Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

“ Isolasi Sosial ”

I ILM
GG U
IN K
E
T

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E NT I K A
D Z A SA I

Dosen Pembimbing : Ns. Helena Patricia, M. Kep

Oleh Kelompok 3

Nama Anggota :

1. Abdul Aziz
2. Indah Wulan yuli
3. Monalisa Anggraini
4. Tri Dova Ningsih
5. Wella Fauziah

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN 2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Isolasi Sosial”.
Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami
sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Jiwa II. Semoga dengan
terselesaikannya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik bagi
kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya.
Makalah ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, dan kami berharap
makalah ini dapat memberikan wawasan baru bagi kami maupun bagi yang
membacanya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan maka dari
itu kami membutuhkan kritikan dan saran serta masukan, sehingga kedepanya
kami bisa membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II : PEMBAHASAN............................................................................... 3
A. Defenisi isolasi sosial ................................................................................... 3
B. Etiologi ......................................................................................................... 3
C. Manifestasi Klinis ........................................................................................ 5
D. Rentang Respon ........................................................................................... 5
E. Pohon Masalah ............................................................................................. 7
F. Penatalaksanaan ........................................................................................... 8
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................ 9
A. Pengkajian .................................................................................................... 9
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 10
C. Rencana Tindakan Keperawatan ................................................................ 10
BAB IV : PENUTUP ..................................................................................... 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain
atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar. Pada pasien dengan perilaku
menarik diri sering melakukan kegiatan yang ditujukan untuk mencapai pemuasan
diri, dimana pasien melakukan usaha untuk melindungi diri sehingga ia jadi pasif
dan berkepribadian kaku, pasien menarik diri juga melakukan pembatasan (isolasi
diri), termasuk juga kehidupan emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri,
semakin banyak kesulitan yang dialami dalam mengembangkan hubungan sosial
dan emosional dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Dalam membina
hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon yan adaptif sampai dengan
maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan yang berlaku, sedangkan respon maladaptif
merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang
kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya.

Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi dalam
kehidupan sehari hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri
sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif penulis
berusaha memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin kepada
pasien dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial : menarik
diri. Menurut pengajar Departemen Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Surjo Dharmono, penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di
perbagai Negara menunjukkan, sebesar 20-30 persen pasien yang datang ke
pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa. Bentuk yang
paling sering adalah kecemasan dan depresi.

1
2

B. Rumusan Masalah

1. Apakah defenisi dari isolasi sosial?


2. Apakah etiologi dari isolasi sosial?
3. Bagaimana manifestasi klinis isolasi sosial?
4. Bagaimana rentang respon isolasi sosial?
5. Apakah pohon masalah isolasi sosial?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan isolasi sosial?
7. Bagaimanakah ASKEP pada isolasi sosial?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui defenisi dari isolasi sosial.


2. Untuk mengetahui etiologi dari isolasi sosial.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis isolasi sosial.
4. Untuk mengetahui rentang respon isolasi sosial.
5. Untuk mengetahui pohon masalah isolasi sosial.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan isolasi sosial.
7. Untuk mengetahui ASKEP pada isolasi sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi isolasi sosial


Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
di sekitarnya (Damaiyanti, 2008)

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi


akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial
(Depkes RI, 2000)

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida, 2012)

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang


lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat,
2001)

B. Etiologi
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut
Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang
penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang
mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
1. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang
memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan
dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan
kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak

3
4

aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan


dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun
lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting
dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek.
b. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan
oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga,
seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.

c. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan
pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita
skizofrenia. Klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam
hubungan sosial terdapat kelainan pada struktur otak seperti atropi,
pembesaran ventrikel, penurunan berat volume otak serta perubahan
struktur limbik.

