Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Islam.
Hukum Islam sebagai salah satu Hukum yang diakui di Indonesia dan manjadi hukum
yang membina moral sangat penting dipelajari.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Tujuan
Mempelajarai Hukum Islam di Indonesia”. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Muslim
Indonesia. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Untuk itu, kepada dosen saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan Makala
saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Penulis
i
Daftar Isi
PENGANTAR ........................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. SEJARAH DAN ALASAN PENGAJARAN HUKUM ISLAM DI
INDONESIA .................................................................................................................. 3
B. SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM ........................................................................ 4
C. HUKUM ISLAM DAN PERKEMBANGANNYA DI INDONESIA .......................... 9
D. HUKUM ISLAM DAN PEMBANGUNAN NASIONAL .......................................... 14
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ajaran islam populer juga disebut dengan dienul-Islam merupakan salah satu
ajaran Agama somawi (langit), jika tidak mau dikatakan sebagai kelanjutan agama –
agama samawi sebelumnya. Selain memiliki karakteristik yang berbeda dengan
sejumlah agama yang berkembang di dunia yang biasa dikenal dengan agama dunia.
Karakteristik Islam demikian itu dipertegas dalam Alqur’an, wama arsalnaka ila
rahmatan lilamin ( tiadalah risallah Islam ini diturunkan melainkan untuk kepentingan
seluru alam semesta).
Tentunya ajaran islam memiliki sumber-sumber atau dari mana asal muasal dari
ajaran islam tersebut. Ajaran islam juga sebagai ajaran penutup dari ajaran – ajaran
sebelumnya memiliki berbagai dinamika. Khususnya di Indonesia ajaran islam
memiliki beberapa fase mulai dari masa penjajahan, pasca kemerdekaan dan juga saat
sekarang ini serta peranan Ajaran Islam dalam pembangunan Nasional.
Sehubungan dengan hal tersebut dalam makalah ini akan dibahas tentang
“TUJUAN MEMPELAJARI HUKUM ISLAM DI INDONESIA”.
2. Perumusan Masalah
Dari Batasan – Batasan Masalah tersebut diatas maka perumusan masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a) Bagaimana Pengajaran dan Eksistensi Hukum islam di Indonesia?
1
b) Dari mana Hukum Islam itu ditemukan ?
c) Bagaimana perkembangan hukum islam ?
d) Apa – apa saja peranan hukum islam dalam pembangunan nasional ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
e) Alasan Ilmiah, hukum islam sebagai salah satu cabang ilmu telah lama menjadi
objek kajian ilmiah oleh para ilmuan islam sediri maupun ilmuan kalangan
orientalis ( ahli mengenai islam tapi bukan muslim ). Pada 1952 di Paris Perancis
diadakan “the week of Islamic low “ yang dihadiri oleh para ahli perbadingan
hukum baik islam maupun non islam. Seminar ini antara lain mengambil keputusan
sebagai berikut :
Asas – Asas hukum islam mempunyai nilai yang tinggi dan tidak dapat
dipertikaikan lagi.
Dalam berbagai mazhab dalam hukum islam terdapat keyayaan pemikiran
hukum serta teknik mengagumkan yang memberi kemungkinan kepada hukum
islam untuk berkembang memenuhi semua kebutuhan dan penyesuaian yang
dituntut oleh kehidupan modern.
Berbagai bidang dalam hukum islam telah mengalami perkembangan yang
senantiasa memerlukan respon dan sosialisasi agar hukum islam senantiasa
aktual dan menjadi pedoman dalam menciptakan kehidupan yang damai tertib
dan sejahtera.
4
Selain daripada pembagian tersebut di atas, sumber hukum islam secara besar
dapat pula dibagi menjadi: Sumber Hukum Ashliah yang didalamnya adalah Al-Qur’an
dan Hadis/sunnnah dan sumber hukum Tarbaiyah yang mencakup Ijma, Qaul, Sahabat,
Qias, Istishan, Muslahat-Muslahat, Urf, Syariat Umat Terdaulu dan Istishab. Berikut
ini akan dijeaskan tentang sumber hukum tersebut di atas.
