Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan perbankan menunjunkan dinamika dalam kehidupan


ekonomi. Sebelum sampai pada praktik-praktik yang terjadi saat ini, ada banyak
permasalahan yang terkait dengan masalah-masalah perbankan ini. Masalah utama
yang muncul dalam praktik perbankan ini adalah pengaturan sistem keuangan
yang berkaitan dengan mekanisme penentuan volume uang yang beredar dalam
perekonomian. Sistem keuangan, yang terdiri dari otoritas keuangan (financial
authorities), sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank, pada
dasarnya merupakan tatanan dalam perekonomian suatu Negara yang memiliki
peran utama dalam menyediakan fasilitas jasa-jasa keuangan. Fasilitas jasa
tersebut diberikan oleh lembaga-lembaga keuangan, termasuk pasar uang dan
pasar modal.
Secara umum lembaga keuangan dapat dikelompokan dalam dua bentuk
yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Sistem
perbankan di Indonesia dibedakan berdasarkan fungsinya yang terdiri dari Bank
Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Umum, dapat
menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dalam bentuk simpanan giro,
tabungan dan deposito berjangka, lalu menyalurkan kepada masyarakat terutama
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Bank umum dalam kegiatannya
memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sementara itu, Bank Perkreditan Rakyat, berdasarkan peraturan perundang-
undangan, dalam pelaksanaan kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima
tabungan dan deposito berjangka, namun tidak diperkenankan menerima
simpanan giro dan tidak diperkenankan member jasa-jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Sedangkan jenis lembaga keuangan bukan bank dapat berupa
lembaga pembiayaan, perusahaan model ventura, perusahaan anjak piutang,
perusahaan pembiayaan konsumen, perusahaan kartu kredit, dana pensiun,
pegadaian, pasar modal dan lain-lain. Perkembangan perbankan yang semakin
dinamis dan kompleks membuat otoritas moneter berusaha membuat Arsitektur
Perbankan Indonesia (API). Dengan adanya API, diharapkan bank nasional
mampu bersaing tidak hanya pada segmen pasar domestik tetapi juga pada pasar
internasional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Perbankan di Indonesia


1. Situasi perbankan Indonesia praderegulasi
Pada periode tahun 1974-1982 perekonomian Indonesia berkembang cukup
baik karena ditopang oleh ekspor migas yang cukup tinggi. Tingginya harga
minyak pada saat itu memengaruhi penerimaan dalam negeri sehingga dana
pembangunan cukup tersedia untuk menunjang kegiatan investasi. Pada saat itu
masyarakat yang belum menemukan sasaran investasi yang tepat menyimpan dana
nya di bank sehingga terjadi kelebihan likuiditas yang cukup besar. Di samping itu
juga Bank Indonesia (central bank) menyediakan kredit likuiditas dengan syarat
yang mudah dan lunak untuk membiayai pengembangan sektor yang potensial.

