PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan dilakukan praktikum pembuatan Nata De Coco ini adalah :
1. Dapat mengetahui bagaimana proses pembuatan Nata De Coco
2. Dapat melatih kemampuan untuk dapat membuat Nata De Coco
3. Mengetahui apa saja pengetahuan yang berkenaan dengan pembuatan Nata
De Coco
4. Mengerti prinsip kerja pada pembuatan Nata De Coco dengan menjalankan
prosesnya berdasarkan skema kerja yang benar
1.3. Manfaat
1. Sebagai bekal bagi mahasiswa untuk ilmu yang akan diaplikasikan di luar.
2. Mendapatkan suatu prodak baru dari hasil olahan air kelapa berupa Nata De
Coco.
2
II. LANDASAN TEORI
Nata adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari sellulosa, berbentuk agar dan
berwarna putih. Massa ini berasal dari pertumbuhan Acetobacter xylinum pada
permukaan media cair yang asam dan mengandung gula.
Nata dapat dibuat dari bahan baku air kelapa, dan limbah cair pengolahan tahu (whey
tahu). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut dengan nata de coco, dan yang dari whey
tahu disebut dengan nata de soya. Bentuk, warna, tekstur dan rasa kedua jenis nata
tersebut tidak berbeda. Pembuatan nata tidak sulit, dan biaya yang dibutuhkan juga
tidak banyak.
Usaha pembuatan nata ini merupakan alternatif usaha yang cukup menjanjikan
(prospektif). Fermentasi Nata Fermentasi nata dilakukan melalui tahap-tahap berikut: 1)
Pemeliharaan biakan murni Acetobacter xylinum 2) Pembuatan starter 3) Fermentasi 1)
Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum Fermentasi nata memerlukan biakan
murni Acetobacter xylinum. Biakan murni ini harus dipelihara sehingga dapat
digunakan setiap saat diperlukan.
Pemeliharaan tersebut meliputi (1) proses penyimpanan sehingga dalam jangka waktu
yang cukup lama viabilitas (kemampuan hidup) mikroba tetap dapat dipertahankan; dan
(2) penyegaran kembali mikroba yang telah disimpan sehingga terjadi pemulihan
viabilitas dan mikroba dapat disiapkan sebagai inokulum fermentasi. a. Penyimpanan -
Acetobacter xylinum biasanya disimpan pada agar miring yang terbuat dari media
Hasisd dan Barker yang dimodifikasi dengan komposisi sebagai berikut: glukosa (100
gram), ekstrak khamir (2,5 gram), K2HPO4 (5 gram), (NH4)2SO4 (0,6 gram), MgSO4
(0,2 gram), agar (18 gram), dan air kelapa (1 liter). - Pada agar miring dengan suhu
penyimpanan 4-70C, mikroba ini dapat disimpan selama 3-4 minggu. b. Penyegaran
Setiap 3 atau 4 minggu, biakan A. xylinum harus dipindahkan kembali pada agar miring
baru. Setelah 3 kali penyegaran, kemurnian biakan harus diuji dengan melakukan
isolasi biakan pada agar cawan. Adanya koloni asing pada permukaan cawan
menunjukan bahwa kontaminasi telah terjadi.
Biakan pada agar miring yang telah terkontaminasi, harus diisolasi dan dimurnikan
kembali sebelum disegarkan. 2) Pembuatan Starter a. Starter adalah populasi mikroba
dalam jumlah dan kondisi fisiologis yang siap diinokulasikan pada media fermentasi.
Mikroba pada starter tumbuhdengan cepat dan fermentasi segera terjadi. b. Media
3
starter biasanya identik dengan media fermentasi.
Media ini diinokulasi dengan biakan murni dari agar miring yang masih segar (umur 6
hari). c. Starter baru dapat digunakan 6 hari setelah diinokulasi dengan biakan murni.
Pada permukaan starter akan tumbuh mikroba membentuk lapisan tipis berwarna putih.
Lapisan ini disebut dengan nata. Semakin lama lapisan ini akan semakin menebal
sehingga ketebalannya mencapai 1,5 cm.
Starter yang telah berumur 9 hari (dihitung setelah diinokulasi dengan biakan murni)
tidak dianjurkan digunakan lagi karena kondisi fisiologis mikroba tidak optimum bagi
fermentasi, dan tingkat kontaminasi mungkin sudah cukup tinggi. d. Volume starter
disesuaikan dengan volume media fermentasi yang akan disiapkan. Dianjurkan volume
starter tidak kurang dari 5% volume media yang akan difermentasi menjadi nata.
Pemakaian starter yang terlalu banyak tidak dianjurkan karena tidak ekonomis.
