Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya jaman maka semakin maju pula pola pikir manusia misalnya,
manusia dapat menciptakan tranportasi yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam
melakukan aktifitas sehari-hari, tapi selain segi positif timbul pula segi negatif misalnya
dengan alat tranportasi yang digunakan untuk beraktifitas dapat menyebabkan kecelakaan,
salah satu contohnya adalah fraktur pada tulang dan dapat pula terjadi trauma pada dada.
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
system pernafasan
Gejala yang dapat dirasakan oleh pasien trauma dada yaitu: Nyeri pada tempat trauma,
bertambah pada saat inspirasi, pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi,
pasien menahan dadanya dan bernafas pendek, dyspnea, takipnea, takikardi, tekanan
darah menurun, gelisah dan agitas, kemungkinan cyanosis, batuk mengeluarkan sputum
bercak darah, hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit dan ada jejas pada
thorak.
Peran perawat pada kasus ini adalah mampu membantu proses kesembuhan diri pasien,
baik fisik maupun psikis, memberi motivasi dan menjaga pasien. Selain itu perawat harus
dapat menentukan asuhan keperawatan yang tepat dalam menangani pasien dengan
penyakit trauma dada.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus trauma dada, karena peran dan
fungsi perawat dalam merawat pasien trauma dada sangat penting, selain trauma dada itu
berbahaya, bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf dan organ serta
terganggunya pada sistem sirkulasi dalam darah. Maka dari itu peran perawat dalam kasus
trauma dada ini adalah membantu proses kesembuhan diri pasien, baik fisik maupun psikis,
mengayomi, memberi motivasi dan menjaga pasien.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :

1.2.1 Tujuan umum


Membantu mahasiswa memahami tentang konsep keperawatan pada klien dengan
trauma dada.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus membuat makalah ini adalah :

a. Untuk memahami konsep penyakit trauma dada.


b. Untuk memahami dan mengerti contoh kasus pasien dengan trauma dada.
c. Untuk memahami manajemen yang dapat dilakukan pada pasien dengan
trauma dada.

1.3 Manfaat Penulisan


Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah:
a. Mahasiswa mampu memahami konsep penyakit trauma dada.
b. Mahasiswa mampu mengidentifikasi pasien dengan trauma dada.
c. Mahasiswa mampu memahami manajemen yang dapat dilakukan pada pasien
dengan trauma dada.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan
pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun
isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
system pernafasan. Trauma dada adalah masalah utama yang paling sering terjadi pada
bagian emergency. Cidera pada dada dapat mengenai tulang-tulang sangkar dada, pleura
dan paru-paru, diagfragma atau organ-organ dalam mediastinum.

Cidera pada dada secara luas diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu, cidera
penetrasi dan tumpul. Cidera penetrasi (missal, pneumotoraks terbukaa, hemotoraks, cidera
trakeobronklial, kontusio pulmonal, ruptur diagfragma) menggangu intergritas dinding dada
dan mengakibatkan perubahan dalam tekanan intratoraks. Cidera tumpul (missal,
pneumotoraks tertutup, pneumotoraks tensi, cidera trakeobronklial, fail chest, rupture
diagfragma, cidera mediastinal, fraktur rusuk) merusak struktur di dalam rongga dada ntanpa
mengganggu integritas dinding dada.

Penyebab utama cidera pada dada adalah kecelakaan kendaraan bermotor missal,
sepeda motor atau mobil. Pukulan benda-benda tumpul pada dada atau akibat terjatuh juga
dapat menyebabkan cidera dada nonpenetrasi. Luka penetrasi umumnya diakibatkan oleh
tusukan senjata tajam atau luka akibat tembakan.

2.2 Etiologi

Caroline (2012) menjelaskan bahwa trauma dada dapat disebabkan oleh:


a. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan therapy
ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada luka dada
tanpa pelonggaran balutan.
b. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur oleh
vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.
b. Tusukan paru dengan prosedur invasif.

3
c. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa
benda berat, dan
d. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak).

2.3 Klasifikasi

Trauma dada dikalsifikasikan menjadi dua jenis, yaitu :

1) Trauma tajam
Terjadi diskontinuitas dinding thorax (laserasi) langsung akibat penyebab
trauma. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisu, kaca) atau peluru. Sekitar
10-30% memerlukan operasi torakotomi. Trauma tajam dapat terjadi karena
beberapa kondisi seperti; Pneumothoraks terbuka, Hemothoraks, Trauma
tracheobronkial, Contusio Paru, Ruptur diafragma, dan Trauma Mediastinal.

2) Trauma tumpul
Tidak terjadi diskontinuitas dinding thorax. Terutama akibat kecelakaan
lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau blast injuries. Kelainan tersering akibat
trauma tumpul thorax adalah kontusio paru. Sekitar <10% yang memerlukan
operasi torakotomi. Trauma tumpul dapat terjadi karena beberapa kondisi
seperti; Tension pneumothoraks, Trauma tracheobronkhial, Flail Chest, Ruptur
diafragma, Trauma mediastinal, dan Fraktur kosta.

