Anda di halaman 1dari 20

Manusia sebagai khalifah, dalam hal ini berkaitan dengan fungsi arsitek, memiliki

tanggung jawab terhadap lingkungan, mengelola alam untuk melakukan aktivitasnya di muka
bumi, dengan prinsip keseimbangan dan keselarasan. Arsitektur sebagai salah satu bidang
keilmuan, hendaknya juga berpijak pada nilai-nilai Islam yang bersumber pada al-Qur’an. Wujud
arsitektur yang muncul dari kreasi seorang arsitek, hendaknya melambangkan nilai-nilai Islam.
Artinya, wujud arsitektur yang hadir tidak bertentangan dengan prinsip tauhid, ketentuan syariah,
dan tentu saja nilai-nilai akhlakul karimah.

Pemaknaan dalam realita kehidupan, baik secara vertikal maupun horisontal, akan
dipandang lebih berarti pada sebuah karya arsitektur yang mempunyai landasan akhlakul
karimah di dalamnya. Suatu karya arsitektur akan lebih bermakna jika mengusung nilai-nilai
Islam dalam konsep perancangannya. Nilai Islam yang diterapkan pada “Arsitektur Islam”
menghasilkan perpaduan antara kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri seorang
manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan hubungan antara manusia, lingkungan
dan Penciptanya. Hasil karya yang bermakna inilah yang akan mewujud menjadi suatu bentuk
peradaban baru yang islami dan membawa kebaikan bagi umat manusia.

Tulisan ini menggambarkan bahwa ternyata karya-karya arsitektur Islam di berbagai


penjuru dunia yang dilandasi oleh akhlak dan perilaku Islami, tidak mempunyai representasi
bentuk yang satu dan seragam. Walaupun demikian, keberagaman dan kekayaan bentuk itu
disatukan oleh satu tujuan, yaitu sebagai sarana beribadah kepada Allah. Dari keberagaman
tersebut, dapat tercipta satu kekayaan khasanah arsitektur Islam dalam suatu peradaban yang
islami, yang akan membawa manusia pada rahmatan lil alamiin.

Kata Kunci : Arsitektur Islam, akhlakul karimah, peradaban islami

PENDAHULUAN

Kehadiran arsitektur berawal dari manfaat dan kebutuhan-kebutuhan sebuah bangunan


untuk melayani fungsi-fungsi tertentu, yang diekspresikan oleh seorang arsitek melalui gambar
kerja. Kebutuhan sebuah bangunan akan ruang-ruang dalam lingkup interior maupun eksterior,
bermula pada sebuah kebutuhan dari pengguna bangunan (Fikriarini, 2006: 7). Selain itu,
arsitektur juga merupakan bagian dari seni, karena arsitektur tidak lepas dari rasa. Hal ini
menyebabkan pengertian arsitektur terus berkembang dan dipengaruhi oleh cara berpikir, cara
membuat, cara meninjau, dan budaya.

Definisi arsitektur baru akan dapat dimengerti setelah kita mengalami arsitektur, atau
berarsitektur. Berarsitektur artinya berbahasa dengan ruang dan gatra, dengan garis dan bidang,
dengan bahan material dan suasana tempat. Berarsitektur adalah berbahasa manusiawi; dengan
citra unsur–unsurnya, baik dengan bahan material maupun dengan bentuk serta komposisinya.
Dalam berarsitektur, seorang arsitek tidak pernah lepas dari alam, lingkungan sekitar, dan budaya
setempat. Hal ini disebabkan karena arsitektur merupakan bagian dari budaya yang menunjukkan
tingkat peradaban manusia. Budaya manusia tersebut sangat dipengaruhi oleh alam, dan
karenanya arsitektur dengan sendirinya juga merupakan bagian dari alam, mampu membaca
alam dan menciptakan sebuah suasana.

Beberapa pengertian arsitektur terkait dengan karya arsitek, baik itu berupa olahan fungsi
ke dalam bentuk dan ruang yang terangkum menjadi satu. Fungsi merupakan pengertian yang
sederhana dari kegunaan. Fungsi juga dapat dimaknai sebagai suatu cara untuk memenuhi
keinginan yang timbul akibat adanya kebutuhan manusia dalam mempertahankan dan
mengembangkan hidupnya (library.gunadarma.ac.id/files/disk1/8/). Walaupun begitu, karya
arsitektur bukanlah sekedar masalah fungsi, ruang dan bentuk. Lebih dari itu, arsitektur mampu
merangkum seni dalam satu bagian yang utuh untuk menghadirkan sebuah keindahan (Fikriarini
dan Putrie, 2006: 10-11).

Arsitektur sebagai salah satu bidang keilmuan, hendaknya juga selalu berpijak pada nilai-
nilai Islam yang bersumber pada al-Qur’an. Al-Qur’an tentunya merupakan dasar bagi
pengembangan berbagai bidang keilmuan, salah satunya keilmuan arsitektur. Wujud arsitektur
yang muncul sebagai hasil kreasi seorang arsitek, hendaknya melambangkan nilai-nilai Islam.
Artinya, wujud arsitektur yang dihasilkan tidak bertentangan dengan prinsip tauhid, ketentuan
syariah, dan tentu saja nilai-nilai akhlakul karimah. Kita dapat melihat karya-karya arsitektur
Islam di berbagai belahan dunia dengan tujuan yang satu, yaitu untuk beribadah dan berserah diri
kepada Allah. Walaupun demikian, dalam tataran bentuk arsitektur Islam yang dilandasi oleh
kesatuan tujuan dan nilai-nilai islami itu tidak hadir dalam representasi bentuk fisik yang satu
dan seragam, melainkan hadir dalam bahasa arsitektur yang beragam.
Ditinjau secara keseluruhan, arsitektur telah muncul di mana dia dibutuhkan serta tidak
terbatas di mana dia didirikan. Arsitektur pun turut mempengaruhi muncul dan tenggelamnya
suatu kebudayaan dan peradaban. Masyarakat muslim sebagai salah satu peradaban terbesar di
dunia pun tidak ketinggalan dalam menyemarakkan peradaban dengan arsitektur yang
mencerminkan worldview dan nilai-nilai Islam sepanjang sejarah perkembangan dan
perjalanannya di muka bumi ini. Dalam Islam, arsitektur merupakan bagian dari karya seni yang
tidak pernah lepas dari keindahan yang merujuk pada kebesaran Allah sebagai Sang Maha
Pencipta. Hal ini memberi kesadaran, bahwa kita sebagai manusia hanyalah hamba yang kecil
dan tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kebesaran Allah. Bahkan lebih jauh, rasa
kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika dalam arsitektur tak boleh lepas dari kepasrahan
dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran dan keagungan Allah sebagai Dzat pemilik segala
keindahan.

