FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
RINGKASAN
REVIND DATRA UTAMA Uji Kualitas Fisik Dan Palatabilitas Jerami Silase
Sorgum (Dibimbing oleh ARMINA FARIANI dan APTRIYANSYAH
SUSANDA NURDIN).
Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari uji kualitas fisik dan
palatabilitas silase sorgum .Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni
2017 di Laboratorium Lapangan Kandang Percobaan Program Studi Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Analisa statistik yang digunakn unuk uji
palatabilitas adalah uji independent T-Student . Peubah yang diamati dalam
penelitian ini meliputi aroma, warna dan tekstur (Nonparametrik).
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: aroma/bau silase jerami
sorgum yang dihasilkan berbau asam, tekstur silase jerami sorgum bertekstur
sedang, dan warna silase jerami sorgum yang dihasilkan berwarna hijau kecoklatan.
Uji palatabilitas silase jerami sorgum dibandingkan dengan jerami jagung tidak
berbeda nyata (P<0.05) dengan uji independent T-student.
Kata kunci: silase jerami sorgum, uji kualitas fisik, uji palatabilitas
SKRIPSI
SKRIPSI
Oleh:
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Komisi Penguji
NIM : 05041381320008
Menyatakan bahwa semua data dan informasi yang dimuat di dalam skripsi
ini, kecuali yang disebutkan dengan jelas sumbernya, adalah hasil penelitian saya
sendiri dibawah surpervisi pembimbing. Apabila di kemudian hari ditemukan
adanya unsur plagiasi dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sangsi
akademik dari Universitas Sriwijaya.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak mendapat
paksaan dari pihak manapun.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Uji Kualitas Fisik Dan Palatabilitas Jerami Silase Sorgum” sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Studi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
Ucapan terima kasih yang sebesarnya penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir.
Armina Fariani, M.Sc. sebagai dosen pembimbing pertama dan Bapak
Aptriyansyah Susanda Nurdin. S.Pt., M.Si sebagai pembimbing kedua yang telah
memberikan dukungan sangat besar kepada penulis dari awal penelitian hingga
penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih tak lupa penulis sapaikan kepada
pembimbing akademik Bapak Asep Indra M. Ali, S.Pt., M.Si. Ucapan terima kasih
juga penulis ucapkan kepada bapak Arfan Abrar, S.Pt., M.Si., Ph.D, bapak Gatot
Muslim . S.Pt., M.Si dan ibu Dr. Meisji Liana Sari, S.Pt., M.Si yang bersedia
menguji dan memberikan saran konstruktif sehingga penulis dapat melalui semua
proses dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Jurusan
Program Studi Peternakan dan Dekan Fakultas Pertanian. Ucapan terimakasih juga
kepada mbak Neny yang telah memberikan arahan selama di Laboratorium untuk
melaksanakan penelitian dengan baik.
Ucapan terima kasih yang sebesarnya penulis ucapkan kepada keluarga
besarku yang tercinta yaitu Bapak Mulyadi Marik dan Ibu Nunung Kurniawati yang
telah memberikan dukungan moril dan materil yang sangat besar hingga penulis
dapat menyelesaikan perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga penulis ucapkan kepada tim penelitian sorgum Lilian, Ibrahim, Ade,
Rais, Rohman, Benny dan Team 20, serta teman–teman angkatan 2013 yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu saya ucapkan terima kasih atas semangatnya.
