Anda di halaman 1dari 23

Daftar Isi

BAB 1 ..................................................................................................................................................... 1
Pendahuluan ......................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................................................... 2
Pembahasan ......................................................................................................................................... 2
2.1 Kencing Nanah/Gonore/Gonorrhoea (GO) ................................................................................... 2
2.2 Sifilis/Raja Singa .......................................................................................................................... 4
2.3 Epididimitis ................................................................................................................................... 6
2.4 Keputihan/Flour Albus.................................................................................................................. 9
2.5 Herpes Simplex Genitalis/Herpes Genital .................................................................................. 13
2.6 HIV/AIDS ................................................................................................................................... 15
BAB III .................................................................................................................................................. 21
Penutup................................................................................................................................................. 21
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 21
3.2 Saran ........................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSAKA ............................................................................................................................... 22
BAB 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup memiliki ciri di antaranya dapat berkembang biak, begitu juga dengan
manusia. Laki-laki dan perempuan memiliki sistem reproduksi yang berbeda sesuai dengan
fungsinya.

Sistem reproduksi sangat rawan terhadap kelainan dan penyakit. Kelainan dan
penyakit pada sistem reproduksi dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, atau virus. Kelainan
dan penyakit ini dapat ditularkan dari orang tua (yang terinfeksi) kepada anaknya, akibat
transfusi darah yang terinfeksi, ditularkan akibat gaya hidup yang tidak baik seperti pergaulan
bebas dan menggunakan jarum suntik untuk obat terlarang seperti narkoba.

Penyakit reproduksi bisa menyerang siapa saja, tidak terkecuali orang-orang terdekat
atau bahkan kita sendiri. Untuk menghindari semua itu perlu adanya pemahaman materi
mengenai penyakit pada sistem reproduksi manusia dan upaya pencegahannya. Untuk itu,
saya membuat makalah ini agar dapat menambah wawasan dan pemahaman kita dalam
mengetahui penyakit-penyakit apa saja yang ada pada organ reproduksi. Dalam makalah ini,
saya akan membahas beberapa penyakit yang menyerang sistem reproduksi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa-apa sajakah penyakit-penyakit yang menyerang organ reproduksi itu?
2. Bagian-bagian tubuh apa sajakah yang terkena penyakit reproduksi?
3. Bagaimana cara mencegah penyakit pada masing-masing organ reproduksi?
4. Bagaimana cara mengaobatinya?

1.3 Tujuan
Makalah ini kami buat agar dapat menambah wawasan mengenai penyakit pada organ
reproduksi, cara mencegahnya, dan cara mengatasinya.

1|Makalah IPA
BAB II

Pembahasan
2.1 Kencing Nanah/Gonore/Gonorrhoea (GO)
Pengertian :

Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea) adalah
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi
lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan
persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di
dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

Gonorrhea merupakan penyakit infeksi yang menyerang lapisan epitel (lapisan paling
atas dari suatu jaringan). Bila tidak diobati, infeksi ini akan menyebar ke jaringan yang lebih
dalam.

Bakteri Neisseria gonorrhoeae

Gejala :

 Beberapa pria penderita gonore mungkin tidak menujukkan gejala sama sekali. Akan
tetapi, sebagian pria menunjukkan tanda dan gejala yang tampak 1- 14 hari setelah
terinfeksi. Gejala dan tandanya termasuk rasa panas ketika buang air seni, atau
keluarnya cairan berwarna putih, kuning, atau hijau dari penis. Kadang-kadang pria
penderita gonore mengalami nyeri atau pembengkakan pada testis.
 Pada wanita, Gejala gonore biasannya ringan, tapi sebagian besar wanita yang
terinfeksi gonore tidak menunjukkan gejala. Bahkan ketika gejalanya muncul, sering
disalahartikan sebagai infeksi kandung kemih atau vagina. Gejala dan tanda awal pada
wanita berupa rasa panas atau nyeri ketika berkemih, bertambahnya cairan vagina,
atau pendarahan vagina diantara waktu datang bulan. Wanita penderita gonore
berisiko terkena komplikasi serius infeksi lain, tanpa tergantung gejala atau seriusnya
gejala.

Gonore juga dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh :

 Anus (Rektum) : Rasa gatal pada anal, keluar cairan seperti nanah dari rektum, bercak
darah merah terang saat buang air besar .

2|Makalah IPA
 Mata : Gonore yang mempengaruhi mata dapat menyebabkan sakit mata, mata yang
sensitif terhadap cahaya, dan cairan seperti nanah yang keluar dari mata.
 Tenggorokan : Tanda dan gejala gonore pada tenggorokan adalah sakit tenggorokan
dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher.
 Sendi : Sendi yang terkinfeksi terasa hangat, bengkak merah, dan terasa nyeri saat
digerakkan

Penyebab :

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi
selaput lendir saluran reproduksi, termasuk leher rahim, rahim, saluran telur dan uretra pada
wanita, sedangkan pada laki-laki Neisseria gonorrhoeae juga dapat menginfeksi selaput
lendir dari mulut, tenggorokan, mata, dan anus.

Gonore merupakan infeksi menular seksual atau IMS. Gonore paling sering menular
melalui hubungan seks serta bayi juga bisa terinfeksi saat proses kelahiran jika ibunya
mengidap penyakit gonore dan umumnya menjangkiti mata bayi, seperti kebutaan.

Bakteri gonore tidak bisa bertahan hidup di luar tubuh manusia untuk waktu yang
lama, itu sebabnya gonore tidak menular melalui dudukan toilet, peralatan makan, berbagi
handuk, kolam renang, berbagi gelas dan pelukan.

Pencegahan :

Kita sebagai pelajar hendaknya menjauhkan diri dari pergaulan bebas, memilih teman
yang memberikan dampak positif, bukan malah sebaliknya.

Pengobatan :

Pengobatan gonore dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Berdasarkan


pusat pengendalian dan pencegahan penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan
terapi ganda. Obat untuk gonore tidak boleh berbagi dengan siapa pun. Meskipun obat-obatan
akan menghentikan infeksi, itu tidak akan memperbaiki kerusakan permanen yang dilakukan
oleh penyakit. Jika gejala seseorang terus berlanjut selama lebih beberapa hari setelah
menerima perawatan, ia harus kembali ke penyedia layanan kesehatan untuk dievaluasi
ulang.