2. Situasi perbankan Indonesia pascarederegulasi


Perkembangan perbankan di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup
pesat beberapa tahun terakhir ini. Hal itu disebabkan oleh adanya serangkaian
langkah deregulasi di bidang perbankan. Ada beberapa deregulasi di bidang
perbankan dan moneter yang secara kronologis dapat dikemukakan sesuai urutan
waktu pengumuman kebijaksanaan deregulasi.
a. kebijaksanaan pemerintah tanggal 1 Juni 1983
Kebijaksanaan ini bertujuanuntuk menggairahkan pengerahan dana
masyarakat. Kebijaksanaan tersebut antara lain berisi penghapusan sistem pagu
kredit dan mengurangi kredit likuiditas, Bank Indonesia tidak menetapkan tingkat
suku bunga deposito maupun suku bunga pinjaman, dan kebijaksanaan moneter
dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan penyediaan fasilitas diskonto.
b. Kebijaksanaan 27 Oktober 1988 (Pakto 88)
Latar belakang kebijaksanaan ini dilandasi oleh kebijaksanaan 1 Juni 1983
yang ternyata mendapat penghimpunan dana untuk investasi swasta. Selanjutnya
pihak swasta berpartisipasi lebih besar dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dengan menciptakan iklim yang memungkinkan bank-bank beroperasi
lebih efisien dan perluasan jaringan kantor bank.
c. Kebijaksanaan Pemerintah 25 Maret 1989
Kebijaksanaan ini merupakan penyempurnaan Pakto 88 yang berisikan
tentang penyempurnaan pendirian BPR. Dalam kebijaksanaan baru ini usaha BPR
tidak boleh menerima simpanan dalam bentuk giro, tidak diperkenankan pindah
wilayah dan membuka kantor cabang dan tidak perlu penyesuaian modal bagi
BPR baru tetapi disesuaikan dengan kebutuhan modal. BPR yang akan
meningkatkan usahanya untuk menjadi bank umum harus mempunyai modal
sebesar Rp. 10 miliar.
d. Kebijaksanaan Pemerintah 29 Januari 1990
Latar belakang kebijaksanaan ini untuk mendukung pembangunan yang
makin efisien. Untuk itu perlu disempurnakan aturan tentang Kredit Likuiditas
Bank Indonesia (KLBI) yang jumlahnya masih relatif tinggi dan
menyempurnakan sistem perkreditan. Kebijaksanaan yang diambil meliputi
mengurangi secara bertahap pemberian KLBI, KLBI diberikan secara terbatas
untuk swasembada pangan (KUT), pengembangan koperasi (kredit koperasi KUD
dan anggota koperasi primer), dan peningkatan investasi (pembiayaan
pembangunan) PIR trans, KPR yang diberikan dengan maksimum sebesar Rp. 50
juta dan jumlah kredit yang disediakan minimum 20% disalurkan untuk usaha
kecil dan kegiatan koperatif yang produktif.
e. Paket Kebijakan Pemerintah Februari 1991
Inti kebijaksanaan ini meliputi beberapa aspek penting yang terdiri dari :
1) Penyempurnaan persyaratan perizinan, kepemilikan dan kepengurusan
bank, yang meliputi beberapa aspek antara lain pemilik dan pengelola bank
harus memenuhi persyaratan tertentu sesuai dengan fungsinya untuk
melindungi kepentingan masyarakat sehingga kesehatan sebuah bank harus
diupayakan secara kontinuitas sejak berdiri, pembukaan kantor cabang atau
perwakilan dan penyertaan bank di luar negeri, pendirian kantor bank, dan
persyaratan pembukaan kantor BPR dan merger.
2) Ketentuan yang berkaitan dengan prinsip kehati-hatian (prudential
regulation) yang meliputi permodalan bank, jaminan pemberian kredit,
kredit untuk pembelian saham dan pemilikan saham oleh bank, batas
maksimum pemberian kredit, kredit untuk pembelian saham dan
pemilikan saham oleh bank, batas maksimum pemberian kredit (BMPK)
atau legal lending limit, dan garansi bank.

3. Perkembangan jumlah bank dan kantor bank


Selama periode tahun 2004-2009 jumlah bank dan kantor bank termasuk
bank perkreditan rakyat mengalami peningkatan yang sangat pesat. Selama 6
tahun jumlah bank mengalami pertumbuhan sebesar 92,48% atau menurun rata-
rata -7,52% setiap tahun. Dalam tahun 2004 terdapat 133 bank, turun menjadi 123
pada tahun 2009. Selain itu selama 6 tahun terakhir jumlah kantor bank
mengalami pertumbuhan 157,456% atau meningkat rata-rata setiap tahun 57,45%
yaitu dari 7.939 kantor bank pada tahun 2004 menjadi 12.500 kantor bank pada
tahun 2009.
4. Perkembangan dana dan kredit bank
Dalam periode 2004-2009 tingkat pertumbuhan dana bank yang dihimpun
dari masyarakat jika dilihat menurut kelompok bank, dan jenis mata uang, maka
tahun 2004 bank umum swasta nasional devisa berhasil menghimpun dana lebih
besar. Pada periode yang sama jumlah kredit bank yang berhasil dikucurkan dari
sector ekonomi paling besar didonimasi oleh sektor industry, diikuti sektor jasa,
dan yang terakhir adalah sektor pertanian.

