Widyastuti PDF
Widyastuti PDF
NIKEN WIDYASTUTI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
ABSTRAK
Keadaan stres oksidatif merupakan keadaan ketidakseimbangan antara radikal bebas dan
antioksidan yang dapat menyebabkan kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan,
hingga ke organ tubuh. Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan dari 6
tanaman obat dan menentukan hubungan antara aktivitas antioksidan dan kandungan
fenol serta flavonoidnya. Penelitian ini dilakukan menggunakan beberapa tanaman obat,
yaitu kumis kucing, tempuyung, sidaguri, jati belanda, sambiloto, dan kedaung.
Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan 3 metode yaitu CUPRAC
(cupric ion reducing antioxidant capacity), DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), dan
FRAP (ferric reducing antioxidant power). Dari hasil penelitian diketahui bahwa semua
tanaman tersebut memiliki aktivitas antioksidan. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan
dengan metode CUPRAC, DPPH, dan FRAP berbeda nyata secara statistika. Walaupun
demikian metode CUPRAC dan FRAP menghasilkan urutan aktivitas antioksidan yang
sama dari 6 tanaman. Kandungan total fenol berkorelasi kuat dan searah dengan aktivitas
antioksidan tetapi tidak memiliki korelasi dengan flavonoid. Jadi, aktivitas antioksidan
tidak hanya bersumber dari golongan flavonoid.
ABSTRACT
Oxidative stress is the imbalance condition between free radical and antioxidants
that can cause oxidative damage in cell, tissues, organ, accelerates the aging process, and
emergence of diseases. This study aims to determine the antioxidant capacity of 6 herbs,
and the relationship between phenol and flavonoids content with their antioxidant
activity and relationship between phenol and flavonoids content in the ethanol extract of
some Indonesian herb, there are Orthosiphon stamineus, Sonchus avensis, Sida
rhombifolia, Guazuma umifolia, Andrographis paniculata, and Parkia biglobosa. The
measurement of antioxidant activity use 3 methods, that are CUPRAC (cupric ion
reducing antioxidant capacity), DPPH (2,2-diphenyl-1-pickrylhidrazyl), and FRAP
(ferric reducing antioxidant power). The research of the six herbs showed antioxidant
activity. Statistic test from three method antioxidant showed that measurement
antioxidant activity with CUPRAC, DPPH, and FRAP gave a significantly different
result, but CUPRAC and FRAP give the same response of the six herbs. The phenol has
no correlation with flavonoids content but have highly correlation with their antioxidant
activity. Flavonoids have no correlation with antioxidant activity.
PENGUKURAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DENGAN
METODE CUPRAC, DPPH, DAN FRAP SERTA
KORELASINYA DENGAN FENOL DAN FLAVONOID
PADA ENAM TANAMAN
NIKEN WIDYASTUTI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi : Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode CUPRAC,
DPPH, dan FRAP serta Korelasinya dengan Fenol dan Flavonoid
pada Enam Tanaman
Nama : Niken Widyastuti
NIM : G44076004
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Departemen
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah swt atas segala karuniaNya
sehingga karya ilmiah berjudul Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode
CUPRAC, DPPH, dan FRAP serta Korelasinya dengan Fenol dan Flavonoid pada Enam
Tanaman dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai Agustus
2009 dan bertempat di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir. Elly Suradikusumah, MS dan
Bapak Mohamad Rafi, S.Si, MSi selaku pembimbing. Ungkapan terimakasih juga
penulis haturkan kepada Abah, Mamah, Mas Kris, Mbak Dypus, Teh Diah, dan Mas
Wahyu. Selain itu ucapan terima kasih diperuntukan kepada seluruh staf Laboratorium
Uji Pusat Studi Biofarmaka, Ibu Nunu, Ibu Salina, Ka Agung, Endi, Nio, Mbak Wiwi,
dan Pak Mul serta semua teman-teman.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Niken Widyastuti
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 14 September 1984 sebagai anak ketiga
dari tiga bersaudara dari pasangan Iman Warsito dan Ida Mardiyah. Tahun 2002, penulis
lulus seleksi masuk Akademi Kimia Analisis (AKA) Bogor melalui jalur seleksi rapor.
