PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya
pendarahan. Pendarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan
muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy
loss. Pendarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua terutama
setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum.
Perdarahan obsetrik yang terjadi pada kehamilan trimester ketiga dan yang
terjadi setelah anak atau plasenta lahir pada umumnya adalah perdarahan yang
berat, jika tidak mendapat penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok yang
fatal. Salah satu sebabnya adalah plasenta previa.
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
uteri sehingga menutupi sebagian atau hingga seluruh ostium uteri internum.
Pendarahan antepartum paling banyak terjadi akibat plasenta previa, sekitar 50 %
kasus. Biasanya semakin membesarnya ukuran uterus, plasenta pun akan ikut
pindah sehingga pemeriksaan USG selama antenatal sangat lah bermamfaat.
Umumnya penyakit ini berlangsung perlahan diawali gejala dini berupa
perdarahan berulang yang mulanya tidak banyak tanpa disertai rasa nyeri dan
terjadi pada waktu yang tidak tertentu, tanpa trauma. Sering disertai kelainan letak
janin atau pada kehamilan lanjut bagian bawah janin tidak masuk kedalam
panggul, tetapi masih mengambang diatas pintu atas panggul. Kelainan yang
sering disebabkan oleh plasenta previa salah satunya adalah letak lintang.
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi yang
lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala janin,
sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Kelainan letak pada janin ini
1
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan
tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir.
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini dapat
terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada kehamilan
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Case report session ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
di bagian Obstetri dan Ginekologi RSUD Solok dan diharapkan agar dapat
menambah pengetahuan penulis serta sebagai bahan informasi bagi para pembaca,
khususnya kalangan medis tentang “Plasenta Previa dan letak lintang”.
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Plasenta
2.1.1 Anatomi
3
berjalan cabang-cabang pembuluh darah tali pusat. Tali pusat akan berinsersi pada
plasenta bagian permukaan janin.
2. Bagian maternal (maternal portion)
Terdiri atas desidua kompakta yangterbentuk dari beberapa lobus dan
kotiledon (15-20 buah). Desidua basalis pada plasenta matang disebut lempeng
korionik (basal), dimana sirkulasiutero-plasental berjalan ke ruang-ruang intervili
melalui tali pusat.
3. Tali pusat
Merentang dari pusat janin ke plasenta bagian permukaan
janin.Panjangnya rata-rata 50-55cm, sebesar jari (diameter 1-2,5cm). Struktur
terdiri atas 2 aa.umbilikalis dan 1 v.umbilikalis
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum
4. Plasenta letak rendah adalah plasenta berimplantasi pada segmen bawah
rahim dimana tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari
ostium uteri internum.
4
Gambar 2. Klasifikasi Plasenta Previa
2.2.3 Epidemiologi
Menurut data sertifikat kelahiran di Amerika Serikat tahun 2003, Plasenta
previa mempersulit hampir 1 di antara 300 pelahiran. Dari Nova Scotia, Crane
dkk, menemukan insiden sebesar 1 diantar 300 pada hampir 93.000 pelahiran. Di
Parkland Hospital, insiden ditemukan sebesar 1 diantara 390 pada lebih dari
280.000 pelahiran yang terjadi antara tahun 1998 dan 2006. Prevalensi ini sangat
mirip bila dipertimbangkan bahwa tidak terdapat kepastian mengenai defenisi dan
identifikasi, karena alasan yang telah dibicarakan sebelumnya.
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi pada
usia di atas 30 tahun. Juga lebih sering terjadi pada kehamilan ganda daripada
kehamilan tunggal. Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Pada
beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insiden berkisar 1,7 % sampai
dengan 2,9 % . Di negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1 %
mungkin disebabkan berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi. Dengan
meluasnya penggunaan ultrasonografi dalam obstetrik yang memungkinkan
deteksi lebih dini, insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.
Plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan . Di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo, antara tahun 1971-1975, terjadi 37 kasus plasenta
previa diantara 4781 persalinan yang terdaftar , atau kira-kira 1 diantara 125
persalinan terdaftar.
5
2.2.4 Etiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada SBR belumlah diketahui pasti.
Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidu di daerah SBR tanpa
latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu
penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai
akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim
misalnya bekas
seksio sesarea, kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses
peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang
sebagai faktor resiko begi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas seksio sesarea
berperan meningkatkan insiden dua sampai tiga kali. Pada perempuan perokok
dijumpai insiden plasenta previa lebih tiggi 2 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon
mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi
sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang terlalu besar seperti kehamilan ganda
dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke
SBR sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. .