2.4 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya trauma dada antaralain:
a. Akselerasi
Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab
trauma. Gaya perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan sesuai
dengan hukum Newton II (Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas
jaringan tubuh yang menerima gaya perusak dari trauma).
b. Deselerasi
Kerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan.
Biasanya terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma.
Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ dalam yang mobile
(bronkhus, sebagian aorta, organ visera) masih bergerak dan gaya yang

4
merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding toraks oleh karena tarikan dari
jaringan pengikat organ tersebut.
c. Torsio dan rotasi
Gaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya
deselerasi organ-organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan
pengikat/fiksasi, seperti Isthmus aorta, bronkus utama, diafragma atau atrium.
Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organ-organ tersebut dapat terpilin atau
terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu.
d. Blast injury
Kerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak
langsung dengan penyebab trauma. Gaya merusak diterima oleh tubuh melalui
penghantaran gelombang energi.

5
6
2.5 Manifestasi Klinis

Arif Muttaqin (2008) menjelaskan bahwa manifestasi klinis yang sering muncul pada
penderita trauma dada antaralain:
1. Tamponade jantung:
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung.
b. Gelisah.
c. Pucat, keringat dingin.
d. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
b. Pekak jantung melebar.
c. Bunyi jantung melemah.
d. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
e. ECG terdapat low voltage seluruh lead.
f. Perikardiosentesis keluar darah.
2. Hematotoraks:
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan.
3. Pneumothoraks :
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
b. Gagal pernapasan dengan sianosis.
c. Kolaps sirkulasi.
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
e. Pada auskultasi terdengar bunyi “klik”.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Wilkinson (2010) menjelaskan bahwa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan


pada pasien dengan trauma dada antaralain:
1. Radiologi: Foto Thorax (AP)
Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien
dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan
hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius trauma toraks
dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.

7
2. Gas Darah Arteri (GDA) dan PH
Gas darah dan pH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-
pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah dipakai
untuk menilai keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar oksigen dalam
darah, serta kadar karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan analisa gas darah
dikenal juga dengan nama pemeriksaan ASTRUP, yaitu suatu pemeriksaan gas
darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yaitu: Arteri
radialis, A. brachialis, A. Femoralis.
3. CT-Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnosa pada trauma tumpul toraks, seperti
fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular dislokasi. Adanya retro sternal
hematoma serta cedera pada vertebra torakalis dapat diketahui dari pemeriksaan
ini. Adanya pelebaran mediastinum pada pemeriksaan toraks foto dapat
dipertegas dengan pemeriksaan ini sebelum dilakukan Aortografi.
4. Ekhokardiografi
Transtorasik dan transesofagus sangat membantu dalam menegakkan diagnosa
adanya kelainan pada jantung dan esophagus. Hemoperikardium, cedera pada
esophagus dan aspirasi, adanya cedera pada dinding jantung ataupun sekat
serta katub jantung dapat diketahui segera. Pemeriksaan ini bila dilakukan oleh
seseorang yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan spesifitasnya hampir 96%.
5. EKG (Elektrokardiografi)
Sangat membantu dalam menentukan adanya komplikasi yang terjadi akibat
trauma tumpul toraks, seperti kontusio jantung pada trauma. Adanya
abnormalitas gelombang EKG yang persisten, gangguan konduksi, tachiaritmia
semuanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya kontusi jantung. Hati hati,
keadaan tertentu seperti hipoksia, gangguan elektrolit, hipotensi gangguan EKG
menyerupai keadaan seperti kontusi jantung.
6. Angiografi
Tujuan pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya cedera aorta pada
trauma tumpul toraks.

7. Hb (Hemoglobin)
Mengukur status dan resiko pemenuhan kebutuhan oksigen jaringan tubuh.

8
2.7 Penatalaksanaan

1. Darurat

a. Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar yang


mungkin melihat kejadian. Yang ditanyakan :

· Waktu kejadian

· Tempat kejadian

· Jenis senjata

· Arah masuk keluar perlukaan

b. Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka, kalo perlu
seluruhnya:

· Inspeksi :

a. Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak mungkin tidur.


Tentukan luka masuk dan keluar

b. Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi

c. Akhir dari ekspirasi

· Palpasi :

a. Diraba ada/tidak krepitasi

b. Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral

c. Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan

· Perkusi

a. Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor

b. Adanya pekak dan batas antara yang pekak dan sonor seperti garis
lurus atau garis miring

9
· Auskultasi :

· Bising napas kanan dan kiri dibandingkan

· Bising napas melemah atau tidak

· Bising napas hilang atau tidak

· Batas antara bising napas melemah atau menghilang dangan normal

· Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada

· Pemeriksaan tekanan darah

· Kalau perlu segera pasang infus kalau perlu yang besar

· Pemeriksaan kesadaran

· Pemeriksaan sirkulasi perifer

· Kalau keadaan gaawat pungsi

· Kalau perlu intubasi napas buatan

· Kalau keadaan gawat darurat, kalau perlu massage jantung

· Kalau perlu toraktomi massage jantung internal

· Kalau keadaan stabil dapat dimintakan pemeriksaan radiologi (Foto thorax


AP, kalau keadaan memungkinkan)

