Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah merupakan tempat bagi anak untuk belajar dan
menimba ilmu, serta membantu pembentukan karakter positif pada
anak hingga dewasa. Kenyataannya, akhir-akhir ini sering terjadi
tindak kekerasan, baik yang dilakukan oleh guru pada siswa, maupun
yang dilakukan oleh sesame siswa (Usman, 2013). Kekerasan itu
dapat berupa kekerasan fisik dan kekerasan secara psikologis.
Kekerasan seperti ini yang biasanya dilakukan oleh satu atau
sekelompok pihak yang merasa memiliki kekuasaan terhadap yang
lebih lemah, yang biasanya disebut bullying (Levianti, 2013).
Diperkirakan 246 juta anak-anak sampai remaja mengalami
kekerasan dan bullying di sekolah dalam beberapa bentuk di setiap
tahunnya (Unesco, 2016). Kemudian menurut Unicef (2015)
menunjukan bahwa 40% anak di Indonesia mengalami bully
disekolah. Komisi Perlindungan Anak (2015) menyatakan bahwa
kasus bullying di sekolah menduduki tingkat teratas pengaduan
masyarakat ke komisi perlindungan anak di sektor pendidikan. Dari
2011-2014, KPAI mencatat 396 pengaduan terkait masalah tersebut.
Jumlah tersebut sekitar 25 % dari total pengaduan di bidang
pendidikan sebanyak 1.480 kasus. Kasus tersebut tergolong kecil dari
kasus bullying yang terjadi, tidak sedikit tindak kekerasan terhadap
anak yang tidak dilaporkan. Wardhana (2014) menyatakan setiap hari
terdapat 160.000 murid yang bolos sekolah karena takut dibully, dan 1
dari 10 murid pindah sekolah karena takut dibully.
Badan Pemberdaya Perempuan Perlindungan Anak dan
Keluarga Berencana (BP3AKB) Jawa Tengah melansir, ribuan anak di
Jateng tiap tahunnya menjadi korban kekerasan. Tercatat, pada 2013
terdapat 1.035 kasus kekerasan anak. 1.412 kasus kekerasan anak di

1
tahun 2014, dan sebanyak 1.385 kasus kekerasan anak di tahun 2015
(BP3AKB, 2016).
Sementara itu, dampak dari kejadian bullying pada siswa
adalah timbulnya perasaan dendam, budaya kekerasaan, adanya
gangguan hubungan social dengan teman sebaya, dan terganggunya
hubungan dengan orang tua (Wardana, 2014). Hal tersebut
dikarenakan akibat dari kejadian bullying akan timbul rasa dendam
dari korban kepelaku, dan akan timbul rasa sombong dari pelaku
sehingga menyebabkan terjadinya gangguan hubungan social teman
sebaya. Dampak kejadian bullying yang paling berat adalah
pembunuhan. Wardhana (2014) menyatakan bahwa dalam beberapa
kasus, bullying dapat merengut nyawa seseorang, di antaranya kasus
pembunuhan pada Fikri Dolasmantya (2013), Renggo Khadafi anak
berusia 11 tahun dan Arfiand caeras anak kelas 3 SMA.
Terdapat beberapa penyebab timbulnya bullying disekolah, di
antaranya karena permusuhan, rasa kurang percaya diri dan mencari
perhatian, perasaan dendam dan adanya pengaruh negative dari media.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian Lestari (2015) meneliti tentang
faktor-faktor penyebab bullying dikalangan peserta didik. Penelitian
tersebut menghasilkan bahwa bullying dipengaruhi oleh faktor
keluarga, faktor teman sebaya, dan faktor media massa. Dari beberapa
penyebab tersebut, teman sebaya menjadi faktor yang dapat terjadi di
sekolah.
Teman sebaya merupakan teman yang akrab karena jenis
kelamin yang sama, usia, berdekatan, rumah bersebelahan, bersekolah
di tempat yang sama, seminat dan seterusnya. Karena kedekatan
tersebut teman sebaya bisa saling mempengaruhi sesuatu menuju
kebaikan. Sebaliknya, kesetiakawanan di antara teman bias pula saling
menjerumuskan ke dalam hal-hal yang beresiko merugikan (PMI,
2015). Kelompok teman sebaya yang memiliki masalah di sekolah
akan memberikan dampak yang negative bagi sekolah seperti

