Anda di halaman 1dari 75

TUGAS

MAKALAH LEUKIMIA

Disusun Oleh :

TRI NOVIANTY

NIM : 201501386

(Mata kuliah sistem imun dan hematologi)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan dan pengerjaan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana dan terbatas. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang dan terbatas. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


1.2 Tujuan penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

2.2 Morfologi dan Fungsi Normal Sel Darah Putih

2.3 Patofisiologi

2.4 Klasifikasi Leukemia

2.7 Epidemiologi

2.8 Gejala Klinis

2.9 Pencegahan

BAB III RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

BAB IV PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sel darah manusia. Untuk
mengetahui tentang leukemia, kita harus mengenal dahulu sel-sel darah yang normal serta
apa yang terjadi jika terkena leukemia. Darah manusia terdiri dari cairan yang disebut
sebagai plasma darah, dan tiga kelompok sel darah. Kelompok sel darah itu dibedakan
menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan keping-keping darah.
Sel darah putih atau leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi
atau serangan penyakit lainnya. Sel darah merah atau eritrosit berfungsi untuk mengangkut
oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, dan membawa karbon dioksida dari
jaringan tubuh kembali ke paru-paru. Keping-keping darah atau trombosit sangat berperan
dalam proses pembekuan darah. Ketika terjadi leukemia, tubuh akan memproduksi sel-sel
darah yang abnormal dan dalam jumlah yang besar. Pada leukemia, sel darah yang
abnormal tersebut adalah kelompok sel darah putih. Sel-sel darah yang terkena leukemia
akan sangat berbeda dengan sel darah normal, dan tidak mampu berfungsi seperti layaknya
sel darah normal.
Peran perawat sangatlah penting pada kasus ini. Peran perawat sangat berguna
untuk memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar keperawatan dan kode
etik dalam menangani pasien dengan diagnosa leukemia.
Penyebab leukemia sejauh ini belum diketahui. Namun banyak penelitian yang
dilakukan untuk memecahkan masalah ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
leukemia lebih sering menyerang kaum pria dibandingkan kaum wanita, dan juga pada
kelompok orang kulit putih dibandingkan dengan orang kulit hitam. Namun sampai saat
ini belum diketahui mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dalam makalah ini kami sebagai
penulis akan menerangkan asuhan keperawatan pada konsep teori penyakit leukemia
dengan asuhan keperawatan pada kasus penyakit leukemia tersebut.
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan leukemia
b. Tujuan khusus
 Mampu menjelaskan konsep teori penyakit leukemia
 Mampu melakukan pengkajian pada klien yang mengalami penyakit leukemia
 Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami
leukemia
 Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit leukemia
 Mampu menerapkan rencana yang telah disusun pada klien yang mengalami
penyakit leukemia
 Mampu menganalisa kesenjangan yang terjadi antara konsep teori dengan
aplikasi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit leukemia
 Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami penyakit leukemia
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini yaitu pembaca
dan penulis bisa lebih memahami materi mengenai penyakit leukemia dilihat dari
perbandingan data di lahan dan konsep teori yang sesungguhnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Leukemia

Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih”

pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan

proliferasi sel induk hematopoetik.

Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada

satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal

akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak sehingga akan

menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses

neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk

hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut

dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.

Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai

bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan,dapat

menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.

2.2. Morfologi dan Fungsi Normal Sel Darah


Putih

Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh, yaitu

berfungsi melawan infeksi dan penyakit lainnya. Batas normal jumlah sel darah

3
putih berkisar dari 4.000 sampai 10.000/mm .
Berdasarkan jenis granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel

darah putih digolongkan menjadi 2 yaitu : granulosit (leukosit polimorfonuklear)

dan agranulosit (leukosit mononuklear).

2.2.1. Granulosit

Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula sitoplasma.

Berdasarkan warna granula sitoplasma saat dilakukan pewarnaan terdapat 3

jenis granulosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil

a. Neutrofil

Neutrofil adalah garis pertahanan pertama tubuh terhadap invasi oleh

bakteri, sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai di jaringan

terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus atau agen

penyebab infeksi lainnya.

Neutrofil mempunyai inti sel yang berangkai dan kadang-kadang

seperti terpisah- pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik halus (granula).

Granula neutrofil mempunyai afinitas sedikit terhadap zat warna basa dan

memberi warna biru atau merah muda pucat yang dikelilingi oleh

sitoplasma yang berwarna merah muda (gambar 2.3. hapusan

sumsum tulang dengan

perbesaran 1000x).

Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling banyak, mencapai

60% dari jumlah sel darah putih. Neutrofil merupakan sel berumur pendek

dengan waktu paruh dalam darah 6-7 jam dan jangka hidup antara 1-4 hari

dalam jaringan ikat, setelah itu neutrofil mati.


b. Eosinofil

Eosinofil merupakan fagositik yang lemah. Jumlahnya akan meningkat

saat terjadi alergi atau penyakit parasit. Eosinofil memiliki granula

sitoplasma yang kasar dan besar. Sel granulanya berwarna merah sampai

merah jingga (gambar 2.4. hapusan sumsum tulang dengan perbesaran

1000x).

Eosinofil memasuki darah dari sumsum tulang dan beredar hanya 6-10

jam sebelum bermigrasi ke dalam jaringan ikat, tempat eosinofil

menghabiskan sisa 8-12 hari dari jangka hidupnya. Dalam darah normal,

eosinofil jauh lebih sedikit dari neutrofil, hanya 2-4% dari jumlah sel darah

putih.

c. Basofil

Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya yaitu

kurang dari 1% dari jumlah sel darah put ih. Basofil memiliki sejumlah

granula sitoplasma yang bentuknya tidak beraturan dan berwarna keunguan

sampai hitam (gambar 2.5. hapusan sumsum tulang dengan perbesaran

1000x).

Basofil memiliki fungsi menyerupai sel mast, mengandung histamin

untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan heparin

untuk membantu mencegah pembekuan darah intravaskular.

2.2.2. Agranulosit

Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma. Agranulosit

terdiri dari limfosit dan monosit.


a. Limfosit

Limfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak setelah

neutrofil, berkisar 20-35% dari sel darah put ih, memiliki fungsi dalam reaksi

imunitas.

Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval yang dikelilingi oleh pinggiran

sitoplasma yang sempit berwarna biru (gambar 2.6. hapusan sumsum tulang

dengan perbesaran 1000x).