Kepada teman teman komunitas Terios Rush Club Indonesia (TERUCI) dan T4he
Expendables penulis ucapkan terima kasih telah memberikan dukungan semangat
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
Kepada seluruh teman–teman peternakan yang telah membantu dan semua
pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini penulis ucapkan terima kasih.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan digunakan sebagai acuan penelitian
berikutnya sehingga dapat diterapkan dikehidupan masyarakat. Terima Kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2.Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3. Hipotesa ................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
2.1. Tanaman Sorgum ..................................................................................... 3
2.1.1. Sorgum sebagai Pakan Ternak ........................................................ 3
2.1.2. Ciri dan Klasifikasi Tanaman Sorgum. .......................................... 4
2.1.2.1. Ciri Tanaman Sorgum. ...................................................... 4
2.1.2.2. Klasifikasi Tanaman Sorgum ............................................ 4
2.1.3. Kandungan Nutrisi Sorgum ........................................................... 5
2.2. Silase Sorgum .......................................................................................... 6
2.2.1. Proses Fermentasi Silase ................................................................ 6
2.2.2. Silase Sorgum ................................................................................ 7
2.3. Uji Kualitas Fisik ..................................................................................... 8
2.3.1. Warna ............................................................................................. 8
2.3.2. Tekstur ........................................................................................... 8
2.3.3. Bau ................................................................................................. 9
2.4. Uji Palatabilitas ........................................................................................ 9
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................... 11
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan ......................................................................................... 11
3.2.1. Alat ................................................................................................. 11
3.2.2. Bahan ............................................................................................. 11
3.3. Metode Penelitian ..................................................................................... 11
3.4. Cara Kerja ................................................................................................ 12
3.4.1. Pembuatan Silase Sorgum .............................................................. 12
3.4. Peubah yang Diamati ............................................................................... 12
3.5.1. Uji Kualitas Fisik .......................................................................... 12
3.5.1.1. Uji Kualitas Fisik Aroma .................................................... 12
3.5.1.2. Uji Kualitas Fisik Warna ..................................................... 12
3.5.1.3. Uji Kualitas Fisik Tekstur ................................................... 12
3.5.2. Uji Palatabilitas ............................................................................ 13
3.5.2.1. Perilaku Konsumsi ............................................................. 13
3.6. Perhitungan Uji Palatabilitas .................................................................... 13
3.5. Analisis Data ............................................................................................ 14
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 14
BAB 5. PENUTUP .........................................................................................
6.1. Kesimpulan ..............................................................................................
6.2. Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
sorgum yang terdiri dari batang dan daun tanaman sorgum. Teknologi pengawetan
hijauan yang disebut silase telah lama diterapkan dan terus dikembangkan sampai
sekarang.
Keberhasilan pembuatan silase tergantung pada tiga faktor utama, yaitu ada
tidaknya serta besarnya populasi bakteri asam laktat, sifat-sifat fisik dan kimiawi
bahan hijauan yang digunakan serta keadaan lingkungan. Silase diharapkan dapat
membantu mengatasi permasalahan kekurangan rumput yang sekaligus menjamin
adanya hijauan sepanjang tahun sehingga akan memperbaiki produktivitas ternak.
Pemberian silase pada sapi akhir-akhir ini diketahui bahwa dapat memberikan
keuntungan efek probiotik (Weinberg et al., 2004). Potensi silase sorgum sebagai
pakan ternak telah dievaluasi di Eropa pada beberapa tahun terakhir ini.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai uji kualitas
sifat fisik dan palatabilitas silase sorgum serta untuk mengetahui kesukaan ternak
sapi bali terhadap silase yang diberikan selama penelitian ini.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengenali uji kualitas fisik dan palatabilitas
silase jerami sorgum
1.3. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)
yang disilase akan mempengaruhi kualitas fisik dan palatabilitasnya. Diduga jerami
sorgum yang disilase dapat meningkatkan kualitas fisik dan palatabilitasnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Limbah sorgum (daun dan batang segar) dapat dimanfaatkan sebagai hijauan
pakan ternak. Potensi daun sorgum manis sekitar 14−16% dari bobot segar batang
atau sekitar 3 t daun segar/ha dari total produksi 20 t/ha. Daun sorgum tidak dapat
diberikan secara langsung kepada ternak, tetapi harus dilayukan dahulu sekitar 2 −
3 jam. Nutrisi daun sorgum setara dengan rumput gajah dan pucuk tebu. Komposisi
kimia dari limbah sorgum dibandingkan dengan limbah pertanian lainnya. Nutrisi
jerami Sorgum tidak kalah dibanding jerami jagung dan pucuk tebu.