Menurut Kloosterman (1973), frekuensi plasenta previa pada primigravida
yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan
dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun. Pada grade multipara
yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dibandingkan
dengan grande multipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
Yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 2 kali lebih besar
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun, pada para
3 atau lebih yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 3 kali lebih besar
dibandingkan dengan para 3 atau lebih yang berumur kurang dari 25 tahun.
Implantasi plasenta dibawah segmen rahim dapat disebabkan :
a. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.
b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi pada janin.
c. Vilicorealis pada korion leave yang persisten.
6
2.2.5 Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal, telah mulai terbentuknya SBR, tapak plasenta
mengalami pelepasan. Tapak plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu
bagian dari desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian uri. Isthmus uteri
melebar menjadi SBR, maka plasenta yang berimplasntasi sedikit banyak akan
mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta.
Demikian pula pada saat serviks mendatar dan membuka ada bagian tapak
plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perubahan yang berasal
dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervilus dari plasenta. oleh karena
fenomena pembetukan SBR perdarahan pada plasenta previa berapapun pasti akan
terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan ditempat itu relatif dipermudah dan
diperbanyak oleh karena SBR dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat
karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, akibatnya pembuluh darah
pada tempat itu tidak akan tertutup sempurna. Perdarahan akan kecuali jika ada
laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta dimana perdarahan akan lebih
lama dan banyak. Oleh karena pembentukan SBR itu akan berlangsung progresif
dan bertahap maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan.
Demikianlah perdarahan akan berulang tanpa suatu sebab lain (causeless).
Darah yang keluar berwrna merah segar tanpa rasa nyeri (painless). Pada plasenta
yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam
kehamilan karena SBR terbentuk lebih dulu pada bagian terbawah yaitu ostium
uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa pertialis atau letak rendah,
perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan
pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan
berikutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30
minggu tetapi lebih dari separuh kejadiannya pada usai kehamilan 34 minggu ke
atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum,
maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak terbentuk
hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan
tromboplasitin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi
koagulopati pada plasenta previa.
7
Perdarahan antepartum disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi
pada trimester ketiga karena pada saat itu segmen bawah rahim lebih mengalami
perubahan karena berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.
Menurut manuaba 2008, implementasi plasenta di segmen bawah rahim
dapat disebabkan :
1. Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi ke janin.
3. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.
Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester
tiga yaitu plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa
sakit. Perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan
segmen bawah rahim (SBR) pada trimester tiga. Dengan bertambah tuanya
kehamilan, segmen bawah rahim (SBR) lebih melebar lagi dan serviks mulai
membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim (SBR), pelebaran
segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh
plasenta yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari
dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya bewarna
merah segar. Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu,
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan
plasenta yang letanya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan
terjadi.
8
Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa makin besar karena
endometrium belum sempat tumbuh.
3. Endometrium yang cacat
a. Bekas persalinan dengan jarak pendek.
b. Bekas operasi, bekas kuretase atau plasenta manual.
c. Perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip.
9
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, maka pada palpasi
abdomen sering ditemui bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan
letak janin tidak dalam letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu
hamil merasa nyeri dan perut tidak tegang.
2.2.8 Diagnosis
Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa
penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata dugaan itu salah.
Anamnesis:
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung
tanpa nyeri, tanpa alasan, dan banyaknya perdarahan, terutama pada
multigravida,
Inspeksi :
a. Perdarahan keluar pervaginam : banyak atau sedikit, darah beku
b. Ibu terlihat pucat
Palpasi abdomen :
a. Fundus uteri masih rendah karena janin sering belum cukup bulan
b. Sering kesalahan letak janin
c. Bagian terbawah janin belum turun, bila letak kepala, biasanya floating
d. Terasa bantalan pada segmen bawah rahim terutama ibu yang kurus
Pemeriksaan inspekulo :
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal
dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina , seperti erosio
porsionis uteri, karsinoma porsionis uteri, polipus servisis uteri, varises, vulva dan
trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum , adanya plasenta
previa harus dicurigai.
10
Penentuan letak plasenta secara langsung:
Secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis. Akan tetapi
ini berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
Ultrasonografi :
Penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat , tidak
menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinnya, dan tidak menimbulkan rasa
nyeri.
Pemeriksaan dalam
1. Bahaya pemeriksaan dalam : Perdarahan yang hebat, infeksi,
menimbulkan his dan kemudian terjadi partus prematurus.