5
daripadanya hanyalah terdapat 228 ayatul ahkam/ ayat-ayat hukum dengan rincian
sebagai berikut :
70 ayat mengenai hidup kekeluargaan, perceraian, waris-mewaris dan
sebagainya;
70 ayat mengenai perdagangan, perekonomian, seperti jual-beli dan
sebagainya;
30 ayat mengenai soal – soal kriminal;
25 ayat mengenai hubungan antara orang islam dan bukan islam;
10 ayat mengenai hubungan antara orang kaya dan orang miskin;
13 ayat mengenai hukum acara;
10 ayat mengenai soal – soal kenegaraan.
Al-Qur’an hanya memberikan dasar atau patokan yang umum untuk
membimbing manusia kearah kesempurnaan hidup yang selaras antara kehidupan
dunia dengan kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat; antara lahir dan batin;
antara individu dengan masyarakat bahkan antara manusia dengan alam
sekitarnya. Oleh karena itu, Al-qur’an dalam kaitan dengan pembinaan hukumnya,
mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
a. Ayat – ayat Al-Qur’an tidak membicarakan suatu persoalan sedetail –
detailnya, tetapi cenderung memberikan kerangka yang sifatnya umum.
b. Ayat – ayat yang menunjukkan adanya kewajiban bagi manusia tidak bersifat
memberatlan
c. Dalam bidang ibadah semua dilarang kecuali perintah sedangkan dalam bidang
muamalah semuanya diperbolehkan kecualai ada larangan.
d. Dasar penetapan hukumnya tidak boleh berdasarkan prasangka semata
e. Ayat –ayat berhubungan dengan penetapan hukum tidak pernah meninggalkan
masyarakat sebagai bahan pertimbangannya.
f. Penetapan hukumnya yang bersifat perubahan tidak mempunyai daya surut
berlakunya.
Prinsip penetapan hukum yang bersifat perubahan yang tidak mempunyai
daya surut berlakunya ini sangat penting demi menjamin adanya kepastian hukum
dalam hukum islam. Mengenai substansi hukum yang diatur dalam Al-Qur’an
adalah :
a. Ayat hukum yang mengatur masalah i’tiqadiyyah ( keyakinan dan keimanan )
b. Ayat hukum mengenai khuluqy, pola perilaku manusia yag berakhlak mulia.
6
c. Ayat hukum mengenai amaly, yang berkaitan dengan perbuatan manusia baik
ibadah maupun muamalah.
7
Hadis Masyhur yaitu hadis yang semula hanya diriwatkan oleh seorang
yang dapat dipercaya kemudian diteruskan oleh beberapa orang yang
dipercaya pula
Hadis Ahad yaitu hadis yang secara turun temurun diriwatkan oleh orang
– seorang yang layak dipercaya.
Hadis sebagai sember hukum kedua mempunyai kedudukan sebagai
sumber hukum yang tidak berdiri sendiri dalam hal berfungsi
menerangkan/memberi penjelasan atas hukum –hukum ada dalam Al-Qur’an
sedangkan hadis mempunyai kedudukan sebagai sumber hukum yang berdiri
sendiri jika ia memberikan ketentuan hukum sendiri mengenai suatu masalah.
8
e. Istishlah
Istishlah adalah penetapan hukum dari suatu perkara berdasar pada adanya
kepentingan umum atau kemashlahatan umat.
f. Urf
Secara umum Urf adalah kebiasaan umum yang berasal dari kebiasaan
masyarakat Arab pra Islam yang diterima oleh Islam oleh karena tidak bertentangan
dengan ketentuan – ketentuannya.
g. Istishab
Istishab adalah memahami atau membarengi apa yang telah terjadi di masa lalu.
9
Hukum ( syariah ) adalah suatu yang esensial dalam islam yang mengendalikan
sikap hidup penganutnya. Bila seorang masuk islam, maka secara otomatis ia mengakui
hukum islam, dan wajib untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari – hari.
