Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan data dasar klien yang komperhensif mencakup riwayat kesehatan,
pemesriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostic dan laboraturium serta informasi dari tim
kesehatan serta keluarga.

Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik system endokrin dapat dilakukan sebagai bagain dari pengkajian kesehatan
total atau dapat difokuskan pada pengkajian pasien yang diketahui punya masalah dengan
system endokrin.

Satu-satunya organ endokrin yang dapat di palpasi adalah kelenjar tiroid; meski begitu,
pengkajian lain yang memberikan informasi tentang patofisiologi endokrin mencakup
rambut, kuku, tampilan wajah, reflex, dan system muskoleskeletal. Kecenderungan dan
pengukiran dan pemantauan tinggi dan berat badan dan tanda-tanda vital juga memberikan
petunjuk jika ada perubahan pada fungsi system endokrin.

Pasien dapat duduk selama pemeriksaan. Palu reflex dapat digunakan untuk memeriksa
reflex tendon dalam. Sebelum pemeriksaan perawat mengumpulkan peralatan yang
dibutuhkan dan menjelaskan teknik pemeriksaan pada pasien untuk mengurangi ansietas.
(LeMone, Priscila 2015)

B. PENGKAJIAN SISTEM ENDOKRIN


Pemeriksaan fisik pada sistem endokrin pada dasarnya sama dengan pengkajian secara
umum namun dispesifikasikan pada sistem tubuh yang berkaitan dengan sistem endokrin.
Pengkajian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

3
1. Data Demografi
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting. Beberapa gangguan endokrin baru
jelas dirasakan pada usia tertentu meskipun mungkin proses patologis sudah berlangsung sejak
lama. Kelainan-kelainan somatik harus selalu dibandingkan dengan usia dan
gender,misalnya berat badan dan tinggi badan. Tempat tinggal juga merupakan data yang
perlu dikaji, khususnya tempat tinggal pada masa bayi dan kanak-kanak dan juga
tempat tinggal klien sekarang.

2. Riwayat Kesehatan Keluarga


Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti
yang dialami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung
dengan gangguan hormonal seperti:
a. Obesitas
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
c. Kelainan pada kelenjar tiroid
d. Diabetes melitus
e. Infertilitas
Dalam mengidentifikasi informasi ini tentunya perawat harus dapat menerjemahkan
informasiyang ingin diketahui dengan bahasa yang sederhana dan dimengerti oleh
klien atau keluarga.

3. Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien


Perawat mengkaji kondisi yang pernah dialami oleh klien di luar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila di
hubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya namun karena tidak mengganggu aktivitas
klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.
a. Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya amenore, bulu rambut tidak
tumbuh, buah dada tidak berkembang dan lain-lain.
b. Berat badan yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun
banyak makan dan lain-lain.
c. Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak
mampuberkonsentrasi, dan lain-lain.
d. Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya.

4
e. Bila kliendirawat beberapa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya.
f. Juga perlu memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan di saat sekarang dan
masalalu.
g. Penggunaan obat-obatan ini mencakup obat yang diperoleh dari dokter atau petugas kesehatan
maupun obat-obatan yang diperoleh secara bebas.
h. Jenis obat-obatan yangmengandung hormon atau yang dapat merangsang aktivitas
hormonal seperti hidrokortison, levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat-obatan
anti hipertensif.

4. Riwayat Diet
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja
mencerminkangangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang
salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu kondisi berikut ini perlu dikaji:
a. Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen.
b. Penurunan atau penambahan berat badan yang drastis
c. Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
d. Pola makan dan minum sehari-hari
e. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi
endokrinseperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar tiroid

5. Status Sosial Ekonomi


Karena status social ekonomi merupakan aspek yang sangat peka bagi banyak orang
maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini perawat melakukannya
bersama-sama dengan klien. Menghindarkan pertanyaan yang mengarah pada
jumlah atau nilai pendapatan melainkan lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan
suatu nilai tertentu. Mendiskusikan bersama-sama bagaimana klien dan keluarganya
memperoleh makananyang sehat dan bergizi, upaya mendapatkan pengobatan bila
klien dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan kesehatan klien dan
keluarga tetap optimal dapat mengungkapkan keadaan sosial ekonomi klien dan
menyimpulkan bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan
penafsiran.