2. Teknik dan persiapan pemeriksaan dalam :
a. Pasang infus dan persiapan donor darah
b. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan di ruang operasi
c. Pemeriksaan dilakukan secara hati-hati dan lembut
d. Raba bantalan antara kepala janin dan forniks (anterior dan posterior)
yang disebut uji forniks ( fornices test)
e. Bila ada darah beku , keluarkan sedikit-sedikit dan pelan-pelan
3. Kegunaan pemeriksaan dalam pada antepartum :
a. Menegakkan diagnosa
b. Menentukan jenis klasifikasi plasenta previa
4. Indikasi pemeriksaan dalam pada perdarahan antepartum :
a. Perdarahan banyak, lebih dari 500 cc
b. Perdarahan berulang
c. Perdarahan sekali, banyak, Hb < 8 gr%
d. His telah mulai dan janin viable
11
Plasenta previa kadang-kadang dapat membingungkan dengan penyebab
perdarahan yang lain pada akhir bulan kehamilan. Yang tersering adalah solutio
plasenta.
2.2.10 Penatalaksanaan
Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan pada trimester kedua
atau trimester ketiga harus dirawat dalam RS. Pasien diminta istirahat baring dan
dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh.
Selama rawat inap mungkin perlu diberikan transfusi darah dan terhadap pasien
12
perlu dilakukan pemantauan kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal
yang ketat. Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada :
a. Keadaan umum pasien, kadar Hb
b. Jumlah perdarahan yang terjadi
c. Umur kehamilan/taksiran BB janin
d. Jenis plasenta previa
13
• Perbaiki anemia dengan sulfas fenosus atau ferous fumarat
per oral 60 mg selama 1 bulan
4. Pastikan tersedianya sarana transfusi
5. Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu
masih lama. Ibu dapat dirawat jalan dengan pesan segera kembali
ke rumah sakit jika terjadi perdarahan.
B. Terapi Aktif
Rencanakan terminasi kehamilan bila :
1. Usia kehamilan cukup bulan
2. Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi
kelangsungan hidupnya (misal anensefail)
3. Pada percarahan aktif dan banyak , segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang usia kehamilan
a. Jikaterdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dan
presentasi kepala, maka dapat dilakukan pemecahan selaput
ketuban dan persalinan pervaginam masih dimungkinkan. Jika
tidak, lahirkan dengan seksio sesarea.
b. Jikapersalinan dilakukan dengan seksio sesarea dan terjadi
perdarahan dari tempat plasenta :
• Jahit perdarahan dengan benang
• Pasang infus oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan IV ( NaCl
0.9% atau RL) dengan kecepatan 60 tetes per menit.
• Jika perdarahan terjadi persalinan, segera lakukan penanganan
yang sesuai, seperti ligasi arteri dan histerektomi.
14
Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio sesarea,
tanpa menghiraukan faktor lainnya. Plasenta previa parsialis pada primigravida
sangat cenderung untuk seksio sesarea. Perdarahan banyak, apalagi yang
berulang, merupakan indikasi multak untuk seksio sesarea karena perdarahan itu
biasanya disebabkan oleh plasenta previa yang lebih tinggi derajatnya dari pada
apa yang ditemukan pada pemeriksaan dalam atau vaskularisasi yang hebat pada
serviks dan segmen bawah uterus.
Multigravida dengan plasenta letak rendah, plasenta previa marginalis atau
plasenta previa parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm dapat ditanggulangi
dengan pemecahan selaput ketuban. Akan tetapi, apabila ternyata pemecahan
selaput ketuban tidak mengurangi perdarahan yang timbul kemudian, maka seksio
sesarea harus dilakukan. Dalam memilih cara persalinan pervaginam hendaknya
dihindarkan cara persalinan yang lama dan sulit karena akan sangat
membahayakan ibu dan janinnya.
Persalinan Pervaginam
1. Amniotomi
Cara terpilih untuk melangsungkan persalinan pervaginam, karena bagian
terbawah janin akan menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah,
bagian plasenta yang berdarah itu dapat bebas mengikuti regangan segmen –
segmen uterus, sehingga pelepasan plasenta dari segmen bawah uterus lebih
lanjut dapat dihindarkan.
Apabila pemecahan selaput ketuban tidak berhasil menghentikan
perdarahan, maka terdapat 2 cara lainnya yang lebih keras menekan plasenta dan
mungkin pula lebih cepat menyelesaikan persalinan, yaitu pemasangan cunam
Willett dan versi Braxton-Hicks.
Versi Baxton Hicks
Untuk mengadakan tamponade plasenta dengan bokong fetus. Jika vesri
Boxton Hicks dilakukan ada fetus yang masih hidup, fetus akan
meninggal.
