Anda di halaman 1dari 23

Published

1 week ago

on

July 3, 2018

By

Romi Hidayat

Smartphone dengan tiga kamera belakang. Hmmm, seperti apa ya rasanya? Hanya gimmick atau
memang benar-benar berguna? Yuk mari kita cari tahu.

Desain
Mewah dan menarik. Dua kata tersebut pantas buat menggambarkan desain Huawei P20 Pro.
Dari yang tadinya aluminium, sekarang Huawei sudah beralih pakai material kaca. Hasilnya,
smartphone ini jadi kelihatan sangat premium.

Sebenarnya warna favorit buat P20 Pro adalah twilight. Tapi saat review kami membuat video
review-nya Mei lalu, varian warna Twilight yang jadi unggulannya belum banyak beredar. Saat
itu hanya ada dua pilihan warna: hitam dan biru. Dan kami pilih warna biru karena memang
lebih menarik.

Bodi belakang P20 Pro dihiasi serangkaian kamera dan juga logo yang semuanya ditempatkan di
sisi kiri agar terlihat simetris. Mulai dari triple kamera di atas, LED flash, lalu ada logo Leica dan
yang paling bawah ada logo Huawei. Top banget lah buat diajak mejeng.

Sama seperti hape-hape flagship berbodi kaca lainnya, kami nggak tega buat pakai smartphone
ini tanpa casing. Rasanya risih kalau melihat bodinya yang kinclong kotor kena sidik jari.
Jadinya kami selalu pakai jelly case gratisanya yang ada dalam paket penjualannya. Bahkan
saking kinclongnya, kita bisa ngaca dengan jelas di bodi belakangnya.
Tapi yang benar-benar disayangkan, Huawei belum memanfaatkan bodi kaca ini dengan optimal.
Karena P20 Pro belum support wireless charging. Selain itu, kekurangan lain yang harus kita
terima adalah ketiadaan jack audio. Tapi cukup terobati dengan hadirnya sertifikat IP67.
Punya bodi belakang yang mewah, P20 Pro juga termasuk smartphone yang solid. Feel solid ini
tercermin lewat rangka bodinya yang cukup tebal. Terasa banget kalau ini adalah smartphone
mahal.

Bagian depannya juga tak kalah menarik dari bagian belakangnya. Yang paling mencuri
perhatian pastinya poni di sisi atas layarnya. Tapi ukurannya tidak terlalu besar, alias lebih kecil
dari poni Vivo V9 dan OPPO F7. Isinya ada kamera depan dan earpiece.

Sedangkan di bagian dagunya, jujur kami agak kurang sreg karena ada sensor fingerprint.
Padahal kalau boleh memilih, kami lebih suka bezel-nya dibikin setipis iPhone X dan fingerprint
bisa ditempatkan di belakang.

Software
Huawei P20 Pro dibekali EMUI 8.1 dengan basis Android 8.1. UI-nya menawarkan opsi untuk
pakai homescreen dengan atau tanpa App Drawer. Dan karena unit ini adalah versi Singapore
atau internasional, jadi kita bisa langsung pakai layanan Google. Tentunya versi resmi di
Indonesia juga sudah ter-install layanan Google.
Di dalam P20 Pro ternyata sudah ada beberapa aplikasi tambahan yang pre-installed, tapi
jumlahnya tidak banyak. Sementara buat fitur-fitur unggulan khas Huawei masih tetap ada,
seperti App Twin dan Knuckle Gesture (shortcut). Tapi yang paling kami suka yaitu ada opsi
untuk ganti sistem navigasi.
Kalau tidak mau atau mungkin bosan pakai on-screen button, kita bisa hilangkan dan pakai
sistem gesture. Praktis, layarnya jadi terasa lebih lega. Satu lagi fitur revolusioner yang tidak
kalah penting adalah opsi untuk menonaktifkan poni layarnya.

Dari sektor sekuriti, P20 Pro juga ditunjang fitur face unlock. Akurasi dan kecepatannya bisa
diacungi jempol dan sudah bisa menggantikan fungsi fingerprint dengan optimal.

Face unlock-nya bisa dipakai dengan baik di tempat minim cahaya dan tidak bisa dibohongi
pakai foto. Kekurangannya cuma satu: tidak bisa dipakai saat layar smartphone menghadap
langsung ke paparan cahaya matahari.

Hardware
Walaupun berstatus sebagai flagship keluaran terbaru, tapi P20 Pro masih mengandalkan
prosesor tahun lalu yang sudah duluan dipakai di Mate 10, yaitu Kirin 970 yang terintegrasi GPU
Mali-G72 MP12. Jadi tidak heran skor benchmark-nya kalah dari Exynos 9810 atau Snapdragon
845.
Terlepas dari skor benchmark, smartphone ini masih terasa sangat powerful untuk multitasking
menjalankan app-app terbaru. Terbantu karena kapasitas RAM-nya 6 GB. Buat nge-game overall
juga oke, tapi tidak selancar Exynos 9810 dan Snapdragon 845. Contohnya pas kami pakai main
PUBG, sesekali ada stuttering, tapi tidak terlalu mengganggu.

Kalau mau install banyak app atau game juga tidak masalah karena Huawei menyediakan storage
128 GB. Tapi perlu dicatat, kita tidak bisa menambah kapasitasnya karena minus slot microSD.
Masih bicara soal kapasitas, baterat P20 Pro tergolong besar dibanding flagship lainnya, yaitu
4.000 mAh.

