Anda di halaman 1dari 8

Diagram Input dan Output Proses Peledakan

Variabel-variabel yang dapat dikendalikan

Diameter lubang ledak Arah peledakan


Kedalaman lubang ledak Sistim penyalaan
Kedalaman subdrilling Urutan penyalaan
Kemiringan lubang ledak Bidang bebas
Tinggi stemming Tipe bahan peledak
Tinggi jenjang Energi bahan peledak
Pola peledakan Metode pemuatan
Perbandingan burden dan spasi Air tanah (kadang-kadang
Dimensi dan konfigurasi Peledakan tidak dapat dikontrol)

Variabel-variabel yang tidak dapat dikendalikan

Geologi
Sifat dan kekuatan batuan
Struktur diskontinuitas
Kondisi cuaca
Air tanah (kadang-kadang dapat dikontrol)

Proses Peledakan

Fragmentasi
Perpindahan material hasil
peledakan
Profil tumpukan hasil peledakan
Getaran tanah
Suara bising
Batu terbang
Misfires Hasil Peledakan

Fragmentasi
Perpindahan material hasil peledakan
Profil tumpukan hasil peledakan
Getaran tanah (ground vibration)
Ledakan udara (air blast)
Batu terbang (fly rock)
Misfires
Efek Peledakan
Efek peledakan yang dimaksud adalah pengaruh adanya peledakan terhadap lingkungan
sekitarnya yang berkaitan dengan keamanan. Efek peledakan yang ditimbulkan adalah getaran
tanah, batu terbang dan suara ledakan.
1. Getaran Tanah
Getaran tanah (ground vibration) terjadi pada daerah elestis. Sesuai dengan sifat elastis
material maka bentuk dan volume akan kembali pada keadaan semula setelah tidak ada
tegangan yang bekerja. Kegiatan peledakan akan menghasilkan gelombang seismik yaitu
gelombang yang menggambarkan penjalaran energi melalui bumi yang padat (medium).
Gelombang ini dapat dirasakan dalam bentuk getaran (vibrasi).
Dua faktor prinsip yang mempengaruhi tingkat getaran hasil ledakan suatu
muatan bahan peledak yaitu ukuran (jumlah) muatan dan jarak. Apabila muatan ditambah
maka tingkat getaran akan bertambah, tetapi hubungan ini bukan merupakan hubungan yang
sederhana, misalnya muatan dua kali lipat jumlahnya tidak menghasilkan getaran yang dua
kali lipat. Begitu juga dengan pengaruh jarak terhadap tingkat getaran, apabila jarak dari
tempat peledakan bertambah maka getaran akibat peledakan semakin kecil.
Untuk mengetahui besarnya ground vibration yang timbul akibat kegiatan
peledakan, dapat menggunakan teori yang dikemukakan oleh “George Berta” dalam
Explosive an Engineering tool, 1990. Teori ini mempertimbangkan beberapa faktor antara
lain : faktor impedansi, faktor coupling, faktor perubahan, jumlah bahan peledak yang
digunakan, energi perunit massa bahan peledak, jarak, densitas batuan, kecepatan seismik
dan tipe kelompok batuan. Dari beberapa faktor tersebut kemudian dibuat rumusan
perhitungan yaitu sebagai berikut :
1) Faktor impedansi (2) :
( c   r ) 2
1  1 
( c   r ) 2

dengan :
1 = Faktor impedansi
Ic = Impedansi bahan peledak
Ir = Impedansi batuan
Jika impedansi batuan mendekati impedansi bahan peledak, maka faktor
impedansi akan mendekati harga 1, akan tetapi pada umumnya selalu lebih kecil dari 1, ini
artinya bahwa tidak semua energi yang dihasilkan akan diteruskan pada batuan. Adapun
besarnya nilai impedansi untuk bahan peledak dapat dilihat pada Tabel 1 dan nilai impedansi
untuk batuan dapat dilihat pada Tabel 2.
2) Faktor coupling (2) :
Faktor coupling dalam hal ini merupakan fungsi dari “coupling ratio” atau perbandingan
antara diameter lubang ledak dengan isian bahan peledak (f/c) dimana besaran coupling
ratio ini akan menurunkan tekanan gas hasil peledakan yang dengan sendirinya akan
memperkecil energi yang diteruskan pada batuan. Faktor coupling dinyatakan oleh
persamaan sebagai berikut:
1
2 
e f e
  e  1

dengan :
 2 = Faktor coupling
f = Diameter lubang ledak
c = Diameter isian bahan peledak
e = 2,72
Dari persamaan diatas, maka secara otomatis 2 akan mendekati harga 1 jika c mendekati
harga f dan 2 akan turun dengan besarnya coupling ratio.
Pemanfaatan fenomena tekanan dinamik sebagai fungsi dari coupling ratio dalam
teknologi peledakan dikenal dengan istilah “decoupling” yaitu dengan meningkatkan
copling ratio, atau dengan kata lain menggunakan cartridge dengan diameter yang lebih
kecil dari diameter lubang ledak.
3) Faktor perubahan (3) :
Faktor perubahan ini menyatakan besarnya perubahan energi dari bahan peledak yang
diubah menjadi getaran, yang diperkirakan sekitar 40%. Jadi besarnya faktor perubahan
(3) adalah 0,40 jika peledakan dilakukan terbuka (berhubungan dengan udara luar) dan
jika didalam tanah 3 < 0,40.
Tabel 1
Data karakteristik bahan peledak
Bobot isi Impedansi Energi per unit massa
(kg/m3) 106(kg.m-2s-1) (MJ/kg)
ρe Ic ε
GOMMA A 1550 11,63 6,74
GELATINE 1450 9,50 4,52
SISMIC 1550 10,23 4,00
INDROPENT D 1550 12,25 7,47
PROFIL X 1200 3,89 2,66
TUTAGEX 210 1150 4,83 3,52
VULCAN 3 1050 4,73 3,90
CAVA 1 1000 3,80 4,16
ANFO 850 1,84 3,66
Tabel 2
Data karakteristik sifat batuan