Nata de Coco merupakan makanan pencuci mulut (desert). Nata de Coco adalah
makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang
bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan. Kadungan kalori yang rendah
pada Nata de Coco merupakan pertimbangan yang tepat produk Nata de Coco sebagai
makan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki nilai estetika yang tinggi,
penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal,aroma segar. Dengan penampilan
tersebut maka nata sebagai makanan desert memiliki daya tarik yang tinggi. Dari segi
ekonomi produksi nata de coco menjanjikan nilai tambah. Uning (1974)
mengungkapkan bahwa pembuatan nata yang diperkaya dengan vitamin dan mineral
akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini.
Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang
mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain (Lapuz et al., 1967). Beberapa
spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini
yang paling banyak dipelajari adalah A. xylinum (Swissa et al., 1980). Bakteri A.
xylinum termasuk genus Acetobacter (Ley & Frateur, 1974). Bakteri A. xylinum
bersifat Gram negatip, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus (Moat, 1986; Forng
et al., 1989). Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara
mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup baik digunakan
untuk substrat pembuatan Nata de Coco.
Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil
Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa
1,28%, sumber mineral yang beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l (Woodroof, 1972,
4
Pracaya 1982), serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth promoting factor)
merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata
(A. xylinum) (Lapus et al., 1967). Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan
dimanfaatkan oleh A. xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk
membentuk senyawa metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata de
Coco. Senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan
meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan
membantu meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel A.
xylinum untuk menghasilkan selulosa.
5
masyarakat yaitu antara lain:
a. Nata de coco, yaitu nata yang diperoleh dari pemamfaatan limbah air kelapa
sebagai media pertumbuhan bakteri.
b. Nata de pina yaitu nata yang diperoleh dengan memamfaatkan sari buah
nanas sebagai media pertumbuhan bakteri.
c. Nata de Soya, yaitu nata yang diperoleh dari pemamfaatan limbah tahu
yang cair (“whey”) sebagai media pertumbuhan bakteri.
Saat ini nata yang paling banyak adalah nata yang berbahan baku air kelapa atau
yang dikenal dengan Nata de Coco, nata yang berbahan baku air tahu atau yang
dikenal dengan Nata de Soya, serta nata yang berbahan baku dari air
singkong/ketela atau sering disebut Nata de Casava. Padahal bahan pembuatan
nata itu sendiri tidak hanya terbatas dari air kelapa, air tahu maupun air singkong
saja, namun air cucian beras juga memenuhi syarat untuk tempat tumbuhnya
bakteri Acetobacter xylinum, karena di dalam air cucian beras terdapat
kandungan gula, karbohidrat, Vitamin B1 (tiamin) dan serat pangan (fiber).
Prinsip utama suatu bahan pangan dapat diolah menjadi nata adalah adanya
kandungan karbohidrat yang cukup memadahi. Dan akhirnya diperoleh temuan
variasi nata baru yaitu Nata de Lerry, yang berasal dari air cucian beras serta
akan menjadi icon baru diantara nata yang sudah ada di masyarakat (Anonim,
2010).
3. Manfaat Budidaya Nata
Menurut suharsini (1999) budidaya nata ditinjau dari segi teknologi,
memberikan mamfaat sebagai berikut:
a. Mengolah limbah air kelapa secara produktif,
b. Dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, tanpa lat-alat mahal (canggih)
c. Bersifat padat karya.
6
ekspor non migas yang cukup potensial.
7
yang sudah membusuk. Bila mikroba ini ditumbuhkan pada media yang
mengandung gula, organisme ini dapat mengubah 19 persen gula menjadi
selulosa. Selulosa yang dikeluarkan ke dalam media itu berupa benang-benang
yang bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk jalinan yang terus
menebal menjadi lapisan nata.
5. Mikroorganisme pembentuk nata
Novrischa (2010) mengungkapkan bahwa nata terbentuk dari aktivitas bakteri
Acetobacter xylinum dalam sari buah yang mengandung glukosa yang kemudian
diubah menjadi asam asetat dan benang-benang selulosa. Lama-kelamaan akan
terbentuk suatu massa yang kokoh dan mencapai ketebalan beberapa sentimeter.
Selulosa yang dikeluarkan ke dalam media itu berupa benang-benang yang
bersama-sama dengan polisakarida berlendir membentuk jalinan yang terus
menebal menjadi lapisan nata.
Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan
dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon (C) dan Nitrogen (N),
melalui proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan
menghasilkan enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan
rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa
tersbeut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya
nampak padat berwarna putih hingga transparan.