B. Sistem Perbankan di Indonesia


Bank-bank yang beroperasi di Indonesia saat ini pada dasarnya
dikelompokkan ke dalam Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Sedangkan Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral. Namun demikian,
sejalan dengan terjadinya perubahan dalam sistem keuangan terutama yang terkait
dengan kelembagaan perbankan sebagai dampak dikeluarkannya undang-undang
di bidang keuangan dan perbankan.
1. Definisi Bank (menurut UU No.10 Tahun1998)
Badan usaha yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
2. Pengelompokan Bank Umum
a. Aspek Fungsi
1) Bank Sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik Negara
yang tugas pokoknya membantu pemerintah, contoh : Bank Indonesia
2) Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari
simpanan pihak ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek dalam
penyaluran dana, contoh : BNI, BRI, dll
3) Bank Pembangunan, adalah bank yang dalam pengumpulan dananya
berasal dari penerimaan simpanan deposito serta commercial paper, contoh
: Bank Jatim, Bank DKI, dll.
4) Bank Desa, adalah kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya adalah
melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana dalam rangka
program pemerintah memajukan pembangunan desa.
5) BPR, adalah kantor bank di kota kecamatan yang merupakan unsur
penghimpun dana masyarakat maupun menyalurkan dana nya di sektor
pertanian dan pedesaan.

b. Status Kepemilikan
1) Bank Milik Negara, adalah bank yang seluruh modalnya berasal dari
kekayaan Negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah UU
tersendiri, contoh : BNI, BRI, BTN
2) Bank Milik Swasta Nasional, adalah bank milik swasta yang didirikan
dalam bentuk perseroan terbatas, di mana seluruh sahamnya dimiliki oleh
WNI dan/ atau badan-badan hukum di Indonesia, contoh : BCA, Bank
Mega, Bank Danamon.
3) Bank Swasta Asing, adalah bank yang didirikan dalam bentuk cabang
bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk campuran antara
bank asing dengan bank nasional yang sudah ada di Indonesia. Bank asing
ini hanya diperkenankan menjalankan operasinya di lima kota besar di
Indonesia, contoh : Citibank, HSBC.
4) Bank Pembangunan Daerah, adalah bank yang pendiriannya berdasarkan
peraturan daerah propinsi dan sebagian besar sahamnya dimiliki oleh
pemerintah kota dan pemerintah kabupaten, di wilayah yang bersangkutan,
dan modalnya merupakan harta kekayaan pemerintah daerah yang
dipisahkan, contoh : Bank Jatim.
5) Bank Campuran, adalah bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh
pihak asing dan pihak swasta nasional, contoh : Bank UOB Buana, ANZ
Panin Bank.

c. Kegiatan Operasional
1) Bank Devisa, adalah bank yang mempunyai hak dan wewenang yang
diberikan oleh Bank Indonesia untuk melakukan transaksi valuta asing dan
lalu lintas devisa serta hubungan koresponden dengan bank asing di luar
negeri, contoh : BCA, Bank Mega, Bank Bukopin.
2) Bank Nondevisa, adalah bank yang operasionalnya hanya melaksanakan
transaksi di dalam negeri, tidak melakukan transaksi valuta asing, dan
tidak melakukan hubungan dengan bank asing di luar negeri.

d. Penciptaan Uang Giral


1) Bank Primer, adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak
sekedar menghimpun dan menyalurkan dana nya, tetapi juga
melaksanakan semua transaksi yang berhubungan langsung dengan kas.
2) . Bank Sekunder, adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya sekedar
melaksanakan transaksi kas secara langsung.
e. Sistem Organisasi
1) .a Unit Banking System, adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya
mempunyai satu kantor saja dan melayani masyarakat di sekitar wilayah
itu. Contoh : BPR baik konvensional maupun syariah.
2) Branch Banking Syistem, adalah bank yang kegiatan operasionalnya di
beberapa wilayah dan memiliki beberapa kantor cabang, di mana sistem
organisasi, keuangan, dan sumber daya manusia terkait dengan kantor
pusat. Contoh : Bank Danamon, Bank Mega, Bank BCA.

3. Fungsi Bank
Secara umum, fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk berbagai
tujuan. Misalnya adalah :
a. Agent of Trust
Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan, baik dalam hal
penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.
Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,
uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada
saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari
bank.
b. Agent of development
Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor riil tidak
dapat dipisahkan. Sektor riil tidak akan dapat bekerja dengan baik apabila
sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa
penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya
kegiatan perekonomian sektor riil. Kegiatan bank tersebut dapat
mendorong masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi,
serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Dan kelancaran kegiatan
investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan
perekonomian suatu masyarakat.
c. Agent of Service
Bank memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada
masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitanya dengan kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum. Berupa jasa pengiriman uang,
penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian
tagihan.