Penelitian mengenai hukum islam di Indonesia belum banyak menyikapkan
bentuk – bentuk penerapan hukum islam melalui kerajaan – kerajaan yang pernah
berdiri di Nusantara sebelum kedatangan penjajahan Belanda, tetapi gelar – gelar yang
diberikan kepada beberapa raja Islam, misalnya adipati, ing alogo,
saayadin, danpadotongomo, dapat dipastikan bahwa peranan hukum islam cukup besar
dalam kerajaan – kerajaan tersebut.
Oleh karena itu agama adalah suatu yang menentukan dalam sejarah masyarakat
indonesia dan kerena itu ketuhanan yang maha esa dicantumkan oleh para pendi RI
sebagai sila pertama falsafah negara, dan ini menunjukkan disamping adat – istiadat,
juga dipengaruhi oleh pandangan hidup dan agama bangsa Indonesia yang memainkan
peranan dalam membentuk pemahaman dan pencitraan hukum bangsa Indonesia
sepanjang sejarah.
Selanjutnya hukum di Indonesia dapat dilihat dari beberapa hal, pertama adalah
hukum yang berasal dari adat-istiadat dan norma – norma masyarakat yang diterima
secara turun temurun yang berlangsung sejak dahulu kala. Kedua adalah hukum yang
berasal dari ajaran agama. Sejak dahulu kala sudah dicatat dalam sejarah sejumlah
orang yang meklaim menerima pesan ilahi atau hikmah. Dan ketiga adalah hukum
sebagai keleruhan antara kehidupan bersama yang berasal dari legislator resmi yang
disertai dengan saksi tertentu.
Ketiga jenis aturan tersebut terdapat dalam budaya Hukum Negara Republik
Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Ketika membicarakan
budaya Hukum Indonesia maka ketiganya itu tidak bisa diabaikan.
Pasal 29 Ayat (1) UUD 1945 menurut seorang praktisi hukum pada dasarnya
mengandung tiga muatan makna.
a. Negara tidak boleh membuat peraturan perundang-undangan atau melakukan
kebijakan – kebijakan yang bertentangan dengan dasar keimanan kepada tuhan
yang maha esa
b. Negara berkewajiban membuat peraturan – peraturan perundang – undangan atau
melakukan kebijakan – kebijakan bagi pelaksanaan wujud rasa keimanan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
10
c. Negara berkewajiban membuat peraturan perundang-undangan yang melarang
siapapun melakukan pelecehan terhadap ajaran agama.
Seperti halnya hukum barat, hukum islam juga berciri perubahan untuk
mengantisipasi perkembangan zaman. Perbedaan dengan Hukum barat adalah bahwa
Hukum Islam sebagai hukum ilahi bersifat abadi dan menjiwai semua hukum baru yang
diundangkan dan sebagai legislasi manusia itu disempurnakan dan berubah sesuai
semangat ruang dan waktu.
11
3.1. Masa kedatangan Islam di Indonesia
3.2. Masa Pemerintahan Hindia Belanda
3.3. Masa sesudah kemerdekaan
12
dan Gresik). Dari Sumatra Utara ini Islam menyebar ke Pedalaman Minangkabau
sementara di Sumatra Selatan Agama Islam berkembang melalui Banten.
Di Pulau Jawa, Agama islam berkembang dan menyebar melalui kelompok
orang – orang penyebar agama Islam yaitu para wali, yang biasa dikenal dengan
sebutan Walisongo (Wali Sembilan). Dengan perantara mereka inilah Islam di
Demak, Pajang Mataram dan Banten, akhirnya sampai merata di Pulau jawa.
Dengan Masuknya agama Islam di Tanah Air maka hukum- hukumnya juga
turut serta didalamnya.
Hukum Islam terdiri dari tiga aspek yang satu dengan yang lainnya dapat
dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan. Ketiga aspek yang dimaksud adalah, aspek
akidah, aspek syariat, dan aspek filsafat.
Di antara ketiga aspek tersebut yang paling penting adalah aspek syariatnya/
aspek hukumnya, oleh karena aspek hukum tersebut merupakan jiwa agama islam.