Terdapat dua jenis limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit T

bergantung timus, berumur panjang, dibentuk dalam timus. Limfosit B tidak

bergantung timus, tersebar dalam folikel-folikel kelenjar getah bening.

Limfosit T bertanggung jawab atas respons kekebalan selular melalui

pembentukan sel yang reaktif antigen sedangkan limfosit B, jika dirangsang

dengan semestinya, berdiferesiansi menjadi sel-sel plasma yang

menghasilkan imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas

respons kekebalan

hormonal.

b. Monosit

Monosit merupakan leukosit terbesar. Monosit mencapai 3-8% dari sel

darah putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam di dalam darah. Intinya

terlipat atau berlekuk dan terlihat berlobus, protoplasmanya melebar, warna

biru keabuan yang mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan (gambar

2.7. hapusan sumsum tulang dengan perbesaran 1000x).

Monosit memiliki fungsi fagositik dan sangat aktif, membuang sel-sel

cedera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan mikroorganisme.


Gambar 2.1. Sel darah putih Gambar 2.2. Leukemia

Granulosit

Gambar 2.3. Neutrofil Gambar 2.4. Eosinofil Gambar 2.5. Basofil


Agranulosit

Gambar 2.6. Limfosit Gambar 2.7. Monosit


2.3. Patofisiologi

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan

tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat

dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel

darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat

berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi

memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi.

Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel

darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.

Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi

kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom

dapat meliput i perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan

seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan

kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih

mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap

menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah put

ih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan

tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom

(bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu

pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali

dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan

menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal.

Kanker ini juga bisa


menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening,

ginjal, dan otak.

2.4. Klasifikasi Leukemia

Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi

sel dan tipe sel asal yaitu :

2.4.1. Leukemia Akut

Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat

terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)

yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki

perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata

dalam 4-6 bulan.

a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)

LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi

dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan

organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.

LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada umur

dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada umur 3-7

tahun. Tanpa pengobatan sebagian anak-anak akan hidup 2-3 bulan setelah

terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan dari sumsum tulang

(gambar 2.8. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa

perbesaran

1000x).
Gambar 2.8. Leukemia Limfositik Akut

b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)

LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang

akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia

nonlimfositik yang paling sering terjadi.

LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering

ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).

Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan dengan

durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal dalam 3 sampai 6

bulan.(gambar 2.8. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa

perbesaran 1000x).

Gambar 2.9. Leukemia Mielositik Akut


2.4.1. Leukemia Kronik

Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi

neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan

hematologi.

a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)

LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).

Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang

berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang.(gambar 2.8. a dan

b. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x).

LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang

individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1

untuk laki-laki.

a b

Gambar 2.10. Leukemia Limfositik Kronik

b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)

LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan

produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang.

LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada

orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik

yang
dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita

LGK/LMK.(gambar 2.8. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa

a. perbesaran 200x, b. perbesaran 1000x).

Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah memasuki

fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi berlebihan sel muda

leukosit, biasanya berupa mieloblas/promielosit, disertai produksi neutrofil,

trombosit dan sel darah merah yang amat kurang.

a b
Gambar 2.11. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

2.5. Epidemiologi

2.5.1. Distribusi Frekuensi Leukemia

a. Berdasarkan Orang

a.1. Umur

Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009) di

Amerika Serikat, leukemia menyerang semua umur. Pada tahun 2008,

penderita leukemia 44.270 orang dewasa dan 4.220 pada anak-anak. Biasanya

jenis leukemia yang menyerang orang dewasa yaitu LMA dan LLK

sedangkan LLA paling sering dijumpai pada anak-anak.

Menurut penelitian Kartiningsih L.dkk (2001), melaporkan bahwa di

RSUD Dr. Soetomo LLA menduduki peringkat pertama kanker pada


anak
selama tahun 1991-2000. Ada 524 kasus atau 50% dari seluruh

keganasan pada anak yang tercatat di RSUD Dr. Soetomo, 430 anak (82%)

adalah LLA,

50 anak (10%) menderita nonlimfoblastik leukemia, dan 42 kasus

merupakan leukemia mielositik kronik.

Penelitian Simamora di RSUP H. Adam Malik Medan tahun2004-2007

menunjukkan bahwa leukemia lebih banyak diderita oleh anak-anak usia <15

tahun khususnya LLA yaitu 87%. Pada usia 15-20 tahun 7,4%, usia 20-60

tahun 20,4%, dan pada usia >60 tahun 1,8%.

a.2. Jenis Kelamin

Insiden rate untuk seluruh jenis leukemia lebih tinggi pada laki-

laki dibanding perempuan. Pada tahun 2009, diperkirakan lebih dari 57%

kasus baru leukemia pada laki-laki. Berdasarkan laporan dari Surveillance

Epidemiology And End Result (SEER) di Amerika tahun 2009, kejadian

leukemia lebih besar pada laki-laki daripada perempuan dengan

perbandingan

57,22%:42,77%.

Menurut penelitian Simamora (2009) di RSUP H. Adam Malik Medan,

proporsi penderita leukemia berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada laki-

laki dibandingkan dengan perempuan (58%:42%).

a.3. Ras

IR di negara barat adalah 4 per 100.000 anak-anak di bawah usia 15

tahun. Angka kejadian terendah terdapat di Afrika (1,18-1,61/100.000) dan

tertinggi di antara anak-anak Hispanik (Costa Rica 5,94/100.000 dan


Los
Angeles 5,02/100.000). IR ini lebih umum pada ras kulit putih (42,1
per

100.000 per tahun) daripada ras kulit berwarna (24,3 per 100.000 per tahun).

Berdasarkan data The Leukemia and Lymphoma Society (2009),

leukemia merupakan salah satu dari 15 penyakit kanker yang sering terjadi

dalam semua ras atau etnis. Insiden leukemia paling tinggi terjadi pada

ras kulit putih (12,8 per 100.000) dan paling rendah pada suku Indian

Amerika/penduduk asli Alaska (7,0 per 100.000).

b. Berdasarkan Tempat dan Waktu

Menurut U.S. Cancer Statistics (2005) terdapat 32.616 kasus leukemia

di Amerika Serikat, 18.059 kasus diantaranya pada laki-laki (55,37%)

dan

14.557 kasus lainnya pada perempuan (44,63%). Pada tahun yang


sama

21.716 orang meninggal karena leukemia (CFR 66,58%).