PEMBAHASAN

A. Arsitektur Islam

Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia dan proses
penghambaan diri seorang manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan hubungan
antara manusia, lingkungan dan Penciptanya. Arsitektur Islam mengungkapkan hubungan
geometris yang kompleks, hirarki bentuk dan ornamen, serta makna simbolis yang sangat dalam.
Arsitektur Islam merupakan salah satu jawaban yang dapat membawa pada perbaikan peradaban.
Di dalam Arsitektur Islam terdapat esensi dan nilai-nilai Islam yang dapat diterapkan tanpa
menghalangi pemanfaatan teknologi bangunan modern sebagai alat dalam mengekspresikan
esensi tersebut.

Perkembangan arsitektur Islam dari abad VII sampai abad XV meliputi perkembangan
struktur, seni dekorasi, ragam hias dan tipologi bangunan. Daerah perkembangannya meliputi
wilayah yang sangat luas, meliputi Eropa, Afrika, hingga Asia tenggara. Karenanya,
perkembangannya di setiap daerah berbeda dan mengalami penyesuaian dengan budaya dan
tradisi setempat, serta kondisi geografis. Hal ini tidak terlepas dari kondisi alam yang
mempengaruhi proses terbentuknya kebudayaan manusia.
Arsitektur yang merupakan bagian dari budaya, selalu berkembang seiring dengan
berkembangnya peradaban manusia. Oleh karena itu, Islam yang turut membentuk peradaban
manusia juga memiliki budaya berarsitektur. Budaya arsitektur dalam Islam dimulai dengan
dibangunnya Ka’bah oleh Nabi Adam as sebagai pusat beribadah umat manusia kepada Allah
SWT (Saoud, 2002: 1). Ka’bah juga merupakan bangunan yang pertama kali didirikan di bumi.
Tradisi ini dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim AS bersama anaknya, Nabi Ismail AS. Mereka berdua
memugar kembali bangunan Ka’bah. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW melanjutkan misi
pembangunan Ka’bah ini sebagai bangunan yang bertujuan sebagai tempat beribadah kepada
Allah. Dari sinilah budaya arsitektur dalam Islam terus berkembang dan memiliki daya dorong
yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta mencapai arti secara fungsional dan simbolis. Hal
ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 96 :“Sesungguhnya rumah yang mula-mula
dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang
diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Islam adalah cara membangun
yang Islami sebagaimana ditentukan oleh hukum syariah, tanpa batasan terhadap tempat dan
fungsi bangunan, namun lebih kepada karakter Islaminya dalam hubungannya dengan desain
bentuk dan dekorasi. Definisi ini adalah suatu definisi yang meliputi semua jenis bangunan,
bukan hanya monumen ataupun bangunan religius (Saoud, 2002: 2).

Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Arsitektur Islam merupakan salah satu gaya
arsitektur yang menampilkan keindahan yang kaya akan makna. Setiap detailnya mengandung
unsur simbolisme dengan makna yang sangat dalam. Salah satu makna yang terbaca pada
arsitektur Islam itu adalah bahwa rasa kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika dalam
arsitektur tidak terlepas dari kepasrahan dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran dan
keagungan Allah sebagai Dzat yang memiliki segala keindahan. Bahkan sejak jaman Nabi
Sulaiman AS, telah dibangun suatu karya arsitektur yang menampilkan keindahan dan
kemegahan itu. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an Surat An-Naml 44: “Dikatakan kepadanya:
“Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang
besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia adalah
istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat
zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta
alam”.

Dengan segala keindahan, kemegahan, dan kedalaman maknanya, arsitektur Islam yang
pernah berjaya dan menjadi salah satu tonggak peradaban dunia memiliki beberapa potensi yang
dapat mencerahkan kembali kejayaan Islam yang selama beberapa abad terakhir ini mengalami
kemunduran. Potensi-potensi ini bukan hanya ditujukan untuk menghadapi pengaruh dari
kebudayaan barat yang mengglobal dan menginginkan persamaan identitas dari berbagai
budaya, namun juga untuk kepentingan pengembangan arsitektur Islam sendiri.

Lebih jauh, apabila kita telaah secara mendalam, arsitektur Islam lebih mengusung pada
nilai-nilai universal yang dimuat oleh ajaran Islam. Nilai-nilai ini nantinya dapat diterjemahkan
ke dalam bahasa arsitektur dan tampil dalam berbagai bentuk tergantung konteksnya, dengan
tidak melupakan esensi dari arsitektur itu sendiri, serta tetap berpegang pada tujuan utama
proses berarsitektur, yaitu sebagai bagian dari beribadah kepada Allah.

B. Al-Qur’an dan Seni

Di dalam perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam, tujuan akhir dari berbagai keilmuan
harus dilihat dan didasarkan pada al-Qur’an al-Karim, kitab suci umat Islam. Pada dasarnya,
kebudayaan Islam dengan arsitektur Islam sebagai salah satu bagiannya, merupakan “budaya
Qur’ani” (Al-Faruqi, 1999: 3). Karenanya, baik definisi, struktur, tujuan maupun metode untuk
mencapai tujuan tersebut secara keseluruhan diambil darinya.