13
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 ditegaskan Bahwa Negara Republik Indonesia
menjamin kemerdekaan tiap – tiap penduduk untuk memeluk agama dan
kepercayaannya itu.
Sebagai salah satu bentuk dari kemerdekaan beragama sebagai mana
terantum dalam pasal 29 ayat (2) tsb, maka pada tanggal 3 Januari 1946 dibentuklah
Departemen Agama yang bertugas mengurus berbagai urusan yang menyangkut
masalah – masalah keagamaan ( termasuk hukum agama ) di Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya beberapa bidang hukum islam telah
dinyatakan diterima dalam hukum nasional sebagai hukum positif seperti Hukum
Perkawinan dalam UU No 1 Tahun 1874.
Pembentukan berbagai pesantren dan madrasah-madrasah islamiyah
bernafaskan Islam turut menjadi warna tersendiri terhadap perkembangan Hukum
Islam di Indonesia.
14
f. Hadis Riwayat Abu zakir yang artinya berbuatlah untuk duniamu seolah – oleh
kamu akan hidup selama – lamanya dan berbuatlah untuk akhiratmu seolah – olah
engkau mati pada hari esok.
Sehubungan dengan adanya prinsip-prinsip hukum islam dalam pembangunan
sebagaimana yang dimaksud di atas maka penduduk indonesia lebih banyak
berpartisipasi, berinteraksi dan berasilimasi terhadap pelaksanaan pembangunan
nasional indonesia dalam segala bidang.
15
Dalam Arti yang Luas Syariat islam adalah meliputi semua hukum yang telah
disusun dengan teratur olehpara ahli fiqih dalam pendapat pendapat – pendapat fiqihnya
mengenai persoalan dimasa mereka atau yang mereka fikirkan akan terjadi kemudian
dengan mengambil dalil – dalilnya yang langsung dari Al-Qur’an dan Hasis atau
sumber pengambilan hukum yang lain seperti qiyas, istihsan, istishab, dan lain lain.
Pengertian yang luas ini tidak harus diakui dari A-Z dari awal hingga akhir
karena didalamnya ada beberapa bagian yang tidak lagi sesuai dengan tuntutan zaman
/ tidak lagi memenuhi kebutuhan masa kini akan tetapi masih bisa dipakai sebagai
pustaka perbendaharaan ilmiah.
Sementara itu pengertian Hukum Islam dalam sempit adalah hukum – hukum
yang berdalil tegas yang tertera dalam Al-Qur’an dan Hadis yang sah ataupun yang
ditetapkan dengan Ijma.
Hukum islam dalam arti sempit ini wajib diakui oleh umat islam. Demikian pula
halnya dengan hukum – hukum yang terdapat didalam Hadis yang kebenarannya tidak
lagi diragukan.
Selanjutnya dikatakan bahwa dalam syariat islam terdapat bagian – bagian
bidang – bidang yang mengenai ibarat dan muamalat. Kedua bagian ini mempunyai
kaitan yang sangat erat antara satu dengan yang lain.
Adapun fungsi hukum menurut Soerjono Soekanto sebagai sarana pengendalian
social (social control ) dan sebagai sarana untuk memperlancar proses interaksi social
sedangkan menurut Hutagalung hukum berfungsi sebagai alat untuk mengadakan sosial
enggenering.
Sehubungan dengan apa yang dikemukakan oleh kedua serjana tadi maka
apabila kita hubungkan dengan cita-cita untuk mewujudkan masyarakat sejahtera yang
dihargai oleh Allah SWT maka hukum itu tidak hanya berperan sebagai sarana sosial
control tapi juga berperan sebagai sarana engenering. Dengan kata lain ia harus
memegang peranan dalam pembangunan yang tujuan dan landasannya seperti yang
dirumuskan dalam GBHN.
4. Hukum Islam dan Pembinaan Hukum Nasional
Salah satu masalah yang tidak kurang pentingnya untuk diketahui apabila kita
berbicara tentang hukum islam yang berlaku sekarang adalah Hukum Islam dan
Pembinaan Hukum Nasional di Indonesia. Hal ini adalah penting oleh karena dengan
mengetahuinya kita dapat mempeeroleh gambaran umum tentang tempat atau
kedudukan hukum Islam dalam rangka pembinaan Hukum Nasional.
