PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan
makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat
bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara
klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum.
Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri
yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit),
dibantu dengan pemeriksaan laboratorium (Ngastiyah, 1997).
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aplikasi keperawatan pada bayi/anak dengan gangguan system
pencernaan
1. DIARE
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang
lebih banyak dari biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja),
dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat),
dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer,
Arif., et all. 1999). Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari ( WHO, 1980), Gastroenteritis diartikan sebagai
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer
dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).
Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus,
Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin
(Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya),
parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel,
atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Mekanisme
dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul
diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di
dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian
terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik.
Gejala Klinis
Komplikasi
a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
a. Dehidrasi Ringan
c. Dehidrasi Berat
Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan.
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
Memberikan asi.
Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan
makanan yang bersih.
c. Obat-obatan.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral
berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut
diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l
dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi
gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum
dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat
badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai
dengan umur dan berat badannya.
1. Dehidrasi ringan.
2. Dehidrasi sedang.
· 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan
dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
- 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit.
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada klien
dengan tujuan meringankan, menyembuhkan serta menjaga kesehatan klien.
Memberikan Asi.
d. Obat-obatan.
Obat antibiotik.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan tinja.
Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien.
2. Riwayat keperawatan.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan
pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan
marah dan merasa bersalah.
5. Kebutuhan dasar.
· Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang.
· Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
· Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.
6. Pemerikasaan fisik.
b. Pemeriksaan sistematik :
· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering,
berat badan menurun, anus kemerahan.
d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat
badan menurun.
e. Pemeriksaan penunjang.
f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.
Diagnosa Keperawatan GE
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
6. Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Intervensi
Rencana Keperawatan
Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda
dehidrasi
Intervensi Rasional
Berikan cairan oral dan parenteral Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang
sesuai dengan program keluar bersama feses.Memberikan informasi status
rehidrasiPantau intake dan output. keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan
cairan pengganti.
Kaji tanda vital, tanda/gejala Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan
dehidrasi dan hasil pemeriksaan asam basa
laboratorium
Kolaborasi pelaksanaan terapi Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah
definitive penyebab diare diketahui
Dx.2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Atur posisi yang nyaman bagi klien, Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan
misalnya dengan lutut fleksi. mengurangi nyeri
Kolaborasi pemberian obat analgetika Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik
dan atau antikolinergik sesuai untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan
indikasi sesuai indikasi klinis
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan
Analog Scale (skala 1-5), perubahan intervensi selanjutnya
karakteristik nyeri, petunjuk verbal
dan non verbal
Dx.4 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Intervensi Rasional
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta
mampu mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.
Intervensi Rasional
Jelaskan dan tunjukkan cara Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien
perawatan perineal setelah defekasi terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya
Anjurkan pada keluarga untuk selalu Mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan
mengunjungi klien dan berpartisipasi
dalam perawatn yang dilakukan
Berikan sentuhan dan berbicara pada Memberikan rasa nyaman dan mengurangi stress
anak sesering mungkin
Lakukan stimulasi sensory atau terapi Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara
bermain sesuai dengan ingkat optimun
perkembangan klien
Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang dari standar)
1. Lahir 3,25
2. 4 tahun 2 x TB lahir
4. 13 tahun 3 x TB lahir
Pembesaran hati (kadang sampai batas setinggi pusat, teraba kenyal, licin dengan
batas yang tegas)
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering disertai tanda fibrosis, nekrosis dan
infiltrasi sel mononukleus.
Sering diare, warna hijau tua, terdiri dari lendir dengan sedikit tinja.
Turgor kulit menurn, tampak keriput karena kehilangan jaringan lemak bawah kulit
Pada keadaan marasmik yang berat, lemak pipi juga hilang sehingga wajah tampak
lebih tua, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol
Riwayat Keperawatan
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi
dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif
lama).
Pengkajian Fisik
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
Edema tungkai
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa Keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat,
anoreksia dan diare.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang
tidak adekuat.
Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder
terhadap infeksi saluran pernapasan
Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan
1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia
dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655).
Kriteria:
Jelaskan kepada
Asupan cairan adekuat Meningkatkan pemahaman keluarga tentang
keluarga tentang upaya
sesuai kebutuhan upaya rehidrasi dan peran keluarga dalam
rehidrasi dan partisipasi
ditambah defisit yang pelaksanaan terpi rehidrasi.
yang diharapkan dari
terjadi.
keluarga dalam
Tidak ada tanda/gejala pemeliharan patensi
dehidrasi (tanda-tanda pemberian infus/selang
vital dalam batas sonde.
normal, frekuensi
defekasi ≤ 1 x/24 jam
dengan konsistensi Kaji perkembangan Menilai perkembangan masalah klien.
padat/semi padat). keadaan dehidarasi
klien.
Menilai perkembangan
masalah klien.
4) Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi
trakheobronkhial (Carpenito, 2000, hal. 575-580).
Observasi tanda-tanda
aspirasi.
Menilai perkembangan
masalah klien.
5) Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder
terhadap infeksi saluran pernapasan (Carpenito, 2000, hal. 799-801).
BABIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSAKA
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. Ke-6, EGC, Jakarta.
Ayu, R., & Sartika, D. (2011). FAKTOR RISIKO OBESITAS PADA ANAK 5-15 TAHUN DI
INDONESIA, 15(1), 37–43.
Hariyanto, D., Madiyono, B., Sjarif, D. R., & Sastroasmoro, S. (2009). Hubungan Ketebalan
Tunika Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja, 11(3).