MAKALAH LEUKIMIA
Disusun Oleh :
TRI NOVIANTY
NIM : 201501386
Puji syukur kehadirat Allah Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan dan pengerjaan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dan terbatas. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang dan terbatas. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Definisi
2.3 Patofisiologi
2.7 Epidemiologi
2.9 Pencegahan
BAB IV PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih”
pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada
satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal
akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan
menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan,dapat
menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.
Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh, yaitu
berfungsi melawan infeksi dan penyakit lainnya. Batas normal jumlah sel darah
3
putih berkisar dari 4.000 sampai 10.000/mm .
Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel
2.2.1. Granulosit
a. Neutrofil
bakteri, sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai di jaringan
Granula neutrofil mempunyai afinitas sedikit terhadap zat warna basa dan
memberi warna biru atau merah muda pucat yang dikelilingi oleh
perbesaran 1000x).
60% dari jumlah sel darah putih. Neutrofil merupakan sel berumur pendek
dengan waktu paruh dalam darah 6-7 jam dan jangka hidup antara 1-4 hari
sitoplasma yang kasar dan besar. Sel granulanya berwarna merah sampai
1000x).
Eosinofil memasuki darah dari sumsum tulang dan beredar hanya 6-10
menghabiskan sisa 8-12 hari dari jangka hidupnya. Dalam darah normal,
eosinofil jauh lebih sedikit dari neutrofil, hanya 2-4% dari jumlah sel darah
putih.
c. Basofil
kurang dari 1% dari jumlah sel darah put ih. Basofil memiliki sejumlah
1000x).
2.2.2. Agranulosit
neutrofil, berkisar 20-35% dari sel darah put ih, memiliki fungsi dalam reaksi
imunitas.
Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval yang dikelilingi oleh pinggiran
sitoplasma yang sempit berwarna biru (gambar 2.6. hapusan sumsum tulang
respons kekebalan
hormonal.
b. Monosit
darah putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam di dalam darah. Intinya
Granulosit
tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat
darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat
berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi
memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi.
Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel
darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah put
pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali
dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan
menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal.
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata
dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7
tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah
perbesaran
1000x).
Gambar 2.8. Leukemia Limfositik Akut
durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6
perbesaran 1000x).
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).
berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang.(gambar 2.8. a dan
untuk laki-laki.
a b
yang
dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita
fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda
a b
Gambar 2.11. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
2.5. Epidemiologi
a. Berdasarkan Orang
a.1. Umur
penderita leukemia 44.270 orang dewasa dan 4.220 pada anak-anak. Biasanya
jenis leukemia yang menyerang orang dewasa yaitu LMA dan LLK
keganasan pada anak yang tercatat di RSUD Dr. Soetomo, 430 anak (82%)
adalah LLA,
menunjukkan bahwa leukemia lebih banyak diderita oleh anak-anak usia <15
tahun khususnya LLA yaitu 87%. Pada usia 15-20 tahun 7,4%, usia 20-60
Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada laki-
laki dibanding perempuan. Pada tahun 2009, diperkirakan lebih dari 57%
perbandingan
57,22%:42,77%.
proporsi penderita leukemia berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada laki-
a.3. Ras
100.000 per tahun) daripada ras kulit berwarna (24,3 per 100.000 per tahun).
leukemia merupakan salah satu dari 15 penyakit kanker yang sering terjadi
dalam semua ras atau etnis. Insiden leukemia paling tinggi terjadi pada
ras kulit putih (12,8 per 100.000) dan paling rendah pada suku Indian
dan
100.000)
Indonesia yaitu 25-20% dari leukemia. IR LMK di negara barat adalah 1-1,4
bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2007 terdapat 6 kasus leukemia pada
anak dan pada tahun 2008 bertambah menjadi 16 kasus.
Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2004 terdapat 30
(35,8%).