16
a. Dasar dan Landasan Pembinaan Hukum Nasional
Apa yang menjadi dasar dan landasan hukum nasional juga adalah menjadi
dasar dan landasan pembinaan hukum nasional oleh karena pembinaan hukum
nasional adalah bagian integral dan tidak dapat dipisahkan dari pembangunan
nasional. Dengan demikian dasar dan landasan hukum nasional adalah Pancasila
sebagai landasan idealnya UUD 1945 sebagai landasan struktural dan
konstitusional dan GBHN sebagai landasan operasionalnya
Selanjutnya batang tubuh UUD 1945 terdapat pasal yang juga memberi
petunjuk yang sama antara lain pasal 4 UUD 1945 : Presiden Republik Indonesia
memegang perintah Undang – Undang dan Pasal 27 UUD 1945 : segala warga
negara bersama kedudukannya dalam hukum dan pemerintah dan wajib
menjunjung tinggi hukum dan pemerintah tanpa terkecuali.
Tentang bagaimana melaksanakan pembinaan hukum nasional di Indonesia
hal ini kita dapat lihat dalam GBHN sebagai landasan operasionalnya yang didalam
operasionalnya menyebut cukup banyak masalah menyangkut pembinaan dan
pengembangan hukum nasional di Indonesia. Hal ini menjadi masalah pokok oleh
karena dalam tata hukum nasional kita dimasa yang akan datang sangat dibutuhkan
adanya hukum yang tertulis yang dikodefikasi sehingga dengan demikian akan
terwujud satu kesatuan hukum yang berlaku sama dalam Nagara Kesatuan republik
Indonesia.
17
konsekuensi logis dari adanya pasal II Aturan Peralihan UUD 1945. Upaya
pembangunan hukum dalam dimensi berorientasi pada kemuslahatan bersama.
b. Kedua yaitu dimensi yang merupakan usaha untuk lebih meningkatkan dan
menyempurnakan pembangunan hukum nasional. Kebijakan yang ditempuh dalam
dimensi ini adalah disamping pembangunan peraturan-peraturan yang baru, juga
akan diusahakan penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang ada
sehingga sesuai dengan kebutuhan baru dibidang yang bersangkutan.
c. Ketiga yaitu dimensi dinamika dan kreatifitas. Dalam dimensi ini diciptakan
sesuatu yang dinamis dan krestif yaitu dengan mengadakan perangkat peraturan
perundang – undangan yang baru yang sebelumnya memang belum ada, misalnya
Undang – Undang Lingkungan Hidup yang merupakan salah satu bentuk perang
kata hukum dalam dimensi penciptaan ini.
18
adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita – cita moral yang diliputi suasana
kejiwaan dan watak bangsa indonesia.
Hal tersebut juga berlaku bagi kaidah – kaidah hukum agama lainnya.
Demikian pula kaidah – kaidah dari sistem hukum lain yang juga berlaku di Indonesia.
19
BAB III
KESIMPULAN
4. Di dalam Al-Qur’an dan hadis ada beberapa ayat yang memberikan isyarat untuk
melaksanakan pembangunan itu antara lain :
a. Al-Qur’an, Surah Al Baqarah ayat 148 yang artinya: hendaklah kamu berlomba –
lomba dalam kebaikan.
20
b. Al-Qur’an, Surah Ar Ra’du ayat 11 yang artinya : sesungguhnya ALLAH tidak akan
merubah nasib sesuatu umat kecuali dirinya sendiri yang merubahnya.
c. Al-Qur’an, Surah Al mudjadah ayat 11 yang artinya :Allah mengngkat derajat
orang – orang yang beriman dari kamu sekalian dan begitu juga dengan orang
yang berilmu pengetahuan.
d. Hadis Riwayat Abu Na’im yang artinya : kekafiran dapat membawa seorang
kepada kekufuran.
BAB IV
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah
di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
21
Daftar Pustaka
22