Pada tahun 2005, penulis berkesempatan mengikuti praktik kerja lapangan di Balai
Pengujian Mutu Produk Perternakan, Bogor. Akhir tahun 2005 penulis lulus dari
Akademi Kimia Analisis dan tahun 2006 bekerja di Orang Tua group Divisi Sweet Water
Product. Tahun 2007, penulis melanjutkan pendidikan S1 kimia di IPB melalui jalur S1
Kimia Penyelenggaraan Khusus. Selama perkuliahan, penulis pernah mengajar di
bimbingan belajar BTA 8 dan bimbingan belajar Math Magic School. Agustus 2009,
Penulis juga berkesempatan untuk menjadi asisten praktikum pada program keahlian
Analisis Kimia di Diploma IPB.
DAFTAR ISI
Halaman
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kapasitas antioksidan metode CUPRAC .................................................................. 5
2. Kapasitas antioksidan metode DPPH ........................................................................ 6
3. Kapasitas antioksidan metode FRAP ........................................................................ 6
4. Kandungan total fenol ............................................................................................... 7
5. Kandungan total flavonoid ........................................................................................ 7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Stuktur dasar flavonoid ........................................................................................... 2
2. Tanaman kumis kucing ........................................................................................... 2
3. Tanaman tempuyung .............................................................................................. 2
4. Tanaman sidaguri ................................................................................................... 3
5. Tanaman jati belanda .............................................................................................. 3
6. Tanaman sambiloto ................................................................................................. 3
7. Tanaman kedaung ................................................................................................... 3
8. Stuktur troloks ........................................................................................................ 4
9. Hubungan total fenol dengan kapasitas antioksidan ............................................... 8
10. Hubungan total flavonoid dengan kapasitas antioksidan ........................................ 9
11. Hubungan total fenol dengan total flavonoid .......................................................... 9
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Bagan alir penelitian .............................................................................................. 13
2. Penentuan kadar air ................................................................................................ 14
3. Rendemen ekstrak kering ....................................................................................... 15
4. Kapasitas antioksidan metode CUPRAC ............................................................... 16
5. Kapasitas antioksidan metode DPPH ..................................................................... 17
6. Kapasitas antioksidan metode FRAP ..................................................................... 18
7. Uji-F dan Uji-t untuk metode pengukuran kapasitas antioksidan .......................... 19
8. Penentuan total fenol .............................................................................................. 22
9. Kandungan total flavonoid ..................................................................................... 23
vii
PENDAHULUAN Radikal dapat terbentuk secara endogen
dan eksogen. Radikal endogen terbentuk
Antioksidan adalah zat penghambat reaksi dalam tubuh melalui proses metabolism
oksidasi akibat radikal bebas yang dapat normal di dalam tubuh. Sementara radikal
menyebabkan kerusakan asam lemak tak eksogen berasal dari bahan pencemar yang
jenuh, membran dinding sel, pembuluh darah, masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan,
basa DNA, dan jaringan lipid sehingga pencernaan, dan penyerapan kulit (Miller
menimbulkan penyakit (Subeki 1998). Suatu 1996). Radikal bebas dalam jumlah normal
tanaman dapat memiliki aktivitas antioksidan bermanfaat bagi kesehatan misalnya,
apabila mengandung senyawaan yang mampu memerangi peradangan, membunuh bakteri,
menangkal radikal bebas seperti fenol dan dan mengendalikan tonus otot polos
flavonoid. pembuluh darah serta organ-organ dalam
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk tubuh (Yuwono 2009). Sementara dalam
melihat hubungan antara kandungan fenol, jumlah berlebih mengakibatkan stress
flavonoid, dan aktivitas antioksidan. Hasil oksidatif. Keadaan tersebut dapat
penelitian Kao et al. (2007) menunjukkan menyebabkan kerusakan oksidatif mulai dari
bahwa kandungan fenol dan flavonoid dalam tingkat sel, jaringan, hingga ke organ tubuh
blackberry berbanding lurus dengan aktivitas yang mempercepat terjadinya proses penuaan
antioksidan. Sementara Khamsah et al. (2006) dan munculnya penyakit (Yuwono 2009).