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut
hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko
a. Host
puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39
LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden
leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden
9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa
terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak,
oleh LCA + USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang umum
berikutnya yaitu
D.
kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada
kembar identik
b.1. Virus
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai
yang
cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien
setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK
diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih
b.4. Merokok
risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
LMA kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan
Penelitian lain di
Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan
c. Lingkungan (pekerjaan)
dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan
tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26%
adalah mahasiswa,
19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di pertanian atau
letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga
ditemukan
anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas.
Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan
berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah
menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
mengurangi paparan terhadap radiasi, dan pergantian atau rotasi kerja. Untuk
dengan benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan
berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus LMA disebabkan
Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan untuk tetap menikah atau tidak.
ketidakmampuan.
Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan
a. Diagnosis dini
splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Selain itu Juga didapatkan nyeri
tekan
pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang terdapat purpura,
kadang priapismus.
3
limfositosis lebih dari 50.000/mm ,sedangkan pada penderita LGK/LMK
3
ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm .
sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel
yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari
sel berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya
infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang
berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit
3
Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm .
b. penatalaksanaan medis
b.1. Kemoterapi
a.Tahap1 (terapi
induksi)
tulang.
normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan
untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap
c.Tahap3 ( profilaksis
SSP)
kemoterapi yang
berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi,
dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi
60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap
dan SSP.
a. Fase induksi
b. Fase konsolidasi
kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau
rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun
hanya
10%
terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah
klasifikasi Rai:
< 11 gr/dl).
21
dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
kemoterapi intensif.
pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1
dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan
stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
b.4.1. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
a. Fase Kronik
menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
sumsum tulang.
b. Fase Akselerasi,
b.2. Radioterapi
sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian
lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa
menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar
gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan
tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang
rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi.
Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel
darah yang rusak karena kanker.Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-
(HLA) yang
sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon
terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
b.Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi
efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit
Pencegahan tertier ditujukan untuk membatasi atau menghalangi perkembangan kemampuan, kondisi, atau
gangguan sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Untuk penderita leukemia
dilakukan perawatan atau penanganan oleh tenaga medis yang ahli di rumah sakit. Salah satu perawatan yang diberikan
yaitu perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas
penyakit. Selain itu perbaikan di bidang psikologi, sosial dan spiritual. Dukungan moral dari orang-orang terdekat juga
diperlukan.
Phatway
Infiltrasi
ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan
status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
(Budi Anna Keliat, 1994)
a.Riwayat penyakit