Berdasarkan laporan kasus dari F. Tumiwa dan AMC. Kaparang (2008)

menyebutkan bahwa IR tertinggi LMK terdapat di Swiss dan Amerika (2


per

100.000) sedangkan IR terendah berada di Swedia dan Cina (0,7


per

100.000)

LMK merupakan leukemia kronis yang paling sering dijumpai di

Indonesia yaitu 25-20% dari leukemia. IR LMK di negara barat adalah 1-1,4

per 100.000 per tahun.

Berdasarkan data dari International Pharmaceutical Manufacturers

Group (IPMG) penderita leukemia pada anak-anak di RSK Dharmais terus

bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2007 terdapat 6 kasus leukemia pada
anak dan pada tahun 2008 bertambah menjadi 16 kasus.
Di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2004 terdapat 30

penderita (18,52%), tahun 2005 terdapat 39 penderita (24,07%), tahun 2006

terdapat 35 penderita (21,61%) dan pada tahun 2007 terdapat 58 penderita

(35,8%).

2.5.2. Determinan Penyakit Leukemia

Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut

hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko

timbulnya penyakit leukemia.

a. Host

a.1. Umur, jenis kelamin, ras

Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA

merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan

puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39

tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun.

LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden

leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden

yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan

dengan kelompok kulit hitam.

Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang

9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa

10 kali kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia

terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak,

hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.


Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles

County-University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre

melaporkan bahwa penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu

hispanik (60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani

oleh LCA + USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang umum

berikutnya yaitu

Asia (23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).

a.2. Faktor Genetik

Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah

20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat

menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada

penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital,

sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia

Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi

D.

Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat

dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara

kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada

kembar identik

Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case

control menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga

positif leukemia berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75 ; CI=1,32-10,99)

artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki

riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak


menderita leukemia.
b. Agent

b.1. Virus

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada

binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai

salah satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan

dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di

dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA

yang

menyebabkan leukemia pada binatang.

Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi

terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis

cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien

dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi

tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro

Karibia dan Amerika Serikat.

b.2. Sinar Radioaktif

Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat

menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas

sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi

terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai

risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak

bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang hidup

setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi LMA dan LGK

sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun


setelah ledakan tersebut
terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang

diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih

banyak. b.3. Zat Kimia

Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfeniko

l, fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia. Sebagian

besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene),

pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.

Penelitian Hadi, et al (200 8) di Iran dengan desain case

control menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat

meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26 dan

CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali

terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.

b.4. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya

leukemia. Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita

leukemia terutama LMA.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan

risiko LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control

memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko

kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita

LMA kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan

orang yang tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002),

menunjukkan adanya hubungan antara LMA dengan kebiasaan merokok.

Penelitian lain di
Canada oleh Kasim menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan

risiko LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada orang yang

merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.

c. Lingkungan (pekerjaan)

Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan

pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang

dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan

kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control

meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah

tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26%

adalah mahasiswa,

19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan

hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja di pertanian atau

peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-5,19),

artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja

di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

2.6. Gejala Klinis

Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia,

neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.

2.6.1. Leukemia Limfositik Akut

Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan

sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah,

letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga

ditemukan
anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai

terutama pada sternum, tibia dan femur.

2.6.2. Leukemia Mielositik Akut

Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang

disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi

dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat

tinggi (lebih dari


3
100 ribu/mm ) biasanya mengalami gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan

priapismus. Selain itu juga menimbulkan ganggua n metabolisme yaitu

hiperurisemia dan hipoglikemia.

2.6.3. Leukemia Limfositik Kronik

Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang

mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat

badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan

kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi

semakin parah sejalan dengan perjalanan penyakitnya.

2.6.4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas.

Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan

limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit

berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah

berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.


2.7. Pencegahan

2.7.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat

menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.

a. Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif

Pencegahan ini ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien

yang penatalaksanaan medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas

radiologi dapat dilakukan dengan menggunakan baju khusus anti radiasi,

mengurangi paparan terhadap radiasi, dan pergantian atau rotasi kerja. Untuk

pasien dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan diagnostik radiologi

serendah mungkin sesuai kebutuhan klinis.

b. Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia

Pencegahan ini dilakukan pada pekerja yang sering terpapar

dengan benzene dan zat aditif serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan

memberikan pengetahuan atau informasi mengenai bahan-bahan karsinogen

agar pekerja dapat bekerja dengan hati-hati. Hindari paparan langsung

terhadap zat-zat kimia tersebut.

c. Mengurangi frekuensi merokok

Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok perokok berat agar dapat

berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari empat kasus LMA disebabkan

oleh merokok.Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang

bahaya merokok yang bisa menyebabkan kanker termasuk leukemia (LMA).


d. Pemeriksaan Kesehatan Pranikah

Pencegahan ini lebih ditujukan pada pasangan yang akan menikah.

Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan masing-masing calon

mempelai. Apabila masing-masing pasangan atau salah satu dari pasangan

tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita sindrom Down atau

kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi dengan ahli hematologi.

Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan untuk tetap menikah atau tidak.

2.7.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan

penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau

ketidakmampuan.

Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan

yang cepat dan tepat.

a. Diagnosis dini

a.1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali

(86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis, dan

perdarahan retina. Pada penderita LMA ditemukan hipertrofi gusi yang

mudah berdarah. Kadang-kadang ada gangguan penglihatan yang disebabkan

adanya perdarahan fundus oculi. Pada penderita leukemia jenis LLK

ditemukan hepatosplenomegali dan limfadenopati. Anemia, gejala-gejala

hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat) menunjukkan

penyakitnya sudah berlanjut. Pada LGK/LMK hampir selalu ditemukan

splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Selain itu Juga didapatkan nyeri

tekan
pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang terdapat purpura,

perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-

kadang priapismus.

a.2. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi

dan pemeriksaan sumsum tulang.

a.2.1. Pemeriksaan darah tepi

Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan

kadang-kadang leukopenia (25%).Pada penderita LMA ditemukan

penurunan eritrosit dan trombosit.Pada penderita LLK ditemukan

3
limfositosis lebih dari 50.000/mm ,sedangkan pada penderita LGK/LMK

3
ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm .

a.2.2. Pemeriksaan sumsum tulang

Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut

ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti

sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel

yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari

sel berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya

infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang

berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit

B. Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular

dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis.