5
6. Masalah Kesehatan Sekarang Atau disebut juga Keluhan Utama
Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan
pelayanan seperti:
a. Apa yang di rasakan klien
b. Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
perlahandan sejak kapan dirasakan
c. Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
d. Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine
e. Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi
f. Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat menggangu klien. Hal-hal
yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum.
g. Tingkat energy. Perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah
gangguan hormonal khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal:
1) Perawat mengkaji bagaimana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
sehari-hari, apakah dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan, dengan
bantuanatau sama sekali klien tidak berdaya melakukannya atau bahkan
klien tidur sepanjang hari merupakan informasi yang sangat penting
2) Kaji juga bagaimana asupan makanan klien apakah berlebih atau kurang
h. Pola eliminasi dan keseimbangan cairan. Pola eliminasi khususnya urine
dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung oleh ADH, Aldosteron, dan
kortisol:
1) Perawat menanyakan tentang pola berkemih dan jumlah volume urine dan
apakah klien sering terbangunmalam hari untuk berkemih
2) Nyatakan volume urine dalam gelas untuk memudahkan persepsi klien
3) Eliminasi urine tentu sangat berhubungan erat dengan keseimbangan air dan
elektrolit tubuh
4) Bila dari hasil anamnesa adalah yang mengindikasikan volume urine
berlebih, pertanyaan kita di arahkanlebih jauh ke kemungkinan klien
kekurangan cairan, kaji apakah klien mengalami gejala kurang cairan dan
bagaimana klien mengatasinya.
5) Tanyakan seberapa banyak volume cairan yang dikonsumsi setiap hari
6) Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola sebelum sakit untuk
membandingan pola yang ada sekarang

6
i. Pertumbuhan dan perkembangan
Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh
GH,kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
dapat saja terjadi semenjak di dalam kandungan bila hormon yang mempengaruhi
tumbang fetus kurang seperti hipotiroid pada ibu. Kondisi ini dapat pula terjadi setelah
bayi lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi GH atau mungkin Gonad
dan kelenjar tiroid. Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi semenjak bayi
dilahirkan dengan tubuh yang kerdil atau terjadi selama proses pertumbuhan dan
bahkan tidak dapat diidentifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut.
Mengkaji secara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya
bagaimana tingkat intelegensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif dan rasa
tanggung jawab. Kaji pula apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi
kejiwaan klien.
j. Seks dan Reproduksi
Fungsi seksual dan reproduksi sama penting untuk dikaji baik klien wanita maupun pria.
1) Pada klien wanita, kaji siklus menstruasinya mencakup lama,volume,
frekuensi dan perubahan fisik termasuk sensasi nyeri atau kram abdomen
sebelum, selama dan sesudah haid.
2) Untuk volume gunakan satuan jumlah pembalut yang di gunakan, kaji pula pada
umur berapa klien pertamakali menstruasi
3) Bila klien bersuami, kaji apakah pernah hamil, abortus, dan melahirkan
4) Jumlah anak yang pernah di lahirkan dan apakah klien menggunakan cara
tertentu untuk membatasi kelahiran atau cara untuk mendapatkan keturunan
5) Pada klien pria, kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme dan
bagaimana perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan
menyenangkan
6) Tanyakan pula adakah perubahan bentuk dan ukuran alat genitalnya

C. PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin. Pemeriksaan fisik secara
palpasi terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap kelenjar tiroid dan
kelenjar gonad pria (testis).

