Konsep Manajemen Keselamatan Pasien Berbasis Program PDF
Konsep Manajemen Keselamatan Pasien Berbasis Program PDF
ABSTRAK
Observation study at RSUD Kapuas provides has illustrate of the service are still at risk to
patient safety. It had assumed effect from patient safety program that is not optimal. For that
solution, management of patient safety programs research is needed. The purpose of the study is
exploring management of patient safety programs and found a concept for implementation of
patient safety program at RSUD Kapuas.
This is a qualitative research with case study designed. Data were collected through
participant observation, in-depth interview, quick survey and documentary study. Data analyze
includes composting field notes, transcription, reduction, coding, categorization and
interpretation.
As a result, this research found that patient safety program at RSUD Kapuas had not
optimized. Bariers discovered on structure, process and outcome. The problems are limitation
resources, management and strategies has not effectively run, lack of incident report, safety
culture and leadership function is not to work.
Patient safety management needs organizations and workforce support in health care.
Leadership, safety culture, good structure and system and good management function are the
items to support it. Patient safety program with priority on leadership and management
strengthening, safety culture implementation and increases stakeholder’s knowledge about
patient safety will be to improve quality and safety care in hospital. Programs realization in
RSUD Kapuas is not optimal. Management program needs more attention for several factors in
organization and individual levels. As a recommendation to RSUD Kapuas for patient safety
program are to make policies like as implementation safety culture, strengthening leadership as
an activator on organization, team and individual levels, dissemination information and
increases stakeholder’s knowledge about programs.
Laporan dari Institute of Medicine (IOM) pada tahun 1999, menyebutkan To Err is
Human: Building a Safer Health System. Hal ini dilaporkan oleh IOM karena diperkirakan
sebanyak 44.000 sampai dengan 98.000 jumlah kematian akibat kesalahan medis (medical error)
yang tinggi terjadi di Amerika Serikat.1 Publikasi World Health Organization (WHO) pada
tahun 2004, memperkirakan jutaan pasien diseluruh dunia terancam mendapatkan cedera,
bahkan kematian setiap tahunnya. Oleh sebab itu, lembaga World Alliance for Patient Safety di
deklarasikan oleh WHO sebagai perhatian dunia terhadap keselamatan pasien yang menjadi
perhatian di berbagai negara.2
Cedera atau kerugian akibat tindakan medis, merupakan adverse events atau Kejadian
Tidak Diharapkan (KTD). Menurut Permenkes RI Nomor 1961/Menkes/Per/VIII/2011, KTD
merupakan insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien. KTD atau adverse event yang
mengakibatkan cedera pada pasien bisa dikarenakan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan
medis yang tidak dapat dicegah.3
Cahyono dalam bukunya menyebutkan bahwa insiden KTD yang terjadi di rumah sakit
ibarat fenomena gunung es.4 Hal ini didukung oleh National Patient Safety Agency (NPSA),
yang menafsirkan jika kejadian KTD berat berarti telah terjadi 25 KTD ringan dan 300 Kejadian
Nyaris Cedera (KNC).4 Akibat dari insiden KTD dalam pelayanan kesehatan bisa mengakibatkan
cedera pada pasien, dapat berupa cedera ringan, sedera sedang (reversible), cedera berat
(irreversible) bahkan kematian.5
Data dari beberapa penelitian yang dilakukan pada tahun 1991-1992, ditemukan kasus
KTD yang terjadi pada pasien rumah sakit di beberapa negara dalam kisaran 3,2 % sampai
dengan 16,6 %. Bahkan pada beberapa penelitian lainnya, diperkirakan angka tersebut masih
berada di bawah kondisi sebenarnya.2,6-9. Hasil penelitian Ladrigen dkk, menemukan potensi
6
KTD yang terjadi di rumah sakit mencapai angka 25 %. Publikasi Classen dkk., pada tahun
2011 menyebutkan bahwa ditemukan 1 dari 3 pasien yang dirawat di RS mengalami KTD.