2. Terapi

a. Chest tube/drainase udara (pneumothorax)

b. WSD (Hematothorax)

c. Pungsi

d. Toraktomi

e. Pemberian oksigen

10
2.8 Komplikasi

Ismail (2014) menjelaskan bahwa trauma dada dapat menyebabkan berbagai macam
komplikasi tertentu. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan trauma dada
antaralain:
1. Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan dinding
dada, paru. Emfisema subcutis memiliki tanda-tanda khas antaralain;
pembengkakan kaki, krepitasi.
2. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat kantong
tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan menampung
darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut
nadi cepat serta lemah yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan
pada jantung.
3. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam tapi
keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan mendorong
mediastinim menekan paru sisi lain.
4. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan efusi
pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi nyeri dada
lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan syok. Akibat adanya
cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga pleura maka terjadi tanda-
tanda :
a. Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun
bisa terjadi dypsnea.
b. Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
c. Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
d. Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
e. Flail Chest

11
5. Hemopneumothorak
Hemopneumothoraks merupakan salah satu komplikasi dari trauma dada karena
adanya penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus Pasien dengan Trauma Dada


Tn.X, 38 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas , motornya menabrak truk yang
sedang berhenti. Dadanya membentur stir motor. Tn X dibawa ambulance ke IGD
RSUD kota kediri. Saat dikaji Tn. X mengeluh sesak, nyeri saat bernafas, tampak
laserasi dan lebam pada dada, lebam lebih hitam diarea kanan, pergerakan dada
kanan tertinggal dari kiri sehingga gerakan dada tidak simetris. Pada auskultasi
dada kanan lebih redup dari dada kiri. Tampak fraktur iga ke 6-7 dengan hemato
pneumothoraks kanan. Diputuskan pemasangan Water Seal Drainage,
menggunakan sistem 3 botol. Saat di tempat kejadian pemeriksaan TTV di
dapatkan hasil RR: 32x/ mnt, nadi 134x/mnt, TD 140/76 mmHg, Suhu 36⁰c.

3.2 Pengkajian Gawat Darurat


a. Primary survey
 A (airway): tidak terjadi permasalahan pada jalan nafas dibuktikan dengan
tidak adanya sumbatan berupa benda asing, darah, bronkospasme, sputum,
ataupun lendir
 B (Breathing): terdapat beberapa abnormalitas akibat adanya fraktur pada iga
ke 6-7 sehingga terjadi gerakan dada tidak simetris, terdapat retraksi
intercostal, tampak laserasi dan lebam pada dada, lebam lebih hitam diarea
kanan, klien juga mengeluh sesak, RR:32X/menit dengan pernafasan dangkal
 C (Circulation): nadi: 134x/menit, reguler, nadi teraba lemah, TD: 140/76
mmHg, CRT normal, Akral normal, tidak ada edema
 D (Disability): tingkat kesadaran: compos mentis, GCS: 15, pupil: reflek
cahaya (+), penglihatan kabur, refleks babinsky (+), reflek bisep trisep (+).
 E (Eksposure): klien mengalami trauma dada tumpul karena terbentur setir
motor.
b. Secondary survey
 Hasil pemeriksaan head to toe:
a. Kepala
 Palpasi : Benjolan tidak ada, rambut halus.
 Inspeksi : Rambut berwarna hitam dan bersih.

13
b. Mata
 Inspeksi : konjungtiva anemis (kiri/kanan), reflek cahaya positif,
pengihatan kabur OD: 3/5 OS:3/5.
c. Telinga
 Inspeksi:
Tidak ada serumen (kiri/kanan), bentuk simetris (kiri/ kanan)
 Palpasi:
Tidak ada benjolan (kiri/kanan), nyeri (-/-)
d. Hidung
 Inspeksi:
Tidak ada secret, pernafasan menggunakan cuping hidung
 Palpasi:
Benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.
e. Mulut dan faring
 Inspeksi: Mukosa bibir kering, gigi lengkap, tidak ada caries, lidah
agak putih, nafas bau urea.
f. Leher
 Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis.
 Palpasi: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
g. Thoraks
 Inspeksi:
Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang, pergerakan
dada kanan tertinggal dari kiri, gerakan dada tidak simetris, terdapat
retraksi intercostal, tampak laserasi dan lebam pada dada, lebam
lebih hitam diarea kanan, tidak ada oedema dan jaringan parut,
Tampak fraktur iga ke 6-7 dengan hematopneumothoraks kanan,
terdapat pemasangan Water Seal Drainage menggunakan sistem 3
botol.
 Auskultasi:
Suara nafas normal, suara ucapan (vocal resonans) normal, tidak
ada suara tambahan, pada auskultasi dada kanan lebih redup dari
dada kiri
 Pada jantung tidak ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi
jantung normal

14
 Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal,
warna aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan pembengkakan,
tidak ada secret.
h. Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan lesi,
tidak ada oedema, bising usus 10x permenit, terdapat nyeri tekan.
i. Ekstremitas atas (Tangan)
 Inspeksi: Tidak ada oedema (kiri/kanan), adanya bekas luka pada
tangan kiri, kulit tampak kering (kiri/kanan), Bentuk simetris, kekuatan
otot 3 dari 0-5, kuku jari bersih, refleks biceps dan trisep (+).
j. Ekstremitas bawah (Kaki)
Inspeksi: Tidak ada oedema (kiri/kanan), kulit tampak kering (kiri/kanan),
Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, terdapat lesi dan jaringan
parut, kuku jari bersih, tidak ada varices, dan refleks babinski (+).
 Klien telah dilakukan pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan foto toraks
b. CT Scan
c. Ekhokardiografi
d. Elektrokardiografi