Kecepatan
Bobot isi Impedansi
gelombang seismic
Batuan (kg/m3) 106(kg.m-2s-1)
(m/s)
ρr C Ir
Granite 2700 5000 13,50
Syenite 2600 4200 11,00
Gabro 2600 4200 11,00
Peridotite 3200 5000 16,00
Porphyry 2800 5200 14,56
Basalt 2900 5400 15,66
Diabase 3100 5000 15,50
Sandstone 2250 2750 6,19
Quartzite 2650 4500 11,93
Limestone 2600 4000 10,40
Dolomite 2650 4000 10,60
Marl 2550 2500 6,38
Tufa 1400 2100 2,94
Gypsum 2300 2500 5,75
Halite 2200 3500 7,70
Travertine 2100 2800 5,88
Amphibole 3000 4500 13,50
Granite gneis 2700 5000 13,50
Serpentin 2650 4200 11,13
Limestone schist 2600 3100 8,06

4) Kelompok batuan
Kelompok dari tiap-tiap batuan ini dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan karakteristik
atau sifat-sifat kekerasan dari batuan tersebut, yaitu batupasir dan kerikil, aluvial
kompak, batuan keras dan batuan beku yang kompak (Tabel 3).

Tabel 3
Tipe kelompok batuan
Type of Ground Kf
Water logged sands and gravels 0,11 – 0,13
Compacted aluviums 0,06 – 0,09
Hard and compact rock 0,01 – 0,03

Dari faktor-faktor tersebut diatas dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh
“Berta” dalam usaha menetukan hubungan antara faktor-faktor tersebut maka tingkat
getaran tanah dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :
Q 1 x 2 x3 xx106
V 
R 5 KfxLogRxxrxC
dengan :
V = Getaran tanah (m/s)
Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan per delay(kg)
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju (m)
ε = Energi perunit massa (j/kg)
ρr = Densitas batuan (g/cm3)
C = Kecepatan gelombang seismik (m/s)
Dari tipe kelompok batuan diatas dapat ditentukan besarnya frekwensi getaran yang
dihasilkan oleh kegiatan peledakan. Frekwensi disini adalah untuk menetukan besarnya
perambatan gelombang pada batuan, yaitu dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
F = (Kf log R)-1
dengan :
F = Frekuensi (Hz)
Kf = Tipe kelompok batuan
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju, (m)

2. Batu Terbang
Batu terbang (flyrock) yaitu batu yang terlempar secara liar pada saat terjadi peledakan. Fly
rock dapat terjadi oleh beberapa sebab, yaitu :
a. Burden dan spasi yang tidak cukup
b. Jumlah isian terlalu banyak
c. Pengaruh struktur geologi, seperti kekar, retakan dan sebagainya
d. Penempatan lubang bor yang tidak tepat
e. Stemming yang tidak cukup, baik itu panjang maupun ukuran material stemming.
f. Kesalahan pola penyalaan dan waktu tunda
g. Lantai jenjang yang kotor
Lundborg et al. (1975) mengemukakan teorinya dalam menghitung jarak maksimum flyrock
yang terjadi pada fragmentasi batuan pada kondisi optimum. Gambar 1 memperlihatkan
hubungan antara jarak maksimum lemparan batuan dengan specific charge (q) yang dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Lmax = 143 D (q – 0,2)
dengan :
Lmax = Jarak lemparan maksimum (m)
D = Diameter lubang ledak (inchi)
q = Specific charge (kg/m3)
Gambar 1
Hubungan antara jarak maksimum lemparan batuan dengan specific charge

3. Ledakan udara
Ledakan udara (air blast) adalah gelombang tekanan yang dirambatkan di atmosfer dengan
kecepatan di atas kecepatan suara di udara. Airblast tidak terdengar seperti biasa, tetapi
merupakan gelombang tekanan yang terjadi pada atmosfir yang terindikasi oleh suara
frekuensi tinggi, frekuensi rendah bahkan yang tidak terdengar sekali pun. Kerusakan karena
air blast dan gangguan langsung yang diakibatkannya berhubungan dengan rencana
peledakan, cuaca, kondisi lapangan dan reaksi manusia. Pada kondisi cuaca tertentu dan
rencana peledakan yang kurang sempurna dapat menghasilkan air blast yang merambat
sampai jarak jauh. Efek Airblast terhadap manusia dan struktur bangunan dapat dilihat pada
Gambar 2.
Airblast diukur dengan satuan dB (decibels) atau psi (pounds per squareinch).
Persamaannya:
dB = 20 log (P/Po)
P = 3,3 (R / Q1/3)-1/2
dengan :
dB = Level suara (kPa)
P = Overpressure (kPa)
R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju (m)
Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan per delay (kg)
Gambar 2
Efek air blast terhadap
manusia dan struktur bangunan

Anda mungkin juga menyukai