Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PROSES TRANSPORTASI PREHOSPITAL DENGAN


KEJADIAN LUAR BIASA / KEDARURATAN
ANTAR RUMAH SAKIT”

DISUSUN OLEH KELOMPOK V :

Agnes Septianingsih (20160303042)

Dewi Astika (20160303081)

Roitona Manalu (20160303043)

M. Lutfi (20160303046)

Kukuh Prasetyo (20160303047)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Muhammad (2004), transportasi merupakan kegiatan pemindahan
korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik, seperti
rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup parah sehingga
harus dirujuk ke dokter.
Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke rumah sakit
sampai sekarang masih dilakukan dengan bermacam-macam kendaraan, hanya
sebagian kecil saja dilakukan dengan ambulan. Dan ambulannya bukan ambulan yang
memenuhi syarat tetapi ambulan biasa. Bila ada bencana dengan sendirinya para
korban akan diangkut dengan segala macam kendaraan tanpa koordinasi yang baik.
Untuk itu sebagai tenaga kesehatan harus memahami situasi dan
keadaan tertentu sangat penting, misalnya saat evakuasi k o r b a n g a w a t
darurat, ketika korban harus mendapatkan perawatan dan
p e n g o b a t a n d i rumah sakit sehingga evakuasi korban harus dilakukan
secara cepat dan waspada serta diusahakan tidak memperburuk keadaaan korban
atau menambah cidera baru.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum Penulisan
Mampu memberikan gambaran serta menjelaskan mengenai “Proses Transportasi
Prehospital Dengan KLB/Kedaruratan Antar RS” dalam mata kuliah
Kegawatdaruratan.
2. Tujuan Khusus Penulisan
a. Untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Kegawatdaruratan
b. Untuk mengetahui dan memahami Proses Transportasi Prehospital Dengan
KLB/Kedaruratan Antar RS
c. Untuk mengetahui dan mengaplikasikan Proses Transportasi Prehospital
Dengan KLB/Kedaruratan Antar RS

1
C. Manfaat Penelitian

Diharapkan kelompok dan mahasiswa/i khususnya di lingkup prodi keperawatan,


Universitas Esa Unggul mampu mengetahui, dan memahami Proses Transportasi
Prehospital Dengan KLB/Kedaruratan Antar RS

D. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan makalah ini terdiri dari III BAB yang secara sistematis disusun
menurut urutan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan,
dan Sistematika Penulisan

BAB II Pembahasan, terdiri pengertian transportasi pasien, kedaruratan antar rumah


sakit

BAB III Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran

BAB II
2
PEMBAHASAN

A. Transportasi Pasien PreHospital


1. Pengertian transportasi pasien
Menurut Muhammad (2004), transportasi merupakan kegiatan pemindahan
korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik,
seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup
parah sehingga harus dirujuk ke dokter.

Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut


penderita/korban dari lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai
dengan aman tanpa memperberat keadaan penderita ke sarana kesehatan yang
memadai.

Seperti contohnya alat transportasi yang digunakan untuk memindahkan


korban dari lokasi kejadian ke RS atau dari RS yang satu ke RS yang lainnya.
Pada setiap alat transportasi minimal terdiri dari 2 orang para medik dan 1
pengemudi (bila memungkinkan ada 1 orang dokter).

2. Prosedur Transport Pasien :


a. Lakukan pemeriksaan menyeluruh
Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah
diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan
alat bantu jalan nafas
b. Amankan posisi tandu di dalam ambulans
Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke
rumah sakit
c. Posisikan dan amankan pasien
Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat
keusungan

d. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu

3
Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke
ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat
menahan pasien dengan aman
e. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung
Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung,
letakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum
ambulans dijalankan
f. Melonggarkan pakaian yang ketat
g. Periksa perbannya
h. Periksa bidainya
i. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien
j. Naikkan barang-barang pribadi
k. Tenangkan pasien

3. Syarat korban untuk dapat dievakuasi: P e n i l a i a n a w a l s u d a h


dilakukan lengkap, dan keadaan umum korban
d i p a n t a u terus, denyut nadi dan napas korban stabil dan dalam batas
normal, pe r d a r a h a n y a n g a d a s u d a h d i a t a s i d a n d i k e n d a l i k a n ,
patah tulang yang ada sudah ditangani, mu t l a k t i d a k a d a
c i d e r a , r ute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan
penolong dan korban