3.3 Pengkajian Umum


1. Pengkajian
A. Identitas Klien
 Nama : Tn X
 Umur : 38 tahun
 TTL : Kediri, 01 januari 1976
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Agama : Islam
 Pendidikan : SLTA
 Pekerjaan : Petani
 Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
 No. Med. Rec : 13.06.17.84
 Diagnosa Medis : Trauma Dada
 Tanggal Masuk : 24 maret 2016

15
 Tanggal Pengkajian : 25 maret 2016
 Ruang Rawat : dahlia Km. 8
 Golongan Darah :B
 Alamat : Jl. Himalaya No.3 Kota Kediri
B. Identitas Penanggung jawab
 Nama : Nn z
 Umur : 35 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
 Alamat : Jl. Himalaya No.3 Kota Kediri
 Hubungan dengan klien : Istri

2. Riwayat Keperawatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama: Klien mengatakan sesak.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn X 38 thn dibawa ambulance ke IGD RSUD Kota Kediri. Saat dikaji Tn.
X mengeluh sesak, nyeri saat bernafas, tampak laserasi dan lebam pada
dada, lebam lebih hitam diarea kanan, pergerakan dada kanan tertinggal
dari kiri sehingga gerakan dada tidak simetris. Sesak dirasa bertambah
saat klien bergerak dan berkurang saat istirahat.
c. Upaya yang dilakukan: Istirahat dan Relaksasi

B. Riwayat Kesehatan Sebelumnya


a. Imunisasi: Klien mengatakan terakhir imunisasi saat masih kecil
b. Alergi: Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi
c. Penyakit yang pernah di derita : Klien mengatakan tidak pernah
mengalami penyakit berat.
d. Riwayat masuk RS: Klien mengatakan pernah di rawat di RS karena sakit
muntaber.

16
e. Obat-obatan yang pernah digunakan: Klien mengatakan lupa nama obat-
obatan yang pernah digunakan
f. Riwayat Kecelakaan: Klien mengatakan tidak pernah mengalami
kecelakaan
g. Riwayat Tindakan Operasi: Klien mengatakan tidak pernah operasi
sebelumnya

C. Riwayat Kesehatan Keluarga:


Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak mempunyai penyakit keturunan
yang berat maupun menular.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Keadaan Umum Sedang, Kesadaran Umum Compos
Mentis
b. Tanda-Tanda Vital
 Tekanan Darah : 140/76 mmHg
 Nadi : 134x Permenit
 Suhu : 36ºC
 RR : 32x Permenit
c. Antropometri
 Tinggi Badan : 164cm
 BB Pre OP : 50kg
d. Kepala
 Palpasi : Benjolan tidak ada, rambut halus.
 Inspeksi : Rambut berwarna hitam dan bersih.
e. Mata
 Inspeksi : konjungtiva anemis (kiri/kanan), reflek cahaya positif,
pengihatan kabur OD: 3/5 OS:3/5.
f. Telinga
 Inspeksi:
Tidak ada serumen (kiri/kanan), bentuk simetris (kiri/ kanan)
 Palpasi:
Tidak ada benjolan (kiri/kanan), nyeri (-/-)

17
g. Hidung
 Inspeksi:
Tidak ada secret, pernafasan menggunakan cuping hidung
 Palpasi:
Benjolan tidak ada, nyeri tidak ada.
h. Mulut dan faring
 Inspeksi: Mukosa bibir kering, gigi lengkap, tidak ada caries, lidah
agak putih, nafas bau urea.
i. Leher
 Inspeksi: Tidak ada pembesaran vena jugularis.
 Palpasi: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
j. Thoraks
 Inspeksi:
Bentuk dada normal, tidak ada kelainan tulang belakang, pergerakan
dada kanan tertinggal dari kiri, gerakan dada tidak simetris, terdapat
retraksi intercostal, tampak laserasi dan lebam pada dada, lebam
lebih hitam diarea kanan, tidak ada oedema dan jaringan parut,
Tampak fraktur iga ke 6- 7 dengan hematopneumothoraks kanan,
terdapat pemasangan Water Seal Drainage menggunakan sistem 3
botol.
 Auskultasi:
Suara nafas normal, suara ucapan (vocal resonans) normal, tidak
ada suara tambahan, pada auskultasi dada kanan lebih redup dari
dada kiri
 Pada jantung tidak ada ictus cordis, perkusi jantung normal, bunyi
jantung normal
 Pada payudara ukuran, bentuk, dan kesimetrisan payudara normal,
warna aerola coklat, puting susu tidak ada ulcus dan pembengkakan,
tidak ada secret.
k. Abdomen
Bentuk abdomen datar dan simetris, tidak ada jaringan parut dan lesi,
tidak ada oedema, bising usus 10x permenit, terdapat nyeri tekan.