C. LEMBAGA KEUANGAN
Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya bidang
keuangan, melakukan penghimpunan, dan penyaluran dana kepada masyarakat,
terutama guna membiayai investasi perusahaan. Definisi lain mengatakan lembaga
keuangan adalah suatu lembaga yang melancarkan pertukaran barang dan jasa
dengan penggunaaan uang atau kredit dan membantu menyalurkan tabungan
sebagian masyarakat kepada sebagian masyarakat yang membutuhkan
pembiayaan dana untuk investasi.
Lembaga keuangan terutama memberikan kredit dan menanamkankan
dananya pada surat-surat berharga. Di samping itu, lembaga keuangan
menawarkan secara luas berbagai jenis jasa keuangan antara lain: simpanan,
kredit, proteksi asuransi, program pensiun, penyediaan mekanisme pembayaran,
dan mekanisme transfer dana. Lembaga keuangan merupakan bagian dari sistem
keuangan dalam ekonomi modern yang melayani masyarakat pemakai jasa-jasa
keuangan. Sering lembaga keuangan disebut sebagai lembaga intermediasi
keuangan (financial intermediary) karena fungsi pokoknya melakukan
intermediasi antara defisit unit dengan surplus unit.
Dari pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa fungsi lembaga
keuangan adalah sebagai lembaga yang menjembatani kepentingan kelompok
masyarakat yang kelebihan dana (idle funds) yang umumnya disebut juga saver
unit dengan kelompok yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (borrower
unit).
1. Pengelompokan Lembaga Keuangan
Seperti yang kita ketahui bahwa lembaga keuangan (LK) dapat
dikelompokkan menjadi lembaga keuangan bank (LKB) dan lembaga
keuangan bukan bank (LKBB). Lembaga keuangan bank terdiri dari bank
sentral, bank umum, bank perkreditan rakyat (BPR), dan bank campuran,
sedangkan lembaga keuangan bukan bank dapat dikelompokkan menjadi
lembaga pembiayaan dan investasi serta penjualan surat-surat berharga
(development finance corporation and investment finance corporation)
dan lembaga keuangan lainnya. Lembaga pembiayaan dan investasi serta
penjualan surat-surat berharga terdiri dari leasing, modal ventura, anjak
piutang, dan pasar modal. Sedangkan lembaga keuangan lainnya terdiri
dari pegadaian, asuransi, dan dana pensiun.
Ada beberapa perbedaan dan persamaan antara kedua bank ini,
seperti perbedaan LKB dan LKBB dari sisi kewajiban financial LKB dan
LKBB, yaitu kewajiban LKB dapat berupa uang, sedangkan kewajiban
LKBB tidak dapat diklasifikasikan sebagai uang. Sedangkan dari aspek
kemampuan kedua lembaga keuangan dalam menciptakan kredit dan uang,
LKB memiliki kemampuan untuk menciptakan kredit, mengedarkan uang,
dan menambah jumlah uang beredar, sedangkan LKBB menyalurkan dana
kepada masyarakat melalui penyertaan modal atau membiayai investasi
perusahaan. Sedangkan kesamaan LKB dan LKBB adalah kedua lembaga
keuangan ini ikut melancarkan pertukaran produk dengan menggunakan
uang dan instrument kredit dan membantu menyalurkan dana penabung
kepada pengusaha.
a. Lembaga Keuangan Bank
1) Bank sentral
2) Bank Umun
3) Bank Perkreditan Rakyat
4) Lembaga Keuangan Bukan Bank
b. Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat.
Bidang usaha lembaga pembiayaan, adalah sebagai berikut :
 Leasing
 Anjak piutang
 Modal ventura
 Kartu kredit
 Pasar modal
 Pembiayaan konsumen

c. Perusahaan Perasuransian
Jenis usaha perasuransian yang diatur dalam Undang-undang Nomor 2
tahun 1992 dapat digolongkan sebagai berikut :
 Usaha asuransi terdiri atas : asuransi kerugian, asuransi jiwa,
dan reasuransi
 Usaha penunjang asuransi yang terdiri atas : pialang asuransi,
pialang reasuransi, penilai kerugian, konsultan aktuaria, dan
agen asuransi

d. Dana Pensiun
Dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan manfaat pensiun. Jenis dan pensiun terdiri atas Dana
Pensiun Pemberi Kerja dan Dana Pensiun Lembaga Keuangan.