Cunam Willett
15
Kulit kepala fettus dijepit dengan cunam willett, kemudian diberi beban
secukupnya sampai perdarahann berhenti. Tindakan ini kurang
mengadakan penekanan pada plasenta dan seringkali menyebabkan
perdarahan pada kulit, karena itu tindakan ini biasanya dilakukan pada
fetus yang telah meninggal dan dengan perdarahan sedikit.
Kedua cara ini telah ditinggalkan dalam dunia kebidanan mukhtahir karena
seksio sesarea jauh lebih aman bagi ibu dan janinnya. Akan tetapi, kedua cara ini
masih mempunyai tempat tertentu dalam dunia kebidanan, misalnya dalam
keadaan darurat sebagai pertolongan pertama untuk mengatasi perdarahan banyak
atau apabila seksio sesarea tidak mungkin dilakukan.
Persalinan perabdominam, dengan seksio sesarea
Indikasi seksio sesarea pada plasenta previa :
(1) Semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal.
(2) Semua plasenta lateralis posterior, karena perdarahan yang sulit dikontrol
(3) Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti
dengan tindakan-tindakan yang ada
(4) Plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang
2.2.11 Komplikasi
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, diantaranya ada yang menimbulkan pendarahan yang
cukup banyak dan fatal.
A. Kehamilan
1. Kesalahan letak janin (letak kepala mengapung, letak sungsang, letak
lintang)
2. Partus prematurus karena rangsangan koagulum darah pada serviks
3. Lepasnya plasenta dapat merangsang his.
B. Persalinan
1. Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi
patologik
2. Bila ketuban pada plasenta lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan
dapat terjadi prolaps funikuli
16
3. Sering dijumpai inersia primer
4. Perdarahan ante dan post partum.
C. Janin
1. Bayi prematus
2. IUFD (perdarahan banyak dan syok)
3. Asfiksia
4. Trauma persalinan (akibat tindakan operatif)
2.2.12 Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena
plasenta previa rendah sekali, atau tidak ada sama sekali. Hal ini berkat diagnosis
yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG disamping ketersediaan transfusi
darah dan infus cairan telah ada hampir disemua rumah sakit kabupaten. Namun,
nasib janin masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang
lahir spontan maupun karena intervensi seksio.
2.3.2 Klasifikasi
Menurut letak kepala terbagi atas:
17
a). Letak lintang I : kepala di kiri
b). Letak lintang II : kepala di kanan
Menurut posisi punggung terbagi atas:
a). Dorso anterior (di depan)
b). Dorso posterior (di belakang)
c). Dorso superior (di atas)
d). Dorso inferior (di bawah)
2.3.3 Epidemiologi
Angka kejadian letak lintang berkisar antara 0,5 – 2 %. Dari beberapa
rumah sakit pendidikan di Indonesia dilaporkan : Medan 0,6 %, Jakarta 0,1 %
(1948), Bandung 1,9 %. Grenhill melaporkan 0,3 %.
2.3.4 Etiologi
Sebab terpenting terjadinya letak lintang adalah multiparitas disertai
dinding uterus dan perut lembek. Pada kehamilan prematur, hidramnion dan
kehamilan kembar, janin sering dijumpai dalam letak lintang. Keadaan-keadaan
lain yang dapat menghalangi turunnya kepala ke dalam rongga panggul seperti
misalnya panggul sempit, tumor di daerah panggul dan plasenta previa dan pula
mengakibatkan terjadinya letak lintang tersebut. Demikian pula kelainan bentuk
rahim, seperti misalnya uterus arkuatus atau uterus subseptus, juga merupakan
penyebab terjadinya letak lintang.
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai
faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor – faktor
tersebut adalah :
a. Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus,
anensefalus, plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.
b. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil,
atau sudah mati.
c. Gemelli (kehamilan ganda)
d. Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum
e. Lumbar skoliosis
18
f. Monster
g. Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh.
2.3.5 Patofisologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah
air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan
leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam letak lintang atau
pun presentasi kepala,letak sungsang.Pada kehamilan triwulan terakhir janin
tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Dengan demikian
dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
selain memanjang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan
cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam memanjang dengan presentasi
kepala.Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu.Sebagian dari mereka berada
dalam letak lintang.
2.3.6 Diagnosis
a. Inspeksi
Perut membuncit ke samping
b. Palpasi
Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau
bahu sudah masuk ke dalam pintu atas panggul
Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
c. Auskultasi
Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan
menumbung teraba tangan. Untuk menentukan tangan
kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
19
Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan
atau ke kiri. Bila kepala terletak di kiri, ketiak menutup
ke kiri.
Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula,
letak dada dengan klavikula.
Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila
pembukaan kecil dan ketuban intak, namun pada letak
lintang biasanya ketuban cepat pecah.
20
36 minggu. Setelah itu, jika masih dalam letak lintang maka dapat
dilakukan versi luar jika syarat memenuhi.
Dalam Persalinan
Secara umum, dimulainya persalinan aktif pada wanita letak
lintang sudah merupakan indikasi seksio sesarea. Setelah proses persalinan
berjalan baik, percobaan untuk mengubah posisi menjadi letak
longitudinal dengan manipulasi abdomen tidak mungkin berhasil. Sebelum
persalinan atau pada awal persalinan, dengan ketuban yang masih utuh,
upaya versi luar layak dicoba bila tidak ada komplikasi obstetrik lain yang
merupakan indikasi dilakukannya seksio sesarea.
a. Versi luar
Versi luar adalah upaya yang dilakukan dari luar untuk dapat mengubah
kedudukan janin menjadi kedudukan lebih menguntungkan dalam
persalinan pervaginam. Berdasarkan ketetapan tersebut dikenal bentuk
versi luar :3
Versi Sefalik : melakukan perubahan kedudukan janin bagian
terendahnya menjadi letak kepala.
a. Letak lintang
b. Letak sungsang
Versi podalik : perubahan kedudukan janin bagian terendahnya
menjadi letak bokong (sungsang).
a. Letak lintang
b. Presentasi kepala dengan tali pusat terkemuka
c. Presentasi kepala dengan tangan terkemuka
d. Presentasi dahi
Untuk dapat melaksanakan versi luar perlu diperhatikan beberapa
pertimbangan. Ada beberapa kontraindikasi pada versi luar, yaitu :3
Perdarahan antepartum.
Bila pada perdarahan antepartum (plasenta previa atau plasenta
letak rendah) dilakukan pemutaran janin, ditakutkan plasenta akan
terlepas dari insersinya sehingga perdarahan bertambah banyak.
Penderita mempunyai hipertensi.
21
Cacat rahim
Primigravida tua
Terdapat faktor resiko tinggi kehamilan: kasus infertilitas, sering
mengalami keguguran, persalinan prematuritas atau kelahiran mati,
tinggi badan kurang dari 150 cm, mempunyai deformitas pada
tulang panggul/ belakang.
Pada kehamilan kembar.
Syarat versi luar dapat berhasil dengan baik :3
Bagian terendah janin masih dapat didorong ke atas keluar pintu
atas panggul.
Dinding perut ibu harus cukup tipis (ibu tidak gemuk) dan rileks,
agar penolong dapat memeang bagian-bagian janin.
Janin harus dapat lahir pervaginam.
Selaput ketuban harus masih utuh.
Pada ibu yang inpartu pembukaan serviks kurang dari 4 cm.
Saat menegerjakan versi luar dalam kehamilan (sebelum inpartu):
Pada primigravida umur kehamilan 34-36 minggu.
Multigravida dapat pada umur kehamilan lebih dari dari 38
minggu.
Versi luar pada letak lintang
Hanya terdiri 2 tahap yaitu tahap rotasi dan tahap fiksasi, dengan teknik
sama seperti diterangkan di atas.
Kriteria versi luar dianggap gagal
Ibu mengeluh nyeri. Ditakutkan bila diteruskan akan terjadi akan
terjadi rupture uteri.
Timbul gawat janin.
Bagian janin tidak dapat dipegang dengan baik.
Ketika diakukan rotasi terasa adanya hambatan yang berat.
Sebab-sebab versi luar gagal
Syarat versi luar tidak dipenuhi dengan baik, misalnya :
Dinding perut tebal.
His yang sering.
22
Tetania uteri.
Hidramnion.
Tali pusat pendek
Kaki janin ekstensi maksimal ke atas ( extended legs ).
Kompikasi
Solution plasenta
Lilitan tali pusat
Ketuban pecah
Ruptura uteri
b. Versi ekstraksi
Versi yang dilakukan dengan satu tangan penolong di dinding perut ibu,
dan yang lain di dalam kavum uterus, serta segera disusul dengan ekstraksi
kaki untuk melahirkan janin.
Pada versi ekstraksi ada 2 tahap tindakan, yaitu
Melakukan versi sehingga presentasi janin diubah menjadi letak
kaki.
Setelah versi berhasil, janin segera dilahirkan dengan ekstraksi
kaki
.
