GASTROENTERITIS
Oleh:
Dokter Pendamping:
PUSKESMAS SINGOSARI
KOTA PEMATANGSIANTAR
PROVINSI SUMATERA UTARA
OKTOBER 2017 – FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Laporan
Kasus yang berjudul “GASTROENTERITIS”
Laporan Kasus ini disusun dengan segenap kemampuan yang dimiliki baik dari
ilmu, tenaga, waktu, bahkan materi yang tujuannya adalah memenuhi salah satu syarat
mengikuti program internship.
Selesainya penulisan Laporan Kasus ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang selama ini banyak membantu penulis. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya.
2. dr. Fitri Sari Saragih, M.Kes selaku dokter pendamping, yang telah tulus dan
ikhlas memberikan perhatian dan bimbingannya selama penulis mengabdi dan
menuntut ilmu di Puskesmas Singosari.
3. Kedua Orang Tua yang telah memberikan doa dan dukungan selama ini.
4. Teman-teman sejawat internsip yang telah memberi saran dalam pembuatan
Laporan Kasus ini.
5. Seluruh pegawai Puskesmas Singosari yang banyak memberi saran-saran yang
cukup membangun untuk menyelesaikan Laporan Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Laporan Kasus ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat
menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 2
2.1 Definisi Gastroenteritis ........................................................................ 2
2.2 Epidemiologi........................................................................................ 2
2.3 Etiologi .......................................................................................... 2
2.4 Gambaran Klinis .................................................................................. 4
2.5 Diagnosa .............................................................................................. 5
2.6 Komplikasi ........................................................................................... 8
2.7 Penatalaksanaan ................................................................................... 9
2.8 Pencegahan........................................................................................... 10
STATUS PASIEN ................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia dari 2.812 pasien gastroenteritis atau diare yang disebabkan bakteri
yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Jawa, Sumatra
yang dianalisa dari 2004 s/d 2005. Menurut Mary Phillips (2010) penyebab
terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp,
V. Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01,
dan Salmonella paratyphi A.
Berdasarkan data profil kesehatan 2011, jumlah kasus diare di Jawa Tengah
berdasarkan laporan puskesmas sebanyak 420.587 sedangkan kasus gastroenteritis
dirumah sakit sebanyak 7.648 sehingga jumlah keseluruhan penderita yang
terdeteksi adalah 428.235 dengan jumlah kematian adalah sebanyak 54 orang.
Dari laporan surveilan terpadu tahun 2010 jumlah kasus diare didapatkan 15,3 %
di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,20% pada penderita rawat inap dan 0,05 %
pasien rawat jalan. ( Haryawan, 2011).
Hal ini kalau tidak segera ditangani akan mengancam keselamatan klien misalnya,
jika terjadi dehidrasi akan menyebabkan syok hipovolemik, serta dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhan hai ini disebabkan oleh kurangnya
makanan yang tidak dapat diserap oleh tubuh dan kurangnya
masukan makanan yang masuk dalam tubuh. Oleh karena itu peran perawat dalam
menangani klien dengan gangguan gastroenteritis adalah dengan memonitor
intake dan output klien, monitor tanda-tanda vital, monitor asupan makanan dan
diet klien, menyarankan pada klien untuk banyak minum, menjaga personal
hygiene, dan menjaga lingkungan agar tetap nyaman dan tenang. Menurut catatan
rekam medis RSUD Sukoharjo dilaporkan selama tahun 2011 diagnosa
gastroenteritis menduduki posisi pertama dalam daftar sepuluh penyakit yang ada
di RSUD Sukoharjo, tercatat jumlah penderita yang dirawat dengan diagnosa
gastroenteritis berjumlah 2151 kasus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata K et al., 2009).
2.2. EPIDEMIOLOGI
Pada orang dewasa, diperkirakan 179 juta kasus gastroenteritis akut terjadi
setiap tahun, dengan angka rawat inap 500.000 dan lebih dari 5000 mengalami
kematian (Al-Thani et al., 2013).
Secara umum , negara berkembang memiliki angka rawat inap yang lebih
tinggi dibandingkan dengan negara maju. Ini dimungkinkan berdasarkan fakta
bahwa anak-anak di negara maju memiliki status gizi dan layanan kesehatan
primer yang lebih baik (chow et al., 2010).
yaitu :
a. Virus
Sejak tahun 1940-an, virus sudah dicurigai sebagai penyebab penting dari
gastroenteritis. Tetapi peranannya belum jelas sampai Kapikian et al. (1972)
mengidentifikasi adanya virus (Norwalk virus) pada feses sebagai penyebab
gastroenteritis. Satu tahun kemudian, Bishop et al., mengobservasi keberadaan
rotavirus pada mukosa usus anak dengan gastroenteritis, dan pada tahun 1975,
astrovirus dan adenovirus diidentifikasi pada feses anak yang mengalami diare
akut. Sejak saat itu, jumlah virus yang dihubungkan dengan gastroenteritis akut
semakin meningkat (Wilhelmi et al., 2003).
a.1 Rotavirus
Rotavirus adalah virus yang paling sering menyebabkan diare yang parah
pada anak-anak di Amerika Serikat (Tucker et al., 1998). Hampir semua anak
pernah terinfeksi virus ini pada usia 3-5 tahun (Parashar dan Glass, 2012). Virus
ini tercatat menyebabkan sekitar 1/3 kasus diare yang dirawat inap dan
menyebabkan 500.000 kematian di dunia setiap tahun (WGO guideline, 2012).