dalam penelitiannya menyatakan bahwa Oleh karena itu, antioksidan dibutuhkan untuk
aktivitas antioksidan tidak hanya bergantung dapat menunda atau menghambat reaksi
pada kandungan total fenol tetapi juga oksidasi oleh radikal bebas.
dipengaruhi oleh senyawa lain, seperti asam Berdasarkan sumbernya, antioksidan dapat
ursolat, asam betulinat, dan asam oleat yang dibedakan menjadi antioksidan endogen dan
terdapat dalam Orthosiphon stamineus. eksogen. Antioksidan endogen terdapat secara
Penelitian ini dilakukan dengan alamiah dari dalam tubuh sedangkan
menggunakan beberapa tanaman obat, yaitu antiosidan eksogen dari luar tubuh Percival
kumis kucing, tempuyung, sidaguri, jati (1998). Antioksidan eksogen sendiri
belanda, kedaung, dan sambiloto. Ekstrak dibedakan menjadi antioksidan alami dan
etanol dari tanaman tersebut diukur nilai sintetik (Miller 1996).
kandungan fenol, flavonoid, dan aktivitas
antioksidannya. Pengukuran aktivitas Uji Aktivitas Antioksidan
antioksidan dilakukan menggunakan 3
metode, yaitu DPPH (2,2-difenil-1- Pengukuran aktivitas antioksidan dapat
pikrilhidrazil), FRAP (ferric reducing dilakukan dengan beberapa metode di
antioxidant power) dan CUPRAC (cupric ion antaranya CUPRAC, DPPH, dan FRAP.
reducing antioxidant capacity. Penelitian ini Metode CUPRAC (Apak et al. 2007)
bertujuan menentukan aktivitas antioksidan menggunakan bis(neokuproin) tembaga(II)
dari 6 tanaman obat. Selain itu, hubungan (Cu(Nc)22+) sebagai pereaksi kromogenik.
antara kandungan fenol, total flavonoid dan Pereaksi Cu(Nc)22+ yang berwarna biru akan
aktivitas antioksidannya juga ditentukan. mengalami reduksi menjadi Cu(Nc)2+ yang
Diduga terdapat keterkaitan hubungan antara berwarna kuning dengan reaksi:
kandungan total fenol, total flavonoid, dan n Cu(Nc)2 2+ + AR(OH)n → n Cu(Nc)2+ +
aktivitas antioksidan pada ekstrak etanol AR(=O)n + n H+
beberapa tanaman obat Indonesia.
Metode DPPH menggunakan 2,2difenil-1-
TINJAUAN PUSTAKA pikrilhidrazil sebagai sumber radikal bebas.
Prinsipnya adalah reaksi penangkapan
Radikal Bebas dan Antioksidan hidrogen oleh DPPH dari zat antioksidan
dengan reaksi sebagai berikut:
Radikal bebas adalah suatu molekul atau
atom yang mempunyai 1 atau lebih elektron
tidak berpasangan. Radikal ini dapat berasal
dari atom hidrogen, molekul oksigen, atau ion
logam transisi. Senyawa radikal bebas sangat
reaktif dan selalu berusaha mencari pasangan
elektron agar kondisinya stabil (Subeki 1998).