Bagi wanita hamil dan menyusui, pengobatan gonore bisa menggunakan antibiotik
karena antibiotik tidak berdampak buruk bagi bayi yang dikandung. Biasanya antibiotik juga
akan segera diberikan setelah bayi dilahirkan, yaitu bayi-bayi yang memiliki gejala terinfeksi
gonore atau yang memiliki risiko tinggi terinfeksi karena ibunya menderita gonore.

Pengobatan gonore yang paling sering dilakukan adalah dengan satu suntikan
antibiotik diikuti dengan satu tablet antibiotik. Jika tidak ingin disuntik, bisa dimungkinkan
untuk menggantinya dengan tablet antibiotik lagi.

3|Makalah IPA
Biasanya gejala gonore akan mereda beberapa hari setelah pengobatan, tapi untuk rasa
sakit di testis atau tulang panggul bisa memerlukan waktu dua pekan untuk hilang
sepenuhnya, begitu juga dengan pendarahan berlebihan saat menstruasi akan membaik pada
siklus menstruasi berikutnya.

Pengobatan gonore yang telah berhasil sebelumnya tidak membuat kebal terhadap
penyakit gonore. Pengidap gonore sebelumnya masih bisa terinfeksi kembali jika melakukan
seks yang tidak aman.

Komplikasi Penyakit Gonore :

Gonore yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan
permanen baik pada pria maupun wanita.

Gonore dapat menyebar melalui darah atau persendian. Kondisi ini bisa menyebabkan
kematian. Selain itu, penderita gonore juga rawan terkena HIV, virus yang menyebabkan
AIDS. Orang yang terinfeksi HIV dan juga penderita gonore dapat menularkan HIV dengan
lebih mudah kepada orang lain daripada yang tidak menderita gonore.

2.2 Sifilis/Raja Singa


Pengertian :

Sifilis adalah penyakit kelamin menular yang disebabkan oleh bakteri Troponema
pallidum. Penularan melalui kontak seksual, melalui kontak langsung dan kongenital sifilis
(melalui ibu ke anak dalam uterus).

Gejela dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan. Seelum perkembangan tes
serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut “Peniru Besar” karena
sering dikira penyakit lainnya. Sekitar tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.

Penyakit sifilis adalah penyakit kelamin yang bersifat kronis dan menahun walaupun
frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit yang berbahaya karena
dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, saraf dan dapat
ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di kandungnya. Sehingga menyebabkan kelainan
bawaan pada bayi tersebut. Sifilis sering disebut sebagai “Lues Raja Singa”.

Bakteri Treponema pallidum

Gejala :

4|Makalah IPA
Masa inkubasi antara 10 – 90 hari, dengan gejala :

 Tahap 1
9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul luka kecil, bundar dan tidak sakit
(chancre) tepatnya pada kulit yang terpapar/kontak langsung dengan penderita.
Chancre sebagai tempat masuknya penyakit hampir selalu muncul di dalam
dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus yang tidak dibobati
(sampai tahap 1 berakhir), setelah beberapa minggu, chancre akan menghilang
tapi bakteri tetap berada di tubuh penderita.
 Tahap 2
1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain : sakit tenggorokan, sakit pada bagian
dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut rontok dan terdapat bintil.
Beberapa bulan kemudian akan menghilang. Sejumlah orang tidak mengalami
gejala lanjutan.
 Tahap 3
Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini chancre telah menimbulkan
kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam tahap ini akan muncul gejala :
kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung, kerusakan hati, lumpuh dan
gila.
 Gejala pada wanita
o Stadium satu. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan
basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan
chancre, dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk
pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama
stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan menghilang.
Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular.
o Stadium dua. Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita
akan mengalami ruam, khususnya di telapak kaki dan tangan. Mereka juga
dapat menemukan adanya luka-luka di bibir, mulut, tenggorokan, vagina dan
dubur. Gejala-gejala yang mirip dengan flu, seperti demam dan pegal-pegal,
mungkin juga dialami pada stadium ini. Stadium ini biasanya berlangsung
selama satu sampai dua minggu.
o Stadium tiga. Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para
penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini
berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit
tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya
pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga
bertahun-tahun lamanya.
o Stadium empat. Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada
stadium ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak
otak, jantung, batang otak dan tulang.
 Gejala pada pria
Pada lelaki yang telah tertular oleh sifilis memiliki gejala-gejala yang mirip
dengan apa yang dialami oleh seorang penderita wanita. Perbedaan utamanya ialah

5|Makalah IPA
bahwa pada tahap pertama, chancre tersebut akan muncul di daerah penis. Dan pada
tahap kedua, akan muncul luka-luka di daerah penis, mulut, tenggorokan dan dubur.
Orang yang telah tertular oleh spirochaeta penyebab sifilis dapat menemukan
adanya chancre setelah tiga hari – tiga bulan bakteri tersebut masuk ke dalam tubuh.
Kalau sifilis stadium satu ini tidak diobati, tahap kedua penyakit ini dapat muncul
kapan saja, mulai dari tiga sampai enam minggu setelah timbulnya chancre.

Penyebab :

Penyakit Sifilis atau sering disebut juga dengan penyakit raja singa merupakan
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini
bisa menular melalui hubungan seksual. Sifilis tidak menular melalui peralatan makan,
tempat dudukan toilet, knop pintu, kolam renang, dan tukar-menukar pakaian.

Pencegahan :

Ada beberapa cara pencegahan sifilis, diantaranya adalah menghindari Alkohol dan
obat-obat terlarang serta menjauhkan diri dari pergaulan bebas.

Pengobatan :

Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk penderita sifilis adalah (1) tes penyaringan
seperti VDRL (Veneral Disease Research Laboratory) atau RPR (Rapid Plasma Reagin), atau
(2) tes antibodi seperti FTA-ABS (Fluorescent Treponemal Antibody Absorption).

1. Tes Penyaringan
Tes penyaringan mudah dilakukan dan biayanya terjangkau meskipun perlu
dilakukan tes ulang karena pada beberapa minggu pertama sifilis primer hasilnya bisa
negatif.
2. Tes Antibodi
Tes antibodi adalah tes yang dilakukan terhadap bakteri penyebab sifilis. Salah
satu dari pemeriksaan ini adalah tes FTA-ABS yang digunakan untuk memperkuat
hasil tes penyaringan yang positif. Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis
diambil berdasarkan hasil pemerikasaan mikroskopis terhadap cairan dari luka dikulit
atau mulut. Selain itu,bisa juga menggunakan tes antiobodi pada sempel darah.