3
Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm .
b. penatalaksanaan medis

b.1. Kemoterapi

b.1.1. Kemoterapi pada penderita LLA

Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak

semua fase yang digunakan untuk semua orang.

a.Tahap1 (terapi
induksi)

Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh

sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum

tulang.

Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah

sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah

normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan

memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin,

prednison dan asparaginase.

b.Tahap2 (terapi konsolidasi/


intensifikasi)

Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi

intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual

untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap

obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.

c.Tahap3 ( profilaksis
SSP)

Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.

Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada

dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat

kemoterapi yang
berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi,

untuk mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.

d.Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi.

Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.

Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan sangat

dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi

60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai remisi lengkap

dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang

dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang

dan SSP.

b.2.1. Kemoterapi pada penderita LMA

a. Fase induksi

Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan

untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai

remisi komplit. Walaupu n remisi ko mplit telah tercapai, masih

tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat

dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan

di masa yang akan datang.

b. Fase konsolidasi

Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase

induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus

kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau

lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.


Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-75%, tetapi angka rata-

rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari 5 tahun

hanya

10%

b.3.1. Kemoterapi pada penderita LLK

Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi

terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah

klasifikasi Rai:

a. Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum


tulang

b. Stadium I : limfositosis dan


limfadenopati.

c. Stadium II : limfositosis dan splenomegali/

hepatomegali. d. Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb

< 11 gr/dl).

e. Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia


3
<100.000/mm

21
dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.

Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi

bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan

tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak

memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau

kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan

kemoterapi intensif.

Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25%

pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1
dapat bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan

stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
b.4.1. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK

a. Fase Kronik

Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yang mampu

menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.

Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan

fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan transplantasi

sumsum tulang.

b. Fase Akselerasi,

Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.

b.2. Radioterapi

Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-

sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian

lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa

menjadi gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar

gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan

pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

b.3. Transplantasi Sumsum Tulang

Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum

tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang

rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi.

Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel

darah yang rusak karena kanker.Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-

80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1

tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen

(HLA) yang
sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak memberikan respon

terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.

b.Terapi suportif

Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi

efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit

untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

2.7.3. Pencegahan Tertier

Pencegahan tertier ditujukan untuk membatasi atau menghalangi perkembangan kemampuan, kondisi, atau

gangguan sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Untuk penderita leukemia

dilakukan perawatan atau penanganan oleh tenaga medis yang ahli di rumah sakit. Salah satu perawatan yang diberikan

yaitu perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresifitas

penyakit. Selain itu perbaikan di bidang psikologi, sosial dan spiritual. Dukungan moral dari orang-orang terdekat juga
diperlukan.

Phatway

Proliferasi sel kanker

Sel kanker bersaing dengan sel normal

Infiltrasi

Sel normal di gantikan dengan sel kanker

Depresi sum sum tulang Sel kekurangan makanan Infiltrasi SSP

Perubahan metabolik tubuh

Anorexia,mual,muntah Infiltrasi extra medular

eritrosit menurun leukosit meningkat faktor pembekuan darah Pembesaran limfe,nodus


Ketidakseimbanga
anemia Perdarahan n nutrisi kurang limfe,liver,tulang
Resiko infeksi dari kebutuhan
Tulang mengecil/lemah
Resiko
Intoleransi
kekurangan
aktifitas
volume
cairan
Nyeri

ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan
status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
(Budi Anna Keliat, 1994)

Pengkajian pada leukemia meliputi:

a.Riwayat penyakit

b.Kaji adanya tanda-tanda anemia:

1).Pucat
2).Kelemahan
3).Sesak
4).Nafas cepat

c.Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:

1).Demam
2).Infeksi

d.Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:

1).Ptechiae
2).Purpura
3).Perdarahan membran mukosa

e.Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:

1).Limfadenopati
2).Hepatomegali
3).Splenomegali

f.Kaji adanya pembesaran testis

g.Kaji adanya:
1).Hematuria

2).Hipertensi

3).Gagal ginjal

4).Inflamasi disekitar rectal

5).Nyeri (Suriadi,R dan Rita Yuliani, 2001: 178)

2.Patofisiologi dan Penyimpangan KDM Proliferasi sel kanker


Sel kanker bersaing dengan sel normal, untuk mendapatkan nutrisi,Infiltrasi sel normal digantikan dengan Sel kanker

3.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis
tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat
“ (Wong,D.L, 2004: 331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
1.Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3.Resiko perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
4.Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
5.Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi
6.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping
kemoterapi dan atau stomatitis
7.Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
8.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas.
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan

Hasil
Risiko Infeksi NOC NIC
1. Definisi : Mengalami · Immune Status Infection Control
peningkatan resiko terserang · Knowledge : (Kontrol infeksi)
organisme patogenik Infection control · Bersihkan lingkungan
Faktor Resiko : · Risk control setelah dipakai
Penyakit kronis. pasien lain
· Diabetes melitus Kriteria Hasil: ·Pertahankan teknik
· Obesitas · Klien bebas dari isolasi
Pengetahuan yang tidak tanda dan gejala · Batasi pengunjung bila
cukup untuk infeksi perlu
menghindari pemanjanan · Mendeskripsikan · Instruksikan pada
patogen. proses penularan pengunjung untuk
Pertahanan tubuh primer penyakit, faktor mencuci tangan saat
yang tidak adekuat. yang mempengaruhi berkunjung dan
· Gangguan peritalsis penularan serta setelah berkunjung
· Kerusakan integritas kulit penatalaksanaannya meninggalkan pasien
(pemasangan kateter · Menunjukkan · Gunakan sabun
intravena, prosedur invasif) kemampuan untuk antimikrobia untuk
· Perubahan sekresi pH mencegah cuci tangan
· Penurunan kerja siliaris timbulnya infeksi · Cuci tangan setiap
· Pecah ketuban dini · Jumlah leukosit sebelum dan sesudah
· Pecah ketuban lama dalam batas normal tindakan
· Merokok · Menunjukkan keperawatan
· Stasis cairan tubuh perilaku hidup sehat · Gunakan baju, sarung
· Trauma jaringan (mis, trauma tangan sebagai alat
destruksi jaringan) pelindung
Ketidakadekuatan · Pertahankan
pertahanan sekunder lingkungan aseptik
· Penurunan hemoglobin selama pemasangan
· Imunosupresi (mis, imunitas alat
didapat tidak adekuat, agen · Ganti letak IV perifer
farmaseutikal termasuk dan line central dan
imunosupresan, steroid, dressing sesuai
antibodi monoklonal, dengan petunjuk
imunomudulator) umum
· Supresi respon inflamasi ·Gunakan kateter
Vaksinasi tidak adekuat intermiten untuk
Pemajanan terhadap patogen menurunkan infeksi
lingkungan meningkat kandung kencing
· Wabah ·Tingktkan intake nutrisi
Prosedur invasif · Berikan terapi
Malnutrisi antibiotik bila perlu
· Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
· Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
· Monitor hitung
granulosit, WBC
· Monitor kerentangan
terhadap infeksi
· Batasi pengunjung
· Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
· Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
· Pertahankan teknik
isolasi k/p
· Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
· Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
· Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
· Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
· Dorong masukan
cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
· Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
· Ajarkan cara
menghindari infeksi
· Laporkan kecurigaan
infeksi
· Laporkan kultur positif