1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat
1).Demam
2).Infeksi
1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa
1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali
g.Kaji adanya:
1).Hematuria
2).Hipertensi
3).Gagal ginjal
3.Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis
tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat
“ (Wong,D.L, 2004: 331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
1.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3.Resiko perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
6.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis
7.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
Risiko Infeksi NOC NIC
1. Definisi : Mengalami · Immune Status Infection Control
peningkatan resiko terserang · Knowledge : (Kontrol infeksi)
organisme patogenik Infection control · Bersihkan lingkungan
Faktor Resiko : · Risk control setelah dipakai
Penyakit kronis. pasien lain
· Diabetes melitus Kriteria Hasil: ·Pertahankan teknik
· Obesitas · Klien bebas dari isolasi
Pengetahuan yang tidak tanda dan gejala · Batasi pengunjung bila
cukup untuk infeksi perlu
menghindari pemanjanan · Mendeskripsikan · Instruksikan pada
patogen. proses penularan pengunjung untuk
Pertahanan tubuh primer penyakit, faktor mencuci tangan saat
yang tidak adekuat. yang mempengaruhi berkunjung dan
· Gangguan peritalsis penularan serta setelah berkunjung
· Kerusakan integritas kulit penatalaksanaannya meninggalkan pasien
(pemasangan kateter · Menunjukkan · Gunakan sabun
intravena, prosedur invasif) kemampuan untuk antimikrobia untuk
· Perubahan sekresi pH mencegah cuci tangan
· Penurunan kerja siliaris timbulnya infeksi · Cuci tangan setiap
· Pecah ketuban dini · Jumlah leukosit sebelum dan sesudah
· Pecah ketuban lama dalam batas normal tindakan
· Merokok · Menunjukkan keperawatan
· Stasis cairan tubuh perilaku hidup sehat · Gunakan baju, sarung
· Trauma jaringan (mis, trauma tangan sebagai alat
destruksi jaringan) pelindung
Ketidakadekuatan · Pertahankan
pertahanan sekunder lingkungan aseptik
· Penurunan hemoglobin selama pemasangan
· Imunosupresi (mis, imunitas alat
didapat tidak adekuat, agen · Ganti letak IV perifer
farmaseutikal termasuk dan line central dan
imunosupresan, steroid, dressing sesuai
antibodi monoklonal, dengan petunjuk
imunomudulator) umum
· Supresi respon inflamasi ·Gunakan kateter
Vaksinasi tidak adekuat intermiten untuk
Pemajanan terhadap patogen menurunkan infeksi
lingkungan meningkat kandung kencing
· Wabah ·Tingktkan intake nutrisi
Prosedur invasif · Berikan terapi
Malnutrisi antibiotik bila perlu
· Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
· Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
· Monitor hitung
granulosit, WBC
· Monitor kerentangan
terhadap infeksi
· Batasi pengunjung
· Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
· Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
· Pertahankan teknik
isolasi k/p
· Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
· Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
· Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
· Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
· Dorong masukan
cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
· Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
· Ajarkan cara
menghindari infeksi
· Laporkan kecurigaan
infeksi
· Laporkan kultur positif
Diskusikan
BATASAN dengan dokter
menyangkut program
KARAKTERISTIK
obat kumur antijamur
Subjektif atau anetesi topikal oral
jika terdapat infeksi
jamur
Perawatan di rumah
Semua intervensi
di atas dapat disesuaikan
untuk digunakan pada
perawatan di rumah:
perbedaan utamanya
adalah bahwa perawat
cenderung lebih sering
melakukan intervensi
untuk pasien rawat inap,
sementara di rumah
perawat cenderung
mengajarkan klien atau
pemberi asuhan untuk
melakukan intervensi
tersebut
Beri saran untuk
menggunakan minimum
dan popside dingin untuk
meredakan rasa tidak
nyaman
Anjurkan pasien
untuk menggunakan
pelembab ruangan jika
udara di rumah kering
Untuk lansia
Kaji apakah klien
mampu melakukan
sendiri perawatan
mulutnya
Observasi bibir
dan rongga mulut
terhadap lesi (misalnya,
massa, ulserasi, bercak
merah atau putih, lesi
granular)
Waspadai banyak
lansia yang jarang
melakukan kunjungan ke
dokter gigi secara rutin.
Dorong untuk melakukan
kunjungan rutin, bantu
untuk memperoleh
transportasi dan bantuan
finansial, jika diperlukan
1.1 Pengkajian
Riwayat
Nyeri abdomen atau tulangpada pasien yang mengalami ALL, AML, atau leukemia monoblastik akut.
Penurunan ventilasi
Pucat
Pemeriksaan diagnostik
Laboraturium
Hitung darah menggunakan trombositopenia (normal : 150.000 – 400.000 L) dan neurotropenia (normal 2.500 –
Pencitraan
CT scan menunjukan organ yang terkena, dan analis cairan cerebrospinal menunjukan invasi SDP yang abnormal
Prosedur diagnostik
Aspirasi sumsum tulang menunjukan bahwa proliferasi SDP yang tidak matur menegaskan diagnosis leukemia
akut : jika aspirat kering atau bebas dari sel leukemia, namun pasien memiliki tanda leukemia lain yang khas,
biopsy sumsum tulang : biasanya pada spina iliaka superior, posterior, harus dilakukan.