Pengobatan pada penderita sifilis biasanya menggunakan antibiotik penisilin. Jika


penderita alergi terhadap penisilin, bisa diberikan doksisiklin atau tetrasiklin per-oral selama
2-4 minggu. Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan penyakitnya. Oleh
karena itu penderita harus menghindari hubungan seksual sampai penderita dan mitra
seksualnya telah selesai menjalani pengobatan. Namun, karena malu banyak penderita yang
menjalani pengobatan tanpa konsultasi pada ahlinya sehingga penyakitnya bertambah parah.

2.3 Epididimitis
Pengertian :

6|Makalah IPA
Epididimitis adalah peradangan pada epididimis. Epididimitis adalah peradangan pada
saluran epididimis yang disebabkan oleh infeksi atau terkena penyakit menular seksual.
Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri diserti pembengkakkan pada salah satu testis. Salah
satu penyebab terjadinya penyakit ini adalah pergaulan bebas.

Penyakit ini dapat menyerang pria dari berbagai usia, namun paling sering menyerang
pria berusia 19 sampai 35 tahun. Apabila peradangan yang terjadi sudah menyebar hingga ke
testis, kondisi ini dikenal dengan istilah epididymo-orchitis.

Gejala :

Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan diceritakan oleh penderita. Beberapa gejala
yang akan dirasakan seseorang jika menderita epididimitis adalah:

1. Skrotum akan membengkak, terasa hangat, terasa sakit saat di sentuh, atau berwarna
kemerahan.
2. Nyeri pada testis, biasanya di salah satu satu sisi. Testis juga bisa terasa sakit saat
disentuh.
3. Darah pada cairan sperma.
4. Nyeri saat buang air kecil.
5. Sering ingin buang air kecil dan selalu merasa tidak tuntas.
6. Muncul benjolan di sekitar testis yang disebabkan karena penumpukan cairan.
7. Ujung penis mengeluarkan cairan tidak normal, biasanya terkait dengan penyakit
menular seksual.
8. Nyeri saat ejakulasi atau berhubungan seksual.
9. Rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut bagian bawah atau sekitar panggul.
10. Pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paha.
11. Demam bisa juga terjadi, meski cukup jarang.

Penyebab :

Epididimitis biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang ditularkan melalui


hubungan kelamin, biasanya Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis. Pada
epididimitis, peradangan yang disebabkan oleh infeksi bakteri menyebabkan pembengkakkan
dan nyeri pada skrotum.

Umumnya, beberapa penyebab epididimitis adalah :

1. Infeksi saluran kemih. Kondisi di mana terjadi infeksi bakteri yang menyerang
bagian dari sistem saluran kemih.
2. Epididimitis Kimia, adalah kondisi di mana urine mengalir kembali ke epididimis
karena tubuh yang terlalu meregang atau mengangkat barang berat.
3. Amiodarone, salah satu jenis obat jantung yang bisa menyebabkan peradangan pada
epididimis.
4. Penyakit menular seksual, seperti gonorea dan klamidia biasanya menjadi penyebab
epididimitis pada pria yang aktif secara seksual.

7|Makalah IPA
5. Infeksi lainnya, khususnya pada anak laki-laki dan pria yang tidak aktif secara
seksual. Baik dari infeksi kelenjar prostat atau infeksi saluran kemih.
6. Cedera pada bagian selangkangan.
7. Tuberkulosis.

Pencegahan :

Pada saat menjalani pembedahan, seringkali diberikan antibiotik profilaktik (sebagai


tindakan pencegahan) kepada orang-orang yang memiliki resiko menderita epididimitis.

Pengobatan :

 Diagnosis Epididimitis

Diagnosis merupakan langkah dokter untuk mengidentifikasi penyakit atau kondisi


tertentu yang menjelaskan gejala dan tanda-tanda yang dialami oleh pasien. Jika seorang
pasien dicurigai mengidap epididimitis, maka dokter akan melakukan pemeriksaan fisik.
Antara lain memeriksa adanya pembesaran kelenjar getah bening di selangkangan dan
pembesaran testis di area yang terinfeksi. Selain itu, dokter akan merekomendasikan
beberapa jenis pemeriksaan seperti :

o Sampel cairan. Kain penyeka kecil akan dimasukkan sedikit pada ujung
lubang penis untuk mengambil sampel cairan dari uretra, untuk memeriksa
apakah ada bakteri penyebab penyakit menular seksual.
o Tes darah dan urine. Sampel dari urine dan darah akan diteliti lebih lanjut di
laboratorium.
o Pemeriksaan dubur. Untuk memeriksa apa ada masalah dengan kelenjar
prostat.
o Ultrasound. Ultrasound dapat memberikan gambaran adanya torsi (berputar
melilit) testis. Ultrasound dengan pewarnaan Doppler bisa digunakan untuk
memeriksa apakah aliran darah di testis di bawah atau di atas normal.
 Beberapa langkah penanganan yang biasanya dijalankan dokter untuk mengobati
epididimitis adalah :
o Obat antibiotik. Jika penyebab epididimitis adalah infeksi bakteri, maka
dokter akan meresepkan antibiotik. Selain antibiotik, ibuprofen mungkin akan
diberikan untuk meredakan inflamasi.
o Obat pereda nyeri dan istirahat. Selain antibiotik, dokter mungkin juga akan
meresepkan obat pereda nyeri. Penderita juga disarankan untuk beristirahat.
Usahakan untuk berbaring di ranjang dengan skrotum terangkat untuk
membantu meredakan nyeri. Gunakan penopang skrotum jika perlu. Kompres
skrotum dengan kompres dingin.
o Pembedahan. Jika sudah berlanjut menjadi abses, maka penderita perlu
tindakan pembedahan untuk menyedot cairan nanah yang terkumpul. Kadang,
seluruh bagian epididimis perlu diangkat melalui prosedur pembedahan.

Komplikasi :

8|Makalah IPA
Selain epididymo-orchitis, beberapa komplikasi yang bisa diidap oleh penderita
epididimitis yang tidak diobati adalah :

1. Munculnya abses (infeksi bernanah) pada skrotum.


2. Mengganggu kesuburan pria.
3. Epididimitis kronis.
4. Robeknya lapisan kulit pada skrotum.
5. Matinya jaringan testis akibat kekurangan darah.

2.4 Keputihan/Flour Albus


Pengertian :

Keputihan atau Flour Albus adalah penyakit kelamin yang terjadi pada perempuan
dan merupakan permasalahan klasik pada kebanyakan kaum wanita. Akan tetapi mereka
tidak mengetahui tentang keputihan dan penyebab keputihan pada wanita itu sendiri dan
malah menganggap hal sepele, padahal jika keputihan dibiarkan terlalu lama dan tidak segera
ditangani, bisa berakibat fatal. Kehamilan ektopik (hamil di luar kandungan) dan
Kemandulan atau susah mendapatkan momongan adalah salah satu akibat dari keputihan dan
yang perlu diwaspadai lagi, gejala awal kanker alat reproduksi wanita atau sering disebut
kanker serviks biasanya dimulai dengan adanya keputihan. Kanker serviks adalah jenis
penyakit yang tergololong berbahaya jika tidak ditangani dengan baik, bisa berujung pada
kematian.

Ciri-ciri keputihan antara lain adalah terdapat cairan berwarna putih kekuningan atau
putih kebau-abuan pada bagian vagina. Cairan tersebut bersifat encer atau kental, berbau tak
sedap dan dapat menyebabkan rasa gatal pada vagina. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
infeksi jamur, bakteri, virus, parasit, dan sebagainya.

 Jenis keputihan pada dasarnya ada dua jenis yaitu :


o Keputihan normal (fisiologis)
o keputihan abnormal (patologis)

Keputihan Normal (Fisiologis) :

 Pengertian
Keputihan fisiologis biasa terjadi setiap bulannya, biasanya muncul saat masa
subur serta menjelang menstruasi atau sesudah menstruasi. pada saat kondisi tersebut
biasanya terdapat lendir yang berlebih, itu merupakan hal yang normal dan tidak
menyebabkan rasa gatal ataupun bau tak sedap. Pada wanita hamil, keputihan
fisiologis tidak berpengaruh terhadap janin secara langsung, sebab adanya selaput
ketuban yang dapat melindungi janin.
 Ciri-ciri
 Cairan keputihan yang keluar encer
 Cairan yang keluar berwarna bening atau krem
 Cairan yang keluar tidak menyebabkan gatal dan tidak berbau
 Jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit.

9|Makalah IPA
Keputihan Abnormal (Patologis) :

 Pengertian
Keputihan jenis Patologis disebut juga seebagai keputihan tidak normal,
keputihan jenis ini termasuk dalam jenis penyakit. Keputihan patologis bisa
disebabkan oleh infeksi, yang biasa disertai rasa gatal-gatal di dalam maupun disekitar
bibir vagina bagian luar. keputihan ini timbul akibat adanya baktei,virus dan jamur.
Hal ini akan sangat mengganggu bagi kesehatan wanita pada umumnya dan
khususnya kesehatan daerah kewanitaan.
Infeksi ini bisa menjalar dan mengakibatkan peradangan pada saluran kencing
sehingga si penderita merasakan pedih saat buang air kecil. Keputihan patologis
akibat adanya infeksi juga bisa meningkatkan resiko bayi lahir prematur pada wanita
yang sedang hamil dan sang bayi pun bisa terkena infeksi. Pada bayi yang terkena
infeksi virus bisa beresiko mengalami gangguan pencernaan dan pernafasan yang bisa
berujung kematian apa bayi. dan pada bayi yang terkena infeksi karena Bakteri bisa
berakibat kebutaan.
 Ciri-ciri
 Cairan keputihan yang keluar bersifat kental
 Cairan yang keluar berwarna putih susu atau kuning, bisa juga berwarna hijau
 Cairan yang keluar menyebabkan gatal dan menimbulkan bau tak sedap
 Cairan yang keluar biasanya menyisakan bercak-bercak yang terlihat pada
celana dalam wanita
 Jumlah cairan yang keluar banyak.

Penyebab :

Keputihan bisa disebabkan oleh Jamur, Parasit, Bakteri dan Virus. Antara lain :

1) Jamur Monilia atau Candidas


Keputihan yang disebabkan jamur monilia atau candidas memiliki ciri warna
putih seperti susu, kental, berbau tak sedap dan dan menyebabkan rasa gatal-gatal di
sekitar vagina. hal ini dapat menimbulkan radang dan kemerahan pada vagina. ini bisa
juga dipicu adanya penyakit kencing manis, penggunaan pil KB ,atau daya tahan
tubuh yang rendah.
2) Parasit Trichomonas Vaginalis
Keputihan yang terjadi dan ditularkan melalui hubungan seks, bibir kloset atau
oleh perlengkapan mandi. Keputihan ini memiliki ciri-ciri cairan yang keluar sangat
kental, berwarna kuning atau hijau, berbuih dan berbau anyir. Keputihan yang
disebabkan parasit tidak menimbulkan gatal tetapi jika vagina di tekan ,tersa sakit.
3) Bakteri Gardnerella
Keputihan yang disebabkan infeksi bakteri memiliki ciri-ciri warna keabuan, agak
encer, berbau amis, berbuih dan menimbulkan rasa gatal yang sangat mengganggu.
4) Virus
Keputihan jenis ini terjadi akibat penyakit kelamin, seperti HIV/AIDS, herpes dan
conyloma. timbulnya kutil-kutil yang banyak diikuti oleh cairan berbau bertanda

10 | M a k a l a h I P A
adanya Virus Condyloma. Virus yang ditimbulkan karena hubungan Seks adalah virus
Herpes, dengan ciri-ciri luka yang melempuh di sekitar lubang vagina, terasa panas
dan timbul rasa gatal.

Jamur Candida albicans

Atau bisa juga berbagai hal lain, antaranya adalah :

1) Ketidakseimbangan hormon
2) Gejala suatu penyakit tertentu
3) Memakai pakaian dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat, sehingga
menyebabkan timbulnya jamur
4) Sering menggunakan WC umum yang kotor
5) Sering bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain
6) Kurang menjaga kebersihan vagina
7) Stess atau kelelahan
8) Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi
9) Pola hidup tidak sehat, makan tidak teratur, kurang olah raga dan kurang tidur
10) Lingkungan sanitasi yang kotor
11) Sering berendam dengan air hangat, kondisi hangat akan lebih mungkin tumbuhnya
jamur
12) Kadar gula darah tinggi

Pencegahan :

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah keputihan adalah :

1) Selalu menjaga kebersihan daerah kewanitaan


2) Jangan menggunakan bedak atau bubuk yang bertujuan agar vagina harum dan kering,
bedak yang terselip susah utuk di bersihkan, hal ini dapat memicu datangnya jamur.
3) Pakailah selalu pakaian dalam yang kering. Gunakan celana luar yang berpori-pori
cukup
4) Jangan terlalu sering memakai celana luar yang ketat karena dapat mengganggu
sirkulasi udara disekitar vagina
5) Gunakan celana dalam yang berbahan katun, karena bahan katun mudah menyerap
keringat
6) Pada saat menstruasi, sering-seringlah, mengganti pembalut
7) Hindari Stress

11 | M a k a l a h I P A
8) Kurangi kegiatan yang membuat letih dan kelelahan

Pengobatan :

Pada dasarnya keputihan adalah normal dan tidak perlu diobati. Obat keputihan alami
paling ampuh biasanya terdiri dari ramuan tumbuh-tumbuhan yang diolah secara tradisional
dan tidak menggunakan bahan-bahan kimiawi.

Metode pengobatan alami menggunakan ramuan tradisional dianggap lebih mumpuni


dan lebih aman bagi kesehatan vagina terutama jika terkena masalah keputihan.

Keputihan bisa dianggap sebagai sebuah gangguan jika warna dan bau yang muncul
sudah tidak biasa, terutama jika disertai dengan rasa gatal atau terbakar di area vagina. Jika
ini yang terjadi, maka kemungkinan ada infeksi atau kondisi medis lainnya di area
kewanitaan.

Di bawah ini adalah beebrapaobat alami yang bisa dipilih dan digunakan untuk mengatasi
gangguan pada area kewanitaan itu.

1. Bawang putih
Manfaat bawang putih untuk mengobati keputihan sudah dikenal sejak zaman
dahulu. Satu siung bawang putih dapat menyembuhkan infeksi akibat bakteri atau
jamur pada area vagina.
Cara menggunakannya dalah kupas dan potong satu siung bawang putih
menjadi dua bagian. Sebelum tidur, letakkan potongan bawang putih tadi di atas
vagina sampai pagi hari.
2. Kunyit
Kunyit termasuk jenis umbi-umbian yang mengandung bahan anti bakteri
berbahaya yang bisa menyembuhkan keputihan abnormal. Umbi kunyit yang
digunakan adalah yang telah berusia lebih dari satu tahun.
Cara membuat obat keputihan alami dari bahan kunyit, rebus 2 rimpang
kunyit, satu genggam daun beluntas, satu genggaman buah asam dan satu potong gula
aren dengan satu liter air sampai mendidih kemudian disaring. Air rebusan tersebut
diminum satu gelas satu hari.
3. Daun Sirih
Salah satu obat keputihan alami yang biasa digunakan kaum wanita adalah
rebusan daun sirih. Caranya dengan merendam duan sirih secukupnya ke dalam air
selama sekitar satu atau dua jam. Air rendaman daun sirih tersebut kemudian
digunakan untuk membersihkan vagina.
4. Akar Bayam
Salah satu cara mengatai keputihan abnormal adalah dengan menggunakan
obat tradisional akar bayam. Tumbuhan ini mengandung sifat sebagai anti bakteri
yang kuat yang dapat membunuh bakteri jahat dalam vagina dan menyembuhkan
infeksi penyebab keputihan.

12 | M a k a l a h I P A
Akar bayam adalah obat keputihan alami yang sudah terbukti ampuh dalam
menyembuhkan gangguan ini. Cara penggunaannya adalah akar bayam dibuat jus dan
diminum dua kali sehari.

2.5 Herpes Simplex Genitalis/Herpes Genital


Pengertian :

Herpes genital adalah infeksi pada alat kelamin yang bisa menulari pria dan wanita.
Penyakit ini salah satu dari Infeksi Menular Seksual atau IMS karena umumnya ditularkan
melalui hubungan seksual (vagina, anal, dan oral).

Infeksi yang terjadi disebabkan oleh virus Herpes simpleks tipe II atau sering disebut
sebagai HSV tipe II. Ketika aktif, virus ini akan berkembang dan bergerak di antara sel-sel
saraf. HSV dapat menular dan masuk ke dalam tubuh melalui berbagai membran mukosa.
Membran mukosa adalah jaringan lunak basah yang melapisi bagian terbuka tubuh. Membran
mukosa berada di beberapa bagian tubuh dan bersinggungan langsung dengan kulit, yaitu
pada dinding mulut, bagian dalam kelopak mata, di dalam telinga, dalam saluran urin, di
dinding vagina dan anus.

Virus Herpes simplex

Gejala :

Terkadang virus Herpes simpleks (HSV) tidak menyebabkan gejala karena virus ini
mampu ‘bersembunyi’ di dalam tubuh atau bersifat laten. Virus bersembunyi dari sistem
kekebalan tubuh di dalam sel-sel saraf. Ketika kambuh, virus akan aktif kembali dan bergerak
menuju kulit melalui saraf hingga menyebabkan luka baru. Bagi yang baru pertama kali
terinfeksi herpes, mungkin tidak akan memperlihatkan adanya gejala-gejala dan sebagai
akibatnya mereka tidak tahu bahwa dirinya telah terinfeksi virus ini. Gejala-gejala herpes
genital bisa berupa :

 Luka yang terbuka dan terlihat merah tanpa sensasi rasa sakit, gatal, atau geli.
 Sensasi rasa sakit, gatal, atau geli di sekitar daerah genital atau daerah anal.
 Luka melepuh yang kemudian pecah dan terbuka di sekitar genital, rektum, paha, dan
bokong.
 Merasakan sakit saat membuang air kecil.
 Sakit punggung bawah.
 Mengalami gejala-gejala flu seperti demam, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan.
 Luka terbuka atau melepuh pada leher rahim.

13 | M a k a l a h I P A
 Adanya cairan yang keluar dari vagina.

Virus ini bisa menjadi laten atau tidak aktif di dalam tubuh untuk beberapa waktu.
Tapi virus dapat aktif lagi dan menyebabkan gejala herpes kembali. Dengan kata lain, setelah
gejala dari infeksi pertama menghilang, bukan berarti virus juga menghilang dari tubuh kita.

Sebenarnya ketika infeksi pertama kali terjadi, tubuh kita akan menghasilkan antibodi
untuk melawan infeksi. Tubuh menjadi bisa mengenali virus dan kekuatan yang dibutuhkan
untuk melawan HSV dengan lebih efektif. Maka sebagai efeknya, infeksi-infeksi yang terjadi
tidak akan separah infeksi yang pertama. Frekuensi juga akan berkurang dan gejalanya akan
lebih cepat hilang.

Penyebab :

Herpes genital disebabkan oleh virus Herpes simpleks atau HSV yang umumnya
disebarkan melalui hubungan seks vagina, oral, dan anal. Dua jenis virus yang menyebabkan
herpes genital adalah HSV-1 dan HSV-2.

Penyebaran virus ini melalui kontak langsung dengan pasangan yang terinfeksi oleh
HSV. Hal ini bisa terjadi meski orang yang terinfeksi tidak mengalami gejala apapun. Virus
ini menyebar melalui bagian yang lembap dari dinding kulit genital, mulut, dan anus. Selain
itu, virus ini juga bisa menyebar melalui luka herpes dan bisa terjadi di sekitar mulut,
mata,dan bagian tubuh lain.

Herpes genital tidak bisa menyebar melalui benda perantara. Virus tidak akan
sanggup bertahan lama jika terlepas dari kulit. Peralatan seperti handuk, alat makan, dan sikat
gigi biasanya tidak bisa menjadi perantara penyebaran virus ini.

Herpes genital sangat mudah menular. Setelah terinfeksi, tubuh penderitanya akan
selamanya memiliki virus ini. HSV bisa bersifat laten untuk beberapa waktu sebelum menjadi
aktif lagi. Inilah yang menyebabkan herpes genital bisa kambuh.

Virus HSV akan kembali aktif ketika sistem pertahanan tubuh menurun. Hal ini bisa
terjadi ketika penderita sedang mengalami infeksi, sedang mengalami masa-masa stres,
sedang menjalani kemoterapi sebagai langkah pengobatan kanker, atau akibat terkena virus
HIV. Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat memicu virus HSV untuk
kembali aktif.

Pencegahan :

Virus herpes simpleks dapat menular dari penderita tanpa gejala apa pun. Tapi tingkat
penularan virus ini akan lebih tinggi jika infeksi sedang kambuh. Virus herpes simpleks tidak
bisa bertahan lama pada benda di luar tubuh manusia. Virus ini membutuhkan tubuh manusia
untuk bertahan hidup. Tapi tidak ada salahnya untuk menghindari risiko penularan dengan
tidak berbagi handuk atau pun pakaian.

Pengobatan :

14 | M a k a l a h I P A
Untuk mengurangi gejala infeksi herpes genital, obat-obatan antivirus seperti
asiklovir, famsiklovir dan valasiklovir akan diberikan. Obat-obatan ini hanya berfungsi
mencegah virus herpes simpleks untuk menggandakan diri, tapi tidak bisa menghilangkan
virus dari tubuh secara sepenuhnya.

Jika gejala infeksi tidak terlalu parah, konsumsi obat antivirus mungkin tidak
diperlukan. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan di rumah untuk membantu
meredakan gejala yang muncul :

 Untuk mempercepat proses penyembuhan dan meringankan rasa sakit, tutup luka
dengan es batu yang dibalut dengan kain. Jangan menempelkan es secara langsung
pada permukaan yang terluka.
 Bersihkan daerah yang terinfeksi secara teratur.
 Gunakan krim penghilang rasa sakit pada luka melepuh atau tukak. Selain itu
perbanyaklah minum air mineral. Kedua hal ini bertujuan untuk memudahkan dan
meringankan rasa sakit saat buang air kecil.
 Gunakan pakaian yang longgar untuk mengurangi rasa sakit pada luka melepuh di
kulit yang terinfeksi.

2.6 HIV/AIDS
Pengertian :

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penurunan


kekebalan tubuh, sehingga tubuh menjadi rentan terhadap penyakit lain yang mematikan.
Penyakit ini disebabkan oleh virus (jasad sub-renik) yang disebut Human Immunodeficiency
Virus (HIV).

Gambar virus HIV

o Bagaimanakah HIV Melemahkan Sistem Kekebalan Tubuh?

15 | M a k a l a h I P A
Sasaran penyerangan HIV adalah sistem kekebalan tubuh, terutama sel-sel
limfosit T-helper atau limfosit T4. atau disebut juga CD4-T. Selama terinfeksi, limfosit
menjadi media pengembangbiakan virus. Jika sel-sel limfosit T4 mati, virus akan dengan
bebas menyerang selsel limfosit T4 lainnya yang masih sehat. Akibatnya, daya tahan tubuh
akan semakin menurun. Akhirnya, sistem kekebalan tak mampu melindungi tubuh. Ini
akan membuat kuman penyakit infeksi lain (kadang disebut infeksi oportunistis/infeksi
mumpung) akan masuk dan menyerang tubuh penderita. Bahkan, kuman-kuman lain
yang jinak tiba-tiba bisa menjadi ganas. Kuman itu bisa berupa virus lain, bakteri, mikroba,
jamur, ataupun mikroorganisme patogen lainnya. Jika sudah begitu, penderita bisa saja
meninggal karena TBC, diare, kanker kulit, infeksi jamur, dll.

Limfosit T adalah sel darah putih yang dapat membunuh virus, bakteri, jamur atau
kuman kuman penyakit secara fagosit. Limfosit T dibagi menjadi CD4+, CD 8 + dan CD3+.
CD4+ T-sel berfungsi sebagai mengkoordinir respon imun dengan cara mengaktifkan
makrofag dan mengkode esinofil bergerak menuju tempat infeksi yang disebabkan virus atau
bakteri. CD4+ lah yang diserang dan di hancurkan oleh HIV.

Gejala :

o Bagaimana Mengetahui Seseorang Mengidap HIV?

Sejak tertular sampai dengan mendapat infeksi oportunistis, tidak mudah


menyatakan seseorang mengidap HIV hanya dengan melihat secara fisik. Tetapi ada
beberapa tanda yaitu :

1. Tidak ada tanda-tanda khusus yang bisa menandai


2. Secara umum, tanda-tanda utama yg terlihat pada seseorang yang sudah pada
tahapan AIDS
 Berat badan menurun lebih dari 10% dalam waktu singkat
 Demam tinggi berkepanjangan (lebih dari 1 bulan)
 Diare berkepanjangan (lebih dari 1 bulan)
3. Sedangkan gejala-gejala tambahan berupa:
 Batuk berkepanjangan (lebih dari 1 bulan)
 Kelainan kulit dan iritasi (gatal)
 Infeksi jamur pada mulut dan kerongkongan
 Pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh, seperti dibawah
telinga, leher, ketiak dan lipatan paha.

Penyakit ini secara dini hanya bisa diketahui jika dilakukan dengan pengujian di
laboratorium. Pengujian dilakukan dengan mengukur adanya zat anti (antibodi) dalam
darah penderita. Dalam hal ini, seseorang yang tertular HIV melampaui tahapan (atau
stadium) sebagai berikut.

1. Stadium Inkubasi
Virus menginfeksi tubuh dan bersembunyi dalam sel darah putih.
Umumnya, belum ada gejala apa-apa. Sebagian orang mungkin merasa

16 | M a k a l a h I P A
lelah, kehilangan selera makan, sedikit pembengkakan pada kelenjar getah
bening (di ketiak, leher, dan paha). Pada masa ini, HIV dalam darah belum dapat
ditentukan. Namun, penderita sudah bisa menularkan HIV ke orang lain.
2. Stadium Awal (Window Period)
Sesudah 3-6 bulan, baru pemeriksaan darah tersebut akan menunjukkan
tanda HIV positif atau disebut seropositif. Artinya, dalam tubuh orang
tersebut telah terbentuk zat anti (antibodi) terhadap virus HIV. Seseorang yang
seropositif HIV kemungkinan akan tetap sehat atau hanya menderita tanda
atau gejala sakit biasa. Penderita kadang hanya mengalami pembengkakan
kelenjar getah bening, penurunan berat badan, berkeringat, diare, dan beberapa
infeksi ringan.
3. Stadium Tenang
Masa ini umumnya berjalan sekitar 2-10 tahun (rata-rata 5 tahun). Pada masa
ini, penderita secara fisik mungkin kelihatan normal atau hanya sakit ringan
yang umum. Namun, secara perlahan, HIV akan meng hancurkan sistem
kekebalannya.
4. Stadium AIDS (Full Blown)
Pada masa ini, virus akan menghancurkan sebagian besar atau seluruh
sistem kekebalan tubuh sehingga mulai tampak adanya infeksi oportunistis.
Contohnya adalah radang paruparu, kanker kulit, TBC, penyakit saraf,
penyakit saluran pencer naan, dan berbagai kanker lainnya. Penyakit-penyakit
ini sulit disembuhkan. Umum nya, jika keadaan penderita semakin memburuk,
penyakit ter sebut bisa menyebabkan kematian.

Dari gambaran tersebut menjadi amat jelas bahwa hanya dengan pemeriksaan
darah saja seseorang bisa diketahui apakah tertular HIV atau tidak. Sebenarnya,
pemeriksaan darah bukan untuk menentukan seseorang terkena HIV atau tidak. Penelitian
ini untuk menemukan serum anti terhadap HIV yang masuk ke dalam darah. Itu sebabnya
dalam stadium inkubasi, pada saat serum anti belum terbentuk, pemeriksaan darah tidak
diketahui adanya penularan. Namun ternyata HIV sudah ada dalam darah dan bisa menyebar
ke orang lain.

Penularan :

17 | M a k a l a h I P A
Jika seseorang telah seropositif terhadap HIV, dalam tubuhnya telah mengandung
virus tersebut. HIV yang paling besar terdapat dalam darah, cairan vagina, air mani,
dan produk dar ah lainnya. Apabila sedikit darah atau cairan tubuh lain dari pengidap
HIV berpindah secara langsungke tubuh orang lain yang sehat, ada kemungkinan orang itu
akan tertular AIDS.

Cara penularan yang paling umum melalui sanggama, transfusi darah, jarum suntik,
dan kehamilan. Penularan melalui ludah, kotoran, keringat, dll. secara teoretis mungkin
saja bisa terjadi. Namun, kemungkinannya sangat kecil.

1. Penularan lewat sanggama


Pemindahan yang paling umum dan paling sering terjadi adalah melalui
hubungan seksual. Di sini HIV dipindahkan melalui cairan sperma atau
cairan vagina. Adanya luka pada pihak penerima akan memperbesar
kemungkinan penularan. Itulah sebabnya pelaku sanggama yang tidak wajar
(lewat dubur terutama), yang cenderung lebih mudah menimbulkan luka, memiliki
kemungkinan lebih besar untuk tertular HIV.
2. Penularan lewat transfusi darah
Jika darah yang ditranfusikan telah terinfeksi oleh HIV, virus itu akan
menyebar ke orang lain melalui darah. Ini akan membuat orang tersebut terinfeksi
HIV. Risiko penularan melalui transfusi darah ini terjadi hampir 100%.
3. Penularan lewat jarum suntik
Model penularan lain secara teoretis dapat terjadi melalui akupunktur
(penggunaan tusuk jarum), tato, dan tindik. Penularan ini juga terjadi pada
penggunaan alat suntik atau injeksi yang tidak steril yang sering dipakai para
pengguna narkoba dan juga suntikan oleh petugas kesehatan liar.
4. Penularan lewat kehamilan
Jika ibu hamil terinfeksi HIV, virus tersebut bisa menular ke janin yang
dikandungnya melalui plasenta. Risiko penularan ibu hamil ke janin yang
dikandungnya berkisar 20%-40%. Risiko ini mungkin lebih besar kalau sang ibu
sudah mencapai stadium kesakitan AIDS (full blown).

Berikut ini adalah beberapa kegiatan bersama penderita tetapi tidak berpotensi tertular
virus tersebut.

- Berjabat tangan dengan para penderita AIDS


- Memberikan P3K dengan prosedur yang benar
- Bermain bersama dengan pengidap HIV
- Berciuman tanpa kontak cairan mulut atau darah dari luka
- Tidur bersama penderita AIDS
- Digigit nyamuk atau serangga
- Bertukar pakaian atau barang lain milik pengidap HIV
- Berak atau kencing di WC umum
- Berenang bersama dengan para penderita AIDS
- Anak yang digendong oleh pengidap AIDS

18 | M a k a l a h I P A
- Naik bus yang penuh sesak dengan para penderita AIDS
- Percikan ludah, batuk, atau bersin dari penderita AIDS
- Merawat pengidap AIDS sesuai dengan prosedur
- Makan dan minum bersama dengan pengidap AIDS

Pencegahan :

Kita semua, khususnya remaja, harus “melindungi diri“ dari AIDS. Ini penting
karena, kalau seorang remaja tertular HIV, ke seluruhan cita-cita dan masa depannya
bisa hancur.

Hindari transfusi darah. Jika terpaksa melakukan tranfusi, yakinkan bahwa darah
yang dipakai telah diperiksa oleh Unit Kesehatan Transfusi Darah (UKTD) PMI sebagai
darah bebas HIV (juga bebas hepatitis, malaria, dan sifilis).

Hindari suntik-menyuntik. Sebagian besar obat sama atau lebih efektif diminum
daripada disuntikkan. Jika terpaksa disuntik, yakinkah jarum dan tabung suntiknya baru
dan belum dipakai orang lain.

Berhati-hatilah dalam menolong orang luka dan berdarah.Gunakan prosedur P3K


yang baku dan aman. Bila ada suatu tanda atau gejala yang meragukan, secepatnya periksa
ke dokter.

Pengobatan :

Sampai saat ini, belum ada obat yang betul-betul dapat diandalkan untuk mengobati
AIDS. Tetapi saat ini sudah ada obat yang cukup canggih, yang dapat memperlambat
kegiatan HIV menginfeksi sel yang masih sehat. Obat ini disebut sebagai obat
antiretroviral (ARV). Dalam mengonsumsi obat HIV tidak boleh dengan satu jenis
obat saja. Sedikitnya kita harus memakai kombinasi dua jenis obat. Agar terapi ini dapat
efektif untuk jangka waktu lama, sebaiknya kita memakai kombinasi tiga obat. Terapi
ini disebut sebagai terapi antiretroviral atau ART.

ARV tidak membunuh virus itu. Namun, ART dapat melambatkan pertumbuhan virus.
Waktu pertumbuhan virus dilambatkan, begitu juga penyakit HIV.

ARV dulu memang sangat mahal. Namun, belakangan ini, harganya terus menurun.
Pada Oktober 2003, harga kombinasi tiga obat generik sebesar Rp 300.000 per bulan
dan ada kemungkinan akan turun lagi. Meski begitu, harga ini masih di luar kemampuan
sebagian besar penderita AIDS.

o Kapan seorang pengidap HIV perlu diobati dengan ARV?


Jika masa AIDS telah tiba, hal ini dapat dilihat dari jumlah CD4 yang
mencapai angka di bawah 200.
Kerusakan yang disebabkan infeksi HIV adalah sel darah putih yang disebut
sel CD4 (adalah bagian dari sel limfosit). Sel ini sangat penting bagi sistem

19 | M a k a l a h I P A
kekebalan tubuh. Jika jumlahnya kurang, sistem tersebut menjadi terlalu lemah
untuk melawan infeksi.
o Bagaimana menghitung jumlah CD4 ?
Untuk mengetahui jumlah CD4 hanya bisi dilakukan melalui tes darah khusus.
Jumlah CD4 normal pada saat sehat adalah 500-1.000. Setelah terinfeksi HIV, jumlah
ini biasanya turun terus. Jadi, jumlah ini mencerminkan kesehatan sistem kekebalan
tubuh.
o Kapan masa AIDS itu ?
Masa AIDS tiba ketika jumlah CD4 lebih kecil dari 200. Pada tahap ini,
status sistem kekebalan tubuh dapat dikatakan rusak dan membuat infeksi oportunistis
(IO) akan menyerang tubuh. Untuk mempertahankan jumlah CD4 dalam batas
normal, pengidap HIV dapat mengonsumsi ARV.

Orang HIV positif diajurkan untuk melakukan tes CD4/TLC setiap enam bulan sekali.

Catatan :

Tidak selalu jumlah CD4/TLC rendah menunjukkan kualitas kesehatan seseorang turun.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan seseorang dan mutu hidup yang baik.

o Bisakah kita mengetahui jumlah virus HIV ?

Bisa. Dengan melakukan tes viral load, kita dapat mengetahui jumlah virus HIV
dalam tubuh seseorang. Tes ini merupakan kebalikan dari tes CD4/TLC. Jika jumlah viral
load makin sedikit, status kesehatan seseorang akan semakin baik. Tes ini juga tidak tersedia
secara luas dan biayanya mahal. Namun, tes ini tidak begitu penting dan hanya
bermanfaat jika kita memakai obat antiretroviral

20 | M a k a l a h I P A
BAB III

Penutup
3.1 Kesimpulan
Sebagian besar penyakit pada sistem reproduksi disebabkan oleh bakteri, jamur atau
virus dengan latar belakang akibat gaya hidup yang tidak baik seperti pergaulan bebas dan
menggunakan jarum suntik untuk obat terlarang seperti narkoba.
Reproduksi manusia secara vivipar (melahirkan anak) dan fertilisasinya secara
internal (di dalam tubuh), oleh karena itu memiliki alat-alat reproduksi yang mendukung
fungsi tersebut.
Untuk itu memiliki kelainan atau gangguan pada salah satu system Reproduksi dapat
berakibat buruk pada kelangsungan hidup dan keturunan kita.

3.2 Saran
Untuk mencegah terjadinya penyakit pada sistem reproduksi, kita dapat menjaga
pergaulan dan memilih gaya hiduo yang sehat. Selain itu, gunakan internet secara arif dan
bijaksana, dengan tidak mengakses situs-situs yang menyediakan gambar atau film porno,
yang secara pelan tapi pasti akan mendorong pada pergaulan bebas yang sangat rentan
dengan penularan penyakit seksual. Hal lain yang dapat dilakukan adalah menjauhkan diri
dari penggunaan narkoba, karena ini merupakan cara lainnya yang dapat menjadikan kita
penderita penyakit seksual.

Gunakan waktu luang untuk menyalurkan hobi atau kegiatan positif sehingga kita
dapat berprestasi dan terhindar dari pergaulan yang tidak sehat.

21 | M a k a l a h I P A
DAFTAR PUSAKA

Palang Merah Indonesia, Februari 2008, Pendidikan Remaja Sebaya, Jakarta.


http://nuruzwah22.blogspot.co.id/2015/05/makalah-ipa-penyakit-dan-kelainan-
pada.html

http://hamsahpk4.blogspot.co.id/2013/10/makalah-gangguan-sistem-reproduksi.html

http://ekasri77.blogspot.co.id/2013/06/makalah-penyakit-pada-sistem-reproduksi.html

http://ciirjepara.blogspot.co.id/2013/09/makalah-tentang-penyakit-pada-
sistem_29.html

http://christsoppeng25.blogspot.co.id/2015/02/artikel-tentang-penyakit-penyakit-
alat.html

http://www.alodokter.com/epididimitis

http://www.crystalxkita.com/2014/06/penyebab-dan-cara-mencegah-keputihan.html

http://www.sehatki.com/obat-keputihan-alami-tradisional.htm

http://www.alodokter.com/herpes-genital

22 | M a k a l a h I P A

Anda mungkin juga menyukai