BRONKOGENIC”
Di Susun Oleh:
NIM : 201720461011058
I. Definisi
II. Etiologi
Penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui,
tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama
disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,
genetik, dan lain-lain (Amin, 2006).
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor
yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh
kasus (Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000
bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat
menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok
dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang
rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010).
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan
hubungan antara perokok pasif, atau mengisap asap rokok
yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup,
dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko
mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan
polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan
dengan merokok kretek.Kematian akibat kanker paru
jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan.Bukti statistik juga
menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan
pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi
yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan
kelas yang lebih tinggi.Hal ini, sebagian dapat dijelaskan
dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih
rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat
pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih
tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan
dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok)
adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
III. Patofisiologi
Asap rokok mengandung 60 macam karsinogen (termasuk
benzen, nitrosamin [NNK], dan oksidan) yang dapat
menyebabkan mutasi DNA. Dikemukakan bahwa kanker paru
terjadi pada perokok yang tidak memiliki kemampuan
metabolisme untuk mendetoksifikasi karsinogen secara
adekuat. Tumor paru terjadi dari banyak pajanan karsinogen
dan bukan karena satu kejadian pencetus (serangan
berulang); diperkirakan bahwa perlu antara 10 sampai 20
mutasi genetika untuk menciptakan sebuah tumor. Beberapa
mutasi yang lebih sering yang telah teridentifikasi meliputi :
Penghilangan lengan pendek kromosom, Aktivasi onkogen,
Inaktivasi gen supresor tumor.Dalam bronkus yang terpajan
karsinogen, sel-sel diplastik menjadi karsinoma in situ,
kemudian karsinoma bronkogenik. Sel-sel kanker
memproduksi faktor pertumbuhan autokrin (mis, faktor
pertumbuhan epitel, faktor pertumbuhan jaringan, peptida
pelepas gastrin, faktor pertumbuhan menyerupai insulin)
yang mendorong pertumbuhan tumor.
Tipe kanker paru bergantung pada sel asal yaitu :
Karsinoma paru non small cell (NSCLC) 1. Adenokarsinoma
muncul dari sel kelenjar dalam epitel bronkus dan lokasinya
sering kali perifer;bermetastasis sejak dini 2. Tipe kanker
paru tersering, terutama pada wanita 3. Meliputi karsinoma
bronkiolar-alveolar yang muncul dari bronkiolus terkecil dan
septum alveolus;sering tampak sebagai infiltrat dan bukan
massa pada foto rontgen, tidak berhubungan dengan
merokok. Skuamosa muncul dari epitel skuamosa bronkus
dan sering berlokasi sentral;sering menyebabkan kanker
okulta dan bermetastasis dengan lambat.Sel besar (large
cell) kemungkinan berasal dari adenokarsinoma maupun
skuamosa, tetapi kanker jenis ini sangat anaplastik (tumbuh
tanpa bentuk atau struktur) sehingga asal selnya tidak bisa
teridentifikasi;tumor agresif dengan metastasis awal.
Karsinoma sel kecil small cell (SCLS) muncul dari sel neuro
endokrin di dalam bronkus;tumor ini merupakan tumor yang
sangat agresif dan biasanya sudah bermetastasis saat
terdiagnosa (Amin. Z. 2006).
IV.Tanda dan gejala
V. Klasifikasi
Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small
cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-
small lung cancer, NSCLC).Klasifikasi ini digunakan untuk
menentukan terapi.Termasuk didalam golongan kanker paru
sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe
sel besar, atau campuran dari ketiganya.
Keterangan :
StatusTumor Primer (T)
T0 : tidak terbukti adanya tumor primer.
Tx : kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan
bronkus, tetapi tidak terlihat pada radiogram atau
bronkoskopi.
Tis : karsinoma in situ.
T1 : tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura
viseralis yang normal.
T2 : tumor > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah
menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis
yang meluas ke hilus, harus berjarak > 2 cm distal dari
karina.
T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke
dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, dan
perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang
terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan
karina,tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar,
trakea, esofagus, atau korpus vertebra.
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum,
jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus
vertebra, rongga pleura/perikardium yang disertai efusi
pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang
sama pada tumor primer.
c. Histopatologi.
Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma
bronkogenik dapat diketahui).
Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya
perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai
90 – 95 %.
Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang
lebih baik dengan cara torakoskopi.
Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar
getah bening yang terlibat.
Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila
bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif
sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
d. Pencitraan.
CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim
paru dan pleura.
VII. Penatalaksanaan
Pembedahan
Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah
untukkanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil stadium I
dan II. Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine
modality therapy”, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk
kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecilstadium IIIA.
Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan
intervensi bedah, seperti kankerparu dengan sindroma vena
kava superiror berat.
Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor
direseksi lengkap berikut jaringan KGBintrapulmoner,
dengan lobektomi maupun pneumonektomi.Segmentektomi
atau reseksi baji hanyadikerjakan jika faal paru tidak cukup
untuk lobektomi.Tepi sayatan diperiksa dengan potong beku
untuk memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas
tumor.KGB mediastinum diambil dengan diseksisistematis,
serta diperiksa secara patologi anatomis.
Hal penting lain yang penting dingat sebelum
melakukan tindakan bedah adalah mengetahui
toleransipenderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan
dilakukan. Toleransi penderita yang akan dibedah dapat
diukur dengan nilai uji faal paru dan jika tidak memungkin
dapat dinilai dari hasil analisis gas darah(AGD) :
Syarat untuk reseksi paru
- Resiko ringan untuk Pneumonektomi, bilaKVP paru
kontralateral baik, VEP 1>60%
- Risiko sedang pneumonektomi, bilaKVP paru
kontralateral > 35%, VEP1 > 60%
Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi
kuratif atau paliatif.Pada terapi kuratif,
radioterapimenjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan
untuk kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil
stadium IIIA.Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak
jarang menjadi alternatif terapi kuratif.Radiasi sering
merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk
meringankan keluhan penderita,seperti sindroma vena
kava superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke
dinding dada dan metastasis tumor di tulang atau otak.
Penetapan kebijakan radiasi pada kanker paru jenis
karsinoma bukan sel kecil ditentukan beberapa faktor
1. Staging penyakit
2. Status tampilan
3. Fungsi paru
Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus
diketahui :
- Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang
dikerjakan
- Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi
(PA)
VIII. Komplikasi