7
1. Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin:
Menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya terhadap tumbang, keseimbangan
cairan&elektrolit, seks&reproduksi, metabolisme dan energy. Hal-hal yang harus
diamati:
a. Penampilan umum:
1) Apakah Klien tampak kelemahan berat, sedang dan ringan
2) Amati bentuk dan proporsi tubuh
3) Apakah terjadi kekerdilan atau seperti raksasa
b. Pemeriksaan Wajah:
Fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti dahi,
rahang dan bibir.
c. Pemeriksaan Mata:
Amati adanya edema periorbital dan exopthalamus serta ekspresi wajah tampak
datar atau tumpul
d. Pemeriksaan Daerah Leher:
Amati bentuk leher apakah tampak membesar, asimetris, terdapat peningkatan
JVP, warna kulit sekitar leher apakah terjadi hiper/hipopigmentasi dan amati
apakah itu merata.
e. Apakah terjadi hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut:
Biasanya dijumpai pada orang yg mengalami gangguan kelenjar Adrenal
f. Apakah terjadi Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit:
Biasanya tampak pada orang yang mengalami hipofungsi kelenjar adrenal sebagai
akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun.
g. Amati adanya penumpukan massa otot berlebihan pada leher bagian belakang atau
disebut bufflow neck atau leher/punuk kerbau. Terjadi pada Klien hiperfungsi
adrenokortikal
h. Amati keadaan rambut axilla dan dada:
Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut
hirsutisme dan amati juga adanya striae pada buah dada atau abdomen biasanya
dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal
i. Pemeriksaan Daerah Leher:

8
Amati bentuk leher apakah tampak membesar, asimetris, terdapat peningkatan
JVP, warna kulit sekitar leher apakah terjadi hiper/hipopigmentasi dan amati
apakah itu merata.
j. Apakah terjadi hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut:
Biasanya dijumpai pada orang yg mengalami gangguan kelenjar Adrenal
k. Apakah terjadi Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit:
Biasanya tampak pada orang yang mengalami hipofungsi kelenjar adrenal sebagai
akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun.
l. Amati adanya penumpukan massa otot berlebihan pada leher bagian belakang atau
disebut bufflow neck atau leher/punuk kerbau. Terjadi pada Klien hiperfungsi
adrenokortikal
m. Amati keadaan rambut axilla dan dada:
Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut
hirsutisme dan amati juga adanya striae pada buah dada atau abdomen biasanya
dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal
2. Palpasi
Hanya kelenjar tiroid dan testis yang dapat diperiksa secara palpasi. Palpasi kelenjar
tiroid dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pemeriksa dibelakang klien, tangan diletakkan mengelilingi leher
b. Palpasi pada jari ke 2 dan 3
c. Anjurkan klien menelan atau minum air
d. Bila teraba kelenjar tiroid, rasakan bentuk, ukuran, konsisten, dan permukaan.
Palpasi pada testis dilakukan dengan cara:
a. Gunakan handscoen, jaga privacy klien
b. Palpasi daerah skrotum, apakah teraba testis atau tidak
c. Skrotum biasanya akan terangkat ke atas jika dilakukan rangsangan
3. Auskultasi
Auskultasi pada daerah leher diatas tiroid dapat mengidentifikasi bunyi " bruit ".
Bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada arteri tiroidea.
4. Perkusi
Fungsi Motorik
Mengkaji tendon dalam-tendon reflex
Refleks tendon dalam disesuaikan dengan tahap perkembangan biceps,
brachioradialis,triceps, Patellar, achilles. Peningkatan refleks dapat terlihat pada

9
penvakit hipertiroidisme, penurunan refleks dapat terlihat pada penyakit
hipotiroidism.