Indikasi
a. Letak lintang, khususnya pada letak lintang gemeli anak ke 2.
b. Letak kepala dengan prolaps tali pusat.
c. Presentasi dahi.
Kontraindikasi
a. Ruptura uteri membakar
b. Cacat rahim
Syarat
a. Janin dapat lahir pervaginam, tidak ada disproporsi fetopelvik.
b. Bagian terendah janin masih dapat didorong ke atas.
c. Pembukaan serviks harus lengkap.
23
d. Selaput ketuban dipecahkan atau baru pecah.
e. Dinding rahim harus cukup rileks, oleh karena itu pada tindakan versi
ekstraksi diperlukan narcosis umum.
Komplikasi
Ibu
a. Perdarahan pasca persalinan, karena :
Atonia uteri
Robekan jalan lahir
b. Trauma jalan lahir
c. Infeksi
Bayi
a. Asfiksia
b. Perdarahan intracranial
c. Fraktur/luksasi anggota gerak bayi
c. Seksio sesarea
Suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh
serta berat janin di atas 500 gr.
Indikasi
Ibu
a. Panggul sempit absolute
b. Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi.
c. Stenosis serviks.
d. Plasenta previa
e. Disproporsi sefalopelvik
f. Rupture uteri membakar.
Janin
a. Kelainan letak
b. Gawat janin.
24
2.3.9 Prognosis
Prognosis pertolongan persalinan letak lintang sangat buruk. Oleh karena
itu, pemeriksaan antenatal sangat penting dilakukan sehingga dapat menegakkan
diagnosis letak lintang saat dini. Pada antenatal masih dapat diupayakan agar
terjadi versi spontan sehingga dapat mencapai letak kepala atau letak sungsang.
25
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
NO.MR : 121617
Anamnesa
Seorang pasien wanita umur 27 tahun datang ke ponek IGD RSUD
Solok tanggal 17 Desember 2017 jam 10.30 WIB datang sendiri dengan keluhan
keluar darah yang banyak dari kemaluan sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit,
warna darah merah segar, membasahi 1 kain sarung.
26
- RHM : Mual (+), muntah (-), perdarahan (-)
- ANC : kontrol kebidan 5 kali pada usia kehamilan 3, 4, 6, 7, 8 bulan
- RHT : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
- Riwayat Menstruasi : Menarche umur 14 tahun, siklus haid teratur 1 x
28 hari, lamanya 5-7 hari, banyaknya 2-3x ganti pembalut/hr, nyeri
haid (+)
27
Nafas : 24 x/menit
Temperatur : 36,5 C
Status Obstetrikus :
Muka : Chloasma gravidarum (-)
Mammae : Membesar, areola dan papilla mammae hiperpigmentasi
(+) pembesaran kelenjar montgomery (+), kolostrum (+)
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit sesuai dengan usia kehamilan
preterm, linea mediana hiperpigmentasi, striae (-), sikatrik (-)
Palpasi :
L1 : Fundus Uteri Teraba kosong
28
– L2 : Teraba massa bulat, keras, disebelah kanan ibu
Teraba massa besar, lunak, noduler disebelah kiri ibu
– L3 : Teraba kosong
– L4 : Tidak dilakukan
TFU : 31 cm TBA : (-) His :(-)
Perkusi : tympani
Auskultasi : BU (+) N,
DJJ : 150-153 x/menit
Genitalia :
a. Inspeksi : V/U tenang, PPV (+) perdarahan sudah tidak aktif
b. VT tidak dilakukan
c. Inspekulo :
Vagina : tumor (-), laserasi (-), fluksus (+) tampak cairan
berwarna merah menumpuk di forniks posterior.
Portio : primipara, portio ukuran sebesar jempol kaki dewasa,
tumor (-), laserasi (-), fluksus (+) tampak cairan berwarna merah
keluar di kanalis servikalis.
29
USG
30
Hasil USG :
Janin hidup tunggal intra uterin letak lintang kepala kanan dorsosuperior
Aktifitas gerak janin baik.