18
l. Ekstremitas atas (Tangan)
 Inspeksi: Tidak ada oedema (kiri/kanan), adanya bekas luka pada
tangan kiri, kulit tampak kering (kiri/kanan), Bentuk simetris, kekuatan
otot 3 dari 0-5, kuku jari bersih, refleks biceps dan trisep +
m. Ekstremitas bawah (Kaki)
 Inspeksi: Tidak ada oedema (kiri/kanan), kulit tampak kering
(kiri/kanan), Bentuk simetris, kekuatan otot 3 dari 0-5, terdapat lesi
dan jaringan parut, kuku jari bersih, tidak ada varices, dan refleks
babinski (+).

4. Data Biologis
a) Pola Nutrisi
Makan
 Frekuensi : 3x Sehari
 Jenis : Nasi + Lauk + Sayur + Buah
 Porsi/Jumlah : 1 Piring sedang tidak habis
 Keluhan : tidak nafsu makan
 Makanan yang dipantang : Tidak Ada
 Alergi terhadap makanan : Tidak Ada
 Suplemen yang dikonsumsi : Tidak Ada
Minum
 Jenis : Air putih
 Jumlah : ± 8 Gelas
b) Pola Eliminasi
- Buang Air Besar (BAB): Klien mengatakan BAB tidak teratur
- Buang Air Kecil (BAK):
a. Input : 480cc
b. Output : 300cc
c. Balance : Input-Output (180cc)
d. Warna : Coklat
e. Keluhan : Terkadang Nyeri
c) Pola Istirahat/Tidur
 Tidur Siang : ± 2 jam
 Tidur Malam : ± 7 Jam

19
 Keluhan Tidur : Klien mengatakan terkadang terbangun saat malam hari
karena tidak nyaman tidur
d) Personal Hygiene
 Mandi : 2x Sehari
 Jenis Pakaian : kemeja berkerah
 Perawatan Gigi : Tidak terlalu rutin
 Penis Hygiene : 1x sehari
5. Theraphy
 Pemasangan Water Seal Drainage, menggunakan sistem 3 botol
 Pemasangan Oksigen dengan menggunakan masker non rebreathing
6. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan foto toraks - CT Scan,
 Ekhokardiografi - Elektrokardiografi

3.4 Analisa data

No. Data Etiologi Masalah keperawatan


1. Ds : Kecelakaan (dada membentur Nyeri akut
- Kecelakaan (trauma stir motor)
dada tumpul karena
terbentur setir motor) Fraktur iga ke- 6-7
- Nyeri saat bernafas
Tarikan pada pleura parientalis
Ds :
- RR: 32x/ mnt, Perlekatan pada pleura viteral
- Nadi 134x/mnt,
- TD 140/76 mmHg, Reseptor nyeri terangsang
- Suhu 36⁰ C
- Laserasi Nyeri akut
- Lebam pada dada
- Fraktur iga ke 6-7

20
2. Ds : Kecelakaan (dada membentur Ketidakefektifan pola nafas
- Klien mengatakan stir motor)
mengalami kecelakaan
(trauma dada tumpul Fraktur iga ke 6-7
karena terbentur setir
motor) Gangguan syaraf pernafasan
- Klien mengeluh sesak dan otot pernafasan
atau dispnea
P↑ permeabilitas membrane
Do : alveolar kapiler
- Laserasi
- Lebam pada dada Gangguan epithelum alveolar
- Area kanan lebam lebih
hitam Penumpukan cairan alveoli
- Pergerakan dada tidak
simetris (kanan tertinggal Edema pulmo
dr pd kiri)
- Dada kanan lebih redup Cairan surfaktan ↓
dr kiri
Gangguan pengembangan
paru (etelektasis) - kolaps
alveoli

Ventilasi dan perfusi tidak


seimbang

Ketidakefektifan pola nafas

3.5 Prioritas diagnose


1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal ditandai
dengan gerakan dada tidak simetris.
2. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur iga ditandai dengan tampak laserasi dan lebam
pada dada

21
3.6 Rencana asuhan keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan pola nafas Tujuan: setelah dilakukan NIC: NIC:
berhubungan dengan tindakan keperawatan selama  Airway  Airway
kerusakan muskuloskeletal 3x24 jam pasien manunjukkan Management Management
ditandai dengan gerakan keefektifan pola nafas, 1. Posisikan pasien semi 1. Untuk memaksimalkan
dada tidak simetris KH: fowler potensial ventilasi
NOC: 2. Auskultasi suara nafas, 2. Memonitor kepatenan
Respiratory Status: Airway catat hasil penurunan jalan napas
patency daerah ventilasi atau 3. Memonitor respirasi
Indicator 1 2 3 4 5 tidak adanya suara dan keadekuatan
Kedalaman adventif oksigen
inspirasi dan 3. Monitor pernapasan dan  Oxygen Therapy
kemudahan status oksigen yang 1. Menjaga keadekuatan
bernapas sesuai ventilasi
Ekspansi  Oxygen Therapy 2. Meningkatkan ventilasi
dada 1. Mempertahankan jalan dan asupan oksigen
simetris napas paten 3. Menjaga aliran oksigen
Penggunaan 2. Kolaborasi dalam mencukupi kebutuhan
otot pemberian oksigen pasien
aksesoris terapi  Respiratory
3. Monitor aliran oksigen Monitoring
Keterangan: 1. Monitor keadekuatan
1: gangguan eksterm  Respiratory pernapasan