4. Teknik Pemindahan Pada Pasien


Teknik pemindahan pada klien termasuk dalam transport pasien,
sepertipemindahan pasien dari satu tempat ke tempat lain, baik menggunakan
alat transport seperti ambulance, dan branker yang berguna sebagai
pengangkut pasien gawat darurat.
a. Pemindahan klien dari tempat tidur ke brankar
Memindahkan klien dri tempat tidur ke brankar oleh perawat
membutuhkan bantuan klien. Pada pemindahan klien ke brankar
menggunakan penarik atau kain yang ditarik untuk memindahkan klien
dari tempat tidur ke branker. Brankar dan tempat tidur ditempatkan
berdampingan sehingga klien dapat dipindahkan dengan cepat dan

4
mudah dengan menggunakan kain pengangkat. Pemindahan pada klien
membutuhkan tiga orang pengangkat

b. Pemindahan klien dari tempat tidur ke kursi


Perawat menjelaskan prosedur terlebih dahulu pada klien sebelum
pemindahan. Kursi ditempatkan dekat dengan tempat tidur dengan
punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Emindahan
yang aman adalah prioritas pertama, ketika memindahkan klien dari
tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika tubuh
yang tepat

c. Pemindahan pasien ke posisi lateral atau prone di tempat tidur


1) Pindahkan pasien dari ke posisi yang berlawanan
2) Letakan tangan pasien yang dekat dengan perawat ke dada dan
tangan yang jauh dari perawat, sedikit kedapan badan pasien
3) Letakan kaki pasien yang terjauh dengan perawat menyilang di
atas kaki yang terdekat
4) Tempatkan diri perawat sedekat mungkin dengan pasien
5) Tempatkan tangan perawat di bokong dan bantu pasien
6) Tarik badan pasien
7) Beri bantal pada tempat yang diperlukan

5. Jenis-Jenis dari Transportasi Pasien


Transportasi pasien pada umumnya terbagi atas dua :
a. Transportasi Gawat Darurat :
Setelah penderita diletakan diatas tandu (atau Long Spine Board bila
diduga patah tulang belakang) penderita dapat diangkut ke rumah
sakit. Sepanjang perjalanan dilakukan Survey Primer, Resusitasi jika
perlu

Mekanisme saat mengangkat tubuh pasien gawat darurat

5
Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang dan yang
paling kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang beraksi
pada tulang tersebut juga paling kuat. Dengan demikian maka pengangkatan
harus dilakukan dengan tenaga terutama paha dan bukan dengan membungkuk
angkatlah dengan paha, bukan dengan punggung

Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat


1) Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. Nilai
beban yang akan
2) Diangkat secara bersama dan bila merasa tidak mampu jangan
dipaksakan
3) Ke-dua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki
sedikit sebelahnya
4) Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat
5) Tangan yang memegang menghadap kedepan
6) Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila
terpaksa jarak maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm
7) Jangan memutar tubuh saat mengangkat
8) Panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong
penderita

b. Transportasi Pasien Kritis:


Pasien kritis adalah pasien dengan disfungsi atau gagal pada satu atau
lebih sistem tubuh, tergantung pada penggunaan peralatan monitoring
dan terapi

6. Prinsip Transportasi Pra RS


Untuk mengangkat penderita gawat darurat dengan cepat & aman ke RS /
sarana kesehatan yang memadai, tercepat & terdekat

B. Syarat Alat Transportasi


6
Penggunaan alat transportasi untuk membawa penderita gawat darurat
memerlukan persyaratan khusus yang berlaku baik pada penggunaan alat
transportasi darat, udara maupun laut.
1. Persyaratan tersebut antara lain :
a. Tidak memperberat keadaan penderita, antara lain: suspensinya,
kebisingan minimal, getaran minimal, kecepatan tertentu
b. Mempunyai peralatan bantu untuk mempertahankan keadaan penderita
selama perjalanan, antara lain: memiliki tabung oksigen, memiliki
suction, memiliki ambu-bag, cairan infus dan perlengkapannya dll
c. Mempunyai peralatan bantu untuk mengeluarkan penderita dari
jepitan/reruntuhan, antara lain: gergaji/pemotong besi, dongkrak
peregang besi dll
d. Memiliki ruangan dimana tenaga medis/paramedis dapat bekerja di
dalamnya. Untuk ambulans mobil, karoserinya harus tinggi sehingga
petugas bisa berdiri di dalamnya
e. Mudah dikenal oleh masyarakat. Mempunyai ciri tertentu (bentuk dan
warna tulisan)
f. Dilengkapi dengan petugas/crew ambulans yang mempunyai penge-
tahuan dalam: mengemudikan kendaraan, menggunakan alat
komunikasi

2. Alat-alat medis
Alat – alat medis yang diperlukan adalah :
a. Resusitasi
b. O2
c. Obat-obat, infus, untuk resusitasi-stabilisasi
d. Balut, bidai
e. Tandu (vakum matras)
f. ECG transmitter
g. Incubator, untuk bayi
h. Alat-alat untuk persalinan
i. Perlengkapan infus
3. Personal

7
Personal dalam ambulan 118 cukup 2 orang perawat yang dapat mengemudi
dan telah mendapat pendidikan tambahan dalam “ critical care nursing “
(CCN). Dan sebaiknya mereka di asramakan sehingga kalau ada
bencana/kejadian maka mudah untuk mobilisasinya. Bagi kota-kota besar
ambulan-ambulan ini sebaiknya di sebar sedemikian rupa sehingga tiap
ambulan dapat mencapai dalam 5 menit, sehingga dapat melakukan resusitasi
dengan sukses.

C. Kedaruratan antar Rumah Sakit


Kedaruratan antar rumah sakit terdiri dari:
1. Sistem rujukan
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2008) mendefinisikan sistem rujukan sebagai
suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu menangani),
atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat kemampuannya).

Sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik atas
masalah yang timbul, baik secara vertical maupun horizontal ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh
wilayah administrasi

2. Tujuan Rujukan
Tujuan sistem rujukan adalah agar pasien mendapatkan pertolongan pada
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu menangani satu kasus atau
masalah sehingga jiwanya dapat terselamatkan.
Kegiatan yang tercakup dalam sistem rujukan
a. Pengiriman pasien
Pengiriman pasien rujukan harus dilaksanakan sedini mungkin untuk
perawatan dan pengobatan lebih lanjut ke sarana pelayanan yang
lebih lengkap.Unit pelayanan kesehatan yang menerima rujukan

8
harus merujuk kembali pasien ke sarana kesehatan yang mengirim,
untuk mendapatkan pengawasan pengobatan dan perawatan
termasuk rehabilitasi selanjutnya
b. Pengiriman spesimen atau penunjang diagnostik lainnya
1) Pemeriksaan: bahan spesimen atau penunjang diagnostik
lainnya yang dirujuk, dikirimkan ke laboratorium atau
fasilitas penunjang diagnostik. Rujukan guna mendapat
pemeriksaan laboratorium atau fasilitas penunjang diagnostik
yang tepat
2) Pemeriksaan konfirmasi, sebagian spesimen yang telah di
periksa di laboratorium Puskesmas, Rumah Sakit atau
laboratorium lainnya boleh dikonfirmasi ke laboratorium
yang lebih mampu untuk divalidasi hasil pemeriksaan
pertama

3. Sistem Informasi Rujukan


Informasi kegiatan rujukan pasien dibuat oleh petugas kesehatan pengirim dan
dicatat dalam surat rujukan pasien yang dikirimkan ke dokter tujuan rujukan,
yang berisikan antara lain: nomor surat, tanggal dan jam pengiriman, status
pasien keluarga miskin (gakin) atau non gakin termasuk umum, ASKES atau
JAMSOSTEK, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien, resume
hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa, tindakan dan obat yang telah
diberikan, termasuk pemeriksaan penunjang, kemajuan pengobatan dan
keterangan tambahan yang dipandang perlu.

Informasi balasan rujukan dibuat oleh dokter yang telah menerima pasien
rujukan dan setelah selesai merawat pasien tersebut mencatat informasi
balasan rujukan di surat balasan rujukan yang dikirimkan kepada pengirim
pasien rujukan, yang berisikan antara lain: nomor surat, tanggal, status pasien
keluarga miskin (gakin) atau non gakin termasuk umum, ASKES atau
JAMSOSTEK, tujuan rujukan penerima, nama dan identitas pasien, hasil
diagnosa setelah dirawat, kondisi pasien saat keluar dari perawatan dan follow
up yang dianjurkan kepada pihak pengirim pasien.

9
Informasi permintaan tenaga ahli/dokter spesialis dapat dibuat oleh Kepala
Puskesmas atau Rumah Sakit Umum Kab/Kota yang ditujukan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kab/Kota atau oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota yang
ditujukan ke Dinas Kesehatan Provinsi dengan mengisi Surat Permintaan
Tenaga Ahli, yang berisikan antar lain: nomor surat, tanggal, perihal
Permintaan Tenaga Ahli dan menyebutkan jenis spesialisasinya, waktu dan
tempat kehadiran jenis spesialisasi yang diminta, maksud keperluan tenaga
ahli diinginkan dan sumber biaya atau besaran biaya yang disanggupi.

Informasi petugas yang mengirim, merawat atau meminta tenaga ahli selalu
ditulis nama jelas, asal institusi dan nomor telepon atau handphone yang bisa
dihubungi pihak lain. Keterbukaan antara pihak pengirim dan penerima untuk
bersedia memberikan informasi tambahan yang diperlukan masing-masing
pihak melalui media komunikasi bersifat wajib untuk keselamatan pasien,
spesimen dan alih pengetahuan medis. Pencatatan dan Pelaporan sistem
informasi rujukan menggunakan format yang baku untuk Rumah Sakit dan
format untuk laporan rujukan puskesmas. Adapun alur pelaporan rujukan akan
mengikuti alur pelaporan yang berlaku

4. Cara merujuk dan menerima rujukan pasien

Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk.
Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah bila memenuhi salah satu dari:

a. Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu


diatasi

b. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis


ternyata tidak mampu diatasi

c. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap,


tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan

d. Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan


pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang
lebih mampu.
10
Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua
pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang
menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai
berikut:

1) Prosedur standar merujuk pasien

2) Prosedur standar menerima rujukan pasien

3) Prosedur standar memberi rujukan balik pasien

4) Prosedur standar menerima rujukan balik pasien

5. Prosedur standar merujuk pasien

a. Prosedur Klinis:

1) Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang


medik untuk menentukan diagnosa utama dan diagnosa banding

2) Memberikan tindakan pra rujukan sesuai kasus berdasarkan Standar


Prosedur Operasional (SPO)

3) Memutuskan unit pelayanan tujuan rujukan

4) Untuk pasien gawat darurat harus didampingi petugas Medis/


Paramedis yang kompeten dibidangnya dan mengetahui kondisi pasien

5) Apabila pasien diantar dengan kendaraan Puskesmas keliling atau


ambulans, agar petugas dan kendaraan tetap menunggu pasien di IGD
tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat pelayanan dan
kesimpulan dirawat inap atau rawat jalan

b. Prosedur Administratif:

1) Dilakukan setelah pasien diberikan tindakan pra-rujukan


11
2) Membuat catatan rekam medis pasien

3) Memberikan Informed Consent (persetujuan/penolakan rujukan)

4) Membuat surat rujukan pasien rangkap 2. Lembar pertama dikirim ke


tempat rujukan bersama pasien yang bersakutan. Lembar kedua
disimpan sebagai arsip

5) Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien

6) Menyiapkan sarana transportasi dan sedapat mungkin menjalin


komunikasi dengan tempat tujuan rujukan

7) Pengiriman pasien ini sebaiknya dilaksanakan setelah diselesaikan


administrasi yang bersangkutan

6. Prosedur standar menerima rujukan pasien

a. Prosedur Klinis:

1) Segera menerima dan melakukan stabilisasi pasien rujukan sesuai


Standar Prosedur Operasional (SPO)

2) Setelah stabil, meneruskan pasien ke ruang perawatan elektif untuk


perawatan selanjutnya atau meneruskan ke sarana kesehatan yang lebih
mampu untuk dirujuk lanjut

3) Melakukan monitoring dan evaluasi kemajuan klinis pasien

b. Prosedur Administratif:

1) Menerima, meneliti dan menandatangani surat rujukan pasien yang


telah diterima untuk ditempelkan di kartu status pasien

2) Apabila pasien tersebut dapat diterima kemudian membuat tanda


terima pasien sesuai aturan masing-masing sarana

12
3) Mengisi hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu
catatan medis dan diteruskan ke tempat perawatan selanjutnya sesuai
kondisi pasien

4) Membuat informed consent (persetujuan tindakan, persetujuan rawat


inap atau pulang paksa)

5) Segera memberikan informasi tentang keputusan tindakan/perawatan


yang akan dilakukan kepada petugas/keluarga pasien yang mengantar

6) Apabila tidak sanggup menangani (sesuai perlengkapan


Puskesmas/RSUD yang bersangkutan), maka harus merujuk ke RSU
yang lebih mampu dengan membuat surat rujukan pasien rangkap 2
kemudian surat rujukan yang asli dibawa bersama pasien, prosedur
selanjutnya sama seperti merujuk pasien

7) Mencatat identitas pasien di buku register yang ditentukan

8) Bagi Rumah Sakit, mengisi laporan Triwulan

7. Prosedur standar membalas rujukan pasien

a. Prosedur Klinis:

1) Rumah Sakit atau Puskesmas yang menerima rujukan pasien wajib


mengembalikan pasien ke RS/Puskesmas /Polindes/ Poskesdes
pengirim setelah dilakukan proses antara lain: Sesudah pemeriksaan
medis, diobati dan dirawat tetapi penyembuhan selanjutnya perlu di
follow up oleh Rumah Sakit/Puskesmas/Polindes/Poskesdes pengirim.
Sesudah pemeriksaan medis, diselesaikan tindakan kegawatan klinis,
tetapi pengobatan dan perawatan selanjutnya dapat dilakukan di
Rumah Sakit/Puskesmas /Polindes/Poskesdes pengirim

2) Melakukan pemeriksaan fisik dan mendiagnosa bahwa kondisi pasien


sudah memungkinkan untuk keluar dari perawatan Rumah
Sakit/Puskesmas tersebut dalam keadaan: Sehat atau sembuh, sudah

13
ada kemajuan klinis dan boleh rawat jalan, belum ada kemajuan klinis
dan harus dirujuk ke tempat lain, pasien sudah meninggal

3) Rumah Sakit/Puskesmas yang menerima rujukan pasien harus


memberikan laporan/informasi medis/balasan rujukan kepada Rumah
sakit/Puskesmas /Polindes/Poskesdes pengirim pasien mengenai
kondisi klinis terakhir pasien apabila pasien keluar dari Rumah
Sakit/Puskesmas

b. Prosedur Administratif:

1) Rumah Sakit/Puskesmas yang merawat pasien berkewajiban memberi


surat balasan rujukan untuk setiap pasien rujukan yang pernah
diterimanya kepada Rumah Sakit/Puskesmas/Polindes/ Poskesdes yang
mengirim pasien yang bersangkutan

2) Surat balasan rujukan boleh dititip melalui keluarga pasien yang


bersangkutan dan untuk memastikan informasi balik tersebut diterima
petugas kesehatan yang dituju, dianjurkan berkabar lagi melalui sarana
komunikasi yang memungkinkan seperti telepon, handphone, faksimili
dan sebagainya

3) Bagi Rumah Sakit, wajib mengisi laporan Triwulan

8. Prosedur standar menerima balasan rujukan pasien

a. Prosedur Klinis:

1) Melakukan kunjungan rumah pasien dan melakukan pemeriksaan fisik

2) Memperhatikan anjuran tindakan yang disampaikan oleh Rumah


Sakit/Puskesmas yang terakhir merawat pasien tersebut

3) Melakukan tindak lanjut atau perawatan kesehatan masyarakat dan


memantau (follow up) kondisi klinis pasien sampai sembuh

b. Prosedur Administratif:

14
1) Meneliti isi surat balasan rujukan dan mencatat informasi tersebut di
buku register pasien rujukan, kemudian menyimpannya pada rekam
medis pasien yang bersangkutan dan memberi tanda tanggal/jam telah
ditindaklanjuti

2) Segera memberi kabar kepada dokter pengirim bahwa surat balasan


rujukan telah diterima

9. Alur Rujukan

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam alur rujukan yaitu:

a. Klasifikasi fasilitas kesehatan

Rumah Sakit Umum Provinsi dengan klasifikasi B sebagai rujukan bagi


Rumah Sakit Umum Kabupaten/Kota dengan klasifikasi C atau D atau
sarana kesehatan lain, termasuk Rumah Sakit Angkatan Darat, Rumah
Sakit Bhayangkara dan Swasta. Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten/Kota kelas C yang telah mempunyai 4 spesialis dasar dapat
menjadi tujuan rujukan dari Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten/Kota
kelas D terdekat yang belum mempunyai spesialisasi yang dituju dan
Puskesmas. Puskesmas sebagai tujuan rujukan utama Puskesmas
Pembantu, Polindes/Poskesdes dan masyarakat di wilayahnya

b. Lokasi/Wilayah Kabupaten/Kota

Berdasarkan hasil pemetaan wilayah rujukan masing-masing


Kabupaten/Kota, tujuan rujukan bisa berdasarkan lokasi geografis sarana
pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terdekat

c. Koordinasi unsur-unsur pelaksana teknis

Unsur-unsur pelaksana teknis rujukan lain sebagai sarana tujuan rujukan


yang dapat dikoordinasikan di tingkat Provinsi antara lain: Balai
Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BLKM), Rumah Sakit Jiwa (RS

15
Jiwa), Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM), Kantor Kesehatan
Pelabuhan (KKP)

d. Koordinasi dan Komunikasi Pra-transport

Dokter pengirim menentukan dan menghubungi dokter penerima pada RS


tujuan untuk menerima pasien dan memastikan sebelum mengirim bahwa
sumber yang lebih memadai tersedia. Dokter penerima diberikan
keterangan lengkap keadaan pasien. Pada saat tersebut, anjuran dapat
dimintakan terkait tindakan dan stabilisasi sebelum transport.

Kelayakan pemindahan pasien dari / ke rawat inap (ICU - UGD) pada RS


penerima harus diketahui benar. Bila dokter tidak menyertai pasien saat
transport, dokter yang merujuk dan menerima harus memastikan ada
dokter pemberi komando bagi tim transport yang bertanggung-jawab atas
tindakan medis dikala transport. Ia juga mungkin layak untuk menerima
Laporan Medik sebelum tim berangkat.

Dalam keadaan tertentu, bila RS penerima mengirimkan tim transport,


dokter penerima mungkin menentukan jenis transport. Namun jenis
transport, darat atau udara, biasanya ditentukan dokter pengirim dengan
berkonsultasi dengan dokter penerima berdasar urgensi kondisi medis
pasien (stabilitas pasien), perkiraan penyingkatan waktu dengan tansport
udara, cuaca, intervensi medis yang diperlukan untuk dukungan hidup saat
transport, dan ketersediaan tenaga dan alat.

Penyedia ambulans lalu dihubungi untuk memastikan kemampuannya,


untuk menyiapkan perkiraan kebutuhan pasien saat transport, dan
koordinasi waktu keberangkatan. Laporan antar perawat diberikan oleh
fasilitas pengirim pada unit perawat yang terkait di RS penerima. Pilihan
lain, laporan dapat diberikan oleh anggota tim transport pada saat
kedatangan.

Foto copy Rekam Medik, termasuk resume tindakan pada pasien dan
semua pemeriksaan laboratorium dan radiografik, dilampirkan bersama
pasien. Penyiapan Rekam Medik tidak boleh memperlambat tranport
pasien karena dapat dikirim terpisah melalui kurir atau faksimili dan lain-
16
lain, ketika dan bila urgensi transfer merubah keputusan sebelumnya. Pada
keadaan ini, informasi paling kritis dikomunikasikan secara verbal. Sangat
dianjurkan bahwa kebijaksanaan ditentukan oleh masing-masing institusi
dengan memperhatikan isi dokumentasi dan komunikasi antara petugas
yang bertugas saat transfer.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Muhammad (2004), transportasi merupakan kegiatan pemindahan
korban dari tempat darurat ke tempat yang fasilitas perawatannya lebih baik,
17
seperti rumah sakit. Biasanya dilakukan bagi pasien/ korban cedera cukup parah
sehingga harus dirujuk ke dokter.