Dari al-Qur’an yang menjadi tuntunan, panduan hidup dan sumber keilmuan bagi umat Nabi
Muhammad ini, seorang muslim tidak hanya mengambil pengetahuan mengenai Realitas Ultima
(Al-Faruqi, 1999: 3). Secara mendasar, prinsip-prinsip yang diambil dari al-Qur’an juga
mencakup tentang alam, manusia, dan makhluk hidup lainnya. Berbagai ilmu pengetahuan juga
tercantum dalam al-Qur’an, baik secara implisit maupun eksplisit di berbagai institusi sosial,
politik serta ekonomi yang diperlukan untuk menjalankan masyarakat yang sehat, sehingga al-
Qur’an diperlukan di setiap pengetahuan dan aktivitas manusia, termasuk juga di bidang
keilmuan arsitektur. Di dalam kitab itu, prinsip-prinsip dasar sudah disediakan bagi pembentukan
sebuah kebudayaan yang lengkap, tentu saja termasuk bidang arsitektur.
Hal bukan berarti bahwa penjelasan dan uraian yang spesifik dan jelas tentang berbagai usaha
manusia tersebut telah termuat dalam kitab suci yang memuat 114 surat ini. Al-Qur’an tentu
tidak menyebutkan secara detail dan jelas bagaimana arsitektur yang islami itu. Walaupun begitu,
secara implisit di dalamnya terdapat suatu penjelasan yang menjadi dasar dan acuan tentang
bagaimana idealnya suatu lingkungan, bagaimana sistem nilai, batasan dan aturan pergaulan
antara pria dan wanita, dan sebagainya. Hal yang tidak kalah penting adalah di dalamnya juga
termuat konsep keindahan bangunan, yang dicontohkan dengan menggambarkan keindahan
bangunan-bangunan di surga, seperti yang diceritakan di dalam surat al-Waqi’ah.

Konsep keindahan yang terwujud dalam berbagai bidang tersebut biasa kita sebut dengan seni
dan kesenian. Dalam arsitektur, seni mempunyai posisi yang sangat penting. Bahkan pada awal
berkembangnya, keilmuan arsitektur termasuk dalam bidang seni murni, bukan seperti pada saat
ini, dimana arsitektur merupakan penggabungan antara ilmu, seni dan teknologi. Arsitektur
merupakan sarana untuk mewujudkan wadah bagi aktivitas manusia dengan menggabungkan
berbagai sudut pandang keilmuan, termasuk budaya dan tentu saja seni. Dalam Islam, aspek seni
dalam kebudayaan Islam harus juga dilihat sebagai ekspresi estetis dari al-Qur’an. Seni Islam
tidak lain adalah seni Qur’ani. Seni Qur’ani inilah yang nantinya juga akan mendukung
terwujudnya arsitektur Islam sebagai salah satu unsurnya yang penting. Di dalam buku ”Seni
Tauhid” karya Ismail Raji Al-Faruqi, terdapat beberapa alasan Al-Qur’an dapat menjadi dasar
dari karya seni (Al-Faruqi, 1999: 3), sebagai berikut:

1. Al-Qur’an dapat berfungsi sebagai penjelas tauhid atau transendensi

2. Al-Qur’an sebagai model seni

3. Al-Qur’an sebagai ikonografi artistik

C. Seni Ruang dan Arsitektur

Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, arsitektur termasuk di dalam seni ruang dalam esensi seni
menurut Islam, hal ini dikarenakan arsitektur merupakan seni visual yang mendukung kemajuan
peradaban Islam (Al-Faruqi, 1999: 158). Di dalam seni ruang, terdapat cabang lain yang
termasuk mendukung di dalamnya yaitu seni rupa. Keberadaan seni ruang yang di dalamnya
terdapat bidang arsitektur merupakan satu hal yang cukup penting. Hal ini juga didasarkan pada
seni dalam pandangan al-Qur’an, sehingga pembangunan fisik peradaban ini senantiasa selalu
berlandaskan nilai-nilai Islam dalam al-Qur’an, yang juga berfungsi sebagai landasan
pembangunan peradaban yang berupa akhlaq dan perilaku. Hal ini sangatlah penting untuk
mewujudkan kembali nilai-nilai Islam ke dalam tatanan pembangunan peradaban di dunia, yang
tidak hanya membangun peradaban secara fisik, tetapi juga secara mental, pola pikir, semangat,
akhlaq dan pola perilaku yang berlandaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an.

Semangat untuk kembali pada pandangan dan konsep pembangunan dan keindahan
berdasarkan al-Qur’an inilah yang terdapat dalam arsitektur Islam. Setiap karya dalam bidang
arsitektur yang merupakan perwujudan fisik dari suatu peradaban, tidak hanya dipandang indah
dan megah dari segi material atau fisik saja, melainkan bagaimana esensi keindahan tersebut
dapat muncul dari suatu kebersahajaan atau kesederhanaan, atau dapat saja keindahan tersebut
memang berasal dari suatu yang megah yang terinspirasi dari keindahan surgawi. Hal yang tidak
kalah penting adalah, bagaimana berbagai versi keindahan itu dapat mengingatkan kita akan
KemahaBesaran Allah, bahwa Allah adalah Dzat Maha Agung yang patut kita sembah dan
menyadarkan esensi kita sebagai hamba Allah.

Pengembangan seni ruang, termasuk di dalamnya arsitektur, berdasar pada nilai-nilai yang
terdapat dalam al-Qur’an, apabila diterjemahkan secara fisik, memiliki beberapa ciri utama.
Menurut Ismail Raji Al-Faruqi, ciri utama yang digolongkan dalam empat kategori tersebut
didasarkan pada ciri-ciri utama yang dimiliki semua seni Islam (Al-Faruqi, 1999:158), yaitu
sebagai berikut:

1. Unit-unit isi

2. Arsitektur atau struktur dengan ruang interior

3. Lanskaping (holtikultura maupun akuakultura)

4. Desain kota dan desa


Menurut Ismail Raji Al Faruqi pula, ajaran tauhid yang dapat menstimulasi kesan
infinitas dan transendensi melalui isi dan bentuk estetis dapat direpresentasikan dalam karya seni
Islam, yang ciri-ciri di dalamnya mengandung kaidah-kaidah sebagai berikut :

1. Abstraksi

2. Unit/Modul

3. Kombinasi suksesif

4. Pengulangan

5. Dinamisme

6. Kerumitan

Kesimpulan

Beberapa contoh di atas memberikan satu pelajaran, bahwa perilaku dan akhlak yang dilandasi
nilai-nilai Islam yang mendasari lahirnya karya arsitektur Islam, tidaklah dibatasi oleh ruang dan
waktu. Kita dapat melihat karya-karya arsitektur Islam di berbagai belahan dunia dengan tujuan
yang satu, yaitu untuk beribadah dan berserah diri kepada Allah. Lebih lanjut, terwujudnya
beberapa hasil karya arsitektur Islam yang didasari nilai-nilai Islam dapat pula membentuk satu
perilaku dan akhlak yang menuju kepribadian dan citra diri Islam yang dibentuk dari lingkungan
tersebut.