2
kekerasan, perilaku membolos, rendahnya sikap menghormati kepada
sesama teman dan guru. Besarnya peran teman sebaya dalam
kehidupan anak disebabkan oleh kebutuhan dari anak untuk disukai
oleh teman-temannya dan ini membuat kebanyakan dari mereka akan
melakukan apapun yang dapat membuat mereka di terima oleh
kelompok (Karina, 2013).
Dari paparan tentang problem, dampak bullying dan beberapa
penelitian yang sudah dilakukan. Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh kejadian bullying terhadap hubungan
social dengan teman sebaya. Penelitian ini akan dilakukan di sekolah
menengah pertama negeri 4 Jepon yang terdiri dari 7 kelas. Dari hasil
wawancara dengan guru dan karyawan SMP tersebut menyatakan,
setiah hari sering terjadi saling ejek antar siswa. Beberapa sampai ke
berkelahi secara fisik. Selama ini guru BP hanya memanggil pelaku
kemudian menanyakan permasalahannya, tanpa mengetahui dampak
dari terjadinya kasus saling ejek (Bullying). Saat penelitian, nantinya
akan dicari responden yang mengalami dan melakukan bullying,
kemudian responden yang tidak pernah terlibat dalam bullying. Dari
dua kelompok responden tersebut akan ditiliti tentang hubungan antar
siswa disekolah. Sehingga harapannya di dapatkan data adakah
pengaruh kejadian bullying terhadap hubungan antar teman sebaya.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan data-data yang telah di sampaikan di atas, dapat
dirumuskan masalah yang akan diteliti adalah “ Adakah Pengaruh
Kejadian Bullying terhadap hubungan social antar teman sebaya pada
Siswa Kelas 8 SMP N 3 Jepon “
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui Pengaruh Kejadian Bullying terhadap hubungan
social antar teman sebaya Anak pada Siswa Kelas 8 SMP N 3
Jepon.

3
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kejadian bullying diseekolah
b. Mendeskripsikan gangguan hubungan social antar teman
yang muncul
c. Menganalisa pengaruh kejadian bullying terhadap
hubungan social antar teman sebaya .
D. Manfaaat Penelitian
Setelah penelitian selesai peneliti berharap penelitian ini dapat
bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan turut berkontribusi dalam ilmu
keperawatan anak yang bertujuan untuk mengetahui
dampak kejadian bullying terhadap hubungan social antar
teman sebaya.
b. Sebagai bahan masukan atau pertimbangan untuk peneliti
lain yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kejadian
bullying terhadap hubungan social antar teman sebaya
2. Manfaat praktis
a. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai masukan bagi perawat dan profesi kesehatan
lainnya di dalam tim kesehatan dalam upaya meningkatkan
komunikasi dan hubungan social antar teman sebaya dengan
mengurangi kejadian bullying.
b. Bagi responden
Diharapkan anak dapat berkontribusi dalam menurunkan
kejadian bullying disekolah.
c. Bagi mahasiswa
1) Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber bagi
mahasiswa mengenai perilaku bullying yang terjadi
pada anak.

4
2) Supaya mahasiswa mau berfikir kritis dalam upaya
mengurangi kejadian bullying.
3) Memberikan acuan penanganan kejadian bullying
disekolah
E. Penelitian terkait
1. Rizal (2014) meneliti tentang hubungan perilaku bullying
terhadap kepercayaan diri siswa. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif. Variabel bebas yaitu bullying dan variabel
terikatnya yaitu kepercayaan diri. Subjek penelitian ini
berjumlah 108 responden, yang merupakan siswa-siswi kelas X
MAN Tlogo Blitar. Dalam pengumpulan data penelti
menggunakan metode angket berupa skala likert yang
dolengkapi dengan dokumentasi. Analisa data penelitian in
menggunakan teknik korelasi product moment Karl Pearson
dengan bantuan SPSS 16,0 for windows. Berdasarkan analisa
sata diperolah hasil sebagai berikut: (1) hasil analisis aspek
bullying dalam jumlah prosentase berada dalam katagori rendah,
bullying fisik 99%, pada bullying verbal 55%, dan untuk
bullying relasional 81%. (2) hasil analisa kepercayaan diri siswa
berada dalam katagori sedang dengan jumlah prosentase 62%,
(3) hasil korelasi menunjukkan ada hubungan positif antara
bullying dengan kepercayaan diri siswa dengan nilai koefisisen
kolerasi rxy = 0,438 dan p = 0,000 < 0,05. Artinya semakin
rendah tingkat bullying maka semakin tinggi pula kepercayaan
diri siswa. PERBEDAAN dengan yang akan dilakukan adalah,
peneliti akan meneliti tentang adakah pengaruh kejadian
bullying terhadap hubungan social antar teman sebaya. Peneltian
ini nanti akan mengunakan survey analitik yaitu penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kejadian
itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi
antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek

5
(Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah case control yaitu suatu penelitian (survey)
analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari
dengan menggunakan pendekatan retrospektive. Dengan kata
lain, efek (penyakit atau suatu kesehatan) diidentifikasikan pada
saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasikan ada atau
terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2010)
2. Dwipayanti dan Indrawati (2014) yang meneliti tentang
hubungan kejadian bullying dengan prestasi belajar anak di
Sekolah dasar kelas 4,5,6. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang berlokasi di Kabupaten Badung, Kabupaten
Gianyar dan Kota Denpasar. Jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian ini berjumlah 176 orang dengan kriteria inklusi
yaitu merupakan anak Sekolah Dasar yang sedang duduk di
kelas 4. 5 dan 6, dan merupakan anak korban bullying. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster sampling.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah satu kuisioner
yang mengukur tindakan bullying yang dialami oleh korban
bullying (validitas 0.204 sampai 0.646 dan reliabilitas 0.926)
dan nilai rapor semester ganjil yang diperoleh oleh korban
bullying. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi linier sederhana. Berdasarkan hasil analisis statistik
diperoleh hasil r = -0.779 dan P = 0.000 (P lebih kecil dari 0.05)
yang artinya ada hubungan negatif antara tindakan bullying
dengan prestasi belajar anak korban bullying pada tingkat
Sekolah Dasar. Anak korban bullying akan mengalami kesulitan
dalam bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga absensi
mereka tinggi dan tertinggal pelajaran, dan mengalami kesulitan
berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran sehingga akan
berdampak pada prestasi belajarnya. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bentuk tindakan

6
bullying yang dialami oleh korban laki-laki dan perempuan.
PERBEDAAN dengan yang akan dilakukan adalah, peneliti
akan meneliti tentang adakah pengaruh kejadian bullying
terhadap hubungan social antar teman sebaya. Peneltian ini nanti
akan mengunakan survey analitik yaitu penelitian yang mencoba
menggali bagaimana dan mengapa fenomena kejadian itu
terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara
fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek
(Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah case control yaitu suatu penelitian (survey)
analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari
dengan menggunakan pendekatan retrospektive. Dengan kata
lain, efek (penyakit atau suatu kesehatan) diidentifikasikan pada
saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasikan ada atau
terjadinya pada waktu yang lalu
3. Agustina (2016) yang meneliti tentang Pengaruh Kelompok
Teman Sebaya Terhadap Motivasi Belajar Siswa di SMA Negeri
6 Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IIS SMA
Negeri 6 Bandung sebanyak 64 siswa dengan menggunakan
teknik sampling jenuh maka sampel dalam penelitian ini adalah
sebesar populasinya. Uji statistik yang digunakan dalam
penelitian ini metode regresi linier sederhana. Hasil penelitian
menunjukan bahwa interaksi siswa dengan kelompok teman
sebaya, teman dalam belajar, intensitas pertemanan, sikap tolong
menolong yang dilakukan para siswa di SMA Negeri 6 Bandung
sudah baik, kecenderungan motivasi belajar yang terjadi pada
kelompok teman sebaya adalah sebesar 68.61% dan dapat
dikategorikan baik. Kelompok Teman Sebaya memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap Motivasi Belajar siswa Di

7
SMA Negeri 6 Bandung dan memiliki hubungan positif sebesar
59.8%. PERBEDAAN dengan yang akan dilakukan adalah,
peneliti akan meneliti tentang adakah pengaruh kejadian
bullying terhadap hubungan social antar teman sebaya. Peneltian
ini nanti akan mengunakan survey analitik yaitu penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kejadian
itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi
antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek
(Notoatmodjo, 2010). Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah case control yaitu suatu penelitian (survey)
analitik yang menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari
dengan menggunakan pendekatan retrospektive. Dengan kata
lain, efek (penyakit atau suatu kesehatan) diidentifikasikan pada
saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasikan ada atau
terjadinya pada waktu yang lalu

Anda mungkin juga menyukai