Infeksi pada orang dewasa biasanya bersifat subklinis. Pada tahun 1973,
Bishop dan rekannya melihat dengan mikroskop elektron, pada epitel duodenum
anak yang mengalami diare, adanya virus berukuran 70 nm yang kemudian
dikenal sebagai rotavirus (dalam bahasa Latin , rota = wheel) karena tampilannya
(Parashar et al., 1998).
Rotavirus adalah anggota suku Reoviridae dengan struktur non-enveloped
icosahedral dan ketika diobservasi di bawah mikroskop elektron, mereka
memiliki bentuk seperti roda (Wilhelmi et al., 2003).
Rotavirus menginfeksi enterosit yang matur pada ujung vili usus halus dan
menyebabkan atrofi epitelium vilus, hal ini dikompensasi dengan repopulasi dari
epitelium oleh immature secretor cell, dengan hiperplasia sekunder dari kripta.
Sudah dikemukakan bahwa terjadi kerusakan selular yang merupakan akibat
sekunder dari iskemi vilus. Mekanisme yang menginduksi terjadinya diare akibat
virus ini belum sepenuhnya dimengerti, tetapi ada yang mengatakan bahwa diare
muncul dimediasi oleh penyerapan epitelium vilus yang relatif menurun
berhubungan dengan kapasitas sekretori dari sel kripta. Terdapat juga hilangnya
permeabilitas usus terhadap makromolekul seperti laktosa, akibat penurunan
disakaridase pada usus. Sistem saraf enterik juga distimulasi oleh virus ini,
menyebabkan induksi sekresi air dan elektrolit. Hal ini menyebabkan terjadinya
diare (Wilhelmi et al., 2003).
Virus ini menyebabkan 2-12% episode diare pada anak (Parashar dan
Glass, 2012). Human adenovirus merupakan anggota keluarga Adenoviridae dan
merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk icosahedral
simetris. Ada 4 genus yaitu Mastadenovirus, Aviadenovirus, Atadenovirus, dan
Siadenovirus. Pada waktu kini terdapat 51 tipe antigen human adenovirus yang
telah diketahui. Virus ini diklasifikasikan ke dalam enam grup (A-F) berdasarkan
sifat fisik, kimia dan kandungan biologis mereka (WHO, 2004). Serotipe enterik
yang paling sering berhubungan dengan gastroenteritis adalah adenovirus 40 dan
41, yang termasuk dalam subgenus F. Lebih jarang lagi, serotipe 31, 12 dan 18
dari subgenus A dan serotipe 1, 2, 5 dan 6 dari subgenus C juga terlibat sebagai
penyebab diare akut.
a.3 Astrovirus
Infeksi oleh Norwalk virus menginduksi respon antibodi spesifik IgG, IgA
dan IgM, bahkan jika telah terjadi eksposur sebelumnya. Dua minggu setelah
infeksi Norwalk virus, terjadi peningkatan sintesis jejunum terhadap IgA, dan
kebanyakan pasien resisten terhadap reinfeksi selama 4-6 bulan (Wilhelmi et al,.
2003).
b. Bakteri
b.2 Shigella
Ada dua bentuk yaitu bentuk diare (air) dan bentuk disentri (Noerasid dan
Asnil, 1988). Shigella tertentu melekat pada tempat perlekatan pada permukaan
sel mukosa usus. Organisme ini menembus sel dan berproliferasi. Multiplikasi
intraepitel merusak sel dan mengakibatkan ulserasi mukosa usus. Invasi epitelium
menyebabkan respon inflamasi. Pada dasar lesi ulserasi, erosi pembuluh darah
mungkin menyebabkan perdarahan. Spesies Shigella yang lain menghasilkan
exotoksin yang dapat menyebabkan diare (Harper dan Fleisher, 2010).
b.3 Campylobacter
E. coli terdapat sebagai komensal dalam usus manusia mulai dari lahir
sampai meninggal. Walaupun umumnya tidak berbahaya , tetapi beberapa jenis
dapat menyebabkan gastroenteritis (Noerasid dan Asnil, 1988).
E. coli yang dapat menyebabkan diare dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
• Enterotoxigenic (ETEC)
• Enteroinvasive (EIEC)
hystolitica.
c.1 G. lamblia
c.2 Cryptosporidium
a. Malabsorbsi
b. Keracunan makanan
2. Bacillus cereus
2.4.1. Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml dalam 24 jam (Simadibrata K et al., 2009).
Muntah dikoordinasi oleh batang otak dan dipengaruhi oleh respon dari
usus, faring, dan dinding torakoabdominal. Mekanisme yang mendasari mual itu
sendiri belum sepenuhnya diketahui, tetapi diduga terdapat peranan korteks
serebri karena mual itu sendiri membutuhkan keadaan persepsi sadar (Hasler,
2012).