Intoleransi aktivitas NOC NIC


2. Definisi : Ketidakcukupan · Energy Activity Therapy
energi psikologis atau fisiologis conservation ·Kolaborasikan dengan
untuk melanjutkan atau · Activity tenaga rehabilitasi
menyelesaikan tolerance medik dalam
aktifitas kehidupan sehari-hari · Self Care : ADLs merencanakan
yang harus atau yang ingin program terapi yang
dilakukan. Kriteria Hasil : tepat
· Berpartisipasi · Bantu klien untuk
Batasan Karakteristik : dalam aktivitas fisik mengidentifikasi
· Respon tekanan darah tanpa disertai aktivitas yang
abnormal terhadap peningkatan mampu dilakukan
aktivitas tekanan darah, nadi · Bantu untuk memilih
· Respon frekwensi dan RR aktivitas konsisten
jantung abnormal terhadap · Mampu yang sesuai dengan
aktivitas melakukan aktivitas kemampuan fisik,
· Perubahan EKG yang sehari-hari (ADLs) psikologi dan social
mencerminkan aritmia secara mandiri · Bantu untuk
· Perubahan EKG yang · Tanda-tanda vital mengidentifikasi dan
mencerminkan iskemia normal mendapatkan sumber
· Ketidaknyamanan · Energy yang diperlukan
setelah beraktivitas psikomotor untuk aktivitas yang
· Dipsnea setelah · Level kelemahan diinginkan
beraktivitas · Mampu · Bantu untuk
· Menyatakan merasa berpindah: dengan mendapatkan alat
letih atau tanpa bantuan bantuan aktivitas
· Menyatakan merasa alat seperti kursi roda,
lemah · Status krek
kardiopulmunari ·Bantu untuk
Faktor Yang Berhubungan : adekuat mengidentifikasi
· Tirah Baring atau · Sirkulasi status aktivitas yang
imobilisasi baik disukai
· Kelemahan umum · Status respirasi : · Bantu klien untuk
· Ketidakseimbangan pertukaran gas dan membuat jadwal
antara suplai dan ventilasi adekuat latihan diwaktu
kebutuhan oksigen luang
· Imobilitas · Bantu
· Gaya hidup monoton pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
· Sediakan penguatan
positif bagi yang
aktif beraktivitas
· Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
· Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual

Resiko perdarahan NOC NIC


3. Definisi : Beresiko · Blood lose Bleeding precautions
mengalamipenurunan volume severity · Monitor ketat tanda-
darah yang dapat mengganggu · Blood tanda perdarahan
kesehatan koagulation · Catat nilai Hb dan
HT sebelum dan
Faktor Resiko : Kriteria Hasil : sesudah terjadìnya
· Aneurisme · Tidak ada perdarahan
· Sirkumsisi hematuria dan · Monitor nilai lab
· Defisiensi pengetahuan hematemesis (koagulasi) yang
· Koagulopati · Kehilangan darah meliputi PT, PTT,
intravaskuler diseminata yang terlihat trombosit
· Riwayat jatuh · Tekanan darah · Monitor TTV
· Gangguan dalam batas normal ortostatik
gastrointestinal sistol dan diastole · Pertahankan bed
· (mis.,penyakit ulkus · Tidak ada rest selama
lambung, polip, varises) perdarahan perdarahan aktif
· Gangguan fungsi hati pervagina · Kolaborasi dalam
(mis, sirosis, hepatitis) · Tidak ada pemberian produk
· Koagulopati inheren distensi abdominal darah (platelet atau
(mis, trombositopenia) · Hemoglobin dan fresh frozen plasma)
· Komplikasi hematrokrit dalam · Lindungi pasien
pascapartum (mis, atoni batas normal dari trauma yang
uteri, retensi plasenta) · Plasma, PT, PTT dapat menyebabkan
· Komplikasi terkait dalam batas normal perdarahan
kehamilan (mis, plasenta · Hindari mengukur
previa, kehamilan mola, suhu lewat rectal
solusio plasenta) · Hindari
· Trauma pemberian aspirin
· Efek samping terkait dan anticoagulant
terapi (mis, pembedahan, · Anjurkan pasien
pemberian obat, pemberian untuk meningkatkan
produk darah defisiensi intake makanan yang
trombosit, kemoterapi) banyak mengandung
vitamin K
· Hindari terjadinya
konstipasi dengan
menganjurkan untuk
mempertahankan
intake cairan yang
adekuat dan
pelembut feses
Bleeding reduction
· Identifikasi
penyebab perdarahan
· Monitor trend
tekanan darah dan
parameter
hemodinamik
(CVP,pulmonary
capillary / artery
wedge pressure
· Monitor status
cairan yang meliputi
intake dan output
· Monitor penentu
pengiriman oksigen
ke jaringan (PaO2,
SaO2 dan level Hb
dan cardiac output)
· Pertahankan
patensi IV line
Bleeding reduction:
wound/luka
· Lakukan manual
pressure (tekanan)
pada area perdarahan
· Gunakan ice pack
pada area perdarahan
· Lakukan pressure
dressing (perban
yang menekan) pada
area luka
· Tinggikan
ekstremitas yarg
perdarahan
· Monitor ukuran
dan karakteristik
hematoma
· Monitor nadi
distal dari area yang
luka atau perdarahan
· Instruksikan
pasien untuk
menekan area luka
pada saat bersin atau
batuk
· Instruksikan
pasien untuk
membatasi aktivitas
Bleeding reduction :
gastrointestinal
· Observasi adanya
darah dalam sekresi
cairan tubuh: emesis,
feces, urine, residu
lambung, dan
drainase luka
· Monitor complete
blood count dan
leukosit
· Kolaborasi dalam
pemberian terapi :
lactulose atau
vasopressin
· Lakukan
pemasangan NGT
untuk memonitor
sekresi dan
perdarahan lambung
· Lakukan bilas
lambung dengan
NaCI dingin
· Dokumentasikan
warna, jumlah dan
karakteristik feses
· Hindari pH
lambung yang
ekstrem dengan
kolaborasi
pemberian antacids
atau histamine
blocking agent
· Kurangi faktor
stress
· Pertahankan jalan
nafas
· Hindari
penggunaan
anticoagulant
· Monitor status
nutrisi pasien
· Berikan cairan
Intravena
· Hindari
penggunaan aspirin
dan ibuprofen
Resiko kekurangan volume NOC NIC
4. cairan · Fluid balance Fluid management
· Hydration · Timbang
Definisi : Berisiko mengalami · Nutritional popok/pembalut jika
dehidrasi vaskular, selular, atau Status: Food and diperlukan
intraselular. Fluid Intake · Pertahankan
catatan intake dan
Faktor Risiko : Kriteria Hasil : output yang akurat
· Kehilangan volume · Mempertahankan · Monitor status
cairan aktif urine output sesuai hidrasi (kelembaban
· Kurang pengetahuan dengan usia dan membran mukosa,
· Penyimpangan yang BB, BJ urine nadi adekuat,
mempengaruhi absorbs normal, HT normal tekanan darah
cairan · Tekanan darah, ortostatik ), jika
· Penyimpangan yang nadi, suhu tubuh diperlukan
mempengaruhi akses dalam batas normal · Monitor vital sign
cairan · Tidak ada tanda- · Monitor masukan
· Penyimpangan yang tanda dehidrasi, makanan / cairan dan
mempengaruhi asupan Elastisitas turgor hitung intake kalori
cairan kulit baik, membran harian
· Kehilangan bertebihan mukosa lembab, · Kolaborasikan
melalui rute normal (mis, tidak ada rasa haus pemberian cairan IV
diare) yang berlebihan · Monitor status
· Usia lanjut nutrisi
· Berat badan ekstrem · Berikan cairan IV
· Faktor yang pada suhu ruangan
mempengaruhi kebutuhan · Dorong masukan
cairan (mis, status oral
hipermetabolik) · Berikan
· Kegagalan fungsi penggantian
regulator nesogatrik sesuai
· Kehilangan cairan output
melalul rute abnormal · Dorong keluarga
(mis, slang menetap) untuk membantu
· Agens farmasutikal pasien makan
(mis., diuretik) · Tawarkan snack
(jus buah, buah
segar)
· Kolaborasi
dengan dokter
· Atur
kemungkinan
tranfusi
· Persiapan untuk
tranfusi
Hypovolemia
Management
· Monitor status
cairan termasuk
intake dan ourput
cairan
· Pelihara IV line
· Monitor tingkat
Hb dan hematokrit
· Monitor tanda
vital
· Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan
· Monitor berat
badan
· Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
· Pemberian cairan
IV monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan
· Monitor adanya
tanda gagal ginjal
5. NOC Intervensi NIC
DEFINISI Menunjukkan higiene Pengkajian
Kerusakan membran mukosa oral, yang dibuktikan
oral adalah gangguan pada bibir oleh indikator sebagai
 Identifikasi zat
dan/atau jaringan lunak di berikut:
yang mengiritasi, seperti
rongga mulut tembakau, alkohol,
makanan, obat-obatan,
suhu makanan yang
FACTOR YANG 1. Gangguan ekstrem, dan penyedap
BERUBUNGAN ekstrem makanan
 Kaji pemahaman
2. Berat dan kemampuan pasien
untuk melakukan
3. Sedang
 Kehilangan jaringan ikat, perawatan mulut
adiposa atau tulang 4. Ringan
Pemulihan kesehatan
 Hambatan perawatan
5. Tidak mulut (NIC):
mulut secara mandiri
 Hambatan memperoleh mengalami
perawatan profesional gangguan
 Kemoterapi  Tentukan persepsi
 Bahan kimia (misalnya, pasien tentang perubahan
alkohol, tembakau, makanan pada rasa, menelan,
asam obat, penggunaan inhaler kualitas, suara dan
atau bahan berbahaya lain kenyamanan
secara rutin)  Pantau pasien
 Bibir sumbing atau setiap sif terhadap
palatum sumbing kekeringan pada mukosa
 Penurunan trombosit mulut
 Dehidrasi  Pantau tanda dan
 Depresi gejala glositis dan
stomatitis
 Penurunan kadar hormon
(wanita)  Pantau efek
 Luluh imun terapeutik anestesi
 Imunosupresi topikal, pasta pelindung
mulut dan analgesik
 Higiene mulut yang
sistemik atau topikal, jika
tidak efektif
perlu
 Infeksi
 Penurunan produksi
saliva Penyuluhan untuk
 Kehilangan struktur
pasien/keluarga
penyokong
 Malnutrisi (atau Pemulihan kesehatan
defisiensi vitamin) mulut (NIC):
 Mekanis (misalnya,
pemasangan gigi palsu, kawat
gigi, dan slang [endotrakea atau
nasogastrik] yang tidak pas)  Tekanan program
 Efek samping obat kesehatan mulut sebagai
bagian dari penyuluhan
 Bernapas melalui mulut
pemulangan
 Puasa untuk jangka
 Instruksikan
waktu lebih dari 24 jam
pasien untuk menghindari
 Kondisi patologis rongga obat kumur komersial
mulut (non-NANDA
 Instruksikan
international)
pasien untuk melaporkan
 Terap radiasi tanda infeksi segera
 Stres mungkin
 Pembedahan pada
rongga mulut
Aktivitas kolaboratif
 Trauma (misalnya, obat
dan agens berbahaya)

 Diskusikan
BATASAN dengan dokter
menyangkut program
KARAKTERISTIK
obat kumur antijamur
Subjektif atau anetesi topikal oral
jika terdapat infeksi
jamur