2
Metode FRAP (Benzie & Strain 1996) Kumis kucing mengandung saponin, kalium
menggunakan Fe(TPTZ)23+ kompleks besi- (Wirakusumah & Setyowati 1994), asam
ligan 2,4,6-tripiridil-triazin sebagai pereaksi. rosmarinat, diterpenoid, triterpenoid
Kompleks biru Fe(TPTZ)23+ akan berfungsi (Matkowski 2008), asam oleat, asam ursolat,
sebagai zat pengoksidasi dan akan mengalami asam betulinat, 3-hidroksi flavon, 3’,4’-
reduksi menjadi Fe(TPTZ)22+ yang berwarna dihidroksiflavon, dan 2’,3’-dihidroksiflavon
kuning dengan reaksi berikut: (Khamsah et al. 2006).
Fe(TPTZ)2 3+ + AROH → Fe(TPTZ)22+ + H+
+ AR=O
oksalat, saponin, fenol dan asam amino Sambiloto termasuk dalam divisi
(Khalil et al. 2006). Spermatophyta, subdivisi Magnoliophyta
(Angiospermae), kelas Magnoliopsida
(Dicotyledonae), bangsa Scrophulariales, suku
Acanthaceae, marga Andrographis, spesies
paniculata.
Kedaung
Troloks
Gambar 5 Tanaman jati belanda.
Troloks atau senyawa 6-hidroksi-2,5,7,8-
Sambiloto tetrametilkroman-2-asam karboksilat dengan
bobot molekul 250,32 g/mol merupakan
Sambiloto (Andrographis paniculata) antioksidan sintetik (Gambar 8). Secara
merupakan tanaman liar yang tingginya dapat stuktur troloks serupa dengan α-tokoferol
mencapai 80 cm (Gambar 6). Tanaman ini kecuali penggantian rantai samping
banyak mengandung kalium dan garam hidrokarbon dengan gugus COOH. Troloks
natrium (Wirakusumah & Setyowati 1994). berupa bubuk berwarna putih sampai kuning
dan memiliki titik leleh 189-195 °C. Senyawa
ini stabil selama 2 bulan pada suhu 22-45 °C
dan mempunyai aktivitas antioksidan yang
lebih tinggi dibandingkan α-tokoferol, BHA,
serta BHT (Belitz 1999). Troloks sering
dipergunakan sebagai standar dalam
pengukuran antioksidan. Koefisien TEAC
(troloks equivalent antioxidant capacity)
adalah konsentrasi troloks yang memiliki
Gambar 6 Tanaman sambiloto. kapasitas antioksidan yang ekuivalen dengan
sampel yang dianalisis. Kapasitas antioksidan
dari setiap metode dinyatakan dalam µmol
troloks/g ekstrak etanol tanaman.
Ekstraksi Etanol (Macari et al. 2006)
Diagram alir penelitian ditunjukkan pada Sebanyak 0,5 ml ekstrak yang telah
Lampiran 1. Analisis dilakukan pada ekstrak diencerkan (1:10 g/ml etanol) ditambahkan
etanol dari daun kumis kucing, tempuyung, 1,5 ml etanol; 0,1 ml AlCl3 10%; 0,1 ml
sidaguri, jati belanda, sambiloto, dan kedaung natrium asetat 1 M; dan 2,8 ml akuades.
yang meliputi analisis kuantitatif total fenol, Campuran larutan tersebut dibiarkan selama
analisis kuantitatif total flavonoid, dan uji 30 menit dan diukur absorbansnya pada 417
aktivitas antioksidan menggunakan 3 metode, nm. Kuersetin digunakan untuk membuat
yaitu CUPRAC, DPPH, dan FRAP. kurva kalibrasi. Kandungan total flavonoid
dalam ekstrak etanol diekspresikan sebagai
Preparasi Sampel mg kuersetin /g serbuk kering.
