Dilihat dari kerja jantung secara elektrik, organ ini memiliki kemampuan membentuk
depolarisasi spontan & potensial aksi sendiri –> Sistem Penghantar Khusus (sel autoritmis).
Sifat sistem penghantar khusus:
1. SA node (pace maker), di dinding atrium kanan dekat muara vena cava superior
2. AV node, di dasar atrium ka dekat sekat atrium-ventrikel
3. Berkas HIS, berkas dr AV node masuk ke septum interventrikel. Berkas His
kemudian membagi 2 cabang kanan dan kiri. Cabang kanan berkas mengalirkan arus
turun ke sisi kanan septum interventrikular sampai ke abgian apeks ventrikel kanan.
Cabang kiri berkas terbagi 3 : (a) Fasikulus septal, yang akan mendepolarisasikan
septum interventrikularis dari arah kiri ke kanan. (b) Fasikulus anterior, berjalan di
sepanjang permukaan anterior (depan) ventrikel kiri. (c) Fasikulus posterior, berjalan
di sepanjang permukaan posterior (belakang) ventrikel kiri.
4. Serat purkinje, serat yang menyebar ke miokard ventrikel. Merupakan ujung dari
perjalanan cabang berkas kanan dan kiri beserta fasikulus2nya. Berupa serat yang
menyerupai ranting2 kecil pada cabang2 pohon. Fungsinya mengalirkan arus listrik
menuju ke miokardium ventrikel.
Diwaktu istirahat, potensial aksi membrane sel kontraktil adalah sekitar -85 mV. Sewaktu
kanal fast Sodium Channel terbuka, Na+ masuk ke dalam sel dan menyebabkan terjadinya
depolarisasi pada sel kontraktil sehingga dalam waktu singkat potensial aksi sel kontraktil
meningkat mencapai +20 mV. Pada kondisi demikian, fast sodium channel menutup dan slow
sodium calcium channel terbuka. Hal ini menyebabkan potensial aksi sel sempat menurun
namun diikuti pendataran secara perlahan. Pada saat ini kalsium masuk ke dalam sel
kontraktil dan menyebabkan sel berkontraksi. Setelah sel kontraktil berkontraksi, maka slow
sodium calcium channel menutup dan slow potassium channel terbuka dan mengakibatkan
Kalium keluar dari sel sehingga mengembalikan kondisi potensial aksi sel menjadi negatif.
Pada waktu ini terjadi proses repolarisasi. Kalsium yang digunakan pasca kontraksi akan
disimpan di bagian reticulum sarkoplasmik dan tubulus T pada sel otot jantung untuk
digunakan kembali.
Potensial Aksi Sel Otoritmik Otot Jantung
Perbedaan sel otoritmik dengan kontraktil adalah fast sodium channelnya akan selalu
inaktif atau sudah dihambat sehingga tidak dapat terbuka.
Dalam keadaan istirahat, sel serabut nodus mempunyai potensial aksi sekitar -55 mV.
Ketika itu, terjadi kebocoran ion-ion natrium secara alami dari luar ke dalam sel, hal
ini disebabkan karena konsentrasi ion natrium di luar sel lebih tinggi daripada di
dalam, sehingga ada kecendrungan bagi ion-ion Natrium berdifusi ke dalam sel. Hal
ini menyebabkan potensial aksi di sel otot jantung mengalami kenaikan secara
perlahan. Diwaktu telah mencapai kondisi ambang batas, yakni sekitar -40 mV, slow
sodium calcium channel terbuka dan menyebabkan potensial sel nodus meningkat
sampai angka sekitar 0 mV. Pada saat ini terjadi peristiwa depolarisasi, prosesnya
disebut self-excitation.
Mengapa bocornya ion natirum dan kalsium tidak menyebabkan serabut nodus sinus
tetap dalam keadaan depolarisasi sepanjang waktu? Jawab : Setelah kira-kira 100
sampai 150 milidetik kemudian, pottasium channel (kanal kalium) terbuka disertai
dengan penutupan slow sodium calcium channel. Oleh karena itu, masuknya ion
kalsium dan natrium yang bermuatan positif akan terhenti, sementara pada saat yang
sama sejumlah besar ion kalium yang bermuatan positif akan berdifusi keluar dari
serabut. Kedua hal tersebut mengurangi potensial intrasel sehingga kembali ke tingkat
istirahat yang negative dan karena itu mengakhiri potensial aksi.
Lebih lanjut, kanal kalium akan tetap terbuka selama seperbeberapa puluh detik,
menyebabkan berlanjutnya pergerakan muatan positif ke luar dari sel untuk sementara
waktu, sehingga terjadi kenegatifan yang berlebihan di dalam serabut; keadaan ini
disebut sebagai hiperpolarisasi. Pada awalnya, keadaan hiperpolarisasi akan
menyebabkan potensial membrane “istirahat” turun sampai kira-kira -55 hingga -60
milivolt pada akhir potensial aksi.
Mengapa keadaan hiperpolarisasi tidak berlangsung terus menerus? Alasannya adalah
selama seperbeberapa puluh detik sesudah potensial aksi berakhir, secara bertahap
makin lama makin banyak kanal kalium yang menutup.
Selanjutnya, kebocoran natrium kembali mengulang ritmisitas (keteraturan) pada
siklus sel nodus ini.