Arsitektur Islam yang dilandasi oleh akhlak dan perilaku Islami tidak mempunyai representasi
bentuk yang satu dan seragam, tetapi arsitektur Islam mempunyai bahasa arsitektur yang
berbeda, tergantung dari konteks dimana dan apa fungsi dari bangunan yang didirikan tersebut.
Karya arsitektur Islam tidak pula dibatasi oleh wilayah benua dan negara, karena kita akan
melihat kekayaan arsitektur Islam dari keragaman tempat yang membawa ciri khas dari wilayah
masing-masing negara tersebut. Dari keberagaman tersebut, akhirnya dapat dihadirkan satu
kekayaan khazanah arsitektur Islam yang melandasi lahirnya peradaban Islam yang membawa
manusia pada rahmatan lil alamin
PENGERTIAN ARSITEKTUR ISLAM

Arsitektur Islam merupakan wujud perpaduan antara kebudayaan manusia dan proses penghambaan diri
seorang manusia kepada Tuhannya, yang berada dalam keselarasan hubungan antara manusia,
lingkungan dan Penciptanya. Arsitektur Islam mengungkapkan hubungan geometris yang kompleks,
hirarki bentuk dan ornamen, serta makna simbolis yang sangat dalam. Arsitektur Islam merupakan salah
satu jawaban yang dapat membawa pada perbaikan peradaban. Di dalam Arsitektur Islam terdapat
esensi dan nilai-nilai Islam yang dapat diterapkan tanpa menghalangi pemanfaatan teknologi bangunan
modern sebagai alat dalam mengekspresikan esensi tersebut.
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur
mencakup merancang keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota,
perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain perabot dan desain
produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa ajaran Islam tidak menggariskan ketentuan-ketentuan tertentu
tentang bangunan. Tentang penggunaan kubah atau menara adzan (minarets) tidak lebih dari sekedar
penyelesaian struktural.

Namun kita juga meyakini bahwa Islam adalah agama yang bersifat syumuliah yaitu bersifat menyeluruh,
selama ini kita meyakini bahwa Islam merupakan agama yang sesuai dengan fitrah manusia. sistem
dalam Islam adalah lengkap dan sempurna, dari aspek ekonomi, hukum dan sosial serta etika tidak luput
dari aturan Islam.

Arsitektur Islam itu adalah arsitektur yang di dalamnya nilai Islam diterapkan, seperti nilai penghambaan
terhadap Allah melalui desain bangunan, nilai kesederhanaan, nilai keadilan, nilai pengakuan terhadap
hak orang lain, dan nilai-nilai Islam yang ada.

Arsitektur Islam adalah arsitektur yang berangkat dari konsep pemikiran Islam. Inti dari ajaran Islam
adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa Arsitektur Islam juga
memiliki inti yang sama. Dalam kategori ini arsitektur Islam yang dimaksud tidak terkait atau terikat
dengan suatu zaman atau periode tertentu atau kaum tertentu, jadi dapat dikatakan arsitektur Islam
adalah abadi dan borderless atau tidak terbatas pada daerah tertentu, bagi kaum tertentu.

Arsitektur Islam sebagai cerminan budaya sosio cultural ummah (masyarakat Islam) yang tengah
berkembang pada periode waktu dan tempat yang tertentu (selanjutnya kita sebut arsitektur budaya
Islam). ada beberapa faktor yang mempengaruhi corak arsitektur bidaya Islam diantaranya periode
kebudayaan, teknologi, dan iklim setempat. Islam telah mengalami banyak periode kebudayaan. Disaat
Islam masih baru berkembang di Arab, kebudayaan Arab banyak memberikan corak dalam arsitektur
Islam, kemudian ketika kekhalifahan menguasai Andalusia, corak kebudayaan setempat turut
memberikan warna pada arsitektur Islam. demikian pula ketika Islam berkembang di daerah daerah lain
di seluruh dunia, Indonesia contohnya sintesa dengan budaya jawa melahirkan corak arsitektur yang
berbeda pula. Begitu pula dengan pengaruh letak geografis dan iklim pada bangunan arsitektur Islam
setempat. Di Arab bangunan menggunakan dinding yang tebal dan bentuk yang relative sederhana
(kotak) ini adalah proses adaptasi terhadap iklim gurun yang memiliki perbedaan temperatur yang
sangat ekstrim antara waktu siang dan malam harinya. Lain di Arab lain pula di Asia Tenggara, untuk
mengantisipasi air hujan rumah-rumah menggunakan atap miring untuk mengalirkan air hujan. Bukaan-
bukaan yang besar untuk mengalirkan udara ke dalam ruangan, dsb.

Jadi meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa kubah bukan merupakan bagian dari syariat,
namun kita harus dapat tetap menghargai dan tidak menolak mentah-mentah penggunaan kubah.
Karena bagaimana pun juga hal tersebut telah menjadi warisan dari kebudayaan Islam. dan sedikit
banyak telah menjadi salah satu identitas dari arsitektur budaya Islam.

Islam adalah agama rahmatan lil alamin, rahmat bagi sekalian alam. Seorang muslim harus dapat
menjadi lentera yang dapat menyinari sekitar nya. Begitu pula dengan konsep Islam, konsep Islam dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyakat kita. Islam juga mengatur hubungan untuk saling
menghormati dengan penganut agama lain dan menjamin kepentingannya.

Terkait dengan bidang arsitektural, menurut saya konsep arsitekur Islam tidak hanya terbatas pada
bangunan-bangunan yang bersifat religius saja tetapi dapat pula diterapkan di bangunan-bangunan
lainnya seperti fasilitas umum. Dengan mengangkat isu isu syariah yang berkaitan dengan aspek dari
kegiatan masyarakat di tempat tersebut.