Daun dan batang tanaman dikeringkan Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode
kemudian dihancurkan dan diayak dengan CUPRAC (Apak et al. 2007)
ukuran 100 mesh. Bahan ini kemudian
dipergunakan untuk pengujian selanjutnya. Sebanyak 1 ml ekstrak dilarutkan dalam
etanol 96% ditambahkan 1 ml CuCl2·2H2O
Penentuan Kadar Air 0,01 M; 1 ml neokuproin etanolik 0,0075 M;
(AOAC No 934.01 1998) 1 ml bufer amonium asetat pH 7 1M; dan 0.1
ml akuades. Larutan didiamkan selama 30
Sebanyak 1 g serbuk tanaman dimasukkan menit dan diukur absorbansnya pada 453,4
dalam cawan porselen yang telah dikeringkan nm. Sebagai blangko digunakan campuran
dalam oven pada suhu 105 °C selama 30 larutan tanpa ekstrak. Kurva kalibrasi dibuat
menit. Cawan porselen yang telah berisi menggunakan larutan troloks dengan berbagai
simplisia tersebut dikeringkan dalam oven konsentrasi. Kapasitas antioksidan dinyatakan
pada suhu 105 °C selama 3 jam, didinginkan dalam µmol troloks/g serbuk kering.
dalam eksikator, lalu ditimbang bobotnya.
Penimbangan dilakukan sampai diperoleh
bobot tetap.
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode tanaman obat dalam etanol 70% menunjukkan
DPPH (Blois 1958 diacu dalam Hanani et al. aktivitas yang tinggi dibandingkan dengan
2005) dalam konsentrasi ataupun beberapa pelarut
lainnya. Sementara maserasi atau perendaman
Sebanyak 1 ml larutan DPPH 1 mM dalam pelarut tanpa adanya pemanasan
(dalam metanol) dimasukkan ke dalam tabung bertujuan agar senyawaan yang terkandung
reaksi. Ekstrak etanol tanaman dilarutkan dalam contoh tidak rusak. Proses ini
dalam metanol lalu dimasukkan ke dalam dilakukan selama 3 hari kemudian dilanjutkan
tabung reaksi hingga volume larutan tepat 5 dengan pemekatan dan pengeringan ekstrak.
ml. Larutan tersebut didiamkan selama 30 Pengeringan ekstrak dilakukan dengan
menit dan diukur absorbansnya pada 515,5 pengering beku pada suhu -70 °C.
nm. Larutan troloks dengan berbagai Rendemen hasil ekstraksi untuk kedaung,
konsentrasi digunakan untuk membuat kurva kumis kucing, jati belanda, tempuyung,
kalibrasi. Kapasitas antioksidan dinyatakan sambiloto dan sidaguri secara berurut adalah
dalam µmol troloks/g serbuk kering. 15,13; 15,44; 14,87; 11,57; 7,11; dan 7,16%
(Lampiran 3). Nilai rendemen ini berbeda
Uji Aktivitas Antioksidan dengan Metode untuk setiap jenis tanaman bergantung pada
FRAP (Benzie & Strain 1996) kandungan senyawa setiap tanaman itu
sendiri.
Pereaksi FRAP dibuat dengan campuran
bufer asetat 300 mM pH 3,6; TPTZ 10 mM Aktivitas Antioksidan
dalam 40 mM HCl; dan 20 mM FeCl3·6H2O
dengan nisbah 10:1:1. Sebanyak 150 µl Metode CUPRAC
ekstrak ditambahkan 4,5 ml pereaksi FRAP
kemudian didiamkan selama 30 menit pada Pada metode CUPRAC (cupric ion
suhu 30 °C dan diukur absorbansnya pada 598 reducing antioxidant capacity), kompleks bis-
nm. Larutan troloks dengan berbagai neokuproin-tembaga(II) akan mengoksidasi
konsentrasi digunakan untuk membuat kurva senyawaan antioksidan dalam ekstrak
kalibrasi. Kapasitas antioksidan dinyatakan tanaman dan mengalami reduksi membentuk
dalam µmol troloks/g serbuk kering. kompleks bis-neokuproin-tembaga(I). Secara
visual hal ini dapat dilihat dari perubahan
Analisis Data warna kompleks larutan dari biru toska
menjadi kuning. Pereaksi CUPRAC
Data hasil penelitian diolah untuk melihat merupakan pereaksi yang selektif karena
korelasi total fenol, flavonoid dan aktivitas memiliki nilai potensial reduksi yang rendah,
antioksidan dengan CUPRAC, DPPH, dan yaitu sebesar 0,17 V (Apak et al. 2007). Hasil
FRAP. Data kemudian diolah dengan pengukuran kapasitas antioksidan dengan
rancangan acak lengkap untuk melihat metode CUPRAC ditunjukkan pada Tabel 1.