Kondisi ini memunculkan potensi bahaya yang mungkin terjadi dapat berupa hasil yang tidak
diharapkan (adverse outcome) seperti kesalahan medis atau waktu tunggu dan perawatan yang
lama. 10
Hasil penelitian KTD yang dilakukan oleh Utarini, dkk., terhadap 4500 dokumen medik
pasien rawat inap pada 15 rumah sakit, diperoleh hasil bahwa angka KTD yang bervariasi antara
8,0% sampai 98,2%.11 Hasil penelitian Manuaba dkk., juga mengungkapkan bahwa angka KTD
yang berupa infeksi luka pasca operasi berkisar antara 11,5 % hingga 47,7 %.12-14
Pelayanan kesehatan memegang prinsip untuk menyelamatkan pasien dikenal dengan
istilah ”Primum non nocere” atau ”First, do no harm” (melayani tanpa harus membahayakan)
15
sebagaimana di kemukakan oleh Hippocrates sejak 2400 tahun yang lalu. Potensi dan risiko
bahaya yang tinggi karena insiden KTD dalam pelayanan kesehatan, dapat disebabkan oleh
beberapa faktor seperti ; (1) pelaksanaan pelayanan kesehatan tidak prosedural; (2) infrastruktur
yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan; (3) kualitas SDM kesehatan belum
optimal; (4) manajemen pelayanan yang belum berorientasi pada keselamatan pasien. Kondisi
ini, merupakan faktor yang cenderung menyebabkan terjadinya kesalahaan medis (medical
error), dan bisa berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan.
Kotler dalam Cahyono mengatakan bahwa kepuasan pelanggan tercipta ketika apa yang
diterima lebih besar dari yang diharapkan (perceived > expected).4-16 Kepuasan dan keselamatan
pasien dengan tatakelola klinis serta efisiensi merupakan hal penting dalam menjamin kualitas
17
pelayanan kesehatan Hal ini sesuai dengan pendapat dari Institute of Medicine, bahwa
kualitas pelayanan kesehatan dapat berdasarkan : (1) keselamatan pasien (patient safety); (2)
efisiensi (efficiency); (3) efektifitas (effective); (4) ketepatan waktu (timeliness); (5) berorientasi
pasien (patient centered) dan (6) keadilan (equity). Keenam hal tersebut merupakan tolok ukur
bagi penilaian kualitas sebuah pelayanan kesehatan. 18.
Isu tentang keselamatan pasien mendapatkan perhatian pemerintah seperti yang dituangkan
dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dan Undang-Undang Rumah Sakit
Nomor 44 Tahun 2009. Rumah sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, anti diskriminasi dan efektif, dengan mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit
wajin memenuhi hak pasien memperoleh keamanan dan keselamatan selama dalam perawatan di
rumah sakit. Acuan bagi rumah sakit untuk pelaksanaan pogram keselamatan pasien di rumah
sakit sesuai standar yang ditetapkan, tertuang dalam Permenkes RI Nomor 1961/Menkes/2011.19
Rangkaian kegiatan upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien menurut Berwick
dalam Utarini, laksana rantai tindakan yang kompleks dan terintegrasi yang diawali dari
pengalaman masyarakat sebagai pengguna layanan, proses pelayanan klinis dalam tingkatan
mikro, konteks organisasi sebagai fasilitator pelayanan klinis serta lingkungan eksternal yang
dapat mempengaruhinya.11
Organisasi dengan fungsi manajemennya di rumah sakit memiliki peran penting dalam
program keselamatan pasien. Hal ini dikarenakan organisasi dan manajemen berada di ranah
latent failure terhadap kemungkinan terjadinya kesalahan medis pada pasien.20 Oleh karena itu
diperlukan eksplorasi yang lebih intensif untuk dapat mengetahui peran organisasi dalam
menciptakan manajemen keselamatan pasien yang baik. Pelaksanaan fungsi dan kewajiban
Rumah sakit untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dikelola dengan baik melalui fungsi
manajemen tersebut difokuskan pada keselamatan pasien dan upaya peningkatan mutu
pelayanan.
Dari hasil observasi insiden KTD di RSUD Kapuas diketahui adanya kejadian pasien jatuh
dari tempat tidur, pasien terjatuh di area rumah sakit yang sedang di renovasi, serta beberapa
kejadian lainnya. Ironisnya, kejadian-kejadian tersebut belum terdokumentasikan dalam sistem
pencatatan dan pelaporan KTD di rumah sakit. Hal ini mengilustrasikan bahwa penyelenggaraan
program keselamatan pasien di RSUD masih menghadapi sejumlah hambatan sehingga
pelaksanaannya belum optimal.
