Anda di halaman 1dari 10

PERTANYAAN

MANAJEMEN BIAYA

“TARGET COSTING, THEORY OF


CONSTRAINT, LIFE CYCLE COSTING”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
MARSELIANA - C1C015113

FERA TRI YANTI - C1C015014


MUHAMMAD YUSUF - C1C015043

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
PERTANYAAN:

5-1 jelaskan 2 metode untuk menurunkan biaya produk total supaya dapat dicapai ‘target
cost’ yang diharapkan ?

Jawaban :

1.Target costing

Target costing adalah metode perencanaan laba dan manajemen biaya yang dikembangkan di
Jepang pada tahun 1960an. Target costing adalah pengelolaan biaya strategic untuk
mendapatkan laba masa depan (Cooper dan Slagmulder, 1999). Pada awal dipublikasikannya
target costing beberapa nama yang biasa digunakan merujuk pada target costing adalah cost
planning dan cost projection systems (Kato, 1993). Sesuai dengan karakteristik dari
perusahaan di Jepang yang memiliki hubungan dekat dengan supplier, klien, dan lembaga
keuangan maka perusahaan Jepang mempergunakan supply chain untuk pengembangan dan
pengendalian biaya produk. Karena penekanan perusahaan Jepang pada supply chain maka
target costing sangat cocok dengan sifat alamiah perusahaan Jepang.(Albright dan Lam,
2006)Tujuan dari target costing adalah pengurangan biaya produk dalam tahap RD&E dan
bukan pada proses produksi. Kunci target costing adalah pada desain produk yang dapat
memuaskan konsumen.Target costing adalah contoh yang sesuai bagaimana akuntansi
manajemen dan sistem pengendalian dapat digunakan untuk tujuan strategik dan betapa
pentingnya hal tersebut bagi perusahaan untuk memiliki sistem yang mempertimbangkan
pengukuran kinerja dalam seluruh proses value chain.

2. Metode cost plus pricing

Setiap perusahaan menghasilkan produk dan menjualnya ke pasar untuk memperoleh laba
demi kelangsungan hidup mereka. Agar produk yang dihasilkan dapat laku di pasaran maka
berbagai strategi dilakukan perusahaan, termasuk strategi penetapan harga. Kebanyakan
perusahaan menetapkan harga produk baru mereka sebagai penjumlahan dari biaya dan laba
yang dikehendaki. Metode yang dikenal dengan “cost-plus pricing” ini banyak diterapkan
oleh sebagian besar perusahaan Amerika dan Eropa. Alasannya bahwa perusahaan harus
menghasilkan pendapatan yang dapat menutup semua biaya dan memperoleh laba.

5-2 Apa arti ‘sales life cycle’? fase-fase apa yang terdapat pada ‘sales life cycle’? apa
bedanya dengan ‘cost life cycle ?

Jawaban :

sales life cycle merupakan urutan atau fase-fase hidup produk dan jasa dipasar mulai dari
pengenalan produk atau jasa sampai pada pertumbuhan dalam penjualan dan akhirnya
kematangan, penurunan dan penarikan dari pasar. Fase-fase yang terdapat pada sales life
cycle :
1. Pengenalan Produk

Dalam fase ini terdapat sedikit persaingan dan penjualan perlahan – lahan mengalami
peningkatan karena pelanggan mulai sadar akan adanya produk atau jasa baru. Biaya
relative tinggi karena tingginya pengeluaran untuk riset dan pengembangan dan biaya
modal untuk memasang fasilitas produksi dan upaya pemasangan serta variasi produk
terbatas.

2. Pertumbuhan Produk

Penjualan mulai tumbuh secara cepat dan variasi produk meningkat. Produk sedang
menikmati manfaat dari adanya diferensiasi. Persaingan semakin meningkat dan harga
mulai lunak.

3. Kematangan Produk

Penjualan terus meningkat, tetapi dengan tingkat kenaikan yang menurun. Ada
pengurangan persaingan dan variasi produk. Harga tetap lunak dan diferensiasi tidak lagi
penting. Persaingan berdasarkan biaya, persaingan kualitas dan fungsionalitas tidak dapat
berubah.