 Nyeri dan Pemulihan kesehatan


ketidaknyamanan di mulut mulut (NIC):
 Melaporkan adanya rasa
yang tidak enak di mulut
 konsultasikan
 Kesulitan makan atau dengan dokter jika
menelan terdapat tanda dan gejala
 Keterbatasan (atau glositis dan stomatitis
kehilangan) sensasi rasa yang membandel atau
memburuk
 Berikan anestesi
Objektif topikal, pasta pelindung
mulut, dan anagesik
topikal atau sistemik, jika
perlu
 Perdarahan
 Lidah berselaput
Aktivitas lain
 Deskuamasi
 Kesulitan berbicara
 Edema
 Lakukan
 Pembesaran tonsil
perawatan mulut sebelum
 Fisura, kelitis makan atau sesuai
 Lidah berpeta dengan kebutuhan
 Hiperplasia gusi  Hindari
 Pucat pada mukosa atau penggunaan permen
gusi bergula atau permen karet
 Resesi gusi, kantung  Bersihkan gigi
gusi lebih dari 4 mm palsu setiap kali setelah
 Halitosis makan
 Hiperemia Pemulihan kesehatan
 Makroplasia mulut (NIC):
 Mukosa terkelupas
 Lesi atau ulkus mulut
 Adanya patogen
 Rencanakan
 Drainase purulen atau makan sedikit tetapi
eksudat sering; pilih makanan
 Massa kemerahan atau yang lunak; dan sediakan
kebiruan (misalnya, makanan yang diinginkan
hemangioma) atau makanan dengan
 Lidah kaku dan atrofi suhu ruang
 Stomatitis  Bantu pasien
 Vesikel, nodulus, atau dalam memilh makanan
papula yang lembut, lunak, dan
tidak asam
 Bercak atau plak putih,
bercak seperti busa, atau eksudat  Tingkatkan
putih seperti dadih perawatan mulut setiap
dua jam dan dua kali
 Xerostomia (mulut
pada malam hari jika
kering)
stomatitis tidak dapat
dikendalikan
 Gunakan sikat
gigi berbulu lembut
untuk menghilangkan
debris pada gigi
 Anjurkan untuk
membersihkan mulut
dengan sering
menggunakan: larutan
natrium bikarbonat, salin
hangat, atau larutan
hidrogen peroksida
 Hindari
penggunaan swab lemon-
gliserin
 Hindari rokok dan
konsumsi alkohol
 Lepaskan gigi
palsu jika terjadi
stomatitis berat

Perawatan di rumah

 Semua intervensi
di atas dapat disesuaikan
untuk digunakan pada
perawatan di rumah:
perbedaan utamanya
adalah bahwa perawat
cenderung lebih sering
melakukan intervensi
untuk pasien rawat inap,
sementara di rumah
perawat cenderung
mengajarkan klien atau
pemberi asuhan untuk
melakukan intervensi
tersebut
 Beri saran untuk
menggunakan minimum
dan popside dingin untuk
meredakan rasa tidak
nyaman
 Anjurkan pasien
untuk menggunakan
pelembab ruangan jika
udara di rumah kering

Untuk bayi dan anak-


anak

 Ajarkan orang tua


bahwa gusi anak yang
merah dan bengkak
selama tumbuh gigi
adalah kondisi normal
 Ganti sikat gigi
anak setiap 3 bulan
 Ajarkan orang tua
untuk memberikan anak
sesuatu yang aman
dikunyah selama proses
tumbuh gigi

Untuk lansia
 Kaji apakah klien
mampu melakukan
sendiri perawatan
mulutnya
 Observasi bibir
dan rongga mulut
terhadap lesi (misalnya,
massa, ulserasi, bercak
merah atau putih, lesi
granular)
 Waspadai banyak
lansia yang jarang
melakukan kunjungan ke
dokter gigi secara rutin.
Dorong untuk melakukan
kunjungan rutin, bantu
untuk memperoleh
transportasi dan bantuan
finansial, jika diperlukan

Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC


6. kurang dari kebutuhan tubuh · Nutritional Status Nutrition Management
: · Kaji adanya alergi
Definisi : Asupan nutrisi tidak · Nutritional Status makanan
cukup untuk memenuhi : food and Fluid · Kolaborasi
kebutuhan metabolik Intake dengan ahli gizi
· Nutritional untuk menentukan
Batasan Karakteristik : Status: nutrient jumlah kalori dan
· Kram abdomen Intake nutrisi yang
· Nyeri abdomen · Weight control dibutuhkan pasien.
· Menghindari makanan · Anjurkan pasien
· Berat badan 20% atau Kriteria Hasil : untuk meningkatkan
lebih dibawah berat badan · Adanya intake Fe
ideal peningkatan berat · Anjurkan pasien
· Kerapuhan kapiler badan sesuai dengan untuk meningkatkan
· Diare tujuan protein dan vitamin
· Kehilangan rambut · Berat badan ideal C
berlebihan sesuai dengan tinggi · Berikan substansi
· Bising usus hiperaktif badan gula
· Kurang makanan · Mampu · Yakinkan diet
· Kurang informasi mengidentifikasi yang dimakan
· Kurang minat pada kebutuhan nutrisi mengandung tinggi
makanan · Tidak ada tanda- serat untuk
· Penurunan berat badan tanda malnutrisi mencegah konstipasi
dengan asupan makanan · Menunjukkan · Berikan makanan
adekuat peningkatan fungsi yang terpilih (sudah
· Kesalahan konsepsi pengecapan dan dikonsultasikan
· Kesalahan informasi menelan dengan ahli gizi)
· Mambran mukosa pucat · Tidak terjadi · Ajarkan pasien
· Ketidakmampuan penurunan berat bagaimana membuat
memakan makanan badan yang berarti catatan makanan
· Tonus otot menurun harian.
· Mengeluh gangguan · Monitor jumlah
sensasi rasa nutrisi dan
· Mengeluh asupan kandungan kalori
makanan kurang dan RDA · Berikan informasi
(recommended daily tentang kebutuhan
allowance) nutrisi
· Cepat kenyang setelah · Kaji kemampuan
makan pasien untuk
· Sariawan rongga mulut mendapatkan nutrisi
· Steatorea yang dibutuhkan
· Kelemahan otot Nutrition Monitoring
pengunyah · BB pasien dalam
· Kelemahan otot untuk batas normal
menelan · Monitor adanya
penurunan berat
Faktor Yang Berhubungan : badan
· Faktor biologis · Monitor tipe dan
· Faktor ekonomi jumlah aktivitas
· Ketidakmampuan untuk yang biasa dilakukan
mengabsorbsi nutrien · Monitor interaksi
· Ketidakmampuan untuk anak atau orangtua
mencerna makanan selama makan
· Ketidakmampuan · Monitor
menelan makanan lingkungan selama
· Faktor psikologis makan
· Jadwalkan
pengobatan dan
perubahan
pigmentasi
· Monitor turgor
kulit
· Monitor
kekeringan, rambut
kusam, dan mudah
patah
· Monitor mual dan
muntah
· Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
· Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
· Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
· Monitor kalori
dan intake nutrisi
· Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila
lidah dan cavitas
oral.
· Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

