Anda di halaman 1dari 10

Portofolio II : Combustio (Kasus Bedah) 1

No. ID dan Nama Peserta : / dr. Aulia Istiqamah S


No. ID dan Nama Wahana: / RSUD Ajappangge Soppeng
Topik: Combusti Grade II 18 %
Tanggal (kasus) : 5 Maret 2015
Nama Pasien : Ny MH No. RM : 13 17 47
Tanggal presentasi : Pendamping: dr. Misdawaty
Tempat presentasi: Ruang Komite Medik RSUD Ajappangge Soppeng
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Seorang wanita, 43 tahun MRS dengan keluhan luka bakar pada dada, perut, dan
kedua lengan atas dialami kurang lebih 1 jam sebelum masuk Rumah Sakit akibat tersiram air
panas.
Tujuan: mendiagnosis pasien dengan Combustio dan memberikan penanganan awal
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi

Data Pasien Nama : Ny MH No Register: 13 17 47


Nama Klinik UGD RSUD Ajapange Soppeng

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis / Gambaran Klinis
Deskripsi: Seorang wanita, 43 tahun MRS dengan keluhan luka bakar pada dada, perut,
dan kedua lengan atas dialami kurang lebih 1 jam sebelum masuk Rumah Sakit akibat
tersiram air panas. Bagian tubuh yang tersiram air panas melepuh dan terasa nyeri hebat.
Tidak ada riwayat pengobatan untuk luka bakar yang dialami. Riwayat alergi (-). BAB
biasa, BAK lancar.
2. Riwayat Pengobatan :
Tidak ada
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Tidak ada
4. Riwayat Keluarga :
. tidak ada
5. Riwayat pekerjaan :
Tidak berhubungan
Portofolio II : Combustio (Kasus Bedah) 2

6. Lain-lain :
Riwayat imunisasi tidak diketahui pasti
Daftar Pustaka:
1. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3. Jakarta: penerbit
Buku Kedokteran EGC.2007. Hlm: 103-110.
2. Robert. H, Demling. MD. Current Surgical Diagnosis & Treatment. Doherty, Gerard
M, Way, Lawrence W (editor). 2006. Hlm: 248
3. Steven J. Schwults, J Perren Cobb. Wasington Manual Of Surgery, Ed 5. 2008. Hlm:
418-425.
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui Definisi Luka bakar
2. Etiologi dan Patofisiologi Luka Bakar
3. Luas dan derajat luka bakar
4. Penatalaksanaan luka bakar

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio:

1. Subyektif:
Seorang wanita, 43 tahun MRS dengan keluhan luka bakar pada dada, perut, dan kedua
lengan atas dialami kurang lebih 1 jam sebelum masuk Rumah Sakit akibat tersiram air
panas. Bagian tubuh yang tersiram air panas melepuh dan terasa nyeri hebat. Tidak ada
riwayat pengobatan untuk luka bakar yang dialami. Riwayat alergi (-). BAB biasa, BAK
lancar.
2. Obyektif :
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 3 Maret 2015

A. Status Internus
Keadaan Umum : sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Gizi : cukup

Vital Sign

* Tensi : 130/80 mmHg


Portofolio II : Combustio (Kasus Bedah) 3

* Nadi : 88 x/menit

* Suhu : 37,0 C

* BB : 60 kg

Status Lokalis

 Regio Thoraks :

Tampak hiperemis, kulit terkelupas dengan bullae (+), bullae pecah (+), nyeri (+)

 Regio abdomen :

Tampak hiperemis, kulit terkelupas dengan bullae (+), bullae pecah (+), nyeri (+)

 Regio brachii anterior bilateral :

Tapak hiperemis, kulit terkelupas dengan bullae pecah (+), nyeri (+)

