Blok 28 Zefanya
Blok 28 Zefanya
Zefanya Merryani
102012308
thara.zefanya@yahoo.com
PENDAHULUAN
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan di rumah sakit dan hal itu
terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit. Sejak awal tahun 1900 Institusi rumah sakit
selalu meningkatkan mutu pada tiga elemen yaitu struktur, proses, dan outcome dengan
berbagai macam program regulasi yang berwenang misalnya antara lain penerapan Standar
Pelayanan Rumah Sakit, ISO, Indikator Klinis dan lain sebagainya. Namun harus diakui,
pada pelayanan yang berkualitas masih terjadi Kejadian Tidak Diduga (KTD).1
Keselamatan pasien adalah “suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien
lebih aman. Sistem tersebut meliputi assament risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan pasien koma, pelaporan dan analisis accident, kemampuan belajar dari
accident dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko”.1
PEMBAHASAN
Pengertian Patient safety
Patient safety didefinisikan sebagai upaya menghindari, mencegah dan memperbaiki
hasil yang merugikan pasien atau cidera akibat dari proses perawatan kesehatan.
Patient safety melibatkan sistem operasional dan sistem pelayanan yang
meminimalkan kemungkinan kejadian adverse event/ error dan memaksimalkan langkah-
langkah penanganan bila error telah terjadi.Sistem ini mencegah terjadinya cedera yg
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tdk mengambil tindakan
yang seharusnya diambil (KKP-RS(Solusi live-saving keselamatan pasien rumah sakit).
1
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesmen resiko,
identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko.2
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.Sistem
tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak
lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko.2,3
Tujuh Standar Patient Safety
Tujuh Standar Keselamatan Pasien (mengacu pada “Hospital Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu: 3,4
1. Hak pasien
Pasien & keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana &
hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
Kriterianya adalah :
Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan
Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan
atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD.
2
Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan RS
Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai
dengan ”Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif Setiap rumah sakit harus
menggunakan semua data dan informasi hasil analisis
3
Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat utk mengukur, mengkaji, dan
meningkatkan kinerja RS serta tingkatkan Keselamatan Pasien.
Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinyadalam meningkatkan kinerja
RS & Keselamatan Pasien.
Kriterianya adalah :
RS memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap jabatan mencakup
keterkaitan jabatan dengan Keselamatan Pasien secara jelas.
RS menyelenggarakan pendidikan & pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan
dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam
pelayanan pasien.
Kriterianya adalah
memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan
pasien
4
mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training
dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.
menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork) guna
mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani pasien.
Kriterianya adalah
5
Enam Goals Patient Safety
Pasal 8 Peraturan Menteri Kesehatan tersebut diatas mewajibkan setiap Rumah Sakit
untuk mengupayakan pemenuhan Sasaran Keselamatan Pasien yang meliputi tercapainya 6
(enam) hal sebagai berikut:6
1. Ketepatan identifikasi pasien;
2. Peningkatan komunikasi yang efektif;
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai;
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi;
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;dan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
Obat-obatan adalah salah satu bagian yang terpenting dalam penanganan pada pasien.
Management dengan benar untuk memastikan dalam pasien safety. Seperti, potassium
chloride (2 mEq/ml atau konsentrasi yang lebih), pothasium phosphate, Sodium chloride
(0,9%) atau dengan konsentrasi lebih), dan magnesium sulfate (50% atau konsentrasi lebih).
Kesalahan ini dapat juga muncul ketika angota staff tidak dengan benar mengorientasikan ke
unit perawatan pasien, ketika perawat kontrak dan digunakan dan tidak berorientasi dengan
benar, atau selama keadaan gawat darurat.7
High Allert Medication adalah Obat-obatan yang menyebabkan resiko tinggi memperburuk
pasien ketika diberikan kesalahan dalam pengobatan. Namun kesalahan mungkin atau tidak
mungkin lebih banyak dengan obat-obatan ini. (JCI, 2007)
6
Tindakan enam tepat dalam pemberian obat yaitu :8
1. Tepat Obat : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, menanyakan ada tidaknya
alergi obat, menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat, mengecek
label obat, mengetahui reaksi obat, mengetahui efek samping obat, hanya memberikan
obat yang didiapkan diri sendiri.