pengaruh metode pengukuran terhadap nilai Data selengkapnya dapat dilihat pada
aktivitas antioksidan. Lampiran 4.
tinggi yang diduga mengandung asam aktivitas antioksidan selain dari senyawaan
hidroksinamat (Alabi et al. 2005). Asam fenol (Apak et al. 2007)
hidrosinamat termasuk golongan polifenol
dan dapat berperan sebagai zat antioksidan Metode FRAP
karena memiliki atom hidrogen dari gugus
hidroksil yang dapat disumbangkan pada Pengujian aktivitas antioksidan dengan
radikal bebas. metode FRAP (ferric reducing antioxidant
power) didasarkan atas kemampuan senyawa
Metode DPPH antioksidan dalam mereduksi senyawa
besi(III)-tripiridil-triazin menjadi besi(II)-
Metode DPPH (2,2-difenil-1- tripiridil triazin pada pH 3,6. Hasil pengujian
pikrilhidrazil) merupakan senyawa radikal dengan FRAP ditunjukkan pada Tabel 3
nitrogen. DPPH akan mengambil atom sedangkan data selengkapnya di Lampiran 6.
hidrogen yang terdapat dalam suatu senyawa,
misalnya senyawaan fenol. Mekanisme Tabel 3 Kapasitas antioksidan metode FRAP
terjadinya reaksi DPPH ini berlangsung Kapasitas Antioksidan
melalui transfer elektron. Larutan DPPH yang Jenis Tanaman (μmol Troloks/g serbuk
berwarna ungu memberikan serapan kering)
absorbans maksimum pada 515,5 nm.
Sidaguri 3,8515
Larutan DPPH ini akan mengoksidasi
senyawa dalam ekstrak tanaman. Proses ini Sambiloto 5,4021
ditandai dengan memudarnya warna larutan Tempuyung 10,2304
dari ungu menjadi kuning. Hasil uji aktivitas Jati belanda 14,3581
antioksidan dengan metode DPPH dapat Kumis kucing 23,7300
dilihat pada Tabel 2 sementara data Kedaung 90,1591
selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 5.
Kapasitas antioksidan kedaung > kumis
Tabel 2 Kapasitas antioksidan metode DPPH
kucing > jati belanda > tempuyung >
Kapasitas Antioksidan sambiloto > sidaguri. Pengukuran FRAP
Jenis Tanaman (μmol troloks/g serbuk memberikan urutan respons yang sama
kering) dengan metode CUPRAC. Namun hasilnya
Sidaguri 17,9414 menunjukkan aktivitas yang lebih kecil
Sambiloto 16,1915 dibandingkan dengan data pengujian
CUPRAC ataupun DPPH. Hal ini diduga
Tempuyung 71,4714 karena larutan FRAP bersifat kurang stabil
Jati belanda 126,5693 sehingga harus dibuat secara in time dan harus
Kumis kucing 192,3260 segera dipergunakan (Then et al. 2003).