Hambatan dalam penyelenggaraan program keselamatan pasien di RSUD Kapuas yang
belum optimal ini diduga karena beberapa hal, diantaranya : (1) program keselamatan pasien
belum menjadi agenda prioritas; (2) tidak adanya tenaga penggerak; (3) masih adanya resistensi
yang kuat dari sejumlah elemen rumah sakit; dan (4) adanya kendala karena kurangnya
pemahaman implementasi dari program keselamatan pasien.
Adanya hambatan dalam program keselamatan pasien di RSUD Kapuas ini memerlukan
eksplorasi manajemen keselamatan pasien yang berbasis program di RSUD Kapuas untuk dapat
mengetahui bagaimana penyelenggaraan program keselamatan pasien dalam konsep
manajemen keselamatan pasien yang dapat diterapkan di RSUD Kapuas serta menggali hal-hal
yang diperlukan dalam manajemen program keselamatan pasien di RSUD Kapuas
Rancangan penelitian adalah studi kasus deskriptif dengan analisis data kualitatif.
Pendekatan studi kasus digunakan karena tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari Subjek
dalam penelitian ini adalah pihak yang terkait dengan sistem keselamatan pasien rumah sakit.
Pihak rumah sakit sebagai institusi pemberi pelayanan kesehatan diwakili oleh internal
stakeholder yang terkait dalam manajemen keselamatan pasien di RSUD Kapuas, seperti
pimpinan RSUD, bidang umum, bidang pelayanan, bidang keuangan, tim keselamatan pasien
rumah sakit (TKPRS), sub bidang perencanaan program dan komite medik Sejumlah pihak yang
terlibat langsung dengan proses pemberian pelayanan kesehatan juga dijadikan sebagai subjek
pengamatan untuk keperluan triangulasi data, seperti tenaga medis, tenaga perawat, tenaga
penunjang medis, tenaga pencatatan dan pelaporan, pasien dan keluarga.
Teknik pemilihan subjek penelitian dilakukan secara purposive sampling.21 Melalui
sejumlah pertanyaan kepada informan kunci diharapkan dapat memperoleh makna atas situasi
yang merupakan hasil konstruksi berdasarkan pada latar belakang historis kewenangan yang
mereka miliki, khususnya di manajemen program keselamatan pasien. Hal ini sejalan dengan
pandangan konstruksivisme sosial dimana penekanan atas pengalaman informan pada objek
penelitian ini.22
Jenis data yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah data primer dan data
sekunder, data primer adalah data yang didapat melalui tehnik wawancara mendalam (in-depth
interview) dengan berpedoman kepada daftar pertanyaan yang telah disediakan dan dibantu alat
rekam tape recorder, sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan telaah dokumen.
Melalui pendekatan kualitas berdasarkan struktur, proses dan outcome, ringkasan analisis
Daftar Pustaka
1. Khon LT, Corrigan JM, Donaldson MS, To Err Is Human: Building a Safer Health System,
Washington DC ; National Academic Press; 2000
2. Worl Alliance for patient safety: Forward Program. World Health Organization; 2004
3. Departemen Kesehatan RI. Panduan Nasional Keselamatan Rumah Sakit: Edisi ke 2,
Jakarta, 2008
4. J.B. Suharjo B. Cahyono, Membengun Budaya Keselamatan Pasien Dlama Praktik
Kedokteran, Yogyakarta; Kanisius; 2008.
5. Bambang Joni. Belajar Kenal Dengan Program Keselamatan Pasien (Patient Safety) [serial
on the internet] 2009 [diunduh 23 maret 2012] tersedia dari : http://www.scribb.com
6. Landrigrn CP, Parry GJ, Bones J, Hackbarth AD, Goldman DA, et al, Temporal Trend in
Rates of Patient Harm Resulting From Medical Care, NEJM, 2010 [diunduh 22 Juni 2012];
363 (22); 2124-34 tersedia dari : http://www.nejm.org.