2. Tepat dosis : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek hasil hitungan
dosis dengan dengan perawat lain, mencampur/mengoplos obat.
3. Tepat waktu : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek tanggal
kadarluarsa obat, memberikan obat dalam rentang 30 menit.
4. Tepat pasien : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, memanggil nama pasien
yang akan diberikan obat, mengecek identitas pasien pada papan/kardeks di tempat tidur
pasien
5. Tepat cara pemberian : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mengecek cara
pemberian pada label/kemasan obat.
6. Tepat dokumentasi : mengecek program terapi pengobatan dari dokter, mencatat nama
pasien, nama obat, dosis, cara, dan waktu pemberian obat
Mencegah terjadinya jatuh pada klien diantaranya mengorientasikan klien pada saat masuk
rumah sakit dan jelaskan sistem komunikasi yang ada, hati-hati saat mengkaji klien dengan
keterbatasan gerak, supervisi ketat pada awal klien dirawat terutama malam hari, anjurkan
klien menggunakan bel bila membutuhkan bantuan, berikan alas kaki yang tidak licin,
berikan pencahayaan yang adekuat, pasang pengaman tempat tidur terutama pada klien
dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas, jaga lantai kamar mandi agar tidak
licin. Penggunaan alat seperti restrains merupakan salah satu alat untuk immobilisasi pasien.
Alat restrain dapat manual ataupun mekanik, alat ini berguna untuk memberikan batasan pada
klien untuk bergerak secara bebas. Untuk menghindari jatuh dapat dimodifikasi dengan
memodofikasi lingkungan yang dapat mengurangi cidera seperti memberi keamanan pada
tempat tidur, toilet, dan bel. Jeruji (side rails) pada sisi tempat tidur juga dapat mencegah
7
terjadi cidera pada klien. Said rails dapat meningkatkan mobilisasi klien dan stabilitas di
tempat tidur pada saat klien akan bergerak dari tempat tidur ke kursi.
Delapan masalah untuk mencegah terjadinya jatuh; obat-obatan (perawat melihat efek
samping obat yang memungkinkan terjadinya jatuh), penglihatan menurun (perawat dapat
tetap menjaga daerah yang dapat menyebabkan jatuh, menggunakan kaca mata, sehingga
pasien dapat berjalan sendiri misalnya pada malam hari), (perubahan status mental) perawat
tanggap terhadap perubahan perilaku pasien, (meletakkan sepatu dan tali sepatu pada
tempatnya) perawat mengecek seluruh daerah yang dapat menyebabkan jatuh (misal sepatu
atau tali sepatu yang tidak pada tempatnya), (Jatuh di lantai) perawat mengecek penyebab
sering terjadinya jatuh., terlalu banyak furniture, daerah yang gelap, dan sedikit hidarasi
(perawat menganjurkan untuk minum 6-8 gelas per hari).9
8
2) Ketika anda mencuci objek kotor , pertama kali cuci dengan air dingin untuk melepas
material organik seperti mucus dan darah. Setelah itu cuci dengan air panas, jika perlu
gunakan sikat membersihkannya.
Self Protection
Perlengkapan pelindung diri yang dipakai oleh petugas harus menutupi bagian-bagian
tubuh petugas mulai dari kepala hingga telapak kaki.Perlengkapan ini terdiri dari tutup
kepala, masker, sampai dengan alas kaki.Perlengkapan-perlengkapan ini tidak harus
digunakan/dipakai semuanya/bersamaan, tergantung dari tingkat risiko saat mengerjakan
prosedur dan tindakan medis serta perawatan.