2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal meliputi:
a. Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan
seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
b. Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
(Damaiyanti, 2012: 79)
5

C. Manifestasi Klinis
1. Gejala subjektif
a. Tidak berminat
b. Perasaan berbeda dengan orang lain
c. Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
d. Merasa sendiri
e. Menolak interaksi dengan orang lain
f. Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
g. Merasa tidak diterima

2. Gejala objektif
a. Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
b. Afek tumpul
c. Adanya kecacatan ( misalnya fisik, menta )
d. Tindakan tidak berarti
e. Tidak ada kontak mata
f. Menyendiri / Menarik diri
g. Tindakan berulang
h. Afek sedih
i. Tidak komunikatif

(Trimelia, 2011: 15)

D. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2006) menyatakan bahwa
manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan,
mereka harus membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus
membina saling tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan
dan kemandirian dalam suatu hubungan
6

Respon adaptif Respon maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi

Otonomi menarik diri Impulsif

Bekerja sama Ketergantungan Narcisme

Interdependen

Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah yang


masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang
umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang.. respon ini meliputi:

a. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
c. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam rangka membina hubungan interpersonal.

Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah


yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang umum
berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini meliputi:
a. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya, merasa takut dan cemas.
7

b. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina


hubungan dengan orang lain.
c. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada gangguan
hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu cenderung
berorientasi pada diri sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.
d. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain, dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.
e. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
f. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu
berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus menerus,
sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika orang lain tidak
mendukungnya.
(Trimelia, 2011: 9)

E. Pohon Masalah
Halusinasi

Isolasi Sosial

Gangguan citra tubuh

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif


8

F. Penatalaksanaan
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok
penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang
bisa dilakukan adalah:
a. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada otak
dengan menggunakan 2 elektrode yang ditempatkan dibagian temporal
kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang
grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan terapeutik.
Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan
faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi
pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap
ramah, sopan, dan jujur kepada pasien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri
seseorang.
(Prabowo, 2014: 113)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengumpulan data
a. Identitas klien diantaranya adalah nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan, tanggal masuk
RS, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medik alamat.
b. Identitas penanggung jawab diantaranya adalah nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat,
hubungan dengan klien.
c. Alasan masuk rumah sakit
 Apa yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke RS?
 Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi
masalah tersebut ketika di rumah?
 Bagaimana hasilnya dalam mengatasi masalah tersebut di rumah?
( Renni Aryani, 2012 )
d. Faktor Predisposisi
e. Faktor Presipitasi
f. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ: seperti
tanda-tanda vital,ukuran dan tinggi badan,Tanyakan apakah berat
badan klien naik atau turun,Tanyakan apakah ada keluhan fisik yang
dirasakan,Kaji lebih lanjut tentang sitem dan fungsi organ sesuai
dengan keluhan yang ada. ( Renni Aryani, 2012 )
g. Pengkajian psikososial
Terdiri atas Genogram dan konsep diri klien.
h. Hubungan Sosial
Orang yang terdekat dengan kehidupan klien, tempat mengadu, tempat
berbicara, minta bantuan atau sokongan, apakah klien pernah

9
10

mengikuti kegiatan di masyarakat, sejauh mana klien terlibat dalam


kelompok itu. ( Renni Aryani, 2012 )
i. Spiritual
Terdiri atas Nilai dan Keyakinan dan juga kegiatan ibadah yang
dilakukan
j. Status Mental
k. Mekanisme Koping
 Terdiri atas mekanisme koping jangka pendek dan jangka
panjang
 Mekanisme koping yang konstrukstif
Membangun kepercayaan diri dan bersikap optimis
Memanfaatkan dukungan keluarga/orang terdekat ( Struart,
2011) Fokus pada masalah Mekanisme koping dektrukstif
B. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1) Tindakan keperawatan generalis pada klien isolasi sisial
Tujuan : klien mampu
a. Mengenal masalah isolasi sosial
b. Berkenalan dengan perawat atau klien lain
c. Bercakap-cakap dengan melakukan kegiatan harian
d. Berbicara sosial : meminta sesuatu, berbelanja dan sebagainya
Tindakan
 Menjelaskan tanda dan gejala,penyebab dan akibat isolasi sosial
a. Mengidentifikasi tanda dan gejala,penyebab dan akibat isolasi
sosial
b. Mendiskusikan keuntungan memiliki teman, kerugian tidak
memiliki teman
 Menjelaskan dan melihat klien berkenalan
a. Menjelaskan cara berkenalan
b. Mendemostrasikan cara berkenalan
11

c. Melatih klien berkenalan 2-3 orang atau lebih


 Menjelaskan dan melatih klien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan sehari-hari
 Menjelaskan dan melatih berbicara sosial : meminta sesuatu,
berbelanja dan sebagainya.