e. Perusahaan efek
Perusahaan yang dapat melakukan kegiatan penjamin emisi
(underwriting), perantara pedagang efek, dan manajer insetasi.
f. Reksa Dana
Reksa dana disebut juga investment fund atau mutual funds adalah wadah
yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

g. Pegadaian
Pegadaian merupakan lembaga yang menyalurkan pinjaman dengan
pengikatan cara gadai yang telah dikenal sejak jaman Hindia Belanda. Tugas
pokok Perum Pegadaian adalah menjembatani kebutuhan dana masyarakat dengan
memberi uang pinjaman berdasarkan hukum gadai.

2. Peran Lembaga Keuangan


Bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peran yang penting
dalam sistem keuangan, yaitu :
a. Pengalihan Aset (asset transmutation)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank akan memberikan pinjaman
kepada pihak yang membutuhkan dana dalam jangka waktu tertentu yang telah
disepakati. Sumber dana pinjaman tersebut diperoleh dari pemilik dana yaitu unit
surplus yang jangka waktunya dapat diatur sesuai dengan keinginan pemilik dana.
Dalam hal ini Bank dan lembaga keuangan bukan bank telah berperan sebagai
pengalih asset yang likuid dari unit surplus (lenders) kepada unit defisit
(borrowers).
b. Transaksi (transaction)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank memberikan berbagai kemudahan
kepada pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi barang dan jasa. Dalam
ekonomi modern, transaksi barang dan jasa tidak terlepas dari transaksi keuangan.
Transaksi keuangan selalu diperlukan baik secara langsung dalam jual beli barang
jadi, maupun dalam transaksi jual beli bahan mentah dan setengah jadi dalam
proses produksi.
c. Likuiditas (liquidity)
Unit surplus dapat menempatkan dana yang dimilikinya dalam bentuk
produk-produk berupa giro, tabungan, deposito, dan sebagainya. Produk-produk
tersebut masing-masing memiliki tingkat likuiditas yang berbeda-beda. Untuk
kepentingan likuiditas para pemilik dana dapat menempatkan dananya sesuai
dengan kebutuhan dan kepentingannya. Dengan kata lain, lembaga keuangan
secara bersamaan menyalurkan likuiditas kepada pihak yang memerlukan
tambahan likuiditas, dengan cara menyalurkan dana dari pihak yang mengalami
kelebihan likuiditas.
d. Efisiensi (efficiency)
Bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat menurunkan biaya transaksi
dengan jangkauan pelayanan. Peranan Bank dan lembaga keuangan bukan bank
sebagai broker adalah menemukan peminjam dan pengguna modaltanpa
mengubah produknya.

3. Arsitektur Perbankan Indonesia


Pada awal januari 2004 ini, siaran pers Bank Indonesia secara resmi
mengumumkan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) di mana salah
satu program API adalah mempersyaratkan modal minimum bagi bank umum
(termasuk BPD) menjadi Rp.100 miliar selambat-lambatnya pada tahun 2011.
Arsitektur Perbankan Indonesia merupakan suatu kerangka dasar sistem
perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, bentuk, dan
tatanan industri perbankan untuk rentang waktu 5 sampai 10 tahun ke depan.
Visi API adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna
menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong
pertumbuhan ekonomi nasional.
Sistem perbankan yang sehat dibangun dengan permodalan yang kuat
sehingga akan mendorong kepercayaan nasabah (stakeholder) yang pada akhirnya
akan mampu memperkuat permodalan melalui pemupukan laba ditahan.
Selanjutnya perbankan nasional yang beroperasi secara efisien akan mampu
meningkatkan daya saingnya sehingga tidak hanya mampu bersaing di pasar
domestik tetapi justru diharapkan produk dan jasa perbankan yang ditawarkan
bank nasional mampu bersaing di pasar Internasional. Oleh karenanya, dalam 10-
15 tahun ke depan, API menginginkan adanya 2 sampai 3 bank dengan skala bank
internasional, 3 sampai 5 bank nasional, 30 sampai 50 bank yang kegiatan
usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu, dan BPR serta bank dengan
kegiatan usaha terbatas.

