. Infark atrium terjadi pada kurang dari 5 %. Peta konsep
menjelaskan efek selular yang terjadi selama infark miokard. (M.Black,
Joyce, 2014 :345)
5. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang berhubungan dengan IMA berasal dari
iskemia otot jantung dan penurunan fungsi serta asidosis yang terjadi.
Manifestasi klinis utama dari IMA adalah nyeri dada yang serupa dengan
angina pectoris tetapi lebih parah dan tidak berkurang dengan nitrogliserin.
Nyeri dapat menjalar ke leher, rahang, bahu, punggung atau lengan kiri.
Nyeri juga dapat ditemukan di dekat epigastrium, menyerupai nyeri
pencernaan. IMA juga dapat berhubungan dengan manifestasi klinis yang
jarang terjadi berikut ini. (M.Black, Joyce, 2014 : 346)
a. Nyeri dada, perut, punggung, atau lambung yang tidak khas.
b. Mual atau pusing.
c. Sesak napas dan kesulitan bernapas.
d. Kecemasan, kelemahan, atau kelelahan yang tidak dapat dijelaskan
e. Palpitasi, kringat dingin, pucat
Wanita yang mengalami IMA sering kali datang dengan satu atau lebih
manifestasi yang jarang terjadi di atas. (M.Black, Joyce, 2014 : 346)
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
1. EKG
Perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Setelah ini terdapat elevasi segmen ST.Perubahan yang
terjadi kemudian ialah adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya
nekrosis.
2. Laboratorium
b. LDH/HBDH
Meningkat dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk
kembali normal
c. AST/SGOT
Meningkat ( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam 6-12 jam,
memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari
d. Elektrolit
Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan
kontraktilitas, missal hipokalemi, hiperkalemi
e. Sel darah putih
Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
f. Kecepatan sedimentasi
Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan
inflamasi.
g. GDA:
Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau
kronis.
f. Kolesterol atau Trigliserida serum
Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab IMA.
3. Foto dada
Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisma ventrikuler.
7. KOMPLIKASI
1. Gagal ginjal kongestif
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Infark
miokardium mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan
pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal
dan mengubah daya kembang ruang jantung tersebut. Dengan
berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untukmengosongkan diri, maka
besar curah sekuncup berkurang sehingga volume sisa ventrikel
meningkat. Akibatnya tekanan jantung sebelah kiri meningkat. Kenaikkan
tekanan ini disalurkan ke belakang ke vena pulmonalis. Bila tekanan
hidrostatik dalam kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vaskuler
maka terjadi proses transudasi ke dalam ruang interstitial. Bila tekanan ini
masih meningkat lagi, terjadi udema paru-paru akibat perembesan cairan
ke dalam alveolis sampai terjadi gagal jantung kiri. Gagal jantung kiri
dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan akibat meningkatnya
tekanan vaskuler paru-paru sehingga membebani ventrikel kanan.
2. Syok kardiogenik
Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah
mengalami infark yang masif, biasanya mengenai lebif dari 40% ventrikel
kiri. Timbul lingkaran setan hemodinamik progresif hebat yang
irreversibel, yaitu :
1) Penurunan perfusi perifer
2) Penurunan perfusi koroner
3) Peningkatan kongesti paru-paru
3. Disfungsi otot papilaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrosis otot papilaris akan
mengganggu fungsi katub mitralis, memungkinkan eversi daun katup ke
dalam atrium selama sistolik. Inkompentensi katub mengakibatkan aliran
retrograd dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat
pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan
vena pulmonalis. Volume aliran regugitasi tergantung dari derajat
gangguan pada otot papilari bersangkutan.
4. Defek septum ventrikel
Nekrosis septum interventrikularis dapat menyebabkan ruptura dinding
septum sehingga terjadi depek septum ventrikel. Karena septum
mendapatkan aliran darah ganda yaitu dari arteri yang berjalan turun pada
permukaan anterior dan posterior sulkus interventrikularis, maka rupture
septum menunjukkan adanya penyakit arteri koronaria yang cukup berat
yang mengenai lebih dari satu arteri. Rupture membentuk saluran keluar
kedua dari ventrikel kiri. Pada tiap kontraksi ventrikel maka aliran
terpecah dua yaitu melalui aorta dan melalui defek septum ventrikel.
Karena tekanan jantung kiri lebih besar dari jantung kanan, maka darah
akan mengalami pirau melalui defek dari kiri ke kanan, dari daerah yang
lebih besar tekanannya menuju daerah yang lebih kecil tekanannya. Darah
yang dapat dipindahakan ke kanan jantung cukup besar jumlahnya
sehingga jumlah darah yang dikeluarkan aorta menjadi berkurang.
Akibatnya curah jantung sangat berkurang disertai peningkatan kerja
ventrikel kanan dan kongesti.
5. Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal
perjalanan infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum
pembentukkan parut. Dinding nekrotik yang tipis pecah sehingga terjadi
perdarahan masif ke dalam kantong perikardium yang relatif tidak alastis
tak dapat berkembang. Kantong perikardium yang terisi oleh darah
menekan jantung ini akan menimbulkan tanponade jantung. Tanponade
jantung ini akan mengurangi alir balik vena dan curah jantung.
6. Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi
kasar yang merupakan predisposisi pembentukkan trombus. Pecahan
trombus mural intrakardia dapat terlepas dan terjadi embolisasi sistemik.
Daerah kedua yang mempunyai potensi membentuk trombus adalah sistem
vena sistenik. Embolisasi vena akan menyebabkan embolisme pada paru-
paru
7. Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
berkontak dengan perikardium menjadi besar sehingga merangsang
permukaan perikardium dan menimbulkan reaksi peradangan, kadang-
kadang terjadi efusi perikardial atau penimbunan cairan antara kedua
lapisan.
8. Aritmia
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologis sel-sel miokardium.
Perubahan elektrofiiologis ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel
8. PENATALAKSANAAN
1. Rawat ICCU, puasa 8 jam
2. Tirah baring, posisi semi fowler.
3. Monitor EKG
4. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
5. Oksigen 2 – 4 lt/menit
6. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
7. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
8. Bowel care : laksadin
9. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus
10. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
11. Psikoterapi untuk mengurangi cemas
Metabolisme an aerob
Seluler hipoksia
Intoleransi
aktifitas
COP turun Kegagalan
pompa jantung
Penumpukan
Gangguan perfusi cairan dialveoli
Gagal Jantung
jaringan
Kerusakan
Resiko kelebihan pertukaran gas
volume cairan