Laboratorium

Tanggal 3 Maret 2015



Hb : 13,1 gr/dl

Leukosit : 15.900/mm3

Trombosit : 270.000/mm3

3. Assesment:
A. PENDAHULUAN
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Luka bakar
berat dapat menyebabkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan
dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.
Di Amerika Serikat, kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar membutuhkan
tindakan emergensi, dan sekitar 210 penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia,
belum ada angka pasti mengenai luka bakar, tetapi dengan bertambahnya jumlah
penduduk serta industri, angka luka bakar tersebut makin meningkat.
Luka bakar menyebabkan hilangnya integritas kulit dan juga menimbukan efek
sistemik yang sangat kompleks. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang
ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan
letak luka. Selain beratnya luka bakar, umur dan keadaan kesehatan penderita
Portofolio II : Combustio (Kasus Bedah) 4

sebelumnya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi prognosis.1

B. ETIOLOGI
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu
atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor
rumah tangga, cairan cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka
bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak kurang lebih 60% luka bakar
disebabkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya
merupakan luka bakar superfisial, tetapi dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit
(derajat tiga).
Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik,
maupun bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat
menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein dan rasa nyeri yang hebat. Asam
hidrofluorida mampu menembus jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas
sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang
banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan emutih pakaian (bleaching),
berbagai cairan pembersih, dll. Luka bakar yang disebabkan oleh basa kuat akan
menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair (liquefactive necrosis).
Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada asam, kerusakan
jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan
kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita sering terlambat datang
untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas.1
C. PATOGENESIS LUKA BAKAR
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,025 m 2 pada anak baru
lahir sampai 1m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau terpajan suhu tinggi,
pembuluh kapiler dibawahnya, area sekitarnya dan area yang jauh sekali pun akan rusak
dan menyebabkan permeabilitasnya meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler
ke interstisial sehingga terjadi udem dan bula yang mengandung banyak elektrolit.
Rusaknya kulit akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai
barier dan penahan penguapan.
Portofolio II : Combustio (Kasus Bedah) 5

Kedua penyebab di atas dengan cepat menyebabkan berkurangnya cairan


intravaskular. Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat
terjadi syok hipovolemik disertai gejla yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi setelah delapan jam.

D. LUAS LUKA BAKAR


Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan
Browder sebagai berikut:

USIA (Tahun)
LOKASI
0-1 1-4 5-9 10-15 DEWASA
KEPALA 19 17 13 10 7
LEHER 2 2 2 2 2
DADA & PERUT 13 13 13 13 13
PUNGGUNG 13 13 13 13 13
PANTAT KIRI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
PANTAT KANAN 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
KELAMIN 1 1 1 1 1
LENGAN ATAS KA. 4 4 4 4 4
LENGAN ATAS KI. 4 4 4 4 4
LENGAN BAWAH KA 3 3 3 3 3
LENGAN BAWAH KI. 3 3 3 3 3
TANGAN KA 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
TANGAN KI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
PAHA KA. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
PAHA KI. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
TUNGKAI BAWAH KA 5 5 5,5 6 7
TUNGKAI BAWAH KI 5 5 5,5 6 7
KAKI KANAN 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Portofolio II : Combustio (Kasus Bedah) 6

KAKI KIRI 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

E. DERAJAT LUKA BAKAR


Luka bakar derajat satu hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-
7 hari; misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagau eritema dengan keluhan rasa
nyeri atau hipersensitivitas setempat.
Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen
epitel sehat tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat
sembuh sendiri dalam dua sampai tiga minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri,
gelembung atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena
permeabilitas dindingnya meningkat.
Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis,
atau organ yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka; biasanya diikuti dengan
terbentuknya eskar yang merupakan jaringan nekrosis akibat denaturasi protein jaringan
kulit. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan skin grafting.
Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari
jaringan sekeliling yang masih sehat. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri
Portofolio II : Combustio (Kasus Bedah) 7

F. PENATALAKSANAAN
NON-MEDIKAMENTOSA
Airway and Breathing
Luka bakar pada daerah orofaring dan leher membutuhkan tatalaksana intubasi
(pemasangan pipa saluran napas ke dalam trakea/batang tenggorok) untuk menjaga jalan
napas yang adekuat/tetap terbuka. Intubasi dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap
Sirkulasi
Pemberian cairan intravena (melalui infus) diberikan bila luas luka bakar >10%. Bila
kurang dari itu dapat diberikan cairan melalui mulut. Cairan merupakan komponen
penting karena pada luka bakar terjadi kehilangan cairan baik melalui penguapan karena
kulit yang berfungsi sebagai proteksi sudah rusak dan mekanisme dimana terjadi
perembesan cairan dari pembuluh darah ke jaringan sekitar pembuluh darah yang
mengakibatkan timbulnya pembengkakan (edema). Bila hal ini terjadi dalam jumlah
yang banyak dan tidak tergantikan maka volume cairan dalam pembuluh darah dapat
berkurang dan mengakibatkan kekurangan cairan yang berat dan mengganggu fungsi
organ-organ tubuh.
Pemberian Cairan Intravena
Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara teliti.
Kemudian, jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada beberapa cara untuk
menghitung kebutuhan cairan ini.
Cara Evans
1. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL NaCl per 24 jam.
2. Luas luka dalam % x BB dalam kg menjadi mL plasma per 24 jam.
Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat udem. Plasma
diperlukan untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh da meninggikan
tekanan osmosis sehingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali
cairan yang telah keluar.
3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2.000 cc
glukosa 5% per 24 jam.
Separuh jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
Portofolio II : Combustio (Kasus Bedah) 8

ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Penderita mula-mula dipuasakan
karena peristaltis usus terhambat pada keadaan prasyok, dan mulai diberikan minum
segera setelah fungsi usus normal kembali. Kalau diuresis pada hari ketiga memuaskan
dan penderita dapat dikurangi, bahkan dihentikan.
Cara lain yang banyak dipakai dan lebih sederhana adalah menggunakan rumus Baxter,
yaitu luas luka bakar dalam % x BB dalam kg x 4mL larutan Ringer. Separuh dari jumlah
cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama
terutama diberikan kristaloid yaitu larutan ringer laktat. Hari kedua diberikan setengah
cairan pertama.
Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya bila penderita dalam keadaan
syok, atau jika diuresis kurang. Untuk itu, pemantauan yang ketat sangat penting , karena
fluktuasi perubahan keadaan sangat cepat terutama pada fase awal luka bakar

Tindakan bedah
Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan
eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita
menjadi stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi
dini ini dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7, dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-10.
Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena
dapat terjadi perdarahan yang cukup banyak. Luka bakar yang telah dibersihkan atau
luka granulasi dapat ditutup dengan skin graft yang umumnya diambil dari kulit
penderita sendiri (skin grafting autologus)
Nutrisi.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan
nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari
dengan kadar protein tinggi

MEDIKAMENTOSA
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang banyak
dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap pseudomonas. Bila ada
Portofolio II : Combustio (Kasus Bedah) 9

infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman.
Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena dalam dosis
serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat namun tanpa disertai
hipotensi.
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea,
kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga
supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak karena infeksi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka lebih dalam, perlu diusahakan secepat
mungkin membuang jaringan kulit yang mati dan memberi obat topikal yang daya
tembusnya tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat
dilakukan secara terbuka atau tertutup. Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk
larutan, salep atau krim. Antibiotik dapat diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle).
Antiseptik yang dipakai adalah yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres
nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua
kuman. Obat ini mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna
hitam sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna
karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap
semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini dioleskan tanpa
pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.

4. Plan:
Diagnosis Kerja
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis, diagnosa pasien tersebut adalah combustio grade II (18
%)
Penatalaksanaan:
Psikofarmakoterapi:
- IVFD RL 8 jam pertama: 84 tts/menit, lanjut 16 jam selanjutnya: 42 tts/menit
- IVFD cairan mentence setelah 24 jam: 28 tts/menit
- Rawat luka bakar/hari
- Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam/IV (skin test)
- Inj. Ranitidin 1 amp/8jam/IV
- Inj. Ketorolak 1 amp/8jam/IV
Portofolio II : Combustio (Kasus Bedah) 10

- Balance cairan

5. Pendidikan:
Kepada pasien dan keluarganya dijelaskan mengenai penanganan luka bakar yang diberikan,
dan kemungkinan lama perawatan pasien hingga luka bakar sembuh
6. Konsultasi
konsultasi dengan spesialis bedah untuk perawatan dan penanganan lebih lanjut.
7. Rujukan:
Diperlukan jika terjadi komplikasi serius yang harusnya ditangani di rumah sakit dengan
sarana dan prasarana yang lebih memadai.
8. Kontrol
Kegiatan Periode Hasil yang Diharapkan

Kontrol luka bakar Dilakukan setiap hari Menghindari infeksi yang


hingga luka benar-benar dapat terjadi pada luka
sembuh bakar pasien

Nasihat Setiap kali kunjungan Kualitas hidup pasien


membaik

Watansoppeng , Maret 2015

Peserta Pendamping

dr. Aulia Istiqamah S dr. Misdawaty

Anda mungkin juga menyukai