Tiga hal penting yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh petugas agar tidak terjadi
transmisi mikrobapatogen ke penderita saat mengerjakan prosedur dan tindakan medis serta
perawatan, yaitu :
1) Petugas diharapkan selalu berada dalam kondisi sehat, dalam arti kata bebas dari
kemungkinan “menularkan” penyakit
2) Setiap akan mengerjakan prosedur dan tindakan medis serta perawatan, petugas harus
membiasakan diri untuk mencuci tangan serta tindakan higiene lainnya
3) Menggunakan/memakai perlengkapan pelindung diri sesuai kebutuhan dengan cara
yang tepat.
Alat atau perlengkapan pelindung diri yang digunakan/dipakai petugas adalah sebagai berikut
:
1. Sarung tangan
Terbuat dari bahan lateks atau jitril, degan tujuan :
a . Mencegah penularan flora kulit petugas kepada penderita, terutama pada saat
melakukan tindakan invasif. Jadi tujuannya untuk melindungi penderita dan sarung tangan ini
disebut sarung tangan bedah.
b. mencega risiko kepada petugas terhadap kemungkinan transmisi mikroba dari
penderita. Jadi tujuannya untuk melindungi petugas dan sarung tangan ini disebut sarung
tangan pemeriksaan. Agar arung tangan bedah maupun sarung tangan pemeriksaan dapat
dimanfaatkan dengan baik, maka sarung tangan harus steril, utuh, atau tidak robek/berlubang,
serta ukurannya sesuai dengan ukuran tangan petugas agar gerakan tangan atau jari selama
mengerjakan prosedur dan tindakan medis serta perawatan dapat bergerak bebas.
2. Masker
Masker merupakan alat/perlengkapan yang menutup wajah bagian bawah.Harus cukup
lebar karena harus menutup hidung, muut, hingga rahang bawah.Dengan demikian dapat
9
menahanpercikan cairan/lendir yang keluar dari lubang hidung maupunlubang mulut saat
petugas bicara, batuk, maupun bersin. Masker terbuat dari berbagai bahan antara lain dari
katun, kasa, kertas, atau bahan sintetis. Masker yang ideal akan terasa nyaman bila dipakai
oleh petugas, artinya enak untuk bernapas serta mampu menahan partikel yang
disebarkan/dikeluarkan saat batuk, bersin, maupun bicara. Masker yang terbuat dari bahan-
bahan diatas belum ada yang memenuhi persyaratan tersebut. Usahakan pemakaian masker
pada posisi yang tepat dengan ikatan tali yang cukup kuat dan jangan sampai turun kebawah
saat mengerjakan prosedur dan tindakan medis
3. Respirator
Respirator adalah masker jenis khusus, terpasang pada wajah, lebih diutamakan untuk
melindungi alat napas petugas. Cara kerjanya adalah mem-filter udara yang diduga tercemar
oleh mikroba patogen yang berasal dari penderita misalnya Mycobacterium tuberculosis.
Banyak digunakan di ruangan/bangsal perawatan penyakit menular.
4. Pelindung mata
Tujuan pemakaian alat ini adalah untuk melindujnghi mata petugas dari kemungkinan
percikan darah atau cairan lainnya dari penderita. Sebagai pelindung mata antara lain adalah :
a. Goggles, visor :mirip kacamata renang, dengan tali elastis dibelakangnya, merupakan
pelindung mata terbaik, tetapi mudah berkabut dan sedikkit berat.
b. kacamata dengan lensa normal atau kacamata resep dokter, cukup memadai bila
digunakan sebagai pelindung mata.
5. Tutup kepala atau kap
Digunakan untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit kepala dan rambut
tidak jatuh dan masuk ke dalam luka atau sayatan jaringan sewaktu tindakan
pembedahan.Kap harus cukup besar agar semua rambut petugas tertutup, khususnya bagi
petugas wanita.