7. Brennan TA, Leapae LL, Laird NM, et al. Incidence of adverse events and negligence in
hispitalised patients : results on the Harvard Medical Practice Study I, NEJM, 1991 [diunduh
22 Juni 2012]; 324:370-6 tersedia dari http://www.nejm.org
8. Baker GR, Norton PG, Flintoft V, el al. The Canadian adverse event study: The incidence of
adverse among hospital patient in Canada, CMAJ, 2004 [diunduh 22 juni 2012]; 170: 1678-
86 tersedia pada publish.gov. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
9. Davis P, Lay YR, Briant R, et al. Adverse events in New Zaeland public hospitals: principal
finding from the national survey in Health Mo, Welington, 2001 [diunduh 22 Juni 2012]
10. Grant T Savage & Eric S Williams, Performance Improvement in Health Careuality, 2008
11. Adi Utarini, Mutu Pelayanan Kesehatan di Indonesia: Sistem Regulasi yang Responsif
[Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar] Yogyakarta; UGM; 2011
12. IARW Manuaba, Faktor risiko klinik pada tindakan pembedahan urologi di unit bedah
sentral Badan Rumah Sakit Umum Tabanan [Thesis] Yogyakarta: UGM ; 2006
13. Prihartono L, Outcome klinik peleyanan bedah pasca penerapan manajemen risiko di RSUD
Koja 2003 [Theses] Yogyakarta; UGM; 2005
14. Yulianto w. Pengaruh perubahan desain ruang operasi dan perubahan perilaku petugas di
ruang operasi terhadap kejadian surgical site infection di Rumah Sakit Santa Pemalang
[Theses]; Yogyakarta; UGM: 2007
15. Departemen Kesehatan RI. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta;
2006 hal 1-46
16. Kotler P, Keller KL. Marketing Management. New Jersey; Pearson Prentice Hall; 2009
17. Boy S. Sabarguna Quality Assurance Pelayanan Rumah Sakit Edisi Revisi; Jakarta; CV
Sagung Seto; 2008
18. Flynn E. Summary of crossing the quality of chasm: A new system for 21th century dalam
The Patient Safety Handbook. 2004 [diunduh 25 Juni 2012]; 25-34
19. Permenkes RI No 1691/Menkes/Per.VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
2011
20. Adib A Yahya. Konsep dan program “patient safety” dalam konvensi Nasional Mutu Rumah
Sakit ke IV; 14-14 November 2006; Bandung [diunduh 7 juli 2012] tersedia pada :
http://www.scribb.com
21. A Chedar Alwasilah. Pokoknya kualitatif, dasar-dasar merancang dan melakukan penelitian
Kualitatif, Bandung; PT Cunia Pustaka Jaya; 2008 (49)
22. Strauss A & Corbin J, Dasar-dasar penelitian Kualitatif: tata langkah dan Tekhnik-tekhnik
Teorisasi data Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2009
23. Berwick DM, A User‟s manual for the IOM‟s „quality chasm‟ report. Health Affairs. 2002
[diunduh 2 Juli 2012]; 20; 80-90 tersedia dari http;//content.health
affairs.org/content/21/3/80 full.pdf
24. Vincent C., Understanding and responding to adverse events, NEJM, 2003; 348; 1051-56
[diunduh 2 juli 2012]
25. Manser T, Teamwork and patient safety in dynamic domain of healthcare : a review of the
literature, Acta anaesthasia Scand, 2009: 53 :143-151 [diunduh 23 januari 2013]
26. Adi Utarini, Kompetensi manajer rumah sakit dalam pengembangan patient centered care,
disampaikan dalam seminar ilmiah 20 tahun MMR UGM dan Forum mutu IHQN VIII,
Yogyakarta 10-13 Oktober 2012
27. Deni K. Sunjaya, Perubahan Organisasional Dinas Kesehatan : Studi Kasus Peningkatan
Fungsi Regulasi Dinas Kesehatan Kota Bandung dan Kota Yogyakarta, Program Doktor,
Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM, 2010
28. Hasting G, Service re-design : Eight steps to better patient safety. Health service journal,
2006 terdapat pada http ://www.goodmanagement-hsj.co,uk/patientsafety [diunduh pada 22
juni 2012]