Sebagai contoh sebuah pasar, Islam tidak mengatur secara eksplist tentang bagaimana seharusnya pasar
harus dibangun, kelengkapan apa saja yang harus ada dalam sebuah pasar, atau corak-corak arsitektural
apa yang harus ada dalam sebuah pasar. Tapi disamping itu Islam mengatur dengan lengkap tentang
adab jual beli, prinsip-prinsip perdagangan, keadilan dsb. Nah dari prinsip-prinsip tersebut kita rumuskan
suatu konsep yang dapat mengarahkan masyarakat menuju kepada prinsip-prinsip tersebut.

Dari sini kita belajar untuk menerapkan konsep arsitektur yang mempengaruhi prilaku. Dengan desain
yang kita suguhkan, diharapkan dapat membimbing masyarakat untuk berprilaku yang sesuai dengan
tuntunan Al-Qur’an dan Al Hadits.
Memang hal ini membutuhkan kerja keras yang masih panjang. Masih banyak tempat yang tersedia
untuk mengkaji literatur Islam terutama Al-Qur’an dan Al-Hadits untuk kemudian menuangkannya dalam
teori-teori arsitektur Islam.

Arsitektur Islam dapat juga dinyatakan sebagai manifestasi fisik dari adaptasi yang harmonis antara
ajaran Islam dengan bentuk-bentuk lokal. Oleh karena itu, Arsitektur Islam bisa amat kaya akan ragam
dan jenisnya sebagaimana yang diungkapkan arsitek Muslim Turki Dogan Kuban bahwa tidak ada
homogenitas dan kesatuan dalam bentuk dari apa yang disebut Arsitektur Islam.

Banyak orang muslim dan non muslim yang meragukan fakta bahwa Islam sedikit banyak mempunyai
hubungan dengan arsitektur. Keraguan mereka itu disebabkan karena mereka tidak tahu atau keliru, atau
karena kedua-duanya (tidak tahu dan keliru). Pertama, pihak yang tidak tahu, orang-orang muslim yang
tidak menyadari bahwa :

1. Di seluruh Dunia Islam, kesatuan arsitektural merupakan satu segi dari kesatuan umat dibawah Islam.
Sebelum kedatangan Islam, kesatuan arsitektural belum ada. Sebelumnya, gaya arsitektur dimana-mana
saling berbeda. Kesatuan gaya justru muncul bersama Islam, yaitu : saat arsitektur khas Islam mulai
mendominasi, dengan memperbolehkan munculnya variasi-variasi untuk hal non-esensial, sehingga gaya
tersebut bisa menyesuaikan diri dengan iklim setempat, serta hal-hal istimewa peninggalan nenek
moyang atau pakem adat istiadat.

2. Karakteristik gaya-gaya arsitektur yang terdapat di seluruh Dunia Islam dilengkapi dan diilhami oleh
Islam. Seluruh standar arsitektural tepat guna pertama-tama diterapkan di Madinah, Baitul Maqdis,
Dimasyq, Qayrawan, dan Baghdad, lalu menyebar ke seluruh Dunia Islam, seiring perkembangan dan
penyebaran agama Islam.

3. Seperti halnya cabang seni rupa lain, arsitektur merupakan ekspresi keindahan umat Islam, sesuai
dengan keunikan serta perbedaan pandangan mereka terhadap realitas, ruang, waktu, sejarah, sikap
personal, serta hubungan organiknya dengan ummah. Islam merupakan agama yang lengkap dan sangat
komprehensif, baik pandangan hidup maupun kebendaannya. Pengaruh Islam meresap ke seluruh sendi
kehidupan. Islam mengatur cara berpakaian, makan, istirahat, bermuamalah, bahkan bersantai atau
rekreasi. Tentu saja hal itu sangat mempengaruhi, sangat menentukan kebiasaan manusia. Meskipun
faktanya standar arsitektur Islam sepertinya hanya berlaku dalam pembangunan masjid ( dalam hal
pemilihan dekorasi, desain atap, kerajinan kayu, sistem penerangan, corak permadani), namun bisa
ditelusuri bahwasanya pola dasar tersebut mempengaruhi seluruh gaya arsitektur Islami.

Kedua, pihak yang berpandangan keliru, yaitu kaum muslimin serta para orientalis yang teguh pada
tesis : Tak ada hubungan antara Islam dan arsitektur? Menurut mereka, Islam hanya mengatur masalah
peribadatan saja. Kelompok sekuler tersebut memandang Islam tidak dapat menentukan hal-hal yang
berada diluar daerah religi (ibadat hubungan personal dengan Tuhan). Mereka membagi kehidupan
menjadi dua : kehidupan religius dan kehidupan sekuler, sebagaimana tradisional Kristen memisahkan
kerajaan Tuhan dan Kaisar, sehingga terjadi pemisahan kehidupan gereja dan negara. Mereka (kelompok
sekuler) mengetahui bahwa ajaran Islam itu lengkap dan meliputi seluruh sendi kehidupan. Mereka
sengaja berusaha untuk melemahkan hukum Islam, agar pengaruh-pengaruh keIslaman yang memang
universal dan berjangkauan luas bisa ditekan sedemikian rupa. Tampaknya mereka takut hukum Islam
menyentuh hukum agama atau undang-undang sekuler mereka, sampai mencampuri etika berpikir serta
estetika keseniannya. Kaum subversifpun mencoba menyingkirkan Islam dari kancah kegiatan manusia,
dengan mengusung gagasan baru yang tidak Islami, seperti: nasionalisme, kristenisasi, westernisasi, dan
komunisme. Faktor gagasan baru tersebut berupaya menyimpangkan arsitektur sebagai ekspresi aspirasi
manusia tertinggi dan termulia. Akhirnya, faktor-faktor itupun mengubah orientasi arsitektur menjadi
hanya sebatas pengisi kebutuhan dasar dan kegunaan, atau menghubungkan tema-tema arsitektur
dengan unsur alam- sejenis penyembahan berhala dari neo-Hellenisme- sebagai usaha peniruan secara
membabi-buta terhadap Barat modern.