Daya tahannya bisa bikin kita tersenyum karena selama pakai, kami bisa dapat screen-on-time
antara enam hingga tujuh jam, yang artinya cukup impresif.
Dan enaknya, P20 Pro didukung Super Charge dengan charger bawaan berdaya 5 Ampere.
Durasi pengisiannya cuma butuh waktu 1 jam 25 menit. Tapi kalau kita mau pakai charger
dengan teknologi Quick Charge 3 juga kompatibel, hanya saja durasi pengisiannya sedikit lebih
lama.
Untuk urusan multimedia, P20 Pro ditunjang layar lega dan speaker mumpuni. Diagonal
layarnya 6,1 inci, panelnya AMOLED, resolusinya 2.240 x 1.080 piksel dengan rasio 18,7:9.
Asyiknya, resolusi dan temperatur warna layarnya bisa diubah.

Bukan cuma lega, panel AMOLED juga sukses bikin layar P20 Pro keliatan cerah tapi juga tidak
mencolok bikin mata sakit. Sedangkan speaker-nya sudah stereo, ada di atas dan bawah. Speaker
ini didukung teknologi Dolby Atmos

Kamera
Huawei P20 Pro menyandang gelar kamera smartphone terbaik versi DxOMark. Konfigurasi
kameranya menyeramkan karena ada tiga lensa. Yaitu 8 MP telephoto f/2.4, 40 MP RGB f/1.8
dan 20 MP monokrom f/1.6.
Resolusi kamera 40 megapikselnya ini real. Kalau motret dengan format JPG ukuran file-nya
hanya 6 MB. Tapi kalau motret RAW pakai mode pro, ukurannya membengkak jadi hampir 80
MB.

Kalau motret pakai resolusi maksimal 40 MP, fitur zoom-nya otomatis tidak berfungsi. So, kalau
mau pakai fitur 3x optical zoom atau 5x hybrid zoom, kita terpaksa harus menurunkan
resolusinya.

Agak beda dari Mate 10 series, kamera P20 Pro punya AI yang lebih baik, namanya Master AI.
Pas aktif, fitur ini bisa mengoptimalkan kamera untuk motret momen-momen tertentu dengan
mengubah mode kamera secara otomatis.
Misalnya pas deteksi wajah, mode portrait bakal langsung aktif. Begitu juga pas deteksi objek
langit atau awan, pohon atau daun, makanan, teks atau dokumen, mode kameranya bakal ganti
secara otomatis.
Cara kerja AI ini sebenarnya simpel. Ketika deteksi objek-objek yang sudah disebutkan tadi,
software kameranya bakal meningkatkan saturasi dan sharpness sehingga hasil jepretannya bakal
ngejreng banget.

Tapi saking ngejreng-nya, warna yang ditampilkan jadi tidak real. Ibaratnya seperti foto yang
sudah di-edit. Kami menyimpulkan kalau AI di P20 Pro bakal berguna banget buat yang doyan
show off foto di Instagram tapi males ngedit-ngedit.

Apalagi kalau buat motret low light, kameranya sukses bikin ngiler. Tapi perlu dicatat, hasilnya
bakal lebih istimewa kalau ada cahaya lampu. Jadi pas motret low light, kamera P20 Pro bisa
menangkap cahaya lebih banyak karena ada teknologi Pixel Fusion.
Apalagi kalau kita pakai night mode. Mode ini butuh waktu 4-5 detik buat menangkap gambar,
jadi hasilnya bakal lebih oke lagi. Kita tidak perlu pakai tripod, bisa pakai tangan kosong. Yang
penting tangan kita jangan terlalu tremor.
Dan satu lagi soal kemampuan motret bokeh, P20 Pro bisa dibilang adalah yang paling rapi
untuk saat ini. Saat ketemu objek yang rumit, efek bokeh-nya masih tergolong rapi. Begitu juga
waktu motret bokeh dengan cahaya kurang memadai, noise-nya masih dalam batas wajar.

Tapi sejujurnya, kalau AI-nya tidak aktif, kamera P20 Pro tidak terlalu superior. Bahkan
dibeberapa kondisi, terutama HDR, kualitasnya seringkali di bawah Google Pixel 2. Apalagi
kalau kita bicara soal kamera depan.
Resolusi kamera depan P20 Pro 24 MP, tapi hasil jepretannya kurang tajam dan efek beauty-nya
terasa over. Bahkan ketika kita matikan fitur beauty, wajah kita tetap kena softening.

Beralih soal video, P20 Pro ditunjang AI Stabilizer dan bisa rekam maksimal sampai resolusi 4K
30 fps. AI Stabilizer ini terbukti ampuh dan optimal menstabilkan video, tapi sayangnya hanya
bisa aktif diresolusi Full HD saja, tidak support 4K.

Kemampuan lainnya yaitu super slow motion 720p 960 fps. Tapi kalau diperhatikan, kualitasnya
tidakk sebaik Xperia XZ2 atau Galaxy S9 karena masih kelihatan kurang smooth.

Kesimpulan

Huawei berhasil membuktikan kapasitasnya sebagai produsen smartphone berkelas. Selain


desainnya mewah, P20 Pro juga punya kamera yang wow dengan dukungan AI. Terutama buat
kalian yang hobi motret low light atau pun yang suka hasil foto dengan warna-warna mentereng.
Tapi juga perlu dicatat, kalau motret tanpa bantuan AI, hasil jepretannya mungkin bakal terlihat
biasa-biasa saja.
Video review

Tags:flagshipheadlinehuaweihuawei p20 prosmartphone

Don't Miss

Review Honor 7A: Hape Ramping Harga Miring

Anda mungkin juga menyukai