2.4.3.Nyeri perut
Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit perut banyak
jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri perut yang timbul ada
hubungannnya dengan makanan, apakah timbulnya terus menerus, adakah
penjalaran ke tempat lain, bagaimana sifat nyerinya dan lain-lain. Lokasi dan
kualitas nyeri perut dari berbagai organ akan berbeda, misalnya pada lambung dan
duodenum akan timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan berpusat
pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus akan timbul nyeri di sekitar
umbilikus yang mungkin sapat menjalar ke punggung bagian tengah bila
rangsangannya sampai berat. Bila pada usus besar maka nyeri yang timbul
disebabkan kelainan pada kolon jarang bertempat di perut bawah. Kelainan pada
rektum biasanya akan terasa nyeri sampai daerah sakral (Sujono Hadi, 2002).
2.4.4. Demam
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari
yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu ( set point ) di
hipotalamus (Dinarello dan Porat, 2012).
Shigella ++ ++ ++
Salmonella ++ ++ +
Campylobacter ++ ++ +
Yersinia ++ ++ +
Norovirus ++ +/- +
Giardia ++ - +
2.5.1. Anamnesa
Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu mual,
muntah, nyeri abdomen, demam dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau
berdarah tergantung bakteri yang menyebabkan (Simadibrata K et al., 2009).
Pada anak biasanya diare berlangsung selama 5-7 hari dan kebanyakan
berhenti dalam 2 minggu. Muntah biasanya berlangsung selama 1-2 hari, dan
kebanyakan berhenti dalam 3 hari.
Tanyakan :
• Pajanan terhadap sumber infeksi enterik yang diketahui (mungkin dari makanan
atau air yang terkontaminasi)
2.6. KOMPLIKASI
2.6.1. Dehidrasi
Catatan :
2.6.3. Hipoglikemia
2.7. PENATALAKSANAAN
2.8. PENCEGAHAN
A. IdentitasPasien.
Nama : Tn. RH
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Singosari
Agama : Islam
B. Anamnesis.
K.U. : BAB cair
Telaah : OS datang ke Puskesmas Singosari dengan keluhan BAB cair
sejak 2 hari yang lalu.frekuensi >7x per hari. Air lebih banyak
dari ampas. Lendir (+), darah (-), Mual (+), Muntah (+), Nyeri
perut (+) Pasien sedikit gelisah (+) Demam (-) BAK (+)
normal.
RPT : -
RPO : -
C. Vital Sign.
Sensorium : Compos Mentis
Blood pressure : 110/80 mmHg
Heart rate : 70x/i
Respiration Rate : 18x/i
Temperature : 36,5°C
D. PemeriksaanFisik.
1. Kepala.
a. Mata : Cekung (+/+), Reflex pupil (+/+), Pupil isokor (D=S),
Conjungtiva anemis (-/-), Sclera ikterik (-/-)
b. Telinga : Serumen (-)
c. Hidung : Sekret (-), Epistaksis (-)
d. Mulut : Mukosa bibir kering (+), Sianosis (-), Lidah kotor (-)
2. Leher.
↑ JVP (-), Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)
3. Thorax (Paru-paru).
Inspeksi : Bentuk dada simetris fusiformis (+), pergerakan dinding dada
simetris (+), massa (-), sikatriks (-)
Palpasi : Stem fremitus (D=S), massa (-)
Perkusi : Redup (pada bagian dada kanan mulai dari ICS 4 hingga batas
hepar dan pada bagian dada kiri mulai dari ICS 4 hingga batas
gaster)
Auskultasi : Suara pernafasan vesiculer , Ronki basah basal (-/-)
4. Thorax (Jantung).
Inspeksi : Ictus cordis terlihat (-)
Palpasi : Ictus cordis teraba (-)
Perkusi : Batas jantung atas ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas jantung kanan ICS 4 linea parasternalis dextra
Batas jantungbawah ICS 5 lineaparasternalisdextra
Auskultasi : BJ I dan BJ II regular, ST (-)
5. Abdomen.
Inspeksi : Dinding abdomen simetris (+), Massa (-), Sikatriks (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) meningkat
Palpasi : Nyeri Tekan (+), Nyeri ketok CVA kanan (-), Nyeri ketok
CVA kiri (-)
Perkusi : Timpani (+)
6. Genitalia.
Tidak dilakukan pemeriksaan (TDP)
7. Ekstremitas.
Eks. Superior : Oedem (-/-), Pruritus (-), Sianosis (-), Akral dingin (-)
Eks. Inferior : Oedem (-/-), Pruritus (-), Sianosis (-), Akral dingin (-)
E. Diagnosis Kerja.
Gastroenteritis Akut
F. Penatalaksanaan.
Non Farmakologi
Diet tinggi serat
Farmakologi
Loperamide 2 tablet pada diare pertama, selanjutnya 1 tablet setiap diare
Metronidazole tablet 3x1
Ranitidin 2x1
Domperidon tab 2x1
Oralit
DAFTAR PUSTAKA