Anda di halaman 1dari 7

Cara Kerja Sistem Pengapian CDI Sepeda

Motor (Rinci + Gambar)


Cara kerja Pengapian CDI - Sistem pengapian menjadi sebuah
rangkaian wajib pada mesin bensin karena mesin ini menggunakan
percikan api untuk melakukan pembakaran diakhir langkah kompresi.

Dari beberapa sistem pengapian, kita mungkin sering mendengar kata


CDI pada sistem pengapian. Apa itu CDI dan bagaimana cara kerja
pengapian CDI ? Simak pembahasan dibawah.

Sebelumnya, kita telah membahas berbagai jenis sistem pengapian.


Sistem pengapian memiliki beberapa tipe yaitu

1. Sistem pengapian Konvensional


2. Sistem pengapian Transistor
3. Sistem pengapian CDI
4. Sistem pengapian DLI (Distributor less Ignition)

Keempat sistem pengapian itu, memiliki karakter serta prinsip kerja


tersendiri. Namun tujuannya sama yaitu untuk menghasilkan percikan
bunga api pada busi.
Apa Itu Sistem Pengapian CDI ?

Sistem pengapian CDI adalah sebuah rangkaian pengapian pada mesin


bensin yang memanfaatkan penyimpanan arus bertegangan tinggi untuk
melakukan induksi dengan hasil tegangan yang lebih tinggi. CDI sendiri
kependekan dari Capasitor Discharge Ignition.

Sistem pengapian ini lebih populer digunakan pada sepeda motor


dikarenakan memiliki bentuk yang lebih simple sehingga cocok diletakan
pada mesin sepeda motor.

Sesuai namanya, sistem pengapian CDI menggunakan Capasitor sebagai


komponen utama. Capasitor berfungsi untuk menyimpan arus yang
kemudian dilepaskan ke ignition coil.

Sistem pengapian CDI ada dua macam, yaitu ;

1. Sistem CDI AC

Sistem ini menggunakan tegangan utama yang bersumber dari spool atau
altenator mesin. Altenator akan menghasilkan arus bolak-balik atau AC
yang kemudian digunakan untuk pengapian CDI. Namun sebelum masuk
ke Capasitor, ada komponen dioda yang berfungsi mengubah arus
tersebut menjadi searah (DC).
2. Sistem CDI DC

Sistem kedua, langsung menggunakan tegangan yang berasal dari


baterai. Sehingga tidak lagi diperlukan komponen dioda pada CDI unit
karena arus baterai sudah dalam bentuk DC. Namun ketika baterai
mengalami kerusakan, sistem pengapian juga berpotensi eror.

Perbedaan pengapian CDI dengan pengapian lain ;

1. Sistem pengapian CDI menggunakan metode pengaliran arus


betegangan tinggi untuk menghasilkan output yang lebih besar.
Sementara pengapian biasa, menggunakan metode pemutusan arus.

2. Sistem ini memiliki tingkat keawetan yang lebih baik, karena tidak ada
komponen yang bergesekan sehingga minim untuk melakukan
penyetelan.

Komponen Sistem Pengapian CDI beserta Fungsinya

Meski memiliki perbedaan prinsip kerja, sistem pengapian model CDI


masih menggunakan beberapa komponen yang sama seperti pengapian
biasa. Yaitu;

1. Baterai

Baterai menjadi penyedia arus listrik untuk beberapa komponen elektrikal


kenndaraan. Mengingat sistem pengapian menggunakan energi listrik,
maka keberadaan baterai sangat diperlukan.

Khusus untuk pengapian CDI AC, keberadaan baterai bisa dihilangkan.


Karena kebutuhan energi listrik sudah dipenuhi langsung dari spool.

2. CDI unit

Didalam komponen CDI unit terdapat beberapa komponen yang saling


terintegrasi. Komponen Capasitor menjadi komponen utama dalam sistem
ini.
Capasitor adalah komponen elektronika yang mampu menyimpan arus
dalam voltase besar dan dapat disalurkan ke komponen elektrika. Fungsi
ini layaknya baterai namun dalam bentuk lebih kecil.

Didalam CDI unit juga terdapat komponen SCR yang berfungsi mengatur
aliran arus Capasitor sesuai pulse yang dikirimkan oleh pulse igniter.

3. Converter

fungsi converter adalah untuk menaikan tegangan listrik dari baterai


untuk pengisian capasitor. Converter bekerja seperti trafo step up yang
akan menaikan tegangan primer 12 Volt menjadi 200 - 300 Volt.
Tegangan ini akan digunakan untuk pengisian capasitor.

4. Pulse Igniter

Pulse igniter adalah komponen yang akan mengirimkan trigger berupa


sinyal PWM, yang mengindikasikan timing pengapian. Sinyal dari Pulse
Igniter akan digunakan untuk menentukan timing pengapian.

Pulse igniter bekerja dengan prinsip perpotongan garis gaya magnet


melalui magnet permanen dan rotor bergerigi. Saat gerigi pada rotor itu
memotong Garis gaya magnet, maka akan timbul pulse dengan frekuensi
sesuai dengan kecepatan rotor.

5. Ignition Coil
Ignition coil berfungsi untuk mengubah tegangan listrik dari 12 Volt
menjadi 20 KV atau lebih agar terjadi percikan api pada busi. Ignition Coil
bekerja seperti trafo step-up yang menggunakan prinsip induksi
elektromagnetik. Untuk selengkapnya, bisa baca cara kerja ignition coil.

6. Busi

Busi pada sistem pengapian CDI sama dengan tipe pengapian lain. Fungsi
busi adalah untuk memercikan bunga api.

Busi dapat memercikan bunga api karena ada celah antara elektroda dan
masa. Celah itu kurang dari 1 mm sehingga saat elektroda busi dialiri
listrik dengan tegangan mencapai 20 KV otomatis akan timbul percikan.
Percikan tersebut dikarenakan arus pada elektroda akan selalu mendekati
masa.

Cara Kerja Pengapian CDI Sepeda motor

Pengapian CDI memiliki dua jenis berdasarkan sistem kontrol. Pada CDI
versi sederhana, keberadaan platina masih kita temukan. Namun platina
dalam hal ini bukan berperan sebagai pemutus arus primer melainkan
sebagai pengalih arus capasitor.

Untuk CDI versi lebih modern, keberadaan platina digantikan dengan


pulse igniter yang akan mengirimkan sinyal PWM sesuai timing mesin.

cara kerja pengapian CDI adalah, saat kunci kontak berada pada posisi
ON, akan terjadi aliran arus dari baterai atau spool ke CDI unit. Sebelum
masuk ke CDI unit, arus baterai akan melewati converter. Tujuanya untuk
menaikan tegangan dari baterai hingga 300 Volt.
Dalam hal ini mesin belum menyala sehingga SCR selaku pengalih arus
akan menghubungkan komponen capasitor dengan arus baterai. Sehingga
arus baterai tersimpan didalam capasitor hingga mencapai tegangan
maksimal sekitar 300 Volt atau lebih.

Saat ini, belum terjadi induksi pada ignition coil karena kumparan pada
ignition coil belum terhubung dengan arus utama.

Saat mesin mulai berputar, maka rotor didalam pulse igniter juga ikut
berputar. Sehingga terdapat pulse dengan frekuensi tertentu yang
dikirimkan ke SCR.

Saat SCR mendapatkan triger dari pulse igniter, SCR akan mengalihkan
arus capasitor. Rangkaian dari baterai akan terputus dan rangkaian dari
capasitor akan terhubung dengan ignition coil.

Saat capasitor terhubung dengan ignition coil, tegangan didalam capasitor


langsung mengalir dengan cepat menuju kumparan primer pada ignition
coil. Sehingga akan timbul kemagnetan pada kumparan primer secara
tiba-tiba. Karena tegangan dari capasitor mencapai 300 Volt, maka
kemagnetan yang dihasilkan juga lebih besar.

Kemagnetan itu akan menginduksi kumparan sekunder sehingga akan


menghasilkan output tegangan hingga 7 kali lebih besar. Output dari
kumparan sekunder selanjutnya dikirimkan ke busi untuk menimbulkan
percikan.

Saat SCR tidak mendapatkan triger, maka arus baterai kembali terhubung
untuk mengisi capasitor. Dan proses ini berlangsung sangat cepat. Karena
triger yang dikirimkan pulse igniter hanya berlangsung dalam satuan mili
second.
Untuk keperluan pemajuan pengapian, diatur oleh rotor pada pulse
igniter. Rotor akan menyesuaikan putaran berdasarkan RPM dan beban
mesin sehingga triger dari pulse igniter bersifat siap pakai.

Itulah pembahasan mengenai cara kerja pengapian CDI pada sepeda


motor. Semoga dapat menambah wawasan tentang dunia otomotif.

Anda mungkin juga menyukai