Makalah Psikososial Budaya Penyesuian Diri
Makalah Psikososial Budaya Penyesuian Diri
Disusun Oleh :
Andri Hermansyah (14201.09.17150)
2017-2018
i
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin,
rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah
dengan judul “Ketidakmampuan Penyesuaian Diri” ini disusun dengan tujuan untuk
melengkapi tugas pertama semester pertama untuk mata kuliah Psikosial Budaya. Melalui
makalah ini, saya berharap agar saya dan pembaca mampu mengenal lebih jauh
mengenai Ketidakmampuan Penyesuaian Diri.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam proses penyusunan makalah ini khususnya kepada Bapak DR. H. Suhari,
A.Per.Pen.MM Suhari selaku dosen pembimbing, yang bersedia membimbing dan
mengarahkan saya dalam penyusunan makalah ini.
Saya berharap agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan
inspirasi bagi pembaca dan penulis yang lain. Saya juga berharap agar makalah ini
menjadi acuan yang baik dan berkualitas.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul
.............................................................................................................................
i
Kata Pengantar
.............................................................................................................................
ii
Daftar Isi
.............................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.............................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.............................................................................................................................
1
C. Tujuan
.............................................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
iii
C. Permasalahan-permasalahan Penyesuaian Diri Remaja
.............................................................................................................................
4
A. Kesimpulan
.............................................................................................................................
13
B. Saran
.............................................................................................................................
13
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makna akhir dari hasil pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal
yang telah dipelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-
kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang didapat di sekolah dan di luar sekolah ia memiliki sejumlah
pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dengan pengalaman-pengalaman
itu ia secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia
miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa mendatang.
Seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri atau tidak
mampu menyesuaikan diri. Kondisi fisik, mental dan emosional dipengaruhi dan diarahkan
oleh faktor-faktor lingkungan dimana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian
yang baik atau yang salah.
Sejak lahir sampai meninggal seorang individu merupakan organisme yang aktif. Ia
aktif dengan tujuan dan aktifitas yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan jasmaninya dan juga semua dorongan yang memberi peluang
kepadanya untuk berfungsi sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian diri adalah suatu
proses. Dan salah satu ciri pokok dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah memiliki
kemampuan untuk mengadakan penyesuaian diri secara harmonis, baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungannya.
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi permasalan mendasar dalam makalah ni yaitu:
1. Apakah pengertian dari penyesuain diri itu?
2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penyesuaian diri remaja?
C. Tujuan
1
Setelah membaca makalah ini pembaca diharapkan dapat memahami tentang
pengertian penyesuaian diri, permasalahan penyesuaian diri remaja, dampak negative dari
permasalahan penyesuaian diri remaja, factor-faktor yang mempengaruhi permasalahan
diri remaja serta implikasi penyesuaian diri remaja itu terhadap penyelenggaraan
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2
a) Penyesuaian berarti adaptasi, dapat mempertahankan eksistensinya, atatu bisa
“survive” dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, dan dapat
mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan social.
b) Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, yang berarti menyesuaikan
sesuatu dengan standar atau prinsip.
c) Penyesuaian dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan
untuk membuat rencana dan mengorganisasi respon-respon sedemikian rupa,
sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi
secara efisien. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan
cara yang adekuat/memenuhi syarat.
d) Penyesuaian dapat diartikan penguasaan dan kematangan emosional.
Kematangan emosional maksudnya ialah secara positif memiliki respon emosional
yang tepat pada setiap situasi.
2. Pengertian Ketidakmampuan penyesuaian diri
Adalah ketidakmampuan seseorang untuk mengubah diri sesuai dengan norma
atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup agar dapat berhasil menghadapi
kebutuhan-kebutuhan internal, ketegangan, frustasi dan konflik sehingga tercapainya
keharmonisan pada diri sendiri serta lingkungannya dan akhirnya dapat diterima oleh
kelompok dan lingkungannya.
3
terbentuknya pribadi remaja secara bertahap. Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Kondisi-kondisi fisik, termasuk didalamnya keturunan, konstitusi fisik, susunan
saraf, kelenjar, dan system otot, kesehatan, penyakit, dan sebagainya.
2) Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, social,
moral, dan emosional.
3) Penentuan psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajarnya,
pengkondisian, penetuan diri, frustasi, dan konflik.
4) Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.
5) Penentuan cultural termasuk agama.
4
a. Kutub Keluarga ( Rumah Tangga)
Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja
yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni
keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi
berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan
dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).
Kriteria keluarga yang tidak sehat tersebut menurut para ahli, antara lain:
1) Keluarga tidak utuh (broken home by death, separation, divorce)
2) Kesibukan orangtua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan anak
di rumah
3) Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayah-ibu-anak) yang tidak baik
(buruk)
4) Substitusi ungkapan kasih sayang orangtua kepada anak, dalam bentuk materi
daripada kejiwaan (psikologis).
Selain daripada kondisi keluarga tersebut di atas, berikut adalah rincian kondisi
keluarga yang merupakan sumber stres pada anak dan remaja
(http://angsanatirta.blogspot.com), yaitu:
1) Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
2) Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga
3) Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek
4) Sikap orangtua yang dingin dan acuh tak acuh terhadap anak
5) Sikap orangtua yang kasar dan keras kepada anak
6) Campur tangan atau perhatian yang berlebih dari orangtua terhadap anak
7) Orang tua yang jarang di rumah atau terdapatnya isteri lain
8) Sikap atau kontrol yang tidak konsisiten, kontrol yang tidak cukup
9) Kurang stimuli kongnitif atau sosial
10) Lain-lain, menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan orang tua, dan
lain sebagainya.
Anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sebagaimana diuraikan di
atas,resiko untuk berkepribadian anti soial dan berperilaku menyimpang lebih besar
dibandingkan dengan anak/maja yang dibesarkan dalam keluarga yang
sehat/harmonis (sakinah).
b. Kutub Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak baik dapat menganggu proses belajar mengajar anak
didik, yang pada gilirannya dapat memberikan “peluang” pada anak didik untuk
berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik tersebut, antara lain;
1) Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
2) Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
3) Kualitas dan kuantitas tenaga non guru yang tidak memadai
4) Kesejahteraan guru yang tidak memadai
5
5) Kurikilum sekolah yang sering berganti-ganti, muatan agama/budi pekerti yang
kurang
6) Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya.
untuk mencari alasan yang dapat diterima. Misalnya seorang siswa yang tidak
lulus mengatakan bahwa gurunya membenci dirinya.
d) “Sour Grapes”(anggur kecut), yaitu dengan memutarbalikan fakta atau kenyataan.
Misalnya seorang siswa yang gagal mengetik, mengatakan bahwa mesin ketiknya
rusak, padahal dia sendiri tidak bisa mengetik.
2) Reaksi Menyerang (Aggressive Reaction)
Individu yang salah suai akan sikap dan menunjukkan tingkah laku yang bersifat
menyerang atau konfrontasi untuk menutupi kekurangan atau kegagalannya. Ia tidak
mau menyadari kegagalannya. Reaksi-reaksinya tampak dalam tingkah laku:
a) Selalu membenarkan diri sendiri
b) Selalu berkuasa dalam setiap situasi
c) Mau memiliki segalanya
d) Merasa senang bila mengganggu orang lain
e) Suka menggertak, baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan
f) Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka
6
g) Menunjukkan sikap menyerang dan merusak
h) Keras kepala dalam sikap dan perbuatannya
i) Bersikap balas dendam
j) Memperkosa hak orang lain
k) Tindakan yang serampangan
l) Marah secara sadis
3) Reaksi melarikan diri ( Escape Reaction )
Dalam reaksi ini orang mempunyai penyesuaian diri yang salah akan melarikan diri
dari situasi yang menimbulkan kegagalan, reaksinya tampak dalam tingkah laku
sebagai berikut:
a) Berfantasi yaitu memasukan keinginan yang tidak tercapai dalam bentuk angan-
angan (seolah-olah sudah tercapai)
b) Banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika
c) Regresi yaitu kembali kepada awal (misal orang dewasa yang bersikap dan
berwatak saperti anak kecil) dan lain-lain.