4
diklasifikasikan kedalam 5 ras yaitu ras Bicolor, Guenia, Caudatum, Kafir, dan
Durra. Ras Durra yang umumnya berbiji putih merupakan tipe paling banyak
dibudidayakan sebagai sorgum biji (grain sorgum) dan digunakan sebagai sumber
bahan pangan. Diantara ras Bicolor terdapat varietas yang memiliki batang dengan
kadar gula tinggi disebut sebagai sorgum manis (sweet sorghum) yakni biasanya
digunakan sebagai bahan baku bioetanol. Sorgum terdiri dari empat jenis yaitu
sorgum manis (sweet sorghum), sorgum biji (grain sorghum), sorgum sapu (broom
sorghum) dan sorgum rumput (grass sorghum), sedangkan ras-ras lain pada
umumnya digunakan sebagai biomasa dan pakan ternak (Jayanegara, 2011).
Varietas lokal pada umumnya memiliki rasa yang enak dan dapat dijadikan
berbagai makanan olahan. Apabila penanaman sorgum bertujuan untuk pakan
ternak dan ditanam secara monokultur dapat digunakan varietas unggul nasional.
5
Menurut (Elfering et al,2010), proses fermentasi pada silase terdapat 4
tahapan yaitu :
1. Fase aerobik, normalnya fase ini berlangsung sekitar beberapa jam yaitu ketika
oksigen yang berasal dari atmosfir dan berada diantara partikel tanaman
berkurang. Oksigen yang berada diantara partikel tanaman digunakan untuk
proses repirasi tanaman, mikroorganisme aerob, dan fakultatif aerob seperti
yeast dan Enterobacteria. Kondisi ini merupakan sesuatu yang tidak diinginkan
pada proses ensilase karena mikroorganisme aerob tersebut juga akan
mengkonsumsi karbohidrat yang sebetulnya diperlukan bagi bakteri asam laktat.
Kondisi ini akan menghasilkan air dan peningkatan suhu sehingga akan
mengurangi daya cerna kandungan nutrisi. Dalam fase ini harus semaksimal
mungkin dilakukan pencegahan masuknya oksigen yaitu dengan memperhatikan
kerapatan silo dan kecepatan memasukkan bahan dalam silo
2. Fase fermentasi, fase ini merupakan fase awal dari reaksi anaerob. Fase ini
berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu tergantung dari
komposisi bahan dan kondisi silase. Jika proses ensilase berjalan sempurna maka
bakteri asam laktat sukses berkembang. Bakteri asam laktat pada fase ini
menjadi bakteri predominan dan menurunkan pH silase sekitar 3,8-5. Bakteri
asam laktat akan menyerap karbohidrat dan menghasilkan asam laktat sebagai
hasil akhirnya. Penurunan pH dibawah 5,0 perkembangan bakteri asam laktat
akan menurun dan akhirnya berhenti, merupakan tanda berakhirnya fase ke 2
dalam fermentasi hijauan fase ini berlangsung sekitar 24-72 jam.
3. Fase stabilisasi, fase ini merupakan kelanjutan dari fase kedua. Fase stabilisasi
menyebabkan aktivitas fase fermentasi menjadi berkurang secara perlahan
sehingga tidak terjadi peningkatan atau penurunan nyata pH, bakteri asam laktat
dan total asam.
4. Fase feed-out atau aerobic spoilage phase. Silo yang sudah terbuka dan kontak
langsung dengan lingkungan maka akan menjadikan proses aerobik terjadi. Hal
6
yang sama terjadi jika terjadi kebocoran pada silo maka akan terjadi penurunan
kualitas silase atau kerusakan silase.
Kendala hijauan pakan di Indonesia adalah penyediaan sepanjang tahun yang
tidak kontinyu, pada musim penghujan produksi hijauan melebihi kebutuhan dan
pada musim kemarau produksi hijauan kurang dari kebutuhan. Kendala tersebut
dapat diatasi melalui usaha-usaha pengawetan hijauan pakan pada saat produksinya
melimpah dengan penerapan teknologi fermentasi (Dwiyanto dan Inounu 2001).
Salah satu usaha dalam Penerapan teknologi fermentasi adalah melalui proses
ensilase untuk menghasilkan silase.
Silase adalah pakan hasil produk fermentasi hijauan, hasil samping pertanian
dan agroindustri dengan kadar air tinggi yang diawetkan dalam kondisi anaerob
(Moran, 2005). Proses kimiawi atau fermentasi yang terjadi selama proses silase
disebut ensilase, sedangkan tempatnya disebut silo (McDonald et al., 1991). Prinsip
dasar pembuatan silase adalah terciptanya kondisi anaerob dan asam dalam waktu
singkat. Keadaan anaerob ini harus tetap dipertahankan, sebab oksigen adalah salah
satu pembatas dalam proses silase (Schroeder, 2004; Moran, 2005). Menurut
Coblenzt (2003) ada tiga hal penting agar diperoleh kondisi anaerob yaitu 1)
Menghilangkan udara dengan cepat, 2) Menghasilkan asam laktat untuk membantu
menurunkan pH, 3) Mencegah masuknya oksigen ke dalam silo untuk menghambat
pertumbuhan jamur selama penyimpanan.
7
subur (Sirappa 2003), Silase dapat meminimalkan kehilangan nutrien dari
pemanenan hingga penyimpanan.
Faktor penting lain untuk menentukan keberhasilan pembuatan silase adalah
kondisi hijauan. Kondisi hijauan yang akan dibuat silase dan saat proses ensilase
sangat penting untuk menentukan tercapainya kondisi optimum silase. Kondisi lain
yang juga berpengaruh pada keberhasilan pembuatan silase adalah kadar air hijauan
yang berkorelasi dengan umur pemanenan dan lamanya waktu feremntasi silase
(ensilase) berlangsung.
2.3.2. Tekstur
Perlakuan menunjukkan silase dengan kualitas yang baik, hal ini sesuai
dengan yang direkomendasikan Macaulay (2004), bahwa silase dengan kualitas
baik akan memperlihatkan tekstur yang kompak, materi yang lembut dan komponen
seratnya tidak mudah dipisahkan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tekstur silase
dipengaruhi oleh kadar air bahan pada awal ensilase, silase dengan kadar air yang
tinggi (>80%) akan memperlihatkan tekstur yang berlendir, lunak dan berjamur,
sedangkan silase berkadar air rendah (<30%) akan mempunyai tekstur yang kering,
mudah disobek dan ditumbuhi jamur.
8
2.3.4 Bau
Silase yang baik akan mempunyai bau seperti susu fermentasi karena
mengandung asam laktat, bukan bau yang menyengat. Dijelaskan jika produksi
asam asetat tinggi, maka akan berbau cuka. ( Saun dan Heinrichs 2008).
9
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat silase Sorgum adalah daun Sorgum
dan batang Sorgum.
10
11
frekuensi dan durasinya. Silase sorgum yang diberikan dicatat setiap hari dan sisa
pemberian pakannya untuk mengetahui tingkat palatabilitas.
11
12
3.5.2.2. Palatabiltas
Uji palatabilitas pakan silase jerami sorgum diakukan selama 3 hari pada
pagi hari pukul 07.00 WIB dan sisa pakan ditimbang pada pukul 16.00 WIB.
Uji Palatabilias = pakan yang diberi (kg) – Pakan sisa (kg) x 100%
Pakan yang diberi (Kg)
12
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
14
pembuatan silase bakteri anaerob aktif bekerja menghasilkan asam organik. Lado,
(2007) melaporkan bahwa aroma berasal dari asam yang dihasilkan selama proses
ensilase. Silase yang dihasilkan pada setiap perlakuan merupakan silase yang cukup
baik dalam segi aroma.
15
16
16
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil uji kualitas silase
jerami sorgum adalah sebagai berikut: Hasil uji kualitas warna silase jerami sorgum
adalah berwarna hijau kecoklatan, hasil uji tekstur silase jerami sorgum adalah
bertekstur sedang, dan hasil uji bau silase jerami sorgum adalah berbau asam. Hasil
uji palatabilitas silase jerami sorgum dibandingkan dengan jerami jagung hasil
penelitian Edo Apriyadi (2017) adalah palatabilitas silase jerami sorgum lebih
rendah dibandingkan dengan palatabilitas jerami jagung, tetapi perbedaan tersebut
tidak nyata (P > 0.05).
5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan silase jerami
sorgum dengan masa inkubasi yang berbeda, pemberian aditif yang berbeda dan
dilakukan pada jumlah sapi yang lebih banyak dalam bentuk rancangan percobaan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Adesogan AT. 2006. Factors affecting corn silage quality in hot, humid climates.
Proc of 17th annual Floroda ruminant nutrition. Symposium, Gainesville,
Florida. Jan 2007: 108-119.
Apriyadi, Edo. 2017. Perilaku konsumsi sapi bali dan palatabilitas jerami jagung
yang difermentasi dengan Hi-fer®. Skripsi. Program Studi Peternakan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
Bean BW., Bau mhardt R.L., McCollum FT., McCuistion K.C. 2013 Comparison
of sorghum classes for grain and forage yield and foragenutritive value,
Field Crops Research, 142, 20-26.
Borghi E., Crusciol CAC., Nascente AS., Sousa VV., Martins PO., Mateu G.P.,
Costa, C. 2013 Sorghum grain yield, forage biomass production and
revenue as affected by intercropping time, European Journal of Agronomy,
51, 130-139.
Dicko, M.H., H. Gruppen, A.S. Traoré, A.G.J. Voragen, and W.J. H. Van Berkel.
2006. Sorghum grain as human food in Africa: relevance of content of
starch and amylase activities. African J. of Biotechnology 5(5):384-395.
Gonzalez J., Faria MJ., Rodrıguez CA. and Martinez A. 2007. Eff ects of ensiling
on ruminal degradability and intestinal digestibility of Italian rye-grass.
Anim Feed Sci Technol. 136:38-50.
Hosamani SV.., Mehra UV dan Dass RS. 2003.. Effect of different Source of
Energy on Mlasses Mineral Block Intake Nutrient Utilization, Rumen
Fermentation Pattern and Blood Profile in Urah Buffaloes.
18
19
Kariyasa, K. 2003. Hasil Laoran Pra Surey Kelemagaa Usaha Tanaman Ternak
Terpadu dalam Sisem dan Usaha Agribisnis. Jakarta.
Lado L .2007. Evaluasi Kualitas Silase Rumput Sudan (Sorghum Sudanense) Pada
Penambahan Berbagai Macam Aditif Karbohidrat Mudah Larut. Tesis.
Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Peternakan. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
MacaulayA.2004.Evaluating silagequality.www.agric.gov.ab.ca/$department/
deptdocs.nsf/ all/for4909.html. diakses pada tanggal 26 Maret 2017
Mannetje, L.’t. 1999. The future of silage making in the tropics. Proc. of the FAO
Electronic
Moran J. 2005. Tropical dairy farming: feeding management for small holder
dairy farmers in the humid tropics. Porto (PT): Lanlink Pr.
20
Murni R., Suparjo., Akmal. Dan Gintng BL. 2008. Buku Ajar Tekologi
Pemanfaatan Limbh untuk Pakan. Laboratorium Makan Ternak. Fakultas
Peternakan. Universitas Jambi.
OISAT. 2011. Sorghum. PAN Germany Pestizid Aktions- Netzwerk e.V. PAN
Germany.
Purnomohadi, M. 2006. Potensi penggunaan beberapa varietas sorgum manis
(Sorghum bicolor (L.) Moench) sebagai tanaman pakan. Berkala
Penelitian Hayati. 12: 41- 44.
Rocateli AC, Raper R, Balkcom KS, Arriaga FJ, Bransby DI. 2012. Biomass
sorghum production and components under different irrigation/tillage
systems for the southeastern U.S. J Ind Crop Prod. 36: 589–598.
.
Saun RJV dan Henrich AJ. 2008. Trouble shooting silage problem: How to
identify potential problem. In: Proceedings of the Mid-Atlantic Conference:
Pensylvania, 26 May 2008. Penn State’s Collage. Hlm 2-10.
Shoemaker CE dan Bransby DI. 2010. Chapte 9: the role of sorghum as a bioenergy
feedstock inR. Braun, D. Karlen and D. Johnson (Eds.) Proceeeding of the
Sustainle Feedtocks fo Advance Biofuels Workshop: Sustainable alterntive
fuel feedstock opportunities, challengs, and roadmaps for six U.S. regions.
Pp 149-160.
Tati, Nurmala, S.W. 2003. Serealia Sumber Karbohidrat Utama. Rineka Cipta.
Jakarta.
Yusmadi, Nahrowi, dan M. Ridla. 2008. Kajian mutu dan palatabilitas silase hay
ransum komplit berbasis sampah organik primer pada kambing peranakan
etawah. J. Agripet 8(1): 31-38.