Biometri :
BPD : 88,1 mm
AC : 310,9 mm
FL : 67,9 mm
TBJ : 2619 gr
Plasenta korpus depan meluas ke SBR sampai menutupi OUI
Kesan :
Gravid 35-36 minggu
Plasenta previa totalis
Janin hidup tunggal intra uterine letak lintang kepala kanan dorsosuperior
3.4 Diagnosa
G1P0A0H0 Gravid Preterm 36 – 37 minggu + HAP ec Plasenta Previa totalis
Janin hidup tunggal intra uterine letak lintang kepala kanan dorsosuperior
3.5 Sikap :
• Kontrol KU, VS, HIS, DJJ, PPV
• Informed consent
• Crossmatch PRC 2 unit
• Guyur IVFD RL 500 cc 2 kolf
• Inj. Ceftriaxon 2x1 amp (skin test)
• Co Anastesi, Co Perina
Rencana : SC
Laporan Operasi
Tanggal 17 Desember 2017 Jam 13.00 WIB
• Pasien tidur telentang dalam spinal anastesi
• Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada lapangan operasi
31
• Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril
• Dilakukan insisi secara Pfannenstiel pada dinding abdomen sampai
menembus peritoneum
• Peritonium dibuka tampak uterus gravid sesuai palpasi dari luar
• Insisi pada SBR
• Bayi dilahirkan dengan meluksir kepala
• Lahir bayi BB = 2610 gram, PB= 48 cm, A/S: 6/7, JK = perempuan, anus
(+), tali pusat: segar
• Plasenta dilahirkan dengan sedikit tarikan ringan , plasenta lahir lengkap 1
buah, ukuran 17x15x3 cm, berat ±500 gr, panjang tali pusat ±50 cm
• Uterus dijahit 2 lapis
• Kontrol perdarahan
• Abdomen ditutup lapis demi lapis
• Kulit dijahit subkutikular
• Operasi selesai, perdarahan selama operasi ± 300 cc
32
Laporan Post SC
Tanggal 17 Desember 2017, Jam 13.40 WIB
S/ Telah dilakukan SCTPP, lahir bayi perempuan dengan
BB : 2610 gram
PB : 48 cm
A/S : 6/7
TP : segar
33
Ketuban : jernih
Anus : (+)
Perdarahan selama SC ± 300 cc
Plasenta dilahirkan
Sikap :
• Awasi kala IV
• Kontrol KU, VS, PPV, dan kontraksi uterus
• mobilisasi bertahap
• breast care
• vulva higine
• cek Hb post OP
Th/ :
• IVFD RL 500 cc + drip oxitocin 1 amp: methergin 1 amp/ 28 tpm
• Inj ceftriaxone 1x2 gr
• Asam mefenamat 3x500 mg (po)
• SF 1x 300 mg (po)
• Vitamin C 3x50 mg (po)
OBSERVASI KALA IV
WAKTU TD N NF T TFU KONTR. URIN PERDARAHAN
14.00 110/70 80x/i 18x/i 36,5 sejajar Baik 100 cc - cc
mmHg pusat
14.15 110/70 80x/i 19x/i 36,5 sejajar Baik 100 cc 3 cc
mmHg pusat
34
14.30 110/70 84x/i 19x/i 36,5 1 jari di Baik 120cc 5 cc
mmHg bawah
pusat
14.45 100/70 84x/i 19x/i 36,5 1 jari Baik 120 cc 5 cc
mmHg dibawah
pusat
15.15 110/80 80x/i 20x/i 36,5 2 jari Baik 150 cc - cc
mmHg dibawah
pusat
15.45 110/80 82x/i 20x/i 36,6 2 jari Baik 200 cc - cc
mmHg dibawah
pusat
Follow up
18 Desember 2017
Pukul 07.00 Wib
S:/ Nyeri luka post op (+) ASI (+/+) Demam (-)
BAB (-) BAK (+) Batuk (+)
O:/ Ku : Sedang
Kes : CMC
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,5 o C
Laboratorium post op tgl 17/12/2017 jam 16:16:):04
Hb : 9,4 gr/dl
Ht : 29,1 %
Leukosit : 1324 mm3
Trombosit : 294.000 mm3
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Luka operasi tertutup perban
35
Palpasi : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(-), NL (-), DM (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) Normal
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (+), lochia (+) rubra
A:/ P1A0H1 post SCTPP a.i plasenta previa totalis + letak lintang
Ibu dan anak dalam perawatan
P:/ Sikap :
Kontrol KU, VS, PPV, dan kontraksi uterus
Mobilisasi bertahap
Breast care
Vulva higine
Th/ :
Cefadroxil 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg (po)
SF 1x 200 mg (po)
Vitamin C 3x50 mg (po)
Ambroxol 3x1
19 Desember 2017
Pukul 07.00 Wib
S:/ Nyeri luka post op (+) ASI (+/+) Demam (-)
BAB (-) BAK (+) Batuk (+)
O:/ Ku : Sedang
Kes : CMC
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,5 o C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
36
Abdomen :
Inspeksi : Luka operasi tertutup perban