Fungsi sensorik
Mengkaji fungsi sensorik:
a. Tes sensitivitas klien terhadap nyeri, temperature, vibrasi, sentuhan, lembut.
Stereognosis. Bandingkan kesimetrisan area pada kedua sisi dan tubuh. Dan
bandingkan bagian distal dan proksimal dan ekstremitas. minta klien untuk
menutup mata. Untuk mengetes nyeri gunakan jarum yang tajam dan tumpul.
b. Untuk tes temperature. gunakan botol yang berisi air hangat dan dingin.
c. Untuk mengetes rasa getar gunakan penala garpu tala.
d. Untuk mengetes stereognosis. tempatkan objek (bola kapas, pembalut
karet) pada tangan klien. kemudian minta klien mengidentifikasi objek tersebut.
e. Neuropati periperal dan parastesia dapat terjadi pada diabetes, hipotiroidisme
dan akromegali.
f. Struktur Muskuloskeletal. Inspeksi ukuran dan proporsional struktur tubuh klien
Orang jangkung, yang disebabkan karenainsufisiensi growth hormon. Tulang
yang sangat besar, bisa merupakan indikasi akromegali.
g. Peningkatan kadar kalsium, tangan dan jari-jari klien kontraksi (spasme karpal)

Contoh pemeriksaan fisik pada kelenjar tiroid


Ada dua aspek utama pemeriksaan fisik pada kelenjar tiroid:
1) Kondisi kelenjar tiroid
2) Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan adalah:
a) Inspeksi
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe. Pertama adalah amati penampilan
umum klien, apakah tampak lemah, sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh. Pada
pemeriksaan wajah amati adanya abnormalitas struktur, bentuk ekspresi wajah seperti
bentuk dahi, rahang, bibir. Pada mata amati adanya edema periorbital dan
exopthalmus. Amati lidah klien terhadap adanya kelainan bentuk, penebalan, ada
tidaknya tremor pada saat diam atau digerakkan. Pada daerah leher, amati apakah
leher tampak membesar, simetris atau tidak. Amati juga warna kulit pada leher

10
(hipopigmentasi dan hiperpigmentasi). Adanya penumpukan massa oto yang
berlebihan pada leher bagian belakang yang disebut buffalow neck sampai daerah
klavikula sehingga klien tampak membungkuk, dapat terjadi pada klien hiperfungsi
adrenokortikal. Amati bentuk, ukuran dada, pertumbuhan rambut pada axila dan dada.
Pada pemeriksaan genitalia amati kondisi skrotum, penis pada laki-laki, dan labia dari
adanya kelainan bentuk pada wanita.
b) Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi yang perlu dikaji adalah bentuk, nodul tinggal atau
multipel, adanya rasa nyeri saat palpasi.
Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan cara:
(1) Klien duduk dengan leher pada tinggi yang nyaman
(2) Kedua tangan perawat ditempatkan disekeliling leher, dengan dua jari berada pada
kedua sisi trakea tepat dibawah kartilago krikoid
(3) Anjurkan klien untuk menelan, saat klien menelan perawat merasakan gerakan
itsmus tiroid akan bergerak kebawah saat menelan
(4) Untuk memeriksa setiap lobus, klien diminta untuk menelan, dan perawat
menggeser trakea ke kanan dan kekiri
c) Auskultasi
Auskultasi pada leher diatas kelenjar tiroid, dapat mengidentifikasi bunyi “bruit”.
Bunyi bruit dihasilkan karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam
keadaan normal bunyi ini tidak terdengar. Auskultasi dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi adanya perubahan pada pembuluh darah dan jantung sperti tekanan
darah, ritme dan rate jantung yang dapat terjadi karena gangguan keseimbangan
cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan mtabolisme tubuh.

D. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Mengkaji kemampuan koping Klien, dukungan keluarga serta keyakinan Klien tentang
sehat dan sakit. Perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi serta perubahan-
perubahan lainnya yang disebabkan oleh gangguan sistem endokrin, apakah berpengaruh
terhadap konsep diri Klien.