Bakteri pembentuk Nata adalah Acetobacter xylinum yang termasuk genus
Acetobacter yang mempunyai ciri antara lain berbentuk batang, gram negatif,
bersifat aerobik dan merupakan asam asetat.
8
Class : Schizomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomonadaceae
Genus : Acetobacter
Spesies : Acetobacter xylinum
Acetobacter xylinum ini memiliki sifat yang unik, yaitu bila ditambahkan pada
medium gula akan membentuk suatu polisakarida yang dikenal dengan “Selulosa
ekstraselluler”. Selain itu mempunyai aktivitas oksidasi lanjutan atau “over
oxydizer”, yaitu mampu mengoksidasi lebih lanjut asam asetat menjadi CO2 dan
H2O.
Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal, yang tidak terlihat oleh mata,
tetapi dengan bantuan mikroskop, mikroorganisme tersebut akan tampak, ukuran
bakteri berkisar antara panjang 0.5 – 10 ? dan lebar 0.5 – 2.5 ? tergantung dari
jenisnya (? = 1 mikron = 0.001 mm). Bakteri hidup secara tradisional kosmopolit
baik di udara, tanah, air, bahan makanan, tubuh manusia, dan tumbuhan.
Variasi bentuk bakteri atau koloni bakteri dipengaruhi oleh arah pembelahan,
umur dan syarat pertumbuhan tertentu, misalnya makanan, suhu dan keadaan
yang tidak menguntungkan bagi bakteri, bentuk bakteri terdiri dari; bakteri
batang (silindris), bentuk bulat (kokus), bentuk spiral (spirilum). Sedangkan
struktur sel bakteri ada flagella, dinding sel, membran sel, kapsul, DNA pada
daerah nukleus dan ribosom (Pratiwi et al., 2004).
9
METODA PRAKTIKUM
3.1.1. Alat
a. Baskom/wadah plastik f. Bulb
b. Timbangan g. Kompor
c. Sendok h. Dandang/ tempat merebus
d. Gelas ukur i. Saringan dan kain kasa
e. Pipet takar j. Baki plastik
3.1.2. Bahan
a. Air Kelapa c. Gula
b. Urea d. CH3COOH
Baki plastik dicuci dengan sabun, dibilas dengan air dan diteriskan. Lalu dijemur
sampai kering.
Panci dicuci dengan sabun, bilas dengan air, ditiriskan, lalu dijemur sampai kering.
Setelah kering disimpan dalam keadaan tertelungkup, tidak usah dilap lagi dengan
kain.
Kertas koran gunakan yang bersih, dapat dipakai untuk 5-6 kali fermentasi nata de
coco.
Rak atau ruang fermentasi harus bersih, bebas dari debu, dan hindarkan dari
goncangan atau goyangan.
Cedok, gelas ukur, corong dicuci sampai bersih, kemudian dijemur sampai kering.
Setiap manggunakan bilas dulu dengan air menidih.
10
PERBANYAKAN BIBIT NATA DE COCO
Cara membuat :
11
3.3. Diagram Kerja pembuatan nata
Biarkan Mendidih
Dinginkan
tambahkan starter
12
DIAGRAM PENGOLAHAN NATA
13
DIAGRAM PEMBUATAN STARTER
Diukur ketebalan
14
III. DATA, HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Pemasakan air kelapa Air Kelapa =
Gula =
Urea =
CH3COOH =
Nata De Coco
Air Kelapa = ±300 mL
Starter = 40 mL
4.2 Hasil
Panjang Nata = 28
Lebar Nata = 18.5
Ketebalan Nata = bagian tebal 0.8
bagian tipis 0.3
Warna Rasa
15
4.3 Pembahasan
IV. KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat kita peroleh dari percobaan pembuatan
nata de coco adalah :
1. Media air kelapa murni tanpa penambahan bahan-bahan yang lain dapat
digunakan Acetobacter Xylinum untuk memproduksi nata de coco dengan
komposisi alami dari air kelapa.
2. Penambahan starter sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya pembutan
nata decoco
3. Penambahan asam asetat atau asam sitrat dapat menurunkan pH media, dan
penambahan asam sitrat akan menurunkan pH menjadi lebih rendah dari
pada penambahan asam asetat.
4. Nilai pH medium 3,00 Acetobacter Xylinum masih dapat memproduksi nata
namun pada pH 2,9 Acetobacter Xylinum tidak dapat memproduksi nata.
16
JAWABAN PERTANYAAN
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/streetbandit/38673798-pembuatannatadecoco
http://id.scribd.com/doc/86972704/Pembuatan-Nata-de-Coco
http://id.scribd.com/doc/96371475/Laporan-Nata-1#download
http://id.scribd.com/doc/81838654/Proses-Pembuatan-Nata-de-Coco#download
17