4. Enam Pilar API


Guna mempermudah pencapaian visi API sebagaimana diuraikan di
atas maka ditetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu :
a. Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendorong pembangunan
ekonomi nasional yang berkesinambungan.
b.Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang efektif
dan mengacu pada standar internasional
c. Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya
saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam menghadapi
risiko.
d.Menciptakan good corporate governance dalam rangka
memperkuat kondisi internal perbankan nasional.
e. Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung
terciptanya industri perbankan yang sehat.
f. Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa
perbankan.

5. Tantangan ke Depan
a. Kapasitas Pertumbuhan Kredit Perbankan yang Masih Rendah
Kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini
mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi
tersebut sulit dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki
kondisi permodalannya.
b. Struktur Perbankan yang Belum Optimal
Belum optimalnya struktur permodalan di Indonesia ditandai
dengan terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank
besar (yang menguasai 75% asset perbankan Indonesia).
c. Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Perbankan yang Dinilai oleh Masyarakat Masih Kurang
Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan
ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat
mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku
bunga kredit serta masih banyak praktik penyediaan jasa keuangan
yang informal.
d. Pengawasan Bank yang Masih perlu Ditingkatkan
Disebabkan oleh masih terdapatnya beberapa prinsip prudensial
yang belum ditetapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang
masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang
belum optimal, dan pelaksanaan law-enforcement pengawasan
yang belum efektif.
e. Kapabilitas Perbankan yang Masih Lemah
Hal ini ditandai dengan kurangnya corporate governance dan core
banking skills pada sebagian besar perbankan sehingga diperlukan
perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut.
f. Profitabilitas dan Efisiensi Operasional Bank yang Tidak
SuistainbelFaktor tidak suistainbel-nya profitabiltas dan efisiensi
karena lemahnya struktur aset produktif bank-bank dan sebagian
pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuasi
serta rendahnya rasio aset per nasabah.
g. Perlindungan Nasabah yang Perlu Ditingkatkan
Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan
yang berpengaruh terhadap sebagian masyarakat kita.
h. Perkembangan Teknologi Informasi
Perkembangan teknologi informasi menyebabkan makin pesatnya
perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank
sehingga resiko-resiko yang muncul menjadi lebih besar dan
bervariasi.

6. Program Kegiatan Api


a. Program penguatan struktur perbankan nasional
Hal ini dilakukan dengan cara memperkuat permodalan bank,
memperkuat daya saing BPR, meningkatkan akses kredit.
b. Program Peningkatan Kualitas Pengaturan Perbankan
Dalam tahap ini memformalkan proses indikasi dalam membuat
kebijakan perbankan dan juga implementasi secara bertahap 25
basel core principles for effective banking supervision.
c. Program Peningkatan Fungsi Pengawasan
Dalam tahap ini meningkatkan koordinasi antar lembaga
pengawas, melakukan konsilidasi sektor perbankan Bank
Indonesia, meningkatkan kompetensi pemeriksa bank,
mengembangkan sistem pengawasan berbasis resiko,
meningkatkan efektivitas enforcement.
d. Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Operasional
PerbankanDalam tahap ini meningkatkan good corporate
governance, meningkatkan kualitas manajemen resiko perbankan,
meningkatkan kemampuan operasional bank.
e. Program Pengembangan Infrastruktur Perbankan
Dalam tahap ini mengembangkan biro kredit, mengoptimalkan
penggunaan badan pemeringkat kredit.
d. Program Peningkatan Perlindungan Nasabah
Dalam tahap ini menyusun standar mekanisme pengaduan nasabah,
membentuk lembaga mediasi independen, menyusun transparansi
informasi produk, mempromosikan edukasi untuk konsumen.
BAB III
KESIMPULAN

Perbankan di Indonesia telah mengalami perkembangan mulai dari praderegulasi


sampai pascaderegulasi. Pengklasifikasian perbankan sesusai dengan jenis,
kepemilikkan, kegiatan usaha, pembentukkan uang giral serta sistem organisasi
nya. Lembaga keuangan dibagi menjadi lembaga keuangan bank dan lembaga
keuangan bukan bank yang masing-masing memiliki tugas dan fungsi nya sendiri-
sendiri. Dan untuk menciptakan perbankan yang sehat, kuat dan efisien maka
diperlukan Arsitektur Perbankan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai