M. Lutfi (20160303046)
JAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Muhammad (2004), transportasi merupakan kegiatan pemindahan
korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik, seperti
rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup parah sehingga
harus dirujuk ke dokter.
Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah sakit
sampai sekarang masih dilakukan dengan bermacam-macam kendaraan, hanya
sebagian kecil saja dilakukan dengan ambulan. Dan ambulannya bukan ambulan yang
memenuhi syarat tetapi ambulan biasa. Bila ada bencana dengan sendirinya para
korban akan diangkut dengan segala macam kendaraan tanpa koordinasi yang baik.
Untuk itu sebagai tenaga kesehatan harus memahami situasi dan
keadaan tertentu sangat penting, misalnya saat evakuasi k o r b a n g a w a t
darurat, ketika korban harus mendapatkan perawatan dan
p e n g o b a t a n d i rumah sakit sehingga evakuasi korban harus dilakukan
secara cepat dan waspada serta diusahakan tidak memperburuk keadaaan korban
atau menambah cidera baru.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Penulisan
Mampu memberikan gambaran serta menjelaskan mengenai “Proses Transportasi
Prehospital Dengan KLB/Kedaruratan Antar RS” dalam mata kuliah
Kegawatdaruratan.
2. Tujuan Khusus Penulisan
a. Untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Kegawatdaruratan
b. Untuk mengetahui dan memahami Proses Transportasi Prehospital Dengan
KLB/Kedaruratan Antar RS
c. Untuk mengetahui dan mengaplikasikan Proses Transportasi Prehospital
Dengan KLB/Kedaruratan Antar RS
1
C. Manfaat Penelitian
D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini terdiri dari III BAB yang secara sistematis disusun
menurut urutan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan,
dan Sistematika Penulisan
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke
ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat
menahan pasien dengan aman
e. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung
Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung,
letakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum
ambulans dijalankan
f. Melonggarkan pakaian yang ketat
g. Periksa perbannya
h. Periksa bidainya
i. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien
j. Naikkan barang-barang pribadi
k. Tenangkan pasien
4
mudah dengan menggunakan kain pengangkat. Pemindahan pada klien
membutuhkan tiga orang pengangkat
5
Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang
paling kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi
pada tulang tersebut juga paling kuat. Dengan demikian maka pengangkatan
harus dilakukan dengan tenaga terutama paha dan bukan dengan membungkuk
angkatlah dengan paha, bukan dengan punggung
2. Alat-alat medis
Alat – alat medis yang diperlukan adalah :
a. Resusitasi
b. O2
c. Obat-obat, infus, untuk resusitasi-stabilisasi
d. Balut, bidai
e. Tandu (vakum matras)
f. ECG transmitter
g. Incubator, untuk bayi
h. Alat-alat untuk persalinan
i. Perlengkapan infus
3. Personal
7
Personal dalam ambulan 118 cukup 2 orang perawat yang dapat mengemudi
dan telah mendapat pendidikan tambahan dalam “ critical care nursing “
(CCN). Dan sebaiknya mereka di asramakan sehingga kalau ada
bencana/kejadian maka mudah untuk mobilisasinya. Bagi kota-kota besar
ambulan-ambulan ini sebaiknya di sebar sedemikian rupa sehingga tiap
ambulan dapat mencapai dalam 5 menit, sehingga dapat melakukan resusitasi
dengan sukses.
Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas
masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh
wilayah administrasi
2. Tujuan Rujukan
Tujuan sistem rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu menangani satu kasus atau
masalah sehingga jiwanya dapat terselamatkan.
Kegiatan yang tercakup dalam sistem rujukan
a. Pengiriman pasien
Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin untuk
perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke sarana pelayanan yang
lebih lengkap.Unit pelayanan kesehatan yang menerima rujukan
8
harus merujuk kembali pasien ke sarana kesehatan yang mengirim,
untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan
termasuk rehabilitasi selanjutnya
b. Pengiriman spesimen atau penunjang diagnostik lainnya
1) Pemeriksaan: bahan spesimen atau penunjang diagnostik
lainnya yang dirujuk, dikirimkan ke laboratorium atau
fasilitas penunjang diagnostik. Rujukan guna mendapat
pemeriksaan laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik
yang tepat
2) Pemeriksaan konfirmasi, sebagian spesimen yang telah di
periksa di laboratorium Puskesmas, Rumah Sakit atau
laboratorium lainnya boleh dikonfirmasi ke laboratorium
yang lebih mampu untuk divalidasi hasil pemeriksaan
pertama
Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah menerima pasien
rujukan dan setelah selesai merawat pasien tersebut mencatat informasi
balasan rujukan di surat balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim
pasien rujukan, yang berisikan antara lain: nomor surat, tanggal, status pasien
keluarga miskin (gakin) atau non gakin termasuk umum, ASKES atau
JAMSOSTEK, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien, hasil
diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan follow
up yang dianjurkan kepada pihak pengirim pasien.
9
Informasi permintaan tenaga ahli/dokter spesialis dapat dibuat oleh Kepala
Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Kab/Kota yang ditujukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kab/Kota atau oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota yang
ditujukan ke Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengisi Surat Permintaan
Tenaga Ahli, yang berisikan antar lain: nomor surat, tanggal, perihal
Permintaan Tenaga Ahli dan menyebutkan jenis spesialisasinya, waktu dan
tempat kehadiran jenis spesialisasi yang diminta, maksud keperluan tenaga
ahli diinginkan dan sumber biaya atau besaran biaya yang disanggupi.
Informasi petugas yang mengirim, merawat atau meminta tenaga ahli selalu
ditulis nama jelas, asal institusi dan nomor telepon atau handphone yang bisa
dihubungi pihak lain. Keterbukaan antara pihak pengirim dan penerima untuk
bersedia memberikan informasi tambahan yang diperlukan masing-masing
pihak melalui media komunikasi bersifat wajib untuk keselamatan pasien,
spesimen dan alih pengetahuan medis. Pencatatan dan Pelaporan sistem
informasi rujukan menggunakan format yang baku untuk Rumah Sakit dan
format untuk laporan rujukan puskesmas. Adapun alur pelaporan rujukan akan
mengikuti alur pelaporan yang berlaku
Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:
a. Prosedur Klinis:
b. Prosedur Administratif:
a. Prosedur Klinis:
b. Prosedur Administratif:
12
3) Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu
catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai
kondisi pasien
a. Prosedur Klinis:
13
ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan, belum ada kemajuan klinis
dan harus dirujuk ke tempat lain, pasien sudah meninggal
b. Prosedur Administratif:
a. Prosedur Klinis:
b. Prosedur Administratif:
14
1) Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di
buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam
medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal/jam telah
ditindaklanjuti
9. Alur Rujukan
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam alur rujukan yaitu:
b. Lokasi/Wilayah Kabupaten/Kota
15
Jiwa), Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP)
Foto copy Rekam Medik, termasuk resume tindakan pada pasien dan
semua pemeriksaan laboratorium dan radiografik, dilampirkan bersama
pasien. Penyiapan Rekam Medik tidak boleh memperlambat tranport
pasien karena dapat dikirim terpisah melalui kurir atau faksimili dan lain-
16
lain, ketika dan bila urgensi transfer merubah keputusan sebelumnya. Pada
keadaan ini, informasi paling kritis dikomunikasikan secara verbal. Sangat
dianjurkan bahwa kebijaksanaan ditentukan oleh masing-masing institusi
dengan memperhatikan isi dokumentasi dan komunikasi antara petugas
yang bertugas saat transfer.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Muhammad (2004), transportasi merupakan kegiatan pemindahan
korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik,
17
seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup parah
sehingga harus dirujuk ke dokter.
18
Alat – alat medis yang diperlukan adalah : resusitasi, O2, obat-obat, infus, untuk
resusitasi-stabilisasi, balut, bidai, tandu (vakum matras), ECG transmitter,
inkubator, untuk bayi, alat-alat untuk persalinan, perlengkapan infus.
Kedaruratan antar rumah sakit terdiri dari: sistem rujukan, tujuan rujukan,
sistem informasi rujukan, cara merujuk dan menerima rujukan pasien dan alur
rujukan.
B. Saran
1. Transport pasien sangat penting bagi prioritas keselamatan pasien menuju
rumah sakit atau sarana yang lebih memadai. Oleh karena itu transport
pasien berperan penting dalam mengutamakan keselamatan pasien.
2. Sebagai salah satu tenaga medis kesehatan patutlah mengetahui tata cara
pertolongan tepat korban bencana. Seperti bagaimana cara mengevakuasi
korban, memindahkannya ke alat transportasi yang akan membawanya
disalah satu instalansi medis untuk segera mendapatkan pertolongan dan
lain sebagainya. Hal ini sangat penting di ketahui guna untuk
meminimalisir banyaknya korban
DAFTAR PUSTAKA
19
John A. Boswick, Ir., MD . Perawatan Gawat Darurat . Indonesia : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Perry & Potter . 2006 . Fundamental Keperawatan Volume II . Indonesia : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Perry, Petterson, Potter . 2005 . Keterampilan Prosedur Dasar . Indonesia : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Suparmi Yulia, dkk . 2008 . Panduan Praktik Keperawatan . Indonesia : PT Citra Aji Parama
20