11
E. Pengkajian Diagnostik Sistem Endokrin
1. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise
a. Foto Tengkorak (kranium)
Dilakukan untuk melihat sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi.
Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan
tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
b. Foto tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan
dijumpai ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-
tulang perifer yang bertambah ukurannnya ke samping. Persiapan fisik secara
khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan.
c. CT scan Otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atu
hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus,
namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam bergerak selama prosedur.
d. Pemeriksaan darah dan urin
1) KADAR GROWTH HORMON
Nilai normal 10µg/ml pada anak dan orang dewasa. Pada bayi di bulan-bulan
pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah
venalebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
2) KADAR TIROID STIMULATING HORMON (TSH)
Nilai normal 6-10 µg/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan
tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc.
Tanpa persiapan secara khusus.
3) KADAR ADENOKARTIKO TROPIK (ACTH)
Pengukuran dilakukan dnegan test supresi deksametason. Spesimen yang
diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urin 24 jam.
Persiapan:
 Tidak ada pembatasan makan dan minum
 Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol dan antagonisnya,
dihentikan lebih dahulu 24 jam sebelumnya.
 Bila obat-obatan harus diberikan, lamirkan jenis obat dan dosisnya pada
lembar pengiriman specimen

12
 Cegah stress fisik dan psikologis
Pelaksanaan:
 Klien diberi deksametason 4 × 0.5 ml/hari selama-lamanya dua hari
 Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc
 Urine ditampung selama 24 jam
 Kirim spesimen (darah dan urin) ke laboratorium.
Hasil Normal bila;
ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5
ml/dl
17-Hydroxi-Cortico-Steroid (17-OHCS) dalam urin 24 jam kurang dari
2.5 mg. Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian
deksametason 1 mg per oral tengah malam, baru darah vena diambil
lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan urin ditampung selama 5 jam.
Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila kadar kortisol darah
kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan ekskresi OHCS dalam urin 24 jam
kurang dari 2.5 mg.

2. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Tiroid


a. Up take Radioaktif (RAI)
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam
menangkap iodida.
Persiapan: Klien puasa 6-8 jam, jelaskan tujuan dan prosedur.
Pelaksanaan: Klien diberi Radioaktif Jodium (I131) per oral sebanyak 50
microcuri. Dengan alat pengukur yang ditaruh di atas kelenjar tiroid diukur
radioaktif yang tertahan. Juga dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan
mengumpulkan urin selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif jodiumnya.
Banyaknya I131 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase
sebagai berikut:
Normal: 10-35%
Kurang dari: 10% disebut menurun, dapat terjadi pada hipotiroidisme.
Lebih dari: 35 % disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada
defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama hipertiroidisme.

13
b. T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusu tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah darah
vena sebanyak 5-10 cc.
Nilai normal pada orang dewasa:
Jodium bebas: 0.1-0.6 mg/dl
T3: 0.2-0.3 mg/dl
T4: 6-12 mg/dl
Nilai normal pada bayi/anak:
T3: 180-240 mg/dl

c. Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau tiroid binding
globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas
meningkat. Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme. Dibutuhkan
spesimen darah vena sebanyak 5 cc. Klien puasa selama 6-8 jam.
Nilai normal pada dewasa: 25-35 % uptake oleh resin
Nilai normal pada Anak: pada umumya tidak ada

d. Protein Bound Iodine (PBI)


Bertujuan mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai normal
4-8 mg% dalam 100 ml darah. Spesimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak
5-10 cc. Klien dipuaskan sebelum pemeriksaan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.

e. Laju Metabolisme Basal (BMR)


Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan
tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan: klien puasa sekitar 12 jam, hindari kondisi yang menimbulkan
kecemasan dan stress, klien harus tidur paling tidak 8 jam, tidak mengkonsumsi
obat-obat analgesik dan sedative, jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan
prosedurnya, tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan
Pelaksanaan : segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan
nadi dihitung dengan rumus BMR (0.75 × pulse ) + ( 0.74 × Tek Nadi ) -72
nilai normal BMR: -10 s/d 15 %

14
f. Scanning Tyroid
Dapat digunakan dengan beberapa tehnik antara lain:
1) Radio Iodine Scanning.
Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan
apakah panas atau dingin (berfungsi atau tidak berfungsi). Nodul panas
menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas.
2) Up take Iodine.
Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dari plasma. Nilai normal
10 s/d 30 % dalam 24 jam.

3. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid


a. Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga
dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan
menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan
maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit (fine
white cloud) Menunjukkan kadar kalsiun darah normal (6 ml/dl). Bila endapan
banyak, kadar kalsium tinggi.
Persiapan: urine 24 jam ditampung ditampung, makanan rendah kalsium 2 hari
berturut-turut.
Pelaksanaan: masukkan urin 3 ml ke dalam 2 tabung ke dalam tabung pertama
dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua hanya sebagai kontrol.
Pembacaan hasil secara kuantitatif:
Negatif (-): tidak terjadi kekeruhan.
Positif (+): terjadi kekeruhan yang halus.
Positif (++): kekeruhan sedang.
Positif (+++): kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik.
Positif (++++): kekeruhan hebat, terjadi seketika.

b. Percobaan Ellwort – Howard


Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh parathormon.
Cara pemeriksaan: klien disuntik dengan parathormon melalui intravena
kemudian urin ditampung dan diukur kadar pospornya. Pada hipoparatiroid,

15
diuresis pospor bisa mencapai 5-6 kali nilai normal. Pada hiperparatiroid,
diuresis pospornya tidak banyak berubah.

c. Percobaan Kalsium Intravena


Percobaan ini berdasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum
kalsium akan menekan pembentukkan parathormon. Normal bila pospor serum
meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiper paratiroid, pospor serum
dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum
hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.

d. Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada
hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas
tulang bisa normal atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang menipis, terbentuk
kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang.

e. Pemeriksaan Elektrokardiogran (EKG)


Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kelainan gambaran ekg akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot
jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q – T yang memanjang
sedangkan pada hiperparatiroid interval Q – T mungkin normal.

f. Pemeriksaan Elektromiogram (EMG)


Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot
akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.

4. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas


Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula
darah setelah puasa selama 8-10 jam.
Nilai normal dewasa: 70-110 md/dl
Nilai normal bayi: 50-80 mg/d
Anak-anak :60-100 mg/dl

16
Persiapan: Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan. Jelaskan tujuan
prosedur pemeriksaan.
Pelaksanaan: Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10cc. Gunakan anti
koagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera. Bila klien mendapatkan
pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk sementara tidak diberikan. Setelah
pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-obatan sesuai
program.
Gula darah 2 jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP (post
prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah makan. Dapat
dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa artinya setelah
pengambilan darah puasa, kemudian klien disuruh makan menghabiskan porsi yang
biasa lalu setelah dua jam kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darahnya.
Atau bisa juga dilakukan secara terpisah tergantung paad kondisi klien.

Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu di ingat waktu yang tepat
untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Bagi klien yang mendapat obat-obatan senentara dihentikan sampai pengambilan
spesimen dilakukan.

5. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal


a. Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada Dewasa wanita :37-47 %
Pria: 45-54%
Anak-anak:30-40%
Neonatal:44-62%
Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari perifer
seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi antikoagulan ke dalam
darah untuk mencegah pembekuan.
Pemeriksaan Elektrolit Serum (Na, K, Cl), dengan nilai normal:
Natrium: 310 – 335 mg (13.6 – 14 meq/liter)
Kalium: 14 -20 mg% (3.5 – 5.0 meq/liter)
Chlorida: 350-375 mg% (100-106 meq /liter)

17
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan
sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan
hiperkalemia. Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.

b. Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)


Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24 jam.
Nilai normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.

c. Stimulasi test
Daimaksudkan untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal. Dapat
dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap
aldosteron dengan pemberian sodium.

18

Anda mungkin juga menyukai