4. Penurunan Produk

Penjualan mulai menurun, demikian juga jumlah pesaing. Harga menjadi stabil.
Menekankan pada kembalinya diferensiasi. Perusahaan yang dapat bertahan adalah
perusahaan yang dapat melakukan diferensiasi pada produk, mengendalikan biaya,
kualitas pengiriman yang baik, dan pelayanan yang baik. Pengendalian terhadap biaya
dan jaringan distribusi yang efektif merupakan kunci untuk dapat terus bertahan.

sedangkan Cost Life Cycle merupakan urutan aktivitas dalam perusahaan mulai dari
peelitian dan pengembangan, desain, produksi (atau penyediaan jasa),
pemasaran/distribusi, dan layanan kepada pelanggan.

5-3 Apakah strategi penentuan harga jual berubah pada fase-fase yang berbeda dalam ‘sales
life cycle’? jelaskan !

Jawaban :

Penentuan harga jual strategic dan pengembangan system manajemen biaya yang tepat,
tergantung pada posisi produk atau jasa dalam tahap – tahap siklus penjualan. Dengan
semakin pendeknya siklus penjualan, analisis terhadap siklus penjualan menjadi semakin
penting. Kebalikan dari “ sales life cyclus “ adalah “ cost life cyclus” berhubungan dengan
tahap – tahap penjualan dan penarikan produk dari pasar.

5-4 apakah manajemen biaya berubah selama siklus penjualan produk ? jelaskan !

Jawabam :
Di dalam pemasaran ada suatu siklus atau tahapan yang dapat membantu perusahaan untuk
mengetahui dan menganalisa secara jelas sejauh mana produk yang dihasilkan dapat bertahan
secara kompetitif. Konsep siklus hidup produk bisa dimanfaatkan oleh manajer agar bisa
memahami dinamika produk dan pasar. Manfaat sesungguhnya bisa beragam tergantung dari
situasi pengambilan keputusan. Sebagai alat perencanaan, konsep daur hidup produk bisa
membantu memperjelas tantangan-tantangan pemasaran pada setiap tahap dan alternatif
strategi apa saja yang bisa digunakan perusahaan. Sebagai alat pengendalian, konsep ini
membantu perusahaan dalam membandingkan prestasi dengan produksi sejenis di masa lalu.
siklus hidup produk adalah selalu berubah-ubah, karena sulit menduga lamanya suatu tahap
dan para manajer sendiri sering tidak bisa memastikan pada tahap apa produk mereka saat ini
berada. Suatu produk mungkin kelihatannya mencapai tahap kedewasaan, padahal hanya
mencapai saat mendatar pada tahap pertumbuhan untuk sementara sebelum menaiknya kurva
untuk kedua kalinya. Pola daur hidup merupakan alat strategi pemasaran, bukan seperti siklus
hidup organisme yang alami dan pasti. Pola siklus hidup menjadi akibat dari berbagai strategi
pemasaran yang telah ditentukan perusahaan.

5-5 apa yang dimaksud dengan ‘target costing’, dan mengapa ‘target costing’ digunakan ?

Jawaban :

target costing adalah metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan terlebih dahulu
menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga kompetitif, dengan
demikian perusahaan memperoleh laba yang diharapkan.

Terdapat dua alasan mengapa target costing sebaiknya digunakan :

1. Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya secara
sepihak.
2. Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap design.

5-6 Apa yang digunakan dengan ‘life-cycle costing’ dan mengapa digunakan?

Jawaban:

Pada masa lalu, perbandingan antara alternatif-alternatif aset, baik konsep


ataupunketelitian desain, didasarkan pada biaya modal awal. Namun, tingkat pertumbuhan
yang tinggimenuntut untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari suatu aset. Caranya
adalah biaya operasi dan pemeliharaan harus dipertimbangkan selama biaya-biaya tersebut
menghabiskan sumber daya yang melebihi umur pelayanan dari aset.Baik biaya modal
maupun biaya operasi dan pemeliharaan harus dipertimbangkan saatpembuatan keputusan
manajemen aset yang menyertakan biaya. Ini merupakan pendekatan LifeCycle Cost.Life
Cycle Costing adalah proses menentukan jumlah dari semua biaya yang berkaitandengan
suatu aset atau bagian aset, termasuk biaya perolehan, pemasangan,
pengoperasian,pemeliharaan, perbaruan, dan biaya penghapusan
5-7 Sebutkan lima langkah dalam analisis teori kendala (the theory of constraints) dan
jelaskan masing-masing langkah tersebut. Langkah mana yang paling penting dan mengapa?