Kehadiran arsitektur berawal dari manfaat dan kebutuhan-kebutuhan sebuah bangunan untuk melayani
fungsi-fungsi tertentu, yang diekspresikan oleh seorang arsitek melalui gambar kerja. Kebutuhan sebuah
bangunan akan ruang-ruang dalam lingkup interior maupun eksterior, bermula pada sebuah kebutuhan
dari pengguna bangunan (Fikriarini, 2006: 7). Selain itu, arsitektur juga merupakan bagian dari seni,
karena arsitektur tidak lepas dari rasa. Hal ini menyebabkan pengertian arsitektur terus berkembang dan
dipengaruhi oleh cara berpikir, cara membuat, cara meninjau, dan budaya.

Definisi arsitektur baru akan dapat dimengerti setelah kita mengalami arsitektur, atau berarsitektur.
Berarsitektur artinya berbahasa dengan ruang dan gatra, dengan garis dan bidang, dengan bahan
material dan suasana tempat. Berarsitektur adalah berbahasa manusiawi; dengan citra unsur–unsurnya,
baik dengan bahan material maupun dengan bentuk serta komposisinya. Dalam berarsitektur, seorang
arsitek tidak pernah lepas dari alam, lingkungan sekitar, dan budaya setempat. Hal ini disebabkan karena
arsitektur merupakan bagian dari budaya yang menunjukkan tingkat peradaban manusia. Budaya
manusia tersebut sangat dipengaruhi oleh alam, dan karenanya arsitektur dengan sendirinya juga
merupakan bagian dari alam, mampu membaca alam dan menciptakan sebuah suasana.

Beberapa pengertian arsitektur terkait dengan karya arsitek, baik itu berupa olahan fungsi ke dalam
bentuk dan ruang yang terangkum menjadi satu. Fungsi merupakan pengertian yang sederhana dari
kegunaan. Fungsi juga dapat dimaknai sebagai suatu cara untuk memenuhi keinginan yang timbul akibat
adanya kebutuhan manusia dalam mempertahankan dan mengembangkan hidupnya
(library.gunadarma.ac.id/files/disk1/8/). Walaupun begitu, karya arsitektur bukanlah sekedar masalah
fungsi, ruang dan bentuk. Lebih dari itu, arsitektur mampu merangkum seni dalam satu bagian yang utuh
untuk menghadirkan sebuah keindahan (Fikriarini dan Putrie, 2006: 10-11).

Arsitektur sebagai salah satu bidang keilmuan, hendaknya juga selalu berpijak pada nilai-nilai Islam yang
bersumber pada al-Qur’an. Al-Qur’an tentunya merupakan dasar bagi pengembangan berbagai bidang
keilmuan, salah satunya keilmuan arsitektur. Wujud arsitektur yang muncul sebagai hasil kreasi seorang
arsitek, hendaknya melambangkan nilai-nilai Islam. Artinya, wujud arsitektur yang dihasilkan tidak
bertentangan dengan prinsip tauhid, ketentuan syariah, dan tentu saja nilai-nilai akhlakul karimah. Kita
dapat melihat karya-karya arsitektur Islam di berbagai belahan dunia dengan tujuan yang satu, yaitu
untuk beribadah dan berserah diri kepada Allah. Walaupun demikian, dalam tataran bentuk arsitektur
Islam yang dilandasi oleh kesatuan tujuan dan nilai-nilai islami itu tidak hadir dalam representasi bentuk
fisik yang satu dan seragam, melainkan hadir dalam bahasa arsitektur yang beragam.

Ditinjau secara keseluruhan, arsitektur telah muncul di mana dia dibutuhkan serta tidak terbatas di mana
dia didirikan. Arsitektur pun turut mempengaruhi muncul dan tenggelamnya suatu kebudayaan dan
peradaban. Masyarakat muslim sebagai salah satu peradaban terbesar di dunia pun tidak ketinggalan
dalam menyemarakkan peradaban dengan arsitektur yang mencerminkan worldview dan nilai-nilai Islam
sepanjang sejarah perkembangan dan perjalanannya di muka bumi ini. Dalam Islam, arsitektur
merupakan bagian dari karya seni yang tidak pernah lepas dari keindahan yang merujuk pada kebesaran
Allah sebagai Sang Maha Pencipta. Hal ini memberi kesadaran, bahwa kita sebagai manusia hanyalah
hamba yang kecil dan tidak berarti apa-apa dibandingkan dengan kebesaran Allah. Bahkan lebih jauh,
rasa kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika dalam arsitektur tak boleh lepas dari kepasrahan
dan penyerahan diri kita terhadap kebesaran dan keagungan Allah sebagai Dzat pemilik segala
keindahan.

Perkembangan arsitektur Islam dari abad VII sampai abad XV meliputi perkembangan struktur, seni
dekorasi, ragam hias dan tipologi bangunan. Daerah perkembangannya meliputi wilayah yang sangat
luas, meliputi Eropa, Afrika, hingga Asia tenggara. Karenanya, perkembangannya di setiap daerah
berbeda dan mengalami penyesuaian dengan budaya dan tradisi setempat, serta kondisi geografis. Hal
ini tidak terlepas dari kondisi alam yang mempengaruhi proses terbentuknya kebudayaan manusia.