22
2: berat Monitoring 2. Melihat apakah ada
3: sedang 1. Monitor kecepatan, obstruksi di salah satu
4: ringan ritme, kedalaman dan bronkus atau adanya
5: tidak ada gangguan usaha pasien saat gangguan pada
KH: bernafas ventilasi
 Frekuensi, irama, 2. Catat pergerakan 3. Mengetahui adanya
kedalaman pernafasan dada, simetris atau sumbatan pada jalan
dalam batas normal tidak, menggunakan napas
 Tidak menggunakan otot bantu pernafasan Memonitor keadaan
otot-otot bantu 3. Monitor suara nafas pernapasan klien
pernafasan seperti snoring
 Vital Signs Monitor pola nafas:
Tanda Tanda vital dalam bradypnea, tachypnea,
rentang normal (tekanan hiperventilasi, respirasi
darah, nadi, pernafasan) kussmaul, respirasi cheyne-
(TD 120-90/90-60 stokes dll
mmHg, nadi 80-100
x/menit, RR: 18-24
x/menit.
2. Nyeri akut berhubungan Tujuan: NIC: Pain Management NIC: Pain Management
dengan fraktur iga ditandai Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian 1. Mengetahui secara
dengan tampak laserasi keperawatan selama 1x24 jam nyeri secara pasti terkait keadaan
dan lebam pada dada nyeri pada pasien dapat komprehensif termasuk nyeri
berkurang lokasi, karakteristik, 2. Mengetahui nyeri

23
KH: durasi, frekuensi, secara non verbal
NOC: Pain Level kualitas dan faktor 3. Mengetahui kualitas
Indikator 1 2 3 4 5 presipitasi nyeri berdasarkan
Melaporkan 2. Observasi reaksi non pengalaman nyeri yang
nyeri verbal dari pernah dirasakan
berkurang ketidaknyamanan 4. Mengetahui seberapa
Gelisah dan 3. Gunakan teknik nyeri pada area fraktur
ketegangan komunikasi terapeutik 5. Mengetahui tingkat
otot untuk mengetahui kontrol nyeri pasien
Durasi pengalaman nyeri berdasarkan
episode pasien pengalaman nyeri
nyeri 4. Kaji kultur yang 6. Memfasilitasi klien dan
mempengaruhi respon keluarga dalam
KH: nyeri mendapatkan
 Mampu mengontrol nyeri 5. Evaluasi bersama dukungan
(tahu penyebab nyeri, pasien dan tim 7. Memfasilitasi klien
mampu menggunakan kesehatan lain tentang terkait pengaruh nyeri
tehnik nonfarmakologi ketidakefektifan kontrol berdasarkan
untuk mengurangi nyeri, nyeri masa lampau lingkungan
mencari bantuan) 6. Bantu pasien dan (mengurangi nyeri)
 Melaporkan bahwa nyeri keluarga untuk mencari 8. Mengurangi nyeri
berkurang dengan dan menemukan 9. Mengurangi nyeri dgn
menggunakan manajemen dukungan tindakan yang lebih
nyeri 7. Kontrol lingkungan 10. Mengurangi nyeri

24
 Mampu mengenali nyeri yang dapat (destraksi dan
(skala, intensitas, frekuensi mempengaruhi nyeri relaksasi)
dan tanda nyeri) seperti suhu ruangan, 11. Mengurangi nyeri
 Menyatakan rasa nyaman pencahayaan dan 12. Mengetahui
setelah nyeri berkurang kebisingan keberhasilan tindakan
 Tanda vital dalam rentang 8. Kurangi faktor keperawatan
normal presipitasi 13. Mengurangi aktifitas
 Tidak mengalami 9. Pilih dan lakukan dapat mengurangi
gangguan tidur. penanganan nyeri faktor resiko terjadinya
(farmakologi, nyeri hebat
nonfarmakologi dan 14. Mengevaluasi tindakan
interpersonal) dalam mencegah nyeri
10. Ajarkan tentang teknik jika nyeri tetap
non farmakologi dirasakan maka harus
11. Kolaborasi pemberian melakukan tindakan
analgetik lanjutan (berdiakusi
12. Evaluasi keefektifan dengan tim medis lain,
kontrol nyeri khususnya dokter).
13. Tingkatkan istirahat
14. Kolaborasikan dengan
dokter jika keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil.

25
3.7 Evaluasi
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Ketidakefektifan pola nafas S : Klien mengatakan sesak berkurang
berhubungan dengan O : ditemukan tanda-tanda:
kerusakan muskuloskeletal  Laserasi (-),
ditandai dengan gerakan dada  Lebam pada dada (-),
tidak simetris  Pergerakan dada simetris,
 Auskultasi suara dada kanan dan kiri sama,
 Fraktur iga ke 6-8 (-),
 Hemato pnemothoraks kanan (-)
A : Masalah teratasi
P : Tindakan dihentikan
Nyeri akut berhubungan dengan S : Klien mengatakan nyeri saat bernafas berkurang
fraktur iga ditandai dengan O : ditemukan tanda-tanda:
tampak laserasi dan lebam  RR: 16-24 x/mnt,
pada dada  Nadi 60-100x/mnt,
 TD 120-90/90-60 mmHg,
 Suhu 36,5-37,5oC
 Laserasi (-),
 Lebam pada dada (-),
 Fraktur iga ke 6-8 (-)
A : Masalah Teratasi
P : Tindakan dihentikan.