Jawaban:

Dalam mengimplementasikan ide-ide sebagai solusi dari suatu permasalahan, Goldratt


mengembangkan 5 (lima) langkah yang berurutan supaya proses perbaikan lebih fokus dan
berakibat lebih baik bagi sistem. Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Identifikasi konstrain sistem (identifying the constraint). Mengidentifikasi bagian


system manakah yang paling lemah kemudian melihat kelemahanya apakah
kelemahan fisik atau kebijakan.
2. Eksploitasi konstrain (exploiting the constraint). Menentukan cara menghilangkan
atau mengelola constraint dengan biaya yang paling rendah.
3. Subordinasi sumber lainnya (subordinating the remaining resources). Setelah
menemukan konstrain dan telah diputuskan bagaimana mengelola konstrain tersebut
maka harus mengevaluasi apakah kostrain tersebut masih menjadi kostrain pada
performansi system atau tidak. Jika tidak maka akan menuju ke langkah kelima, tetapi
jika yam aka akan menuju ke langkah keempat.
4. Evaluasi konstrain (Elevating the constraint). Jika langkah ini dilakukan, maka
langkah kedua dan ketiga tidak berhasil menangani konstrain. Maka harus ada
perubahan besar dalam sistem, seperti reorganisasi, perbaikan modal, atau modifikasi
substansi system.
5. Mengulangi proses keseluruhan (repeating the process). Jika langkah ketiga dan
keempat telah berhasil dilakukan maka akan mengulangi lagi dari langkah pertama.
Proses ini akan berputar sebagai siklus. Tetap waspada bahwa suatu solusi dapat
menimbulkan konstrain baru perlu dilakukan.

5-8 Apa yang dimaksud dengan kendala mengikat (binding constraint) dalam analisis teori
kendala (theory of constraints)? Kendala tidak mengikat? (nonbinding constraint)?

Jawaban :

Kendala mengikat (binding constraint) adalah kendala yang terdapat pada sumber
daya yang telah dimanfaatkan sepenuhnya.Kendala tidak mengikat atau kendur (loose
constraint) adalah kendala yang terdapat pada sumber daya yang terbatas yang tidak
dimanfaatkan sepenuhnya.

5-9 Apa peran diagram jaringan (network diagram) dalam analisis teori kendala (theory of
constraint?

Jawaban :

Diagram jaringan (Network Diagram) merupakan flowchart dari pekerjaan yang


menunjukkan urutan proses dan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk setiap proses. Tujuan
diagram ini adalah membantu manajer untuk melihat adanya tanda-tanda pemborosan.
Analisis tugas (task analysis), yang menggambarkan aktivitas dari setiap proses secara rinci,
juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang mengikat.

Dalam diagram jaringan terdapat enam proses produksi :

Proses 1 : Menerima dan menginspeksi bahan baku

Proses 2 : Mencampur bahan baku

Proses 3 : Inspeksi kedua

Proses 4 : Pengisian dan pengemasan

Proses 5 : Inspeksi ketiga

Proses 6 : Pemberian label

5-10 Metode rekayasa/desain produk apakah yang digunakan dalam desain produk (produk
design) dan ‘life-cycle costing’?

Jawaban :

Menggunakan Metode Basic engineering merupakan metode dimana perancang


produk bekerja secara terpisah dari pemasaran dan produksi untuk mengembangkan desain
dari rencana dan spesifikasi khusus.

5-11 Apa yang dimaksud dengan konsep ‘value engineering’? bagaimana konsep tersebut
digunakan dalam ‘target costing’?

Jawaban :

Value engineering juga dikenal sebagai value analysis yang merupakan sistematika
berdasarkan tim. Pendekatan ini untuk mengevaluasi desain produk dalam memenuhi
permintaan untuk mengidentifikasi alternatif yang akan meningkatkan nilai produk,
didefinisikan sebagai rasio dari fungsi untuk harga. Karena itu, ada 2 cara untuk
meningkatkan nilai yaitu, penganggaran fungsional yang tetap dan mengurangi biaya atau
penganggaran biaya konstan dan meningkatkan fungsi. Value engineering melihat semua
elemen produk termasuk bahan mentah, proses manufakturing, tipe pekerja dan peralatan
yang digunakan serta keseimbangan antara pembelian dengan komponen yang dihasilkan.

Konsep ini digunakan untuk membandingkan bagaimana produk yang ada untuk
mencapai fungsinya dan kemudian mengevaluasi cara baru untuk mencapai fungsi tersebut
dan biaya untuk setiap alternatifnya. Alternatif itu kemudian diurutkan berdasarkan tingkatan,
dan jika mungkin, elemen terbaik akan diambil dari setiap alternatif untuk mengembangkan
desain produk yang diinginkan.

5-12. Apa perbedaan utama antara Activity Based Costing dan Theory Of Constraint ?
kappan masing-masing seharusnya digunakan ?

Jawaban:
Theory Of Constraint adalah suatu teknik analisis yang berfokus pada aktivitas
pemrosesan dari suatu produk atau aktivitas produksi. Dimana theory ini memfokuskan
pada kendala atau pemborosan apa saja yang dapat menghambat atau memperlambat
proses produksi yang dijalankan oleh suatu perusahaan atau entitas. Yang pada intinya
manajemen memfokuskan perhatiannya pada kecepatan bahan baku produk dan
komponen yang dibeli diproses menjadi barang akhir atau barang jadi sampai barang itu
didistribusikan kepada pelanggan. Theory ini cocok digunakan pada saat perusahaan
ingin membeli bahan baku memproses bahan baku hingga menjadi produk jadi serta
mendistribusikan produk jadi mereka ke pelanggan, dimana manajemen menganalisis
kendala apa saja yang akan dihadapi nantinya dan perlu untuk dianalisis/dieliminasi
sehingga ketika proses berjalan kendala tersebut tidak akan muncul yang akan
mengakibatkan pemrosessan akan berjalan cepat dan tepat waktu tanpa memerlukan
waktu yang lama.

Activity Based Costing adalah suatu teknik sistem informasi akuntansi yang
mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan aktivitasnya,
dimana teknik ini lebih ke analisis biaya yang nantinya akan dibebankan pada suatu
produk, dimana biaya biaya yang dikeluarkan oleh suatu organisasi akan dianalisis serta
ditelusuri jejaknya terutama biaya overhead, dimana pada teknik tradisional biaya ini
sangat sulit untuk ditelusuri jejaknya berbeda degan teknik ABC yang mampu
menelusuri jejak dari biaya overhead. sehingga dalam penentuan harga pokok produk
nantinya akan jauh lebih akurat dan baik. Teknik ini cocok digunakan pada saat
perusahaan sebelum mendistribusikan produk mereka maka perusahaan terlebih dahulu
menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan untuk produk mereka, yang berguna untuk
menentukan harga dari produk mereka.

5-13. Untuk jenis perusahaan apakah analisis Theory Of Constraint paling cocok diterapkan ?
dan mengapa ?

Jawaban:

Theory Of Constraint cocok digunakan untuk jenis perusahaan manufaktur.


Karena perusahaan ini membeli bahan baku memperoses bahan tersebut hingga menjadi
produk jadi sampai mendistribusikan produk tersebut. Dimana pada jenis perusahaan ini
banyak terdapat kendala yang akan dihadapi perusahaan pada saat pemrosesan
produksi. Maka dari itu theory ini sangat cocok untuk jenis perusahaan manufaktur.

5-14. Untuk jenis perusahaan apakah analisis Target Costing paling cocok digunakan ? dan
mengapa ?

Jawaban:

Target Costing cocok digunakan untuk perusahaan manufaktur, karena Target


Costing adalah suatu teknik untuk menurunkan harga jual sehingga sesuai dengan target
perusahaan sehingga produk mereka akan dapat bersaing serta memiliki keunggulan
yang kompetitif. Dimana teknik ini akan berjalan dengan baik ketika perusahaan
menggunakan teknik ABC didalam penentuan harga pokok dari suatu produk mereka,
sehingga ketika perusahaan menurunkan harga jual itu sesuai dengan harga pokok yang
telah mereka analisis, atau dengan desain ulang produk mereka. Jika untuk jenis
perusahaan dagang maka perusahaan akan sulit untuk menurunkan harga jual karena
mereka hanya akan menjual produk mereka diatas harga belinya.

5-15. Untuk jenis perusahaan apakah analisis Life Cycle Costing paling cocok digunakan ?
dan mengapa ?