Arsitektur yang merupakan bagian dari budaya, selalu berkembang seiring dengan berkembangnya
peradaban manusia. Oleh karena itu, Islam yang turut membentuk peradaban manusia juga memiliki
budaya berarsitektur. Budaya arsitektur dalam Islam dimulai dengan dibangunnya Ka’bah oleh Nabi
Adam as sebagai pusat beribadah umat manusia kepada Allah SWT (Saoud, 2002: 1). Ka’bah juga
merupakan bangunan yang pertama kali didirikan di bumi. Tradisi ini dilanjutkan oleh Nabi Ibrahim AS
bersama anaknya, Nabi Ismail AS. Mereka berdua memugar kembali bangunan Ka’bah. Setelah itu, Nabi
Muhammad SAW melanjutkan misi pembangunan Ka’bah ini sebagai bangunan yang bertujuan sebagai
tempat beribadah kepada Allah. Dari sinilah budaya arsitektur dalam Islam terus berkembang dan
memiliki daya dorong yang belum pernah terjadi sebelumnya, serta mencapai arti secara fungsional dan
simbolis. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 96 :“Sesungguhnya rumah yang mula-
mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi
dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Islam adalah cara membangun yang Islami
sebagaimana ditentukan oleh hukum syariah, tanpa batasan terhadap tempat dan fungsi bangunan,
namun lebih kepada karakter Islaminya dalam hubungannya dengan desain bentuk dan dekorasi. Definisi
ini adalah suatu definisi yang meliputi semua jenis bangunan, bukan hanya monumen ataupun bangunan
religius (Saoud, 2002: 2).
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, Arsitektur Islam merupakan salah satu gaya arsitektur yang
menampilkan keindahan yang kaya akan makna. Setiap detailnya mengandung unsur simbolisme dengan
makna yang sangat dalam. Salah satu makna yang terbaca pada arsitektur Islam itu adalah bahwa rasa
kekaguman kita terhadap keindahan dan estetika dalam arsitektur tidak terlepas dari kepasrahan dan
penyerahan diri kita terhadap kebesaran dan keagungan Allah sebagai Dzat yang memiliki segala
keindahan. Bahkan sejak jaman Nabi Sulaiman AS, telah dibangun suatu karya arsitektur yang
menampilkan keindahan dan kemegahan itu. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an Surat An-Naml 44:
“Dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam istana”. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya
kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah Sulaiman: “Sesungguhnya ia
adalah istana licin terbuat dari kaca”. Berkatalah Balqis: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah berbuat
zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam”.

Dengan segala keindahan, kemegahan, dan kedalaman maknanya, arsitektur Islam yang pernah berjaya
dan menjadi salah satu tonggak peradaban dunia memiliki beberapa potensi yang dapat mencerahkan
kembali kejayaan Islam yang selama beberapa abad terakhir ini mengalami kemunduran. Potensi-potensi
ini bukan hanya ditujukan untuk menghadapi pengaruh dari kebudayaan barat yang mengglobal dan
menginginkan persamaan identitas dari berbagai budaya, namun juga untuk kepentingan pengembangan
arsitektur Islam sendiri.

Lebih jauh, apabila kita telaah secara mendalam, arsitektur Islam lebih mengusung pada nilai-nilai
universal yang dimuat oleh ajaran Islam. Nilai-nilai ini nantinya dapat diterjemahkan ke dalam bahasa
arsitektur dan tampil dalam berbagai bentuk tergantung konteksnya, dengan tidak melupakan esensi dari
arsitektur itu sendiri, serta tetap berpegang pada tujuan utama proses berarsitektur, yaitu sebagai bagian
dari beribadah kepada Allah.

Teknologi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Teknologi Mesir Kuno

Dalam bidang tekonologi, pengobatan, dan matematika, Mesir kuno telah mencapai standar yang relatif
tinggi dan canggih pada masanya. Empirisme tradisional, sebagaimana dibuktikan oleh Papirus Edwin
Smith dan Ebers (c. 1600 SM), ditemukan oleh bangsa Mesir. Bangsa Mesir kuno juga diketahui
menciptakan alfabet dan sistem desimal mereka sendiri.

Salah satu peninggalan Mesir kuno yang bernilai seni tinggi.


Tembikar glasir bening dan kaca

Bahkan sebelum masa keemasan di bawah kekuasaan Kerajaan Lama, bangsa Mesir kuno telah mampu
mengembangkan sebuah material kilap yang dikenal sebagai tembikar glasir bening, yang dianggap
sebagai bahan artifisial yang cukup berharga. Tembikar glasir bening adalah keramik yang terbuat dari
silika, sedikit kapur dan soda, serta bahan pewarna, biasanya tembaga. Tembikar glasir bening digunakan
untuk membuat manik-manik, ubin, arca, dan lainnya. Ada beberapa metode yang dapat digunakan
untuk menciptakan tembikar glasir bening, namun yang sering digunakan adalah menaruh bahan baku
yang telah diolah menjadi pasta di atas tanah liat, kemudian membakarnya. Dengan teknik yang sama,
bangsa Mesir kuno juga dapat memproduksi sebuah pigmen yang dikenal sebagai Egyptian Blue, yang
diproduksi dengan menggabungkan silika, tembaga, kapur dan sebuah alkali seperti natron.

Bangsa mesir kuno juga mampu membuat berbagai macam objek dari kaca, namun tidak jelas apakah
mereka mengembangkan teknik itu sendiri atau bukan. Tidak diketahui pula apakah mereka membuat
bahan dasar kaca sendiri atau mengimpornya, untuk kemudian dilelehkan dan dibentuk, namun mereka
dipastikan memiliki kemampuan teknis untuk membuat objek dan menambahkan elemen mikro untuk
mengontrol warna dari kaca tersebut. Banyak warna yang dapat mereka ciptakan, termasuk di antaranya
kuning, merah, hijau, biru, ungu, putih, dan transparan.

Sumber : http://jfa-studioarsitektur.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-arsitektur-islam_1.html

Mengenal gaya arsitektur Islam tentunya tidak terlepas dari bangunan rumah ibadah umah
Islam, mesjid. Cikal bakal dari arsitektur Islam itu sendiri berakar dari bangunan Ka'bah yang
terletak di Mekkah, Arab Saudi. Arsitektur Islam itu sendiri didefenisikan sebagai hasil karya
seni bangunan yang terpancar dari aspek fisik ( sesuatu yang nampak secara jelas oleh panca
indera) dan metafisik (sesuatu yang tidak tampak panca indera tapi dapat dirasakan hasilnya)
bangunan melalui konsep pemikiran islam yang bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah Nabi,
Keluarga Nabi, Sahabat, para Ulama maupun cendikiawan muslim.
Sementara ciri-ciri atau kaidah arsitektur Islam tentunya tidak terlepas dari Alquran, kitab suci
agama Islam, yaitu:
 unsur dekoratifnya banyak menggunakan seni kaligrafi atau ornamen yang mengingatkan
kepada sang pencipta jagat raya, Allah, SWT.

 melarang penggunaa simbol makluk hidup yang bernyawa seperti gambar atau patung
mnusia maupun binatang.