26
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan Tn. X dengan trauma
thorax di IGD RSUD Kota Kediri”. Asuhan keperawatan yang dilakukan melalui tahap:
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, dan evaluasi. Penulis dalam bab ini
membahas tentang adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil aplikasi
pada kasus.

3.1 Pembahasan Pengkajian


Saat dikaji Tn. X mengeluh sesak, nyeri saat bernafas, tampak laserasi dan
lebam pada dada, lebam lebih hitam diarea kanan, pergerakan dada kanan tertinggal
dari kiri sehingga gerakan dada tidak simetris. Sesak dirasa bertambah saat klien
bergerak dan berkurang saat istirahat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari
ATLS (2012), bahwa akibat dari adanya trauma pada dada maka terjadi Kompresi terjadi
ketika jaringan kulit yang terbentuk tertekan, peregangan terjadi ketika jaringan kulit
terpisah dan stres merupakan tempat benturan pada jaringan kulit yang bergerak
berhubungan dengan jaringan kulit yang tidak bergerak. Kerusakan anatomi yang terjadi
akibat trauma dapat ringan sampai berat tergantung besar kecilnya gaya penyebab
terjadinya trauma. Kerusakan anatomi yang ringan berupa jejas pada dinding toraks,
fraktur kosta simpel.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital terjadi beberapa abnormalitas dengan hasil
pemeriksaan sebagai berikut TD: 140/76 mmHg, Nadi: 134x/min, Suhu: 36ºC, RR:
32x/min. Beberapa abnormalitas tersebut dapat terjadi akibat kerusakan anatomi dinding
toraks dan organ didalamnya dapat menganggu fungsi fisiologi dari sistem pernafasan
dan sistem kardiovaskuler. Gangguan sistem pernafasan dan kardiovaskuler dapat
ringan sampai berat tergantung kerusakan anatominya. Gangguan faal pernafasan
dapat berupa gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi dan gangguan mekanik/alat
pernafasan. Salah satu penyebab kematian pada trauma toraks adalah gangguan faal
jantung dan pembuluh darah (David, 2013).

27
3.2 Pembahasan Diagnosa Keperawatan
Hasil pengkajian secara wawancara dan observasi kepada pasien, penulis
menemukan masalah antaralain:
1. Masalah utama yang dikeluhkan oleh pasien dan menjadi prioritas keperawatan
pada penanganan gawat darurat paling utama yaitu ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan kerusakan sistem muskuloskeletal ditandai dengan
gerakan dada tidak simetris. Ditandai dengan:
a. Data subjektif yaitu klien mengatakan sesak nafas (dispnea).
b. Data objektif didapatkan hasil terdapat patah tulang dada.
Ketidakefektifan pola nafas adalah pertukaran udara inspirasi dan/atau
ekspirasi yang tidak adekuat. Batasan karakteristiknya adalah; penurunan
tekanan inspirasi/ekspirasi, penurunan pertukaran udara per menit, klien tampak
menggunakan otot pernafasan tambahan, dyspnea, terdapat perubahan
penyimpangan dada, nafas pendek, pernafasan pursed-lip, dan tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama (Nanda, 2015-2017). Hal ini sesuai dengan tanda
gejala yang terjadi pada klien yang memenuhi batasan karakteristik
ketidakefektifan pola nafas.
Masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas lebih diprioritaskan
penulis menjadi masalah utama dari beberapa masalah keperawatan yang
muncul pada pasien karena pola nafas merupakan hal yang urgensi dan
mempengaruhi kelangsungan hidup klien.

2. Masalah keperawatan kedua yakni nyeri akut berhubungan dengan fraktur iga
ditandai dengan tampak laserasi dan lebam pada dada. Ditandai dengan:
a. Data subyektif klien mengatakan klien merasa nyeri seperti tertusuk di
bagian dada.
b. Data objektif yang didapatkan terdapat luka pada area dada, tampak
lebam, dan klien tampak grimace.
Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu nyeri akut dengan batasan
karakteristik perilaku ekspresif misal; gelisah, merintih, menangis, kewaspadaan
berlebihan, peka terhadap rangsang, dan menghela napas panjang, perilaku
menjaga atau sikap melindungi, gangguan tidur, missal; mata terlihat layu,
gerakan tidak teratur atau tidak menentu dan tidak menyeringai. Definisi nyeri
akut berdasarkan Nanda (2015) adalah respon fisiologis atau sensoris karena

28
agen-agen penyebab cedera; biologis, kimia, fisik dan psikologis yang
berlangsung secara tiba-tiba dan kurang dari enam bulan. Dalam prioritas
diagnosa keperawatan, nyeri akut berhubungan dengan fraktur iga ditandai
dengan tampak laserasi dan lebam pada dada berada dalam urutan kedua.

29
BAB V

PEMBAHASAN JURNAL

5.1 Pembahasan

Jurnal ini membahas tentang beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada pasien trauma
dada tumpul. komplikasi yang banyak terjadi pada pasien yang mengalami cidera dada tumpul
adalah cidera paru dan patah tulang rusuk, itu merupakan koplikasi yang sering terjadi pada
pasien trauma dada tumpul. Selain itu koplikasi lain dapat terjadi memar pada dada dan cidera
paru-paru hal tersebut dapat memperburuk keadaan pasien. Makadari itu di butuhkan tindakan
asuhan keperawatan yang tepat dan melakukan evaluasi meyeluruh dan intervensi yang tepat.
Melakukan intervensi yang tepat waktu dapat memaksimalkan fungsi pernafasan dan
mengurangi rasa sakit akibat cidera. Tentunya dengan pemberian terapi oksigen yang tepat,
pemeriksaan fisik dada dengan cepat dan tepat serta pemerian terapi analgesic yang memadai.

Cidera paru yang terjadi pada pasien trauma dada dapat menyebabkan terganggunya system
pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Penurunan kemampuan klien untuk bernafas dapat
menyebabkan komplikasi yang lebih parah lagi yaitu dapat terjadi pneumonia. Patah tulang
rusuk yang terjadi akibat trauma dada menyebabkan penggunaan otot aksesori menjadi
berlebihan, sehingga dapat menyebabkan kelelahan pada otot – otot pernafasan.

5.2 Intervensi keperawatan

Intervensi gawat darurat yang dapat dilakukan oleh perawat berdasarkan jurnal “Assesment,
Monitoring and Emergency Nursing Care in Blunt Chest Injury: A case study” (2011) antaralain:
a. Memantau status pernapasan setiap dua jam selama fase akut, setiap 8 jam bila stabil
dimana ini untuk mengindentifikasi indikasi-indikasi kearah kemajuan atau penyimpangan
dari hasil yang diharapkan
b. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan
tanda-tanda vital bertujuan agar distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital
dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya
syock sehubungan dengan hipoksia.
c. Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau
menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi
dranase bila perlu. Jika posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada
selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.

30
d. Kaji adanya penyebab nyeri, seberapa kuatnya nyeri, minta pasien untuk menetapkan
pada skala nyeri yaitu membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar
untuk perbandingan dan evaluasi terhadap therapy.
e. Pertahankan pada posisi semi fowler atau fowler, dimana berbaring pada sisi yang sakit
membuat tegangan pada sisi yang cidera.
f. Pertahankan pembatasan aktifitas sesuai anjuran.Berikan tindakan untuk mencegah
komplikasi dari imobilisasi dimana pembatasan aktifitas fisik menghemat energi dan
mengurangi rasa tidak nyaman karena ketegangan otot.
g. Kaji ulang proses penyakit, prognosis dan faktor pencetus bila diketahui untuk
memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi
h. Berikan informasi tentang :
• Sifat kondisi ( setelah kondisinya stabil)
• Tujuan pengobatan yang diprogramkan
• Pemeriksaan diagnostik (tujuan, gambaran pemeriksaan secara singkat, dan
persiapan yang diperlukan sebelum pemeriksaan. Dimana Mengetahui apa
yang diharapkan dari tindakan medis dapat mempermudah penyesuaian
pasien dan membantu menurunkan ansietas yang berhubungan dengan
tindakan medis tersebut.
i. Berikan kontrol nyeri yang efektif dimana nyeri merupakan pencetus terjadinya ansietas
j. Bantu pasien untuk mengidentifikasi ketakutannya atau kecemasannya dimana
mengidentifikasi rasa takut yang spesifik membantu meminimalkan perasaan belebihan
terhadap suatu ancaman
Rencana keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan trauma dada
dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikotherapy interpersonal daripada
therapy penafsiran. Pendekatan psikoterapi interpersonal merupakan interaksi yang
dilakukan antara perawat dengan pasien trauma dada untuk membantu mereka
menemukan perasaan dari dalam diri sendiri.

31
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Dorland, 2013). Trauma dada adalah abnormalitas
rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang
rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam
maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Arif Muttaqin,
2010) Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang
disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan
gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma
tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan
oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala
umum dan rancu.

6.2 Saran
Kami sanggat menghargai dan mengharapkan saran dari para pembaca untuk
menyempurnakan dan memperbaiki makalah kami. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan dapat dijadikan referensi sebagaimana mestinya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. (2011). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8


Vol.3. EGC: Jakarta

Mancini MC. (2012). Hemothorax. Web: MD [diakses pada tanggal 24 Mei 2016 dari
http://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview]

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. hal : 40

Soreide K, Petrone P, Asensio JA. (2007). Emergency thoracotomy in trauma: Rational,


risks, and realities. Scand Journal Surgical

Somantri, Irman. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Salemba Medika: Jakarta

Munroe, Belinda. (2011). Assessment, monitoring and emergency nursing care in blunt chest
injury: A case study. Emergency Nursing Journal: Australia.

Altintop, Ismail. (2014). Flail Chest Associated with a Simple Fall and Successful External
Tamponade Application in a Pediatric Case. Gregorio Maranon General Hospital:
Spain.

33

Anda mungkin juga menyukai