Kedaung 450,5449 Menurut Ou et al. (2002), pengukuran
antioksidan dengan metode FRAP dapat
Kapasitas antioksidan kedaung > kumis berjalan akurat apabila dilakukan pada
kucing > jati belanda > tempuyung > sidaguri senyawaan antioksidan yang bisa mereduksi
> sambiloto. Hasil pengukuran ini berbeda Fe(III)TPTZ pada kodisi reaksi secara
dengan pengukuran metode CUPRAC, yang termodinamika dan memiliki laju reaksi yang
diduga karena perbedaan pelarut dan cukup cepat. Selain itu, antioksidan yang
sensitivitas metode. DPPH menggunakan teroksidasi dan semua produk reaksi
pelarut metanol sehingga kemungkinan sekundernya harus tidak memiliki serapan
senyawa hidrofilik yang terekstrak dalam maksimum pada absorbansi 598 nm atau
metanol lebih banyak dibandingkan dalam serapan Fe(II)TPTZ.
pelarut etanol. Metode DPPH ini mudah Pada kenyataannya kondisi ini sulit
digunakan, cepat, cukup teliti (Prakash 2001), ditemui dan tidak realistis (Apak et al. 2007),
dan baik digunakan dalam pelarut organik, Menurut Ou et al. (2002), hal ini disebabkan
khususnya alkohol (Apak et al. 2007). Metode oleh beberapa faktor, yaitu karena nilai
ini juga sensitif untuk menguji aktivitas potensial reduksi standar dari Fe (III)/Fe(II)
antioksidan dalam ekstrak tanaman adalah 0.77 V sehingga senyawa apapun
(Pourmorad et al. 2006). Akan tetapi, metode dengan nilai potensial reduksi dibawah 0.77 V
DPPH kurang sensitif untuk mengukur dapat mereduksi Fe(III) menjadi Fe(II) dan
memberikan kontribusi pada pengukuran
7
antioksidan dengan metode FRAP. Selain itu, Tabel 4 Kandungan Total Fenol
tidak semua antioksidan dapat mereduksi Jenis Total fenol
Fe(III) dengan waktu yang sesuai dengan Tanaman (mg as galat/
waktu inkubasi. Menurut Pulido et al. (2000), g serbuk kering)
absorbans dari beberapa senyawaan fenol Sidaguri 4,9318
seperti asam kafeat, asam ferulat, kuersetin, Sambiloto 5,2348
dan tanin tidak stabil dalam pengukuran Tempuyung 12,0633
FRAP karena waktu inkubasi yang Jati belanda 20,2204
dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan Kumis kucing 24,5345
waktu inkubasi FRAP. Senyawaan Kedaung 57,2686
antioksidan tipe-S seperti glutation juga
membutuhkan waktu reaksi yang lebih lama Data kandungan total fenol selengkapnya
sehingga tidak dapat diukur dengan metode dapat dilihat pada Lampiran 8. Dari hasil
FRAP (Ou et al. 2002). Penyebab lainnya, percobaan diketahui kandungan total fenol
senyawaan pengganggu dapat memiliki kedaung > kumis kucing > jati belanda >
serapan absorbans maksimum pada daerah tempuyung > sambiloto > sidaguri. Kedaung
pengukuran FRAP. Hal ini berlaku untuk memiliki kandungan total fenol yang paling
contoh bahan alam yang memiliki banyak besar di antara 5 tanaman herbal lainnya
senyawa pengganggu sehingga FRAP tidak
cocok untuk diaplikasikan pada contoh Kandungan Total Flavonoid
biologis.
Kandungan total flavonoid diukur
Uji-F dan Uji-t berdasarkan keberadaan kuersetin di dalam
ekstrak tanaman. Analisis kandungan
Pengukuran aktivitas antioksidan metode flavonoid dilakukan dengan penambahan
CUPRAC, DPPH dan FRAP pada enam pereaksi AlCl3. Sebagai asam lewis, AlCl3
tanaman obat memberikan hasil yang berbeda akan membentuk ikatan kompleks dengan
sehingga perlukan uji-F dan uji-t. gugus hidroksil dari senyawaan flavonoid.