Palpasi : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(-), NL (-), DM (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) Normal
Genitalia
Inspeksi : V/U tenang, PPV (+), lochia (+) rubra
A:/ P1A0H1 post SCTPP a.i plasenta previa totalis + letak lintang
Ibu dan anak dalam perawatan
P:/ Sikap :
Kontrol KU, VS, PPV, dan kontraksi uterus
Mobilisasi bertahap
Breast care
Vulva higine
Cek Hb ulang
Th/ :
Cefadroxil 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg (po)
SF 1x 200 mg (po)
Vitamin C 3x50 mg (po)
Ambroxol 3x1
20 Desember 2017
Pukul 07.00 Wib
S:/ Nyeri luka post op (+) ASI (+/+) Demam (-)
BAB (+) BAK (+) Batuk (+)
O:/ Ku : Sedang
Kes : CMC
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Nafas : 18x/menit
37
Suhu : 36,5 o C
Laboratorium Tgl 19/12/2017 Jam 09:41:16 WIb
Hb : 7,8 g/dl
Ht : 24,2%
Leukosit : 1652 mm3
Trombosit : 312.000 mm3
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Luka operasi tertutup perban
Palpasi : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(-), NL (-), DM (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) Normal
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (+), lochia (+) rubra
A:/ P1A0H31 post SCTPP a.i plasenta previa totalis + letak lintang
Ibu dan anak dalam perawatan
P:/ Sikap :
Kontrol KU, VS, PPV, dan kontraksi uterus
Mobilisasi bertahap
Breast care
Vulva higine
Transfusi PRC 1 unit
Th/ :
Cefadroxil 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg (po)
SF 1x 200 mg (po)
Vitamin C 3x50 mg (po)
Ambroxol 3x1
38
21 Desember 2017
Pukul 07.00 Wib
S:/ Nyeri luka post op (+) ASI (+/+) Demam (-)
BAB (+) BAK (+) Batuk (+)
O:/ Ku : Sedang
Kes : CMC
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : 36,5 o C
Laboratorium Tgl 20/12/2017 Jam 05:14:02 WIb
Hb : 9,0 g/dl
Ht : 28,1%
Leukosit : 1115 mm3
Trombosit : 323.000 mm3
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Abdomen :
Inspeksi : Luka operasi tertutup perban
Palpasi : TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(-), NL (-), DM (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) Normal
Genitalia :
Inspeksi : V/U tenang, PPV (+), lochia (+) rubra
A:/ P1A0H1 post SCTPP a.i plasenta previa totalis + letak lintang
Ibu dan anak dalam perawatan
P:/ Sikap :
Boleh Pulang
Th/ :
Cefadroxil 2x500 mg
Asam mefenamat 3x500 mg (po)
39
SF 1x 200 mg (po)
Vitamin C 3x50 mg (po)
Ambroxol 3x1
40
BAB IV
ANALISA KASUS
Laporan kasus ini membahas seorang pasien wanita umur 27 tahun masuk
ponek IGD RSUD Solok tanggal 17-12-2017 jam 10.30 WIB datang sendiri
dengan keluhan keluar darah yang banyak dari kemaluan sejak 1 jam sebelum
masuk rumah sakit, warna darah merah segar, membasahi 1 kain sarung. Sebagai
panduan untuk diskusi pada target akademis komprehensif ilmiah maka kita akan
membahas beberapa pertanyaan referansi sebagai berikut.
1. Apakah diagnosa pada pasien sudah benar?
2. Apakah tatalakasana pada pasien ini sudah tepat?
3. Apakah penyebab plasenta previa pada pasien ini?
41
Janin hidup tunggal intra uterine letak lintang kepala kanan dorsosuperior
Pada pemeriksaan fisik abdomen, Leopold I , fundus uteri teraba kosong,
sedangkan pada Leopold II Teraba massa bulat, keras, disebelah kanan ibu yang
menggambarkan sebagai kepala dan Teraba massa besar, lunak, noduler
disebelah kiri ibu yang menggambarkan bokong , pada Leopold III Teraba
kosong, Leopold IV tidak dilakukan. TFU 31 cm, TBA (-) His : (-), Perkusi :
Timpani, Auskultasi : BU (+) N, DJJ : 150-153 x/menit
42
impalantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta
untuk memberikan nutrisi pada janin
43
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
44
DAFTAR PUSTAKA
Dasuki, D. 2000. Distokia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito
2nd eds, cetakan 1. Medika FK UGM. Yogyakarta.
Wiknjosastro, Hanifa.,et al. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
45