7
Masa perkembangan remaja juga ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan
segala ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan. Mereka bersemangat
untuk meraih keberhasilan. Oleh karena itu, mereka berlomba dan bersaing dengan orang
lain guna membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk
mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu,
ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain.
Laju proses perkembangan perilaku dan pribadi remaja dipengaruhi oleh tiga
faktor dominan ialah faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan ling-kungan
(environment): termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor dominan
utama itu senantiasa bervariasiyang mungkin dapat menguntungkan, menghambat atau
membatasi lajunya proses perkembangan tesebut.
Selain itu, perilaku remaja mengalami perubahan krisis aspek pada masa
perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Remaja sering
berusaha memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, yaitu merokok,
minum-minuman keras, dan menggunakan obat terlarang. Periode remaja seharusnya
sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang
kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa
sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan alternatif pemecahan masalah
beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak
berkembang sehingga mereka mampu berpikir multidimensi seperti ilmuwan. Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu
serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi
konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional
formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar
mereka.Oleh karena itu, remaja sekarang harus bisa memilih-milih mana perilaku yang
harus dilakukan, jangan sampai perilaku tersebut terjerumus ke dalam perilaku negative.
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan
jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi-fungsi pendidikan
(transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada
hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat
perlindungan jika anak didik mengalami masalah.
8
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proeses penyesuaian diri remaja
khususnya di sekolah adalah:
1) Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “ betah” (at home) bagi
anak-anak didik , baik secara sosial , fisik maupun akademis.
2) Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
3) Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, sosial ,
maupun seluruh aspek pribadinya.
4) Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
5) Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
6) Ruang kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
7) Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
8) Teladan dari para guru dalam segi pendidikan.
9) Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan di sekolah.
10) Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sbaik-baiknya.
11) Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggungjawab baik
pada murid maupun pada guru.
12) Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua
siswa dan masyarakat.
Karena di sekolah guru merupakan figur pendidik yang penting dan besar pengaruhnya
terhadap penyesuaian siswa-siswinya, maka dituntut sifat –sifat guru yang efektif, yakni
sebagi berikut (Ryans dalam http://angsanatirta.blogspot.com).
1) Memberi kesempatan (alert), tampak antusias dalam berminat dalam aktivitas siswa
dalam kelas .
2) Ramah (cheerful) dan optimistis.
3) Mampu mengontrol diri, tidak mudah kacau (terganggu ), dan teratur tindakannya
4) Senang kelakar, mempunyai ras humor.
5) Mengetahui dan mengakui kesalahan-kesalahan sendiri.
6) Jujur dan opjektif dalam memperlakukan siswa.
7) Menunjukan pengertian dan ras a simpati dalam bekerja dengan sisiwa-siswinya.
Jika para guru bersama dengan seluruh staf disekolah dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik , maka anak-anak didik di sekolah itu yang berada dalam usia
remaja akan cenderung berkurang kemugkinannya untuk menglami permasalahan-
permasalahan penyesuaaian diri atau terlibat dalam masalah yang bisa menyebabkan
perilaku yang menyimpang.
Conger dalam http://angsanatirta.blogspot.com menegaskan bahwa pemahaman
dan pemecahan masalah yang timbul pada masa remaja harus dilakukan secara
interdisipliner dan antar lembaga. Meskipun demikian, pendekatan dan pemecahannya
dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling efektif dan strategis, karena bagi
9
sebagian besar remaja bersekolah dengan para pendidik, khususnya para guru, banyak
mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul.
