PELAYANAN PROGRAM
TIM
PENANGGULANGAN ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA
PUSKESMAS SAWOO
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kementerian Kesehatan telah menyusun sebuah peta jalan
(roadmap) menuju Indonesia Bebas Pasung 2014 yang kemudian diikuti
dengan pencanangan program “Indonesia Bebas Pasung 2014” oleh menteri
kesehatan Republik Indonesia pada peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia
pada 10 Oktober 2011. Mungkin bagi masyarakat awam di Indonesia,
kesadaran tentang jumlah dan pedihnya kasus pemasungan masih
merupakan sebuah fakta yang sayup-sayup.
Fakta sayup sayup tersebut memang belum bisa dibuktikan dengan
data akurat tentang jumlah korban pasung di Indonesia. Sebuah media massa
memperkirakan bahwa tidak kurang dari 18.800 orang mengalami
pemasungan di berbagai daerah di Indonesia. Anggapan sebagian orang
bahwa pasung dan penelantaran hanya terjadi di pedesaan juga bisa
dipatahkan. Pemasungan tidak hanya terjadi karena akses yang sulit untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Jika di pedesaan penderita dipasung di
halaman belakang rumah, di perkotaan penderita dikurung di dalam kamar
untuk menutupi rasa malu keluarga. Fenomena ini pun dikapitalisasi oleh
beberapa media asing yang mengulas secara mendalam tentang lemahnya
sistem pelayanan kesehatan jiwa nasional Indonesia sehingga begitu rentan
terjadi kasus pelanggaran hak asasi orang dengan masalah kejiwaan (ODMK)
seperti kasus pemasungan.
Pemasungan diartikan sebagai segala tindakan yang dapat
mengakibatkan kehilangan kebebasan seseorang akibat tindakan pengikatan
dan pengekangan fisik walaupun telah ada larangan terhadap pemasungan.
Pemasungan di Indonesia telah dilarang sejak 1977 dengan surat Menteri
Dalam Negeri Nomor PEM.29/6/15 tanggal 11 November 1977.
Di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
pada Pasal 149 mengamanatkan bahwa penderita gangguan jiwa yang
telantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang
lain, dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum wajib
mendapatkan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan
yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas pemerataan
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa dengan melibatkan peran serta
aktif masyarakat, termasuk pembiayaan pengobatan dan perawatan
gangguan jiwa untuk masyarakat miskin.
Berdasarkan data yang Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur bahwa
hingga September 2016, pasien terbebas dari pasung sebanyak 867 jiwa,
pasien dalam perawatan di puskesmas, RSJ dan RSU sebanyak 436 jiwa,
serta pasien yang masih terpasung sebanyak 753 jiwa. Seluruh penderita itu
sudah terekam dalam data pasung elektronik (e-Pasung) untuk
mengidentifikasi, pendampingan dan pengobatan secara tepat. Melalui data
pasung elektronik bisa dipetakan wilayah dan terus memantau perkembangan
penderita gangguan jiwa di wilayahnya dengan harapan cepat mendapatkan
penanganan. Namun, data melalui pasung elektronik ini tidak dipublikasikan
untuk menjaga psikologi korban karena stigma masyarakat selama ini
seringkali memojokkan korban sehingga berpengaruh pada kehidupannya.
Selain itu, tujuan tidak diumumkannya data penderita agar setelah sembuh
bisa diterima masyarat, bahkan dikhawatirkan mempersulit mencari pekerjaan
maupun jodoh karena stigma negatif dari masyarakat.
Demikian pula halnya dengan di Kabupaten Ponorogo dimana
terdapat penderita gangguan jiwa sebanyak 109 penderita atau sekitar 16
persen se-Jatim (Profil Dinsos 2016). Pemerintah Provinsi segera melakukan
langkah-langkah nyata untuk mensukseskan program bebas pasung di Jawa
Timur. Salah satu yang mendesak yakni membentuk dan mengoptimalkan
peran Puskesmas dalam hal penanganan kasus pasien gangguan jiwa.
Caranya dengan menerima rujukan balik setiap penderita setelah dirawat di
RSJ atau RS lainnya. Untuk program lanjutan, pemerintah akan memberikan
pelatihan dan peningkatan kemandirian bagi penderita yang sudah dinyatakan
sembuh. Pemerintah memberikan bantuan modal usaha, ini adalah upaya
kongkrit pemberdayaan keluarga untuk bisa menerima mereka kembali sangat
dibutuhkan, untuk memastikan tidak terjadi pemasungan kembali.
Puskesmas Sawoo adalah satu puskesmas di Kabupaten Ponorogo
yang memberikan pelayanan jiwa dengan menerapkan strategi
pemberdayaan secara aktif kepada keluarga dan masyarakat untuk
mendukung keberhasilan Kecamatan Sawoo Bebas Pasung. Berdasarkan
hasil kegiatan pemberdayaan ini, maka didapatkan hasil kegiatan yang cukup
sigmifikan, dimana semua penderita gangguan jiwa mulai tahun 2011 – 2016
yaitu sebanyak 73 orang, sebanyak 70 orang sudah dinyatakan bebas pasung
dengan tetap melakukan pendekatan dan pendampingan baik dari petugas
kesehatan, keluarga , kader dan tokoh masyarakat. Sedangkan yang masih
dipasung masih ada 3 orang.
Berdasarkan latar belakang tersebut Program Inovasi yang
dicanangkan oleh Puskesmas Sawoo adalah Program Pelayanan Jiwa
dengan nama......................
B. Tujuan
1. Umum
Meningkatkan kualitas pelayanan Program Jiwa di wilayah kerja
Puskesmas Sawoo
2. Khusus
a. Melakukan penemuan penderita gangguan jiwa dengan melibatkan
Lintas Program dan Lintas Sektor
b. Melakukan pembebasan pasung dengan melibatkan Lintas Program
dan Lintas Sektor
c. Melakukan pengobatan terhadap penderita gangguan jiwa
d. Memberikan pendampingan aktif kepada keluarga dan penderita
gangguan jiwa pasca bebas pasung
ANALISA SITUASI
A. KEADAAN GEOGRAFIS
Tabel 1
Wilayah Kerja Puskesmas Sawoo Kecamatan Sawoo
1. Tumpuk 7,62 4 9 33
2. Pangkal 13,88 4 19 58
3. Tumpakpelem 9,22 3 9 27
4. Tempuran 10,71 4 19 54
5. Sriti 8,75 4 9 28
6. Temon 16,88 4 19 58
7. Sawoo 17,65 5 12 64
8. Prayungan 12,39 3 7 34
9. Tugurejo 2,92 2 4 15
Tabel 2
Jumlah Penduduk Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Sawoo
Kecamatan Sawoo Tahun 2014
Tabel 3
Kepadatan Penduduk Per Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Sawoo
Kecamatan Sawoo Tahun 2014
Kepadatan
Desa / Luas Wilayah Jumlah
No. Penduduk per
Kelurahan (Km 2) Penduduk
Km2
1. Tumpuk 7,62 4.520 594
Tabel 4
10. Grogol 820 1.628 4.229 804 2.363 272 677 10.793
Tabel 6
3. Perawat S1 Keperawatan 1
DIII Keperawatan 18
SPK 2
Jumlah 57
Tabel 7
1 PNS 31
2 PTT 11
3 Perawat Ponkesdes 6
4 Sukuan 6
5 Kontrak 3
Jumlah 57
E. PROGRAM UNGGULAN
Tabel 8
Tahun
Alasan Pemasungan
Diagnosis Awal Petugas yang Pemasungan
JK Usia Alamat
Jiwa
Cara Pemasungan Frekuensi
Pemasung
Isiniator Pasung (boleh lebih dari satu, Dilepaskan
Melepaskan
Pengobatan
Kembali
Ket
beri tanda silang (x))
an
No
Nama
.
L P Lengkap Desa Balok kayu, rantai, Terus Keluarga/ Riwayat Perilaku Ya/Tidak PKM/RSU/RSJ PKM, RSU, Ya/Tidak
dan tali, kurung, dll menerus/ Masyarakat/ tindak kacau RSJ
Kecamatan sesekali Lainnya kekerasan yang bisa
membaha
yakan
Dirujuk
Diisolasi dalam Terus PKM dan
1 Painem P 45 Desa Tumpuk F 28
kerangkeng kayu menerus
2005 Keluarga X Ya
Dinsos
PKM ke RSJ
Menur
Tumirati Terus
4 P 40 Desa Sawoo F 28 Dirantai besi 2015 Keluarga X Tidak PKM
n menerus
Berdasarkan data pada tabel 8 didapatkan informasi bahwa masih ada 3
orang penderita gangguan jiwa yang masih dalam kondisi di pasung olehg
keluarga dengan alasan ke 3 orang tersebut masih berperilaku kacau dan dapat
membahayakan orang lain.
BAB 3
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam risalah ini
adalah :
Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap Dampak Negatif
Perilaku Pasung di wilayah kerja Puskesmas Sawoo Tahun 2016
B. Penyebab Masalah
Adapun yang menjadi penyebab masalah terhadap rendahnya pemahaman
masyarakat terhadap Dampak Negatif Perilaku Pasung di wilayah kerja
Puskesmas Sawoo Tahun 2016 adalah sebagai berikut :
1. Kurang aktifnya petugas dalam melakukan kunjungan rumah terhadap
keluarga rawan penyakit
2. Kurang pemahaman petugas terhadap tatalaksana penanganan pasien
dengan gangguan kejiwaan
3. Persepsi petugas bahwa program pelayanan kejiwaan bukan merupakan
program prioritas
4. Minimnya partisipasi lintas program dan lintas sektor untuk terlibat dalam
penanganan orang dengan gangguan jiwa
5. Penanganan orang dengan gangguan jiwa belum sepenuhnya
dilaksanakan secara maksimal
6. Belum ada payung hukum di tingkat Kecamatan dalam penanganan
orang dengan gangguan jiwa
7. Belum terbentuk kader pendamping bagi orang dengan gangguan jiwa
C. Pemecahan Masalah
Penyebab Masalah Pemecahan Masalah
Kurang aktifnya petugas dalam Petugas membuat jadwal kunjungan
melakukan kunjungan rumah rumah bersama lintas program
terhadap keluarga rawan penyakit
Kurang pemahaman petugas Petugas membaca dan mematuhi
terhadap tatalaksana penanganan tatalaksana penanganan pasien
pasien dengan gangguan kejiwaan dengan gangguan kejiwaan
Persepsi petugas bahwa program Tertuang dalam Permenkes No 43
pelayanan kejiwaan bukan Tahun 2016 bahwa Program Jiwa
merupakan program prioritas masuk pada Indikator ke 10
Minimnya partisipasi lintas program Pembentukan Satgas Penanganan
dan lintas sektor untuk terlibat dalam Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat
penanganan orang dengan yang diketuai oleh Camat
gangguan jiwa
Penanganan orang dengan Monitoring dan Evaluasi terhadap
gangguan jiwa belum sepenuhnya Kinerja Satgas Penanganan Pasien
dilaksanakan secara maksimal dengan Gangguan Jiwa
Belum ada payung hukum di tingkat Merumuskan Kebijakan Hukum
Kecamatan dalam penanganan dengan membuat SK Camat
orang dengan gangguan jiwa
Belum terbentuk kader pendamping Merekrut Kader Pendamping bagi
bagi orang dengan gangguan jiwa orang dengan gangguan jiwa
D. RENCANA TINDAK LANJUT
1. Loka karya Lintas Program dan Lintas Sektor dalam hal merumuskan
strategi pengentasan orang dengan gangguan jiwa dengan Program
Kecamatan Sawoo Bebas Pasung
2. Membentuk Tim Pengentasan dan Penanganan Orang Dengan
Gangguan Jiwa
3. Menyusun Program Kerja
4. Menyusun jadwal kunjungan rumah secara terpadu dan
berkesinambungan
5. Monitoring dan Evaluasi
BAB 4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Program Kecamatan Sawoo Bebas Pasung merupakan program yang
terintegrasi, terpadu dan berkesinambungan, sehingga diperlukan komitmen dari
semua pihak untuk mengentaskan orang dengan gangguan jiwa berat dari
kondisi pasung yang masih terjadi di masyarakat di Kecamatan Sawoo
Kabupaten Ponorogo.