6. Gaun bedah (operasi)
Gaun ini dipakai untuk mengganti baju harian petugas. Dibuat sedikit longgar dan terdiri dari
dua potong yaitu celana dan baju dengan panjang lengan baju 7-10 cm diatas siku dan
terdapat lubang leher berbentuk huruf V.
7. Jas bedah (operasi)
Berbentuk jubah panjang dengan ketinggian dari bawah 10 cm di atas mata kaki,
disertai tali-tali pengikat yang ada dibelakang. Digunakan/dipakai dengan cara
menutupi/merangkap gaun bedah. Untuk memakainya, perlu bantuan orang lain. Terbuat dari
10
kain yang tahan cairan dan cukup ringan.Panjang lengan jas bedah melebihi pergelangan
tangan sehingga ujung lengan yang terbuka dapat ditutup oleh pangkal sarung tangan.
Terlepas dari adanya perlengkapan pellindung diri, penderita selalu dalam keadaan
terancam oleh beberapa risiko.Risiko yang diterima oleh petugas dalam bentuk
percikan/tumpahan cairan atau darah yang sangat infeksius dari tubuh penderita harus
dicegah dengan menggunakan peralatan npelindung diri agar petugas tetap aman dan
terlindungi selama menjalankan tugasnya.Kontak antara penderita dengan petugas dapat
terjadi di setiap unit kerja di rumah sakit dengan spesifikasi tersendiri, sehingga bobot risiko
(akibat) yang terjadi untuk penderita dan petugas berbeda pula.
Bagi penderita, peluang risiko terbesar dengan bobot terberat karena adanya
intervensi prosedur dan tindakan medis invasif dengan perlakuan terhadap jaringan/organ
yang bersifat manipulatif dan eksploratif. Oleh karenanya diperlukan adanya kewaspadaan
tahap demi tahap dalam mengelola penderita yang akan menjalani operasi/pembedahan. Baik
dari saat pra, intra, maupun pasca bedah. Terkait dengan proses pembedahan ini, perlu
diterapkan kewaspadaan standar yang terinci dengan baik agar semua permasalahan yang
mungkin terjadi dapat diantisipasi.10
Isolasi absolut
Isolasi dibutukan bila ada resiko infeksi yang sangat virulen atau agen yang unik
dimana kekhawatiran dari beberapa jalur transmisi yang terlibat :
- Ruang individual dengan bangsal isolasi bila memungkinkan
- Masker, sarung tangan, gaun, penutup kepala, pelindung mata untuk semua
yang masuk ke ruangan
- Cuci tangan yang bersih saat masuk dan keluar dari ruangan
- Pembakaran dari jarum dan spuit
- Desinfektan dari instrumen medis
- Pembakaran dari kotoran, cairan tubuh, sekresi nasopharyngeal
- Desinfeksi dari kain linen
- Melarang pengunjung dan staff
- Desinfeksi rutin dan desinfeksi terminal pada hari terakhir dari rawat inap
- Gunakan peralatan sekali pakai
- Managemen dari transpor dan spesimen lab dari pasien.10
11
Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi asesment risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbulnya risiko. Pada skenario kasus pasien yang diduga tuberkulosis (TBC)
harus ditangani dengan cara diisolasi sampai benar-benar terbukti pasien tersebut mengidap
penyakit tuberkulosis (TBC) untuk mengurangi atau meminimalisir pencegahan infeksi
melalui udara (droplet infetion). Untuk pencegahan yakni pasien diberikan ruangan khusus
individu bila tersedia, menggunakan respirator atau masker khusus oleh petugas medis yang
menangani, pasien harus mendapatkan sirkulasi udara dan pencahayaan dari sinar matahari
yang baik didalam ruangannya, semua ini dilakukan untuk meminimalisir dan menghindari
adanya penyebaran yang lebih luas dari kuman atau bakteri tuberkulosis (TBC).
DAFTAR PUSTAKA
12
13