Jawaban:

Life Cycle Costing cocok digunakan untuk jenis perusahaan manufaktur dan jasa,
karena analisis ini adalah metode yang ditawarkan dalam rangka perhitungan biaya
selama siklus hidupnya baik dari biaya pengembangan, produksi, hingga distribusi yang
dimana lebih sesuai dengan perusahaan manufaktur dan jasa.

5-16. Jelaskan perbedaan yang ada dalam penerapan analisisLife Cycle Costing dan analisis
Sale Life Cycle ?

Jawaban:

Penerapan analisis Life Cycle Costing adalah analisis yang diterapkan oleh suatu
perusahaan, mulai dari pengembangan/riset, menentukan desain pemrosesan dari suatu
produk sampai produk itu siap dijual ke pasar. Sedangkan Sale Life Cycle adalah
analisis terhadap suatu produk dari sebuah perusahaan ketika baru ingin dipasarkan
sampai jangka waktu tertentu serta bagaimana perusahaan mempertahankan pangsa
pasar mereka agar produk mereka selalu diminati pasar.
LATIHAN SOAL

5-18 TEORI KENDALA (THEORY OF CONSTRAINTS): MENGIDENTIFIKASI


KENDALA. Coble Inc, memproduksi suku cadang, X23 yang digunakan pada perusahaan
mobil. Tiga macam proses yang dilakukan untuk memproduksi X23 adalah : drilling,
inserting dan packing. Setiap proses dilakukan pada stasiun kerja yang terpisah dan masing-
masing mempunyai karakteristik kinerja sebagai berikut:

• Fungsi drilling dapat melakukan pengeboran sebanyak 30.000 per jam.

• Fungsi inserting dapat melakukan aktivitas sebesar 3.000 suku cadang per 5 menit.

• Fungsi packaging dapat mengems 10.000 suku cadang per setengah jam.

Diminta: Berapa Unit X23 yang dpaat diproduksi dalam satu minggu dan proses mana yang
merupakan kendala mengikat (binding constraint)?

Jawaban:

A. Fungsi packaging merupakan kendala mengikat sebab hanya 20.000 suku cadang
yang dapat dikemas (packaged) dalam waktu satu jam. Sedangkan 36.000 dapat di
insert 30.000 dapat di drill.
B. Jika diasumsikan 1 minggu bekerja menghabiskan waktu 40 jam, maka jumlah
produksi dalam satu minggu sebesar 20.000 unit/jam x 40 jam = 800.000 suku cadang
per minggu.

5-19 TEORI KENDALA (THEORY OF CONSTRAINT): KEPUTUSAN TENTANG


KOMPOSISI PRODUK bell company memproduksi dan menjual tiga macam produk
(A,B,C). Data berikut berkaitan dengan ketiga produk tersebut.

A B C
Permintaan dalam unit 120 110 100
Harga jual per unit $100 $120 $105
Biaya bahan per unit $50 $60 $60
Tenaga langsung dalam menit per unit 12 17 7
Diminta :

1. Hitunglah kontribusi per menit tenaga langsung untuk masing-masing produk.


2. Tentukan komposisi produk terbaik. Anggaplah ada lima karyawan , ada waktu
istirahat, pelatihan dan pertemuan reguler dan menit yang tersedia per harinya adalah
2.200 menit.

Jawaban:

Kontribusi per unit: Kontribusi per menit:

Produk A = $ 100 – 50 = $ 50 50/12 = $ 4.17

Produk B = $ 120 – 60 = $ 60 60/17 = $ 3.53


Produk C = $ 105 – 60 = $ 45 45/7 = $ 6.43

2.Analisis untuk keputusan komposisi produk dengan kendala mengikat yaitu jumlah menit
yang tersedia per hari sebanyak 2.200 menit akan didistribusikan untuk tiga produk
dengan komposisi menit yang dibutuhkan sebagai berikut:

Produk C = 100 x 7 menit = 700 menit

Produk A = 120 x 12 menit = 1.440 menit

Kelebihan menit untuk Produk B = 60 menit atau 60/17 = 3 unit

Dari analisis tersebut, dapat diketahui komposisi produk terbaik sebagai berikut:

Produk A = 120 unit

Produk B = 3 unit

Produk C = 100 unit

Anda mungkin juga menyukai