Syarat korban untuk dapat dievakuasi: P e n i l a i a n a w a l s u d a h


dilakukan lengkap, dan keadaan umum korban dipantau
terus, denyut nadi dan napas korban stabil dan dalam batas normal,
pe r d a r a h a n y a n g a d a s u d a h d i a t a s i d a n d i k e n d a l i k a n , p a t a h
tulang yang ada sudah ditangani, mu t l a k t i d a k a d a c i d e r a ,
r ute yang dilalui memungkinkan dan tidak membahayakan penolong
dan korban.

Panduan dalam mengangkat penderita gawat darurat: kenali kemampuan diri


dan kemampuan pasangan kita. Nilai beban yang akan, diangkat secara bersama
dan bila merasa tidak mampu jangan dipaksakan, ke-dua kaki berjarak sebahu
kita, satu kaki sedikit didepan kaki sedikit sebelahnya, berjongkok, jangan
membungkuk, saat mengangkat, tangan yang memegang menghadap kedepan,
tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila terpaksa jarak
maksimal tangan dengan tubuh kita adalah 50 cm, jangan memutar tubuh saat
mengangkat, panduan diatas berlaku juga saat menarik atau mendorong
penderita.

Penggunaan alat transportasi untuk membawa penderita gawat darurat


memerlukan persyaratan khusus yang berlaku baik pada penggunaan alat
transportasi darat, udara maupun laut. Persyaratan tersebut antara lain: tidak
memperberat keadaan penderita, antara lain: suspensinya, kebisingan minimal,
getaran minimal, kecepatan tertentu, mempunyai peralatan bantu untuk
mempertahankan keadaan penderita selama perjalanan, antara lain: memiliki
tabung oksigen, memiliki suction, memiliki ambu-bag, cairan infus dan
perlengkapannya dll, mempunyai peralatan bantu untuk mengeluarkan penderita
dari jepitan/reruntuhan, antara lain: gergaji/pemotong besi, dongkrak peregang
besi dll.

18
Alat – alat medis yang diperlukan adalah : resusitasi, O2, obat-obat, infus, untuk
resusitasi-stabilisasi, balut, bidai, tandu (vakum matras), ECG transmitter,
inkubator, untuk bayi, alat-alat untuk persalinan, perlengkapan infus.
Kedaruratan antar rumah sakit terdiri dari: sistem rujukan, tujuan rujukan,
sistem informasi rujukan, cara merujuk dan menerima rujukan pasien dan alur
rujukan.

B. Saran
1. Transport pasien sangat penting bagi prioritas keselamatan pasien menuju
rumah sakit atau sarana yang lebih memadai. Oleh karena itu transport
pasien berperan penting dalam mengutamakan keselamatan pasien.
2. Sebagai salah satu tenaga medis kesehatan patutlah mengetahui tata cara
pertolongan tepat korban bencana. Seperti bagaimana cara mengevakuasi
korban, memindahkannya ke alat transportasi yang akan membawanya
disalah satu instalansi medis untuk segera mendapatkan pertolongan dan
lain sebagainya. Hal ini sangat penting di ketahui guna untuk
meminimalisir banyaknya korban

DAFTAR PUSTAKA

Djamil, 2009. SPGDT-s: Transport Antar Rumah Sakit.


http://www.angelfire.com/nc/neurosurgery/SPGDTDjamilAntarRS.pdf (diakses pada
tanggal 12 Maret 2017, pukul: 10.00 WIB)

19
John A. Boswick, Ir., MD . Perawatan Gawat Darurat . Indonesia : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Perry & Potter . 2006 . Fundamental Keperawatan Volume II . Indonesia : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Perry, Petterson, Potter . 2005 . Keterampilan Prosedur Dasar . Indonesia : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Suparmi Yulia, dkk . 2008 . Panduan Praktik Keperawatan . Indonesia : PT Citra Aji Parama

20

Anda mungkin juga menyukai