Berdasarkan perhitungan nilai uji-F Perubahan ini diidentifikasi melalui absorbans
didapatkan nilai Fhitung untuk setiap jenis pada daerah sinar tampak melalui alat
tanaman lebih besar dari F0,05(2,6) artinya spektofotometer. Semakin banyak kandungan
minimal ada sepasang metode yang senyawa flavonoid dalam suatu ekstrak maka
memberikan hasil berbeda nyata. Oleh karena secara visual warna kuning yang terbentuk
itu, dilakukan uji lanjutan, yaitu uji-t yang akan semakin pekat. Kandungan total
menunjukkan bahwa setiap tanaman pada flavonoid dari setiap tanaman ditunjukkan
ketiga metode memberikan hasil yang berbeda pada Tabel 5. Data kandungan total flavonoid
nyata (Lampiran 7). selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
y = 0,029x + 0,619
r = 0,539
R2= 0,290
y = 74,97x + 53,11
(b) r = 0,495
R2= 0,244
keterangan:
1) sidaguri, 2) sambiloto, 3) tempuyung,
4) jati belanda, 5)kumis kucing, dan 6) kedaung.
Ekstrak Etanol
Uji Antioksidan
• Metode CUPRAC
• Metode DPPH
Uji Total Uji Total
Fenol Flavonoid • Metode FRAP
Rendemen Rerata
Jenis Tanaman Ulangan Bobot Awal (g) Bobot Akhir(g)
(% [b/b]) (% [b/b])
1 38,4550 5,6136 15,93
Kedaung 2 38,4562 5,1951 14,74 15,13
3 38,4591 5,1893 14,72
1 38,4556 2,4870 7,28
Sambiloto 2 38,4535 2,1817 6,38 7,11
3 38,4602 2,6176 7,66
1 38,4820 4,1194 11,94
Tempuyung 2 38,3928 3,8977 11,32 11,57
3 38,4671 3,9503 11,45
1 14,9920 0,9235 6,62
Sidaguri 2 14,9915 1,0795 7,74 7,16
3 14,9967 0,9946 7,13
1 38,4565 5,3340 15,64
Kumis Kucing 2 38,4656 5,1490 15,10 15,44
3 38,4668 5,3107 15,57
1 38,4563 5,2043 14,76
Jati Belanda 2 38,4460 5,3240 15,11 14,87
3 38,4603 5,1988 14,74
25 0,049
50 0,166
75 0,276
100 0,416
150 0,692
200 1,044
25 0,016
50 0,067
75 0,079 y = 0,002x – 0,066
100 0,097 R2= 0,979
150 0,264
200 0,403
300 0,596
1. Kedaung
Hipotesis:
H0 : μi =μ1=μ2=μ3=0
H1: minimal ada sepasang μ dimana μi≠μi’
2. Kumis Kucing
Hipotesis:
H0 : μi =μ1=μ2=μ3=0
H1: minimal ada sepasang μ dimana μi≠μi’
Lampiran 7 Uji-F dan Uji-t untuk metode pengukuran aktivitas antioksidan (lanjutan)
3. Jati Belanda
Hipotesis:
H0 : μi =μ1=μ2=μ3=0
H1: minimal ada sepasang μ dimana μi≠μi’
4. Tempuyung
Hipotesis:
H0 : μi =μ1=μ2=μ3=0
H1: minimal ada sepasang μ dimana μi≠μi’
5. Sambiloto
Hipotesis:
H0 : μi =μ1=μ2=μ3=0
H1: minimal ada sepasang μ dimana μi≠μi’
6. Sidaguri
Hipotesis:
H0 : μi =μ1=μ2=μ3=0
H1: minimal ada sepasang μ dimana μi≠μi’
0.8
12,5 0,058
Absorbansi
25 0,127 0.6
50 0,262 0.4 yy
== 0,0052x
0.0052x + 0,0037
+ 0.0037
75 0,417 0.2
R2=R20,9985
= 0.9985
100 0,535 0
150 0,801 0 50 100 150 200 250
Absorbansi
6,25 0,042 0.5