Nyeri Kronis NOC: NIC :


7.
berhubungan dengan  Comfort level - Pain Manajemen
ketidakmampuan fisik-
psikososial kronis (metastase  Pain control - Monitor kepuasan
kanker, injuri neurologis, pasien terhadap
 Pain level manajemen nyeri
artritis)
Setelah dilakukan - Tingkatkan istirahat
DS: tindakan keperawatan dan tidur yang adekuat
- Kelelahan selama …. nyeri kronis
pasien berkurang dengan - Kelola anti
- Takut untuk injuri ulang kriteria hasil: analgetik ...........

DO:  Tidak ada gangguan - Jelaskan pada pasien


tidur penyebab nyeri
- Atropi otot
 Tidak ada gangguan - Lakukan tehnik
- Gangguan aktifitas konsentrasi nonfarmakologis
- Anoreksia (relaksasi, masase
 Tidak ada gangguan punggung)
- Perubahan pola tidur hubungan interpersonal

- Respon simpatis (suhu  Tidak ada ekspresi


dingin, perubahan posisi tubuh , menahan nyeri dan
hipersensitif, perubahan berat ungkapan secara verbal
badan)
-  Tidak ada
tegangan otot

Kerusakan integritas kulit NOC NIC


8. Definisi : Perubahan / gangguan Tissue Integrity : Skin Pressure Management
epidermis dan / atau dermis and Mucous Membranes Anjurkan pasien untuk
Hemodyalis akses menggunakan pakaian
Batasan Karakteristik : yang longgar
Kerusakan lapisan kulit Kriteria Hasil : Hindari kerutan pada
(dermis) Integritas kulit yang tempat tidur
Gangguan permukaan kulit baik bisa dipertahankan Jaga kebersihan kulit
(epidermis) (sensasi, elastisitas, agar tetap bersih dan
Invasi struktur tubuh temperatur, hidrasi, kering
pigmentasi) Mobilisasi pasien
Faktor Yang Berhubungan : Tidak ada luka/lesi (ubah posisi pasien)
Eksternal : pada kulit setiap dua jam sekali
Zat kimia, Radiasi Perfusi jaringan baik Monitor kulit akan
Usia yang ekstrim Menunjukkan adanya kemerahan
Kelembapan pemahaman dalam Oleskan lotion atau
Hipertermia, Hipotermia proses perbaikan kulit minyak/baby oil pada
Faktor mekanik (mis..gaya dan mencegah terjadinya daerah yang tertekan
gunting [shearing forces]) cedera berulang Monitor aktivitas dan
Medikasi Mampu melindungi mobilisasi pasien
Lembab kulit dan Monitor status nutrisi
Imobilitasi fisik mempertahankan pasien
Internal: kelembaban kulit dan Memandikan pasien
Perubahan status cairan perawatan alami dengan sabun dan air
Perubahan pigmentasi hangat
Perubahan turgor Insision site care
Faktor perkembangan Membersihkan,
Kondisi ketidakseimbangan memantau dan
nutrisi (mis.obesitas, emasiasi) meningkatkan proses
Penurunan imunologis penyembuhan pada luka
Penurunan sirkulasi yang ditutup dengan
Kondisi gangguan metabolik jahitan, klip atau straples
Gangguan sensasi Monitor proses
Tonjolan tulang kesembuhan area insisi
Monitor tanda dan
gejala infeksi pada area
insisi
Bersihkan area sekitar
jahitan atau staples,
menggunakan lidi kapas
steril
Gunakan preparat
antiseptic, sesuai
program
Ganti balutan pada
interval waktu yang
sesuai atau biarkan luka
tetap terbuka (tidak
dibalut) sesuai program
Dialysis Acces
Maintenance
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian

Riwayat

 Awitan demam yang tinggi secara tiba-tiba


 Perdarahan yang abnormal

 Keletihan dan berkeringat malam

 Kelemahan, kelesuhan,infeksi berulang, dan menggigil

 Nyeri abdomen atau tulangpada pasien yang mengalami ALL, AML, atau leukemia monoblastik akut.

Temuan pemeriksaan fisik

 Takikardia, palpitasi, dan murmur aliran sistolik

 Penurunan ventilasi

 Pucat

 Pembesaran nodus limfe

 Pembesaran hati atau limfa

Pemeriksaan diagnostik

 Laboraturium

 Hitung darah menggunakan trombositopenia (normal : 150.000 – 400.000 L) dan neurotropenia (normal 2.500 –

7.000 L) dan SDP yang beragam memperlihatkan jenis sel

 Pencitraan
 CT scan menunjukan organ yang terkena, dan analis cairan cerebrospinal menunjukan invasi SDP yang abnormal

pada sistem saraf pusat

 Prosedur diagnostik

 Aspirasi sumsum tulang menunjukan bahwa proliferasi SDP yang tidak matur menegaskan diagnosis leukemia

akut : jika aspirat kering atau bebas dari sel leukemia, namun pasien memiliki tanda leukemia lain yang khas,

biopsy sumsum tulang : biasanya pada spina iliaka superior, posterior, harus dilakukan.

 Pungsi lumbal digunakan untuk mendeteksi keterlibatan meningeal.

1.2 Masalah Yang lazim muncul / Diagnosa Keperawatan

1) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia


2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexial,mual dan muntah
3) Resiko kekurangan volume cairan dan elektrilit
4) Resiko Infeksi b.d menurunnya sistem pertahanan tubuh .
5) Nyeri akut b.d ifiltrasi leukosit jaringan sistemik.

Anda mungkin juga menyukai