 Hasil dari design bangunan tidak untuk dipamerkan atau kesombongan.

 Pengaturan ruang-ruang ditujukan untuk mendukung menjaga ahlak dan prilaku.

 Posisi toilet tidak dibolehkan menghadap atau membelakangi kiblat.

 Keberadaan bangunan tidak merugikan tetangga disekitar.

 Pembangunan sampai berdirinya bangunan seminimal mungkin tidak merusak alam.


 Menggunakan warna yang mendekatkan kepada Allah, seperti warna-warna alam.

Selain itu ciri-ciri arsitektur Islam menggunakan motif yang mencolok dalam arsitektur Islam
hampir selalui mengenai pola yang terus berulang dan berirama, serta struktur yang melingkar.
Dalam hal pola ini, geometri fraktal memegang peranan penting sebagai materi pola dalam,
terutama, mesjid dan istana, seperti contoh gambar di sebelah kanan; Interior salah satu Mesjid di
Edirme

Gaya arsitektur Islam berkembang setelah kebudayaan muslim memadukannya dengan gaya
arsitektur dari Roma, Mesir, Persia dan Byzantium. Contoh awal yang paling populer misalnya :
 Dome of The Rock (Masjid Qubbah as Sakhrah) / Kubah Batu , diselesaikan pada tahun
691 terletak di Temple Mount (atau Gunung Moria) Jerusalem. Diperkirakan dibangun
pada 688 - 691 M oleh Kalifah Umayyah Abdul Malik bin Marwan, bangunan ini lebih
tepat disebut sebagai kuil daripada mesjid, karena bentuknya yang segi delapan dan
mengelilingi sebuah bentukan batu dan gua. Karena octagonal bangunan ini tidak
menghadap ke Mekkah dan mihrabnya (ceruk kiblat) terletak diarah tenggara, dekat pintu
selatan. Gaya arsitek yang mencolok dari bangunan ini misalnya ruang tengah yang luas
dan terbuka, bangunan yang melingkar, dan penggunaan pola kaligrafi yang berulang.
Bangunan ini yang pertama memakai kubah. Pemakaian kubah pada arsitektur Islam
muncul kembali sekitar abad ke-17.

 Mesjid Raya Samarra di Irak, bangunan berciri khas dengan adanya minaret. Masjid
Agung Samarra adalah masjid yang terletak di kota Samarra, Irak, dan dibangun pada
abad ke-9 (selesai pada tahun 847). Masjid ini dibangun oleh khalif Bani Abbasiyah, Al-
Mutawakkil, yang berkuasa (di Samarra) dari tahun 847 sampai tahun 861.
 Mesjid Hagia Sophia di Istanbul, Turki turut memengaruhi corak arsitektur Islam. Ketika
Ustman merebut Istanbul dari kekaisaran Byzantium, mereka mengubah sebuah basilika
menjadi mesjid (sekarang museum), yang akhirnya muslim pun mengambil sebagian dari
kebudayaan Byzantium kedalam kekayaan peradaban islam, misalnya penggunaan
kubah.

 Mesjid-mesjid Islam semasa kekaisaran Ustman, misalnya mesjid Sulaiman, dan mesjid
Rustem Pasha' yang dipengaruhi gaya Hagia Sophia juga menjadi model untuk
pembangunan
Dome of The Rock (Masjid Qubbah as Sakhrah) / Kubah Batu, Jerusalem
Mesjid Raya Samarra di Irak
Masjid al-Aqsa

Selanjutnya dalam perkembangannya gaya arsitektur Islam dipengaruhi oleh gaya arsitektur
Persia dan Moor.

Arsitektur Persia

Arsitektur Persia merupakan kebudayaan yang diketahui melakukan kontak dengan Islam untuk
pertama kalinya. Sisi timur dari sungai eufrat dan tigris adalah tempat berdirinya kekaisaran
Persia pada sekitar abad ke-7. Karena kedekatannya dengan kekaisaran persia, Islam cenderung
bukan saja meminjam budaya dari persia namun juga mengadopsinya. Arsitektur Islam
mengadopsi banyak sekali kebudayaan dari Persia, bahkan bisa dikatakan arsitektur islam
merupakan evolusi dari arsitektur persia, yang memang sejak kehadiran Islam, kejayaan Persia
mulai pudar yang menunggu digantikan oleh kebudayaan lain. Banyak kota, misalnya Baghdad,
dibangun dengan contoh kota lama persia misalnya Firouzabad. Bahkan, sekarang bisa diketahui
bahwa dua arsitek yang dipekerjakan oleh Al-Mansur untuk merancang kota pada masa awal
adalah warisan dari kekaisaran Persia, yaitu Naubakht, seorang zoroaster persia, dan seorang
Yahudi dari Khorasan, Iran yaitu Mashallah. Mesjid gaya persia bisa dilihat dari ciri khasnya
yaitu pilar batu bata, taman yang luas dan lengkungan yang disokong beberapa pilar. Di Asia
Timur, gaya arsitektur Hindu juga turut memengaruhi namun akhirnya tertekan oleh kebudayaan
persia yang ketika itu dalam masa jayanya.

Arsitektur Moor
Pembangunan mesjid raya di Cordoba pada tahun 785 menandakan bergeliatnya arsitektur islam
di peninsula Iberia dan Afrika Utara. Mesjid dengan gaya Moor sangat mencolok dengan interior
lengkungannya yang penuh dekorasi. Arsitektur moor meraih masa puncaknya dengan
dibangunnya Alhambra, istana sekaligus benteng di Granada, dengan interior yang memiliki
ruangan terbuka yang luas dan memungkinkan udara mengalir secara lancar, dan didominasi
dengan pemakaian warna merah, biru dan emas.

Masjidil Haram, Mekkah

Sumber: -Wikipedia bahasa Indonesia


-www.republika.co.id
imege : Google image

Sumber : http://kontemporer2013.blogspot.com/2013/08/gaya-arsitektur-islam.html

Anda mungkin juga menyukai