Diantara usaha-usaha pembinaan yang perlu di perhatikan, sekurang-kurangnya untuk
mengurangi kemungkinan tumbuhnya permasalahan yang timbul pada masa remaja,
dalam rangka kegiatan pendidikan yang dapat dilakukan para pendidik umumnya dan para
guru khususnya:
a. Hendaknya seorang guru mengadakan program dan perlakuan layanan khusus bagi
siswa remaja pria dan siswa remaja wanita (misalnya dalam pelajaran anatomi,
fisiologi dan pendidikan olahraga) yang diberikan pula oleh para guru yang dapat
menyelenggarakan penjelasannya dengan penuh dignity. Tujuan dari usaha tersebut
adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang mungkin timbul
bertalian dengan perkembangan fisik dan psikomotorik remaja.
b. Memperhitungkan segala aspek selengkap mungkin dengan data atau informasi
secermat mungkin yang menyangkut kemampuan dasar intelektual (IQ), bakat khusus
(aptitudes), disamping aspirasi atau keinginan orangtuanya dan siswa yang
bersangkutan. Terutama pada masa penjurusan atau pemilihan dan penentuan
program studi. Upaya tersebut bertujuan untuk memahami dan mengurangi masalah-
masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku
kognitif.
c. Seharusnya seorang guru bisa mengaktifkan dan mengkaitkan hubungan rumah
dengan sekolah (parent teacher association) untuk saling mendekatkan dan
menyelaraskan sistem nilai yang dikembangkan dan cara pendekatan terhadap siswa
remaja serta sikap dan tindakan perlakuan layanan yang diberikan dalam
pembinaannya. Tujuannya adalah untuk memahami dan mengurangi masalah-
masalah yang mungkin timbul bertalian dengan perkembangan perilaku sosial,
moralitas dan kesadaran hidup atau penghayatan keagamaan,
d. Seorang guru atau pendidik untuk memahami dan mengurangi masalah-masalah yang
mungkin timbul bertalian dengan perkembangan fungsi-fungsi konatif, afektif dan
kepribadian, seyogyanya seorang guru memberikan tugas-tugas yang dapat
menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang, memilih dan mengambil
keputusan atau tindakan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan
kepribadiannya.
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia tidak dilahirkan dalam keadaan telah mampu menyesuaikan diri,
maka penyesuaian diri terhadap lingkungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan
memerlukan proses yamg cukup unik. Penyesuaian diri dapat diartikan adaptasi,
konformitas, penguasaan, dan kematangan emosional. Proses penyesuaian diri yang
tertuju pada pencapaian keharmonisan antara faktor internal dan eksternal anak sering
menimbulkan konflik, tekanan, frustasi, dan berbagai macam perilaku untuk
membebaskan diri dari ketegangan.
Kondisi fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-
faktor lingkungan di mana kemungkinan akan berkembang proses penyesuaian yang
baik atau salah. Selain faktor lingkungan, faktor psikologis, kematangan, kondisi fisik,
dan kebudayaan juga mempengaruhi proses penyesuaian diri.
Permasalahn-permasalahan penyesuaian diri yang dihadapi remaja dapat
berasal dari suasana psikologis keluarga seperti keretakan keluarga. Selain itu
permasalahan-permasalahan penyesuaian akan muncul bagi remaja yang sering
pindah tempat tinggal.
Lingkungan sekolah juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
perkembangan jiwa remaja. Sekolah selain megemban fungsi pengajaran juga fungsi
pendidikan. Di sekolah, guru hendaknya dapat bersikap yang lebih efektif, seperti adil,
jujur, menyenangkan dan sebagainya sehingga siswanya akan merasa senang dan
aman bersamanya.
B. Saran
seharusnya orang tua memahami keadaan remaja anaknya sehingga orang tua
mampu mengarahkan anak remajanya menuju penyesuaian diri yang tepat. orang tua
juga harus peduli dengan semua faktor berpengaruh pada proses penyesuaian diri
remaja. Selain itu, pihak sekolah juga harus ikut mendukung proses penyesuaian diri
remaja. Karena lingkungan sekolah sangat berpengaruh pada perkembangan jiwa
remaja, selain berfungsi sebagai pengajaran, sekolah juga berfungsi sebagai
transformasi norma.Dalam hal ini sekolah memiliki peranan yang tidak jauh dari
keluarga, terutama wali kelas dan guru-guru BK.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sunarto & Hartono, Agung. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta
13