Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH

ASKEP DENGAN CA SERVIKS, CA OVARIUM DAN CA


MAMAE

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Maternitas II”

Disusun :
Chandra Mulyana
Govi Mahardhin
Intan Nur Saumiati
Intan Putri Sukmana
Nita Nurliyah
Yunita Herdiati K

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


MITRA KENCANA KOTA TASIKMALAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT yang mana atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah yang berjudul
“ASKEP DENGAN CA SERVIKS, CA OVARIUM, DAN CA MAMAE”
untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang penulis
hadapi, namun penulis menyadari kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat dorongan, bantuan, dan bimbingan semua pihak, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas II
2. Orang tua yang senantiasa mendukung terselesaikannya makalah ini
3. Rekan kelompok yang telah bekerjasama dalam penyusunan makalah ini
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan
penyusunan makalah yang akan datang.

Tasikmalaya, Mei 2018

Penulis
BAB I
PENDAHALUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kanker menjadi salah satu penyakit kronis yang peningkatannya cukup
tinggi saat ini. Menurut World Health Organization atau WHO (2014) kanker
merupakan suatu istilah umum yang menggambarkan penyakit pada manusia berupa
munculnya sel-sel abnormal dalam tubuh yang melampaui batas. Sel-sel tersebut dapat
menyerang bagian tubuh lain.
Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang paling mematikan di dunia.
Menurut statistik Amerika Serikat, kanker menyumbang sekitar 23% dari total jumlah
kematian di negara tersebut dan menjadi penyakit kedua paling mematikan setelah
penyakit jantung (Anand, Kunnumakara, Sundaram, Harikumar, Tharakan, Lai, dan
Aggarwal, 2008). Setiap 11 menit ada satu orang penduduk dunia yang meninggal
karena kanker dan setiap tiga menit ada satu penderita kanker baru. Fakta lain
menunjukkan bahwa lima besar kanker yang diderita adalah kanker leher rahim, kanker
payudara, kanker ovarium, kanker kulit, dan kanker rektum (Rasjidi, 2009).
Selain itu, Serikat Pengendalian Kanker Internasional (UICC) mempredikasi akan
terjadi peningkatan jumlah penderita kanker sebesar 300% di seluruh dunia pada tahun
2030. Jumlah tersebut 70% berada di negara berkembang seperti Indonesia (Kartika,
2013). Purwadianto (dalam Robby, 2014) menyampaikan bahwa prevalensi kanker di
Indonesia adalah 1,4 setiap 1.000 penduduk atau sekitar 330 orang. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada setiap 1.000 penduduk ada 330 orang yang berisiko
mengidap kanker. Angka ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sangat rentan
terhadap kanker dan kanker payudara menjadi jenis penyakit kanker nomor satu dengan
penderita terbanyak di Indonesia menurut catatan Kementerian Kesehatan (Basuki,
dalam Widiyani 2011).
Penyakit kanker pada kalangan ekonomi menengah ke bawah memiliki kondisi
yang kompleks karena berkaitan dengan hampir seluruh aspek kehidupan penderitanya.
Selain secara fisik dan psikis, secara sosial-ekonomi juga berpengaruh. Biaya
pengobatan dan perawatan yang dibutuhkan penderita kanker tidak sedikit sehingga
seringkali pengobatan tertunda karena tidak ada biaya. Meskipun pemerintah
menggalakkan program untuk membantu pembiayaan pengobatan, namun masih banyak
faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian tumor rahim.
2. Untuk mengetahui dan memahami etiologi tumor rahim.
3. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis tumor rahim.
4. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan tumor rahim.
5. Untuk mengetahui pengertian Ca Serviks
6. Untuk mengetahui dan memahami faktor penyebab dan faktor resiko Ca
Serviks.
7. Untuk mengetahui dan memahami gejala klinis Ca serviks.
8. Untuk mengetahui dan memahami diagnosis Ca Serviks.
9. Untuk mengetahui dan memahami pengobatan untuk Ca serviks.
10. Untuk mengetahui dan memahami pencegahan Ca serviks.
11. Untuk mengetahui pengertian Ca Ovarium.
12. Untuk mengetahui dan memahami etiologi Ca ovarium.
13. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis Ca ovarium.
14. Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan Ca ovarium.
15. Untuk mengetahui pengertian Ca mamae.
16. Untuk mengetahui dan memahami etiologi Ca Mamae.
17. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi Ca mmamae.
18. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi Ca mamae.
19. Untuk mengetahui dan memahami gejala Ca mamae.
20. Untuk mengetahui dan memahami Therapy/Tindakan Penanganan Kanker
Payudara ( Ca mammae).
21. Untuk mengetahui dan memahami pencegahan Ca mamae.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apakah pengertian dari tumor rahim?
2. Apa etiologi dari tumor rahim?
3. Apasaja manifestasi klinis tumor rahim?
4. Bagaimana penatalaksanaan tumor rahim?
5. Apakah pengertian dari Ca Serviks?
6. Apa faktor penyebab dan faktor resiko Ca Serviks?
7. Apa saja gejala klinis Ca serviks?
8. Apa saja diagnosis Ca Serviks?
9. Bagaimana pengobatan untuk Ca serviks?
10. Bagaimana pencegahan Ca serviks?
11. Apakah pengertian dari Ca Ovarium?
12. Apa etiologi Ca ovarium?
13. Apa saja manifestasi klinis Ca ovarium?
14. Bagaimana pelaksanaan Ca ovarium?
15. Apakah pengertian dari Ca mamae?
16. Apa etiologi Ca mamae?
17. Bagaimana patofisiologi Ca mmamae?
18. Apa saja klasifikasi Ca mamae?
19. Apa saja gejala Ca mamae?
20. Bagaimana Therapy/Tindakan Penanganan Kanker Payudara ( Ca mammae)?
21. Bagaimana pencegahan Ca mamae?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ca Serviks
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. ( Diananda,Rama, 2009 ).
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam
rahim.(Sarjadi, 2001)

B. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks


1. Faktor Penyebab
HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai
tambahan perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita
perokok mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang
merusak sel. Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret
genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama intercourse.Defisiensi beberapa
nutrisional dapat juga menyebabkan servikal displasia.National Cancer Institute
merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali buah-
buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini,
pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E atau
beta karoten setiap hari.

2. Faktor Resiko
a. Pola hubungan seksual
Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker
serviks meningkat seiring meningkatnya jumlah pasangan. Aktifitas seksual
yang dimulai pada usia dini, yaitu kurang dari 20 tahun,juga dapat dijadkan
sebagai faktr resiko terjadinya kanke serviks. Hal ini diuga ada hubungannya
dengan belum matannya derah transformas pada usia tesebut bila serin
terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada lebi tingginya
resiko pada usia tersebut, tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua.
b. Paritas
Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan.
Semakin sering melahirkan, maka semakin besar resiko terjangkit kanker
serviks. Penelitian di Amerika Latin menunjukkan hubungan antara resiko
dengan multiparitas setelah dikontrol dengan infeksi HPV.
c. Merokok
Beberapa penelitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok
dengan kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding
sepert pola hubungna seksual. Penemuan lain mempekhatkan ditemukanyna
nikotin pada cairan serviks wanita perokok bahan ini bersifat sebagai
kokassnoen dan bersama-sama dengan kasinoge yang telah ada selanjutnya
mendoron pertumbuhan ke arah kanker.
d. Kontrasepsi oral
Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983
(Schiffman,1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks
dipengaruhi oleh lama pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga
mendapatkan bahwa semua kejadian kanker serviks invasive terdapat pada
pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain mendapatkan bahwa insiden kanker
setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi daripada bukan pengguna
kontrasepsi oral. Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh peritz dkk
menyimpulkan bahwa aktifitas seksual merupakan confounding yang erat
kaitannya dengan hal tersebut.
WHO mereview berbagai peneltian yang menghubungkan penggunaan
kontrasepsi oral dengan risko terjadinya kanker serviks, menyimpulkan
bahwa sulit untuk menginterpretasikan hubungan tersebut mengingat bahwa
lama penggunaan kontrasepsi oral berinteraksi dengan factor lain khususnya
pola kebiasaan seksual dalam mempengaruhi resiko kanker serviks. Selain
itu, adanya kemungkinan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi oral
lain lebih sering melakukan pemeriksaan smera serviks,sehingga displasia
dan karsinoma in situ nampak lebih frekuen pada kelompok tersebut.
Diperlukan kehati-hatian dalam menginterpretasikan asosiasi antara lama
penggunaan kontrasepsi oral dengan resiko kanker serviks karena adanya bias
dan faktor confounding.
e. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat
antara kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah.
Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV
lebih prevalen pada wanita dengan tingkat pendidkan dan pendapatan rendah.
Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan kebersihan genitalia juga dduga
berhubungan dengan masalah tersebut.
f. Pasangan seksual
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi
bahan yang menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen
ternyata memberi resiko yang rendah terhadap terjadinya kanker serviks.
Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi juga
menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks. Jumlah
pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.

C. Gejala Klinis Kanker Serviks


Pada tahap permulaan kanker, sudah menimbulkan perdarahan melalui vagina,
misalnya :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina
ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi
hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.

D. Diagnosis Kanker Serviks


Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan diagnosa
kanker serviks adalah:
1. Sitologi.
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus mengandung
komponen ektoserviks dan endoserviks.
Gambar 4. Pemeriksaan Pap Smear

Gambar 5. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher Rahim

2. Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu
suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di
dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila
ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi,
merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel serviks,
pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak
hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Tujuan
pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa histologik, tetapi untuk
menentukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan.

Gambar 6. Colposcopy Untuk Mengambil Jaringan yang Abnormal


3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan
kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.

Gambar 7. Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim)


E. Pengobatan untuk Kanker Serviks
Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran
tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk
hamil lagi.
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa
memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan
selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi,
dianjurkan untuk menjalani histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan
histerektomi dan pengangkatan struktur di sekitarnya (prosedur ini disebut
histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening. Pada wanita muda, ovarium
(indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak diangkat.
2. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang
masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi
tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2
macam radioterapi, yaitu :
a. Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar
Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu.
b. Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul
dimasukkan langsung ke dalam serviks.
Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di
rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1-2
minggu.
Efek samping dari terapi penyinaran adalah :
a. Iritasi rektum dan vagina
b. Kerusakan kandung kemih dan rektum
c. Ovarium berhenti berfungsi.
3. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk
menjalani kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat-obatan untuk membunuh
sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau
melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode
pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan,
diselingi denga pemulihan, begitu seterusnya.
4. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan
tubuh dalam melawan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah
interferon, yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.

F. Pencegahan Kanker Serviks


Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari
antara lain :
1. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk
merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai
karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko
terkena kanker leher rahim.
2. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat
meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
3. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
4. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah
dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
5. Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
6. Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear
bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
7. Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari
Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
8. Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet.
Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya
untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit

G. Pengertian Ca Ovarium
Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium
(indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker
ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening
dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.

H. Etiologi Ca Ovarium
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori
yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk
penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel
yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium.
Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung
reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

I. Manifestasi Klinis Ca Ovarium


Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala
umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut)
2. Stadium lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia

J. Stadium Ca Ovarium
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah :
1. STADIUM I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium
a. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas
yang berisi sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul
utuh.
b. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas,
berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
c. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor
dipermukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan
asietas berisi sel ganas atau dengan bilasan peritoneum positif.
2. STADIUM II : Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke
panggul
a. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
b. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
c. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan
permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas
yang mengandung sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.
3. STADIUM III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas
dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau
omentum.
a. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening
negatif tetapi secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis
terdapat adanya pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritoneum
abdominal.
b. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant
dipermukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negativ.
c. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau
kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal positif.
4. STADIUM IV : Pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium
4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.

K. Penatalaksanaan Ca Ovarium
1. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan ditentukan oleh
insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan
kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
2. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah lambung, untuk
mendukung pembedahan.
3. Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi lazim
dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
4. Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan tumor
ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan termasuk agens
alkylating seperti itu (cyclophasphamide, chlorambucil) anti metabolic seperti :
Mtx / metrotrex xate dan 5 fluorouracit / antibiotikal (admisin).
5. Penanganan lanjut
a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
d. Seterusnya tiap 1 tahun sekali.

L. Pengertian Ca Mamae
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak dikontrol, sel-sel kanker bisa menyebar
pada bagian-bagian tubuh lain dan nantinya dapat mengakibatkan kematian
(Tapan,2005).

M. Etiologi Ca Mamae
1. Faktor Resiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih
belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
a. Faktor reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause
pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama
kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara
terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan
window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi dan
fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur.
Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause
sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya
perubahan klinis.
b. Penggunaan hormone
Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi
estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak
terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang
menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive
terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi
jinak atau menjadi ganas.
c. Penyakit fibrokistik
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada
hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
d. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap
kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta perubahan
kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet
terhadap terjadinya keganasan ini.
e. Konsumsi lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun
tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker
payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun
f. Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas
meningkatkan terjadinya risiko kanker payudara. Dari beberapa penelitian
yang dilakukan disimpulkan bahwa risiko kanker radiasi berhubungan secara
linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
g. Riwayat keluarga dan faktor genetik
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara. Terdapat
peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya menderita
kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara
berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen
kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas untuk terjadi kanker
payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70
tahun.
g. Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik
yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang
dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting
dalam pembentukan kanker payudara gen yang dimaksud adalah beberapa
gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor.Gen
pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker
payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.

N. Patofisiologi Kanker Payudara (Ca mammae)


Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada
sistem duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel
atipik. Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma.
Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm). Pada
ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma
mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995) .
O. Klasifikasi Kanker Payudara (Ca mammae)
1. Klasifikasi Patologik
a. Paget’s disease
Paget’s disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf permulaan
manifestasinya sebagai eksema menahun putting susu, yang biasanya merah
dan menebal. Suatu tumor sub areoler bisa teraba. Sedang pada umumnya
kanker payudara yang berinfiltrasi ke kulit mempunyai prognosis yang buruk
namun pada paget’s disease prognosisnya lebih baik. Paget’s disease
merupakan suatu kanker intraduktal yang tumbuh dibagian terminal dari
duktus laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya adalah: sel-sel paget(seperti
pasir), hipertrofi sel epidermoid, infiltrasi sel-sel bundar di bawah epidermis.
b. Kanker duktus laktiferus
Comedo carcinoma terdiri dari sel-sel kanker non papillary dan
intraductal, sering dengan nekrosis sentral sehingga pada permukaan
potongan terlihat seperti terisi kelenjar, jarang sekali comedo carcinoma
hanya pada saluran saja biasanya akan mengadakan infiltrasi kesekitarnya
menjadi infiltrating comedo carcinoma.
c. Adeno carcinoma dengan infiltrasi dan fibrosisyang lazim ditemukan 75
% kanker payudara adalah tipe ini. Karena banyak terdiri dari fibrosis
umumnya agak besar dan keras. Kanker ini disebut juga dengan tipe
scirrbus yaitu tumor yang mengadakan infiltrasi ke kulit dan kedasar.
d. Medullary carcinoma
Tumor ini biasanya sangat dalam di dalam kelenjar mammae, biasanya
tidak seberapa keras, dan kadang-kadang disertai kista dan mempunyai
kapsul. Tumor ini kurang infiltratif disbanding dengan tipe scirrbus dan
mestatasis ke ketiak sangat lama. Prognosis tumor ini lebih baik dari tipe-tipe
tumor yang lain.
e. Kanker dari Lobulus
Kanker lobulus sering timbul sebagai carcinoma in situ dengan lobulus
yang membesar. Secara mikroskopik, kelihatan lobulus atau kumpulan
lobulus yang berisi kelompok sel-sel asinus dengan bebrapa mitosis. Kalau
mengadakan infiltrasi hamper tidak dapat dibedakan dengan tipe scirrbus.
2. Klasifikasi Klinik Kanker Payudara ( Ca mammae)
a. Steinthal I : kanker payudara besarnya sampai 2 cm dan tidak memiliki anak
sebar.
b. Steinthal II : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar dikelenjar
ketiak.
c. Steinthal III : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar
ketiak, infra dan supraklavikular, atau infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke
kulit atau kanker payudara yang apert (memecah ke kulit).
d. Steinthal IV : kanker payudara dengan metatasis jauh misal ke tengkorak,
tulang punggung, paru-paru, ahti dan panggul.

P. Gejala Ca Payudara
Gejala kanker payudara terdiri 3 fase menurut Gale (2000), diantaranya yaitu :
1. Fase awal kanker payudara asimtomatik (tanpa tanda dan gejala)
Tanda dan gejala yang paling umum adalah benjolan dan penebalan pada
payudara.
2. Fase lanjut
a. Bentuk dan ukuran payudara berubah, berbeda dari sebelumnya.
b. Luka pada payudara sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
c. Eksim pada puting susu dan sekitarnya sudah lama dan tidak sembuh
walau diobati.
d. Puting sakit, keluar darah, nanah atau cairan encer dari puting atau keluar
air susu pada wanita yang sedang hamil atau tidak menyusui.
e. Puting susu tertarik kedalam.
f. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk.
3. Metastase luas, berupa :
a. Pembesaran kelenjar getah bening.
b. Hasil rontgen toraks abnormal dengan atau tanpa efusi pleura.
c. Peningkatan alkali fosfatase atau nyeri tulang berkaitan dengan
penyebaran ke tulang.
d. Fungsi hati abnormal.
Q. Therapy/Tindakan Penanganan Kanker Payudara ( Ca mammae)
1. Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur
pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada
tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum.
Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagian
payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara
(mastectomy).
Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan
terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau kemoterapi.
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk
membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan.
3. Terapi Hormon
Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka hormon
dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada
stadium akhir.
4. Kemoterapi
Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut
penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi bisa
digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya adalah
Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang
ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja.
5. Terapi Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,
trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan
menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya
juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan
trastuzumab.
HER2 adalah protein yang diproduksi oleh gen yang berpotensi menyebabkan
kanker. protein ini bertindak sebagai antena yang menerima sinyal pada sel-sel
kanker menyebar cepat dan mematikan.
Keberadaan HER2 dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang semakin
memburuk dan waktu pengulangan jauh lebih cepat pada semua tahap
perkembangan kanker payudara, sehingga menjadi hal penting bagi pasien yang
telah didiagnosis dengan kanker payudara untuk memeriksa status HER2 mereka .
6. Mengobati Pasien Pada Tahap Akhir Penyakit
Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang
mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan hidup.
Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang harapan
hidup pada pasien, diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan
capecitabine. Fokus terapi pada kanker tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi
rasa sakit).
Dokter berupaya untuk memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup
pasien melalui terapi hormon, terapi radiasi dan kemoterapi. Pada pasien kanker
payudara dengan HER2- positif, trastuzumab memberikan harapan untuk
pengobatan kanker payudara yang dipicu oleh HER2.

R. Pencegahann Penyakit Kanker Payudara


Pencegahan secara alami meliputi :
1. Berolah Raga Secara Teratur.
2. Kurangi Lemak.
3. Jangan Memasak Daging Terlalu Matang.
4. Konsumsi Suplemen Anti-Oksidan.
5. Konsumsi Makanan Yang Mengandung Kedelai / Protein.
6. Konsumsi Kacang-Kacangan.
7. Hindari Alkohol.
8. Kontrol Berat Badan Anda.
9. Berjemur di Bawah Sinar Matahari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam makalah ini serta
analisa terhadap penyakit Ca serviks, Ca Ovarium, dan Ca Mamae, maka
kesimpulan yang dapat diambil yaitu :
1. Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim
atau serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang
menempel pada puncak vagina. ( Diananda,Rama, 2009 ).
2. Faktor resiko dari Ca serviks, yaitu pola hubungan seksual, paritas,
merokok, kontrasepsi oral, defesiensi gizi, sosial ekonomi dan pasangan
seksual.
3. Gejala klinis Ca serviks, yaitu :
a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar
dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan
nekrosis jaringan
b. Perdarahan setelah sanggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
c. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
d. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan,
berbau dan dapat bercampur dengan darah.
e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
f. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah,
kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul
nyeri di tempat-tempat lainnya.
g. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang
gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus
besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal
atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
4. Untuk mendukung diagnosis Ca Serviks terdiri dari 3 komponen, yaitu
sitologi, kolposkopi, dan biopsi.
5. Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi
dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan
rencana penderita untuk hamil lagi.
6. Pencegahan Ca serviks dapat dilakukan :
a. Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan
sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya
mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam
folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
b. Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan
tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
c. Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau
belasan tahun.
d. Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk
mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya
kanker serviks.
7. Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada
ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita
berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain,
panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru.
8. Teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
Hipotesis incessant ovulation, dan Hipotesis androgen.
9. Manifestasi klinis dari Ca Ovariun terdiri dari beberapa stadium,
diantaranya stadium awal, stadium lanjut.
10. Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation
InternationalofGinecologies and Obstetricians ) 1987, adalah stadium I,
stadium II, stadium III, dan stadium IV.
11. Peatalaksanaan Ca ovarium dapat dilakukan dengan cara pembedahan,
biopsi, kemoterapi.
12. Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berlipat ganda.
13. Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara
masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya
faktor reproduksi, penggunaan hormone, obesitas, radiasi, penggunaan
lemak, faktor genetik.
14. Klasifikasi Ca mamae terdiri dari klasifikasi patologik, dan klasifikasi
klinik kanker payudara ( ca mammae).
15. Gejala kanker payudara terdiri 3 fase menurut Gale (2000), diantaranya
yaitu : fase awal, fase lanjut dan metastase luas.
16. Tindakan penanganan kanker payudara ( ca mammae) yang dapat
dilakukan, yaitu pembedahan, terapi hormone, terapi radiasi, kemoterapi,
dan Terapi Imunologik.
17. Pencegahan Ca mamae secara alami dapat dilakukan dengan cara :
a. Berolah Raga Secara Teratur.
b. Kurangi Lemak.
c. Jangan Memasak Daging Terlalu Matang.
d. Konsumsi Suplemen Anti-Oksidan.
e. Konsumsi Makanan Yang Mengandung Kedelai / Protein.
f. Konsumsi Kacang-Kacangan.
g. Hindari Alkohol.
h. Kontrol Berat Badan Anda.
i. Berjemur di Bawah Sinar Matahari.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
ASKEP CA SERVIKS

A. Pengkajian
1. Demografi
a. Umur
Terjadi pada usia 45-50 tahun tetapi dapat juga pada usia 18
tahun.
b. Lingkungan
Sosial ekonomi rendah dan personal higine kurang.
c. Kebiasaan
Seseorang yang sering ganti-ganti pasangan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang sebelumnya mengalami kanker.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Apabila klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan
apakah mengeluarkan cairan putih dari vagina (keputihan).
c. Riwatak Penyakit Dahulu
Wanita dengan kehamilan dini, pemberi strogen atau steroid
lainnya dapat menimbulkan berkembangnya masalah fungsional
genital pada keturunannya.
3. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola persepsi
Personal hygine yang kurang pada daerah genitalia
b. Pola nutrisi dan metabolik
Anoreksia, BB menurun
c. Pola eliminasi
BAB dan BAK tidak disadari
d. Pola aktivitas dan Latihan
Klien mengalami kelelahan
e. Pola istirahat dan tidur
Ada gangguan tidur
f. Persepsi diri dan konsep diri
Harga diri rendah
g. Pola reproduksi dan seksual
Nyeri dan perdarahan saat koitus
4. Pengkajian fisik
a. Rambut
Rontok karena efek kemoterapi
b. Conjungtiva
Anemis
c. Wajah
Pucat
d. Abdomen
Distensi abdomen
e. Vagina
Keputihan berbau, warna merah, perdarahan merah tua, berbau
dan kental.
f. Serviks
Ada nodul
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
HB meningkat, Leukosit meningkat, Trombosit meningkat.
b. Patologi Anatomi
Untuk memeriksa keganasan
c. Pemeriksaan Diagnostik
Pap smear, kalposkopi, biopsy kerucut, MRI, atau CT-Scan
abdomen ataupun pelvis.

B. Analisa Data
No Tgl/jam Data fokus Etiologi Masalah
1. 11-2-08, DS : Pasien Efek samping Perubahan
11.00 mengatakan dari kemoradiasi nutrisi :
mual dan tidak Kurang dari
nafsu makan. kebutuhan
DO : Makan habis 2 tubuh
sendok, dari 1
porsi
 Ngemil
 BB sebelum
sakit : 55 kg
Selama sakt
49,5 kg.
 HB turun
 Pasien kurang
mengetahui
tentang
kebutuhan
nutrisi
2. 12-2-08, DS : Pasien Ketidakpastian Ansietas
17.00 menanyakan rentang hasil
apakah yang diharapkan
pengobatan
sinar dapat
menyembuhkan
penyakit?
Apakah kanker
bisa tumbuh
lagi?
DO : Pasien tampak
cemas
 Pasien takut
bila penyakit
tumbuh lagi
 Pasien banyak
bertanya
3. 13-2-08, DS : Pasien Efek Gangguan
17.00 mengatakan kemoradiasi integritas
gatal di daerah kulit :
kemaluan dan pruiritus,
sekitar anus ritema
DO : Pasien terlihat
menggaruk
daerah yang
gatal
 Bagian
monsvenensi
lesi putih.
 Bagian lipatan
bokong, juga
terdapat lesi
warna putih.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d efek samping dari
kemoradiasi.
2. Ansietas b.d ketidakpastian tentang hal yang diharapkan.
3. Gangguan integritas kulit : pruritus, eritema b.d efek kemoradiasi.

D. Rencana Keperawatan
No Tgl/jam Tujuan Intervensi
1. 11-2-08, Setelah dilakukan a. Kaji masukan
11.00 tindakan keperawatan makanan dan cairan
3x24 jam, diharapkan yang disediakan
pasien : b. Anjurkan makan porsi
a. Napsu makan kecil tapi sering
meningkat c. Jelaskan pada pasien
b. Porsi makan habis tentang kebutuhan
c. BB normal nutrisi
d. Timbang berat badan
pasien setiap minggu
e. Berikan antiemetik
sebelum kemoterapi.
2. 12-2-08, Setelah dilakukan a. Kaji tanda dan gejala
17.00 tindakan keperawatan adanya ansietas
2x24 jam, diharapkan b. Gunakan satu sistem
pasien : pendekatan yang
a. Cemas berkurang tenang dan
b. Pasien memiliki meyakinkan
koping yang positif c. Lakukan tekhnik
mendengar aktif
d. Intruksikan tekhnik
relaksasi, imajinasi.
3. 13-2-08, Setelah dilakukan a. Kaji integritas kulit
17.00 tindakan keperawatan b. Inspeksi daerah kulit
selama 2x24 jam tidak yang diradiasi
terjadi kerusakan yang c. Intruksikan pasien
berlebih, klien ikut untuk menghindari
memelihara kulit mencukur kulit yang
iritasi, memakai
pakaian sempit,
penggunaan deodoran,
parfum, aktivitas
berat.
ASKEP CA OVARIUM

Ny. B ( 54 tahun ) didiagnosa menderita Ca Ovari stadium IIA. Riwayat


kehamilan GP3A1. Masing – masing An. A ( laki – laki 26 tahun ), An. D (
perempuan 22 tahun ), An. H ( perempuan 18 tahun ). Suami Ny.B ( Tn.G 57
tahun ) bekerja sebagai seorang admin di sebuah perusahaan. Berdasarkan
pengakuan Ny. B saudara sepupu jauhnya ada yang menderita penyakit kanker,
tetapi kanker payudara. Rencanya Ny. B akan dilakukan operasi untuk
mengangkat kankernya 5 hari ke depan. Ny. B mengatakan terasa sakit di perut
bagian bawah kanan dengan skala nyeri 7 dan perutnya terlihat semakin
membesar tampak seperti orang hamil. Klien tampak meringis menahan sakit dan
tampak memegang perutnya, tampak wajah pucat dan keluar keringat. Belakangan
menstruasinya tidak teratur dan sangat sedikit saat menstruasi. Klien juga
mengatakan BB nya turun dari 52 kg menjadi 46 kg 2 bulan terakhir karena tidak
nafsu makan.Tinggi badan klien 165 cm dan klien terlihat kurus dan kuliatnya
terlihat kering. Ny. B juga mengatakan cemas dan takut pada operasi yang akan
dijalaninya dan tentang penyakitnya. Setiap ada perawat yang datang di kamar,
klien selalu bertanya apakah dia bisa sembuh. Klien juga tampak gelisah dan
murung. Saat dilakukan pemeriksaan IMT dan TTV didapatkan hasil sebagai
berikut :
IMT = BB/TB2
= 46/(1,65)2 = 16,89
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 110x/menit
RR : 26x/menit
Suhu : 37,7ºC.

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Ny. B
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Bukittinggi
Diagnosa Medis : Ca Ovarium

Penanggung Jawab
Nama : Tn. Eko
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana Ekonomi
Pekerjaan : Admin di sebuah perusahaan swasta
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Bukittinggi
Hubungan dengan klien : Suami
2. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah dan perutnya
terlihat semakin membesar tampak seperti orang hamil.
3. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut bagian
kanan bawah, klien juga mengatakan menstruasinya tidak teratur dan
sangat sedikit saat menstruasi. Berat badan klien juga turun karena
klien tidak nafsu makan. Dokter mendiagnosa Ny. B menderita Ca
Ovarium stadium II A.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun. Hanya
klien sering mengeluh masuk angin dan badannya sering pegal-pegal
dan capek. Biasanya klien hanya membeli obat di warung atau di
apotek dengan jenis
 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan sepupunya pernah menderita kanker payudara.
 Riwayat Obstetri
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : umur 13 tahun Siklus teratur
Banyaknya/Lamanya : 5 hari
HPHT : Keluhan :nyeri saat hari 1-3 menstruasi
5. Riwayat Keluarga Berencana
Melaksanakan KB sejak 4 tahun yang lalu dengan menggunanakan jenis
kontrasepsi IUD.
6. Pemenuhan Kebutuhan Dasa
a. Aktivitas dan latihan
Klien mengatakan aktivitas yang klien kerjakan sebatas aktivitas
yang ringan saja, misalnya menyapu halaman dan membersihkan
rumah. Untuk mengangkat benda berat klien mengeluh semakin
nyeri.
b. Tidur dan istirahat
Sejak mengeluh nyeri pada abdomennya klien mengatakan sering
terbangun saat tidur karena nyeri yang dirasakannya.
c. Kenyamanan dan nyeri
Klien mengatakan nyeri yang dirasakannya sangat mengganggu.
Saat dilakukanpengkajian nyeri didapatkan :
P : Saat klien beraktivitas
Q : Nyeri yang dirasakan klien seperti ditusuk-tusuk
dan nyeri terasa seperti ditekan dan panas
R : Abdomen
S : Skala nyeri 7
T : Sekitar 15 menit
d. Nutrisi
Sejak mengeluh nyeri pada abdomennya klien mengatakan nafsu
makannya kurang. Klien sangat suka mengkonsumsi goreng-
gorengan dan makanan yang dibakar, klien juga suka mengkonsumsi
minuman bersoda.
A : Antopometri (BB : 46kg, TB;165cm, LILA : , IMT;16,89,)
B : Biokimia (px Lab àHb :11g/dl , Ht : 45% ,Albumin :
2,5g/dl)
C : Clinis (penampilan klien : klien terlihat lemah)
D : Diet ( klien makan bubur dengan tinggi kalori dan tinggi
protein)
e. Cairan, elektrolit dan asam basa.
Klien mengatakan dalam sehari klien hanya minum sekitar 6 gelas
perhari dengan ukuran gelas belimbing ( 200cc ).
Minum 6 gelas/hari = 6 x 200 = 1200 ml
Infus 500cc/7 jam = 7 x 500 = 3500 ml
Air metabolisme = 5/kg BB/hari = 5x46 = 230 ml
Intake = 1200 + 3500 + 230 = 4930
Urine = 3 x 300 = 900ml/hari
Feses = 100ml/hari
IWL = 15/kgBB/hari = 15x46 = 690 ml
IWL = IWL + 200 (suhu sekarang – 370C)
= 690 + 200 + (37,7-37)
= 890,7
Output = 900 + 100 + 890, = 1890,7
BC = Intake – Output
= 4930 – 1890,7 = 3039,3 ml
pH = 7,4
f. Eliminasi fekal/bowel
Klien BAB normal dalam sehari 1X, klien mengatakan jarang
sekali menderita diare. Tetapi klien mengatakan akhir-akhir ini klien
sering konstipasi.
g. Eliminasi urin
Klien tidak mengalami masalah pada saat BAK , hanya saja akhir-
akhir ini saat BAK klien merasa agak nyeri.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Pasien tampak lemah
b. Pemeriksaan TTV : TD : 100/70 mmHg
Nadi : 110x/menit,
RR : 26x/menit
Suhu : 37,7ºC.
TB/BB : 165 Cm / 52 Kg
 Kepala
Bentuk kepala klien simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada
hematom, rambut klien bersih tidak rontok.
 Muka
Bentuk muka klien simetris, muka klien nampak pucat dan
berkeringat, tidak ada lesi pada muka klien.
 Mata
Sklera klien berwarna putih bersih, terdapat sekret pada
mata, konjungtiva anemis.
 Hidung
Hidung klien simetris, tidak ada septum deviasi, tidak ada
lesi juga tidak ada epistaksis, tidak ada polip.
 Mulut
Pada pemeriksaan bibir klien didapatkan bibir klien kering,
tidak ada stomatitis.
 Telinga
Pada telinga klien bentuknya simetris, telinga klien sedikit
kotor.
 Leher
Pemeriksaan leher ,tidak terdapat pembesaran pada kelenjar
thyroid, tidak ada kaku kuduk, reflek menelan baik, dan saat
dilakukan pengukuran JVP didapatkan nilai 2 yang berarti tidak
ada pelebaran JVP
 Torax
Paru-Paru
Insfeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus nya sama antara kanan dan
kiri
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Bronkovesikuler
 Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Katup teraba kuat, katup pulmonal teraba
kuat, katup trikuspidalis teraba kuat, iktus kordis
teraba kuat.
Auskultasi : Bunyi jantung S1 S2 normal.
 Abdomen
Inspeksi : Abdomen klien asites
Auskultasi : Peristaltik usus (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+) dan Keras
Perkusi : Tympani
 Genetalia
Genitaliaklien warnanya sama dengan warna kulit, tidak
terdapat lesi pada vulva, ada cairan abnormal pada genitalia
klien. Pada palpasi tidak terdapat nyeri.
 Ekstremitas
Tonus klien lemah, klien tidak bertenaga.
 Sensori, persepsi dan kognitif
Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori. Kllien
juga tidak menggunakan alat bantu peenglihatan dan alat bantu
untuk berjalan. Pendengaran klien masih normal dan tidak
mengalami gangguan. Penciuman klien masih normal.

8. Riwayat Psikososioal Budaya Dan Spiritual


a. Psikologis : Klien mengatakan cemas, klien juga takut terhadap
penyakitnya bisa sembuh atau tidak.
b. Sosial : Kehidupan sosial sehari-hari dengan tetangganya baik.
Klien juga mengikuti arisan di lingkungan tempat
tinggalnya.
c. Budaya : Klien menganut Bali yang sangat kuat, walaupun
dirinya sekarang tinggal di Jawa.
d. Spiritual : Klien mengatakan bahwa dirinya seorang pemeluk islam
yang taat. Klien rajin melaksanakan perintah untuk beribadah.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. USG : perut dan panggul menunjukkan massa ovarium dan ascites.
b. Rontgen thorax : didapatkan efusi pleura
10. Pemeriksaan laboratorium
 Hb :11g/dl
 Ht : 45%
 Albumin : 2,5g/dl
11. Pemeriksaan serum CA 125 : 50 U/L ( normal : 35 U/L)
12. Program pengobatan
Cairan IV : Terpasang infuse RL
Obat peroral : Asam mefenamat 500mg per oral.

B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS :
 Klien Proses Nyeri
mengatakan Pertumbuhan/Perkembangan
terasa sakit di sel Kanker
perut bagian
bawah kanan
 Skala nyeri klien
7
DO :
 Klien tampak
meringis
menahan sakit
dan tampak
memegang
perutnya
 Klien terlihat
pucat dan
mengeluarkan
keringat
 Perut klien
terlihat semakin
membesar
tampak seperti
orang hami
 TD : 100/70
mmHg
 Nadi :
110x/menit
 RR : 26x/menit
 Suhu : 37,7ºC.
2. DS :
 Klien
mengatakan BB
nya turun dari 52 Anorexia, Ketidak Nutrisi
kg menjadi 46 kg mampuan untuk mencerna kurang dari
2 bulan terakhir makanan kebutuhan
karena tidak tubuh
nafsu makan
 Klien
mengatakan
ketidak
mampuan untuk
mencerna
makanan
DO :
 Klien terlihat
kurus dan
kulitnya terlihat
kering
 IMT = 16,89
3. DS :
 Klien
mengatakan Status kesehatan Ansietas
cemas dan takut
pada operasi
yang akan
dijalaninya
 Setiap ada
perawat yang
datang di kamar,
klien selalu
bertanya apakah
dia bisa sembuh.
Status kesehatan
Cemas
DO :
 Klien tampak
gelisah dan
murung.
 TD : 100/70
mmHg
 Nadi :
110x/menit
 RR : 26x/menit
 Suhu : 37,7ºC.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan/perkembangan sel
kanker
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia,
ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan

D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Setelah diberikan askep Manajemen nyeri:
selama 7x24 jam diharapkan 1. Lakukan manajemen
nyeri klien dapat terkontrol nyeri secara
dengan KH: komprehensif
 Nyeri teratasi 2. Kaji
 Klien merasa nyaman ketidaknyamanan
secara tidak verbal
3. Ajari untuk
menggunakan teknik
nonfarmakologi
4. Anjurkan untuk
istirahat/tidur yang
adekuat
5. Monitor manajemen
nyeri yang dilakuakn
6. Kolaborasi
pemberian analgetik
2. Setelah diberikan askep Manajemen nutrisi :
selama 3x24 jam diharapkan 1. Kaji riwayat alergi
nutrisi klien terpenuhi terhadap makanan
dengan KE: 2. Anjurkan makan
 Peningkatan BB sedikit tapi sering
 Nafsu makan 3. Kaji kemampuan
meningkat klien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
4. Kaji makanan yang
klien sukai
5. Berikan informasi
tentang nutrisi
3. Klien tidak terlihat cemas 1. Dengarkan dengan
dan gelisah seksama apa keluh
KH : kesah klien
Berkurangnya rasa takut, 2. Berikan solusi yang
klien tahu dan mengerti relevan
tentang keadaan dirinya, 3. Berikan informasi
klien dapat melakukan tentang kesehatan
manajemen stress terhadap klien
kondisinya. 4. Temani klien dalam
memutuskan sesuatu
5. Berikan humor ringan
kepada klien.
ASKEP CA MAMAE

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Diana Kristina
Jenis Kelamin : Wanita
Umur : 45 tahun
Agama : Kristen Protestan
Tgl Masuk : 25 April 2013
No. RM : 00.54.07.76
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Kembang Ganyong No. 15

Keluhan Utama: Penurunan Kesadaran, Nyeri di bagian dada akibat


benjolan di bagian dada dan ada perasaan takut dan cemas.

Riwayat Penyakit Sekarang : Mengeluh adanya benjolan atau ulkus


pada payudara dan kadang-kadang timbul nyeri, serta perasaan takut
atau cemas. Pada payudara terdapat adanya orok yang mengeras serta
bau tidak enak yang menyengat. Klien tampak enggan bergaul dan
berintegrasi dengan pasien lain. Observasi gejala memegang payudara
dan wajah tampak menyeringai. Terkadang klien juga mengalami
penurunan kesadaran dan nyeri di bagian kepala.

Riwayat Penyakit Terdahulu : Adanya siklus perubahan hormonal


yang lama serta penggunaan obat-obatan hormonal
kontasepsi.Riwayat Penyakit dalam Keluarga : Tidak ada
2. Tanda-tanda Vital
TD : 130/70 mm/Hg
DN : 90x/i
Term : 36,70C
RR : 24x/i
Kesadaran : Somnolen
Keadaan Gizi : Sedang
Keadaan Umum : Buruk
Skala Nyeri : 5 (di payudara dan kepala)
TB : 155cm
BB : 55Kg
3. Diagnosa Medis
Ca. Mammae dan Metastasis Brain
4. Therapi Medis
IVFD R-sol 20 tts/i
Inj. Keterolak
O2 5 liter
Dexamethason / 8jam
Inj. Ranitidine
5. Hasil Pemeriksaan Lengkap
Jenis Pemeriksaan Astuan Hasil Rujukan Keterangan
Hematolog
Darah Lengkap (CBC) g% 13,70 11,7 - 15,5
Hb (HGB) 10⁶/mm 4,06 4,20 - 4,87
3
Leukosit (WBC) % 38,50 38 – 44
Hematokrit 10⁶/mm 539 150 – 450
3
Trombosit (PCT) Fl 77,60 85 – 95
MCV Pg 27,60 28 - 32
MCH g% 35,60 33 - 35
MCHC % 14,30 11,6 - 14,8
RDW Fl 8,50 7,0 - 10,2
MPV % 0,46
PCT Fl 9,0
PDW
Hitung Jenis
Neutofil 40,10 37 - 80
Limfosit 43,80 20 – 40
Monosit 15,50 2–8
Eusinofil 0,30 1–6
Basofil 0,300 0–1
Neutrofil Absoult 1,27 2,7 – 6,5
Limfosit Absolut 1,39 1,5 -3,7
Monosit Absolut 0,49 0,2 – 0,4
Eusinofil Absolut 0,01 0 – 0,10
Basofil Absolut 0,01 0 – 0,1
Kimia Klinik
Analisa Gula darah
pH 7.465 7,35 – 7,45
pCO2 mmHg 37,7 36 – 42
pO2 mmHg 187,9 85 – 100
Bikarbonat (HCO3) mmol/L 26,5 22 – 26
Total CO2 mmol/L 27,7 19 – 25
Kelebihan Basa (BE) mmol/L 2,8 (-2) – (+2)
Saturasi O2 % 99,7 95 – 100
Metabolisme Karbohidrat
Glukosa Darah mg/dL 145,00 <200
GINJAL
Ureum mg/dL 13,00 <50
Kreatini mg/dL 0,60 0,50 – 0,90
ELEKTOLIT
Natrium (Na) mEq/L 140 135 – 155
Kalium (K) mEq/L 3,4 3,6 – 5,5
Klorida (CL) mEq/L 102 96 – 1-6
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Pasien mengatakan Adanya ulkus Nyeri Akut pada
bahwa ia merasakan nyeri di pada daerah daerah mammae
bagian payudara nya. mammae
DO : Pasien tampak
meringis kesakitan.
2. DS : Pasien mengatakan Kurangnya Ansietas
bahwa ia cemas terhadap pengetahuan
operasi yang akan dijalani tentang pre dan
nya. post operasi
Do : Pasien tampak cemas
dengan kondisinya
3. DS : Pasien mengatakan Akibat adanya Gangguan
bahwa ia tidak selera makan rasa mual Nutrisi kurang
DO : Pasien tampak tidak dari kebutuhan
menghabiskan makanan nya tubuh
BB = 52Kg

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d adanya ulkus pada daerah mammae
2. Ansietas b/d Kurangnya pengetahuan tentang pre dan post operasi
dGangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa mual

D. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa : Nyeri Akut b/d adanya ulkus pada daerah mammae d/d
pasien tampak meringis kesakitan.
Tujuan : Mengurangi rasa Nyeri
Kriteria Hasil : Klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks
dan ekpresi wajah ceria.
No Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan Membantu dalam mengindentifikasi
lokasi, lamanya dan intensitas derajat kenyamanan dan kebutuhan
nyeri. efektif analgetik.
2. Bantu pasien menemukan Peninggian lengan, ukuran baju dan
posisi nyaman. adanya drain mempengaruhi
kemampuan pasien untuk istirahat
3. Anjurkan penggunaan secara efektif.
manajemen stress, contoh Menghilangkan nyeri atau

teknik relaksasi, bimbingan menurunkan nyeri ke tingkat yang


4. imajinasi. lebih nyaman yang dapat ditoleransi

Kolaborasi dengan dokter oleh pasien.


untuk pemberian analgesic Penggunaan agen farmakologis
sesuai indikasi untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri

2. Diagnosa : Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang pre dan post


operasi d/d pasien tampak cemas.
Tujuan : Cemas berkurang atau hilang
Kriteria Hasil : Mengungkapkan perasaan dan pikirannya secara
terbuka, melaporkan berkurangnya cemas dan takut, mengungkapkan
mengerti tentang pre dan post operasi, secara verbal mengemukakan
menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri
terhadap perubahan fisiknya.
No Intervensi Rasional
1. Jelaskan apa yang terjadi Pengetahuan tentang apa yang
selama praoperasi dan pasca diperkirakan membantu mengurangi
operasi, termasuk tes kecemasan dan meningkatkan
laboratorium pra operasi, kerjasama pasien.
alasan status puasa, obat-
obatan pos operasi, tinggal di
ruang pemulihan program
pasca operasi. Informasikan
pada klien obat nyeri bila
2. diperlukan untuk mengontrol
nyeri.
Memerberikan penenangan,
Memberikan dorongan emosi
penerimaanm dan bantuan/
pada saat operasi untuk
dukungan selama masa stres
mengurangi tingkat
kecemasan misalnya dorongan
3. untuk semangat agar bisa
berkumpul dengan keluarga di
rumah.
Izinkan pasien untuk
Pengetahuan tentang apa yang
mengetahui keadaan pasca
diharapkan dari intevensi bedah
operasi.
membantu menurunkan kecemasan
dan memungkinkan pasien untuk
memikirkan tujuan yang realistik.

3. Diagnosa : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d rasa


mual d/d pasien tampak tidak meghabiskan makanannya dan
penurunan BB .
Tujuan : Kebutuhan Nutrisi pasien terpenuhi.
Kriteria Hasil : Memperlihatkan status gizi yang baik sesuai dengan
kebutuhan tubuh.
No Intervensi Rasional
1. Awasi keluhan mual dan Berguna dalam mendefinisikan
muntah. masalah dan intervensi yang tepat

2. Menghilangkan rasa tak enak dan


Berikan perawatan mulut dapat meningkatkan nafsu makan.
3. sebelum makan. Penurunan BB menunjukkan tidak
Kaji berat badan pasien kuatnya nutrisi
E. Implementasi Keperawatan.
No Diagnosa Implementasi
1. Nyeri Akut b/d adanya ulkus  Mengkaji keluhan nyeri,
pada daerah mammae perhatikan lokasi, lamanya dan
intensitas nyeri.
 Membantu pasien menemukan
posisi nyaman.
 Menganjurkan penggunaan
manajemen stress, contoh
teknik relaksasi, bimbingan
imajinasi
 Berkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgesic
sesuai indikasi.

2. Ansietas b/d kurangnya  Menjelaskan apa yang terjadi


pengetahuan tentang pre dan selama praoperasi dan pasca
post operasi operasi. Informasikan pada
klien obat nyeri bila diperlukan
untuk mengontrol nyeri.
 Memberikan dorongan emosi
pada saat operasi untuk
mengurangi tingkat kecemasan
misalnya dorongan untuk
semangat agar bisa berkumpul
dengan keluarga di rumah
 Mengizinkan pasien untuk
mengetahui keadaan pasca
operasi
3. Gangguan nutrisi kurang dari  Mengawasi keluhan mual dan
kebutuhan tubuh b/d rasa muntah
mual  Memberikan perawatan mulut
sebelum makan
 Mengkaji berat badan pasien

Anda mungkin juga menyukai