2) Tindakan keperawatan generalis pada keluarga klien isolasi


sosial
Tujuan : keluarga mampu
a. Mengenal masalah klien isolasi sosial
b. Mengambil keputusan untuk merawat klien isolasi sosial
c. Merawat klien isolasi sosial
d. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien isolasi
sosial
e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up
kesehatan klien isolasi sosial dan mencegah kekambuhan.
Tindakan
 Menjelaskan masalah klien isolasi sosial pada keluarga
a. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien
isolasi sosial
b. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses
terjadinya isolasi sosial
 Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi
pada klien isolasi sosial
a. Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin terjadi
pada klien isolasi sosial
b. Menganjurkan keluarga memutuskan untuk merawat
klien isolasi sosial
 Menjelaskan dan melatih keluarga cara merawat klien
isolasi sosial
a. Menjelaskan cara melatih klien berkenalan
12

b. Menjelaskan cara melatih klien bercakap-cakap daat


melakukan kegiatan sehari –hari
c. Menjelaskan cara melatih klien berbicara sosial : minta
sesuatu, berbelanja dan sebagianya
d. Motivasi, membimbing dan memberi pujian kepada klien
untuk latihan berkenalan
e. Motivasi, membimbing dan memberi pujiankepada klien
untuk latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan
sehari-hari
f. Memotivasi, membimbing dan memberi pujian kepada
klien untuk latihan berbicara sosial
 Menjelaskan dan melatih keluarga menciptakan
lingkungan yang terapeutik bagi klien isolasi sosial
a. Mendiskusikan anggota keluarga yang terlibat dalam
perawatan klien
b. Mendiskusikan setting lingkungan rumah yang
mendukung perawatan klien
c. Menganjurkan keluarga melibatkan anggota keluarga
lainnya merawat klien
 Menjelaskan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
untuk follow up, cara rujukan kesehatan klien dan
mencegah kekambuhan.
a. Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas kesehan yang
tersedia
b. Menjelaskan kemungkinan klien relaps kesehatan dan
pencegahan relaps
c. Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan kemungkinan
kambuh
d. Menjelaskan dan menganjurkan dollow up dan merujuk
klien kepelayanan keshatan
13

3) Tindakan keperawatan kelompok isolasi sosial


 Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
Sesi 1 : kemampuan memperkenalkan diri
Sesi 2 : kemampuan berkenalan
Sesi 3 : kemampuan bercakap-cakap
Sesi 4 : kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
Sesi 5 : kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
Sesi 6 : kemampuan bekerjasama
Sesi 7 : evaluasi kemampuan sosialisasi
 Pendidikan kesehatan pada kelompok keluarga tentang isolasi
sosial

4) Terapi keperawatan spesialis jiwa isolasi sosial


• Terapi individi : sosial skill training (SST), Cognitive
Behavior Sosial Skill
• Terapi keluarga : Family Psychoeducation (FPE)
• Terapi kelompok : Supportif Therapy, Self Help Group
Therapy
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan sosial
(Depkes RI, 2000).
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut
Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang
penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang
mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
b. Faktor sosial budaya
c. Faktor biologis
2. Faktor presipitasi
a. Stresor sosial budaya
b. Stresor psikologi

B. Saran
Kami berharap makalah ini dapat di gunakan secara semestinya dan
bermanfaat bagi pembaca dan, kami menyadari makalah ini belum sempurna
dan banyak kekurangan sehingga kami membutuhkan kritik dan saran untuk
perbaikan pada makalah berikutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Nuha Medika.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Bandung: PT Refika Aditama.
Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur:
TIM.
Keliat, Budi Anna, dkk. (2014). Draft Standar Asuhan Keperawatan Jiwa
Workshop Keperawatan Jiwa ke-8. Depok

15

Anda mungkin juga menyukai