Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

DOKTER INTERNSIP

HIFEMA TRAUMATIKA OCULUS DEXTRA

Disusun Oleh:
dr. Narendra Tyas Wicaksana

Dokter Staf Ahli Ilmu Penyakit Saraf :


dr. Sri Sumarni, Sp.S

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN


KABUPATEN SEMARANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Narendra Tyas WIcaksana


Judul Portofolio : Acute Tetraparesis Flaccid susp Sindroma Guillaine Barre
Topik : Ilmu Penyakit Saraf

Semarang, April 2018

Dokter Pendamping I Dokter Pendamping II

dr. Widuri dr. Windi Artanti

Mengetahui,
Dokter Staf Ahli Ilmu Penyakit Saraf

dr. Sri Sumarni, Sp.S


BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS

Pada hari Selasa 24 April 2018 telah dipresentasikan laporan kasus oleh :
Nama presentan : dr. Narendra Tyas Wicaksana
Judul Kasus : Acute Tetraparesis Flaccid susp Sindroma Guillaine Barre
Nama Wahana : RSUD UNGARAN
TANDA
NO NAMA
TANGAN
1 dr. Sri Sumarni, Sp.S 1.
2 dr. Widuri 2.
3 dr. Windi Artanti 3.
4 4.
5 5.
6 6.
7 7.
8 8.
9 9.
10 10.
11 11.
12 12
13 13.
14 14.
15 15.
16 16.
17 17.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya
Dokter Pendamping I Dokter Pendamping II

dr. Widuri dr. Windi Artanti


Mengetahui,
Dokter Staf Ahli Ilmu Penyakit Dalam

dr. Sri Sumarni, Sp.S


BAB I

PENDAHULUAN

Kanker Payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae


dimana sel abnormal timbul dari sel- sel normal berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan
limfe dan pembuluh darah (Anoname I, 2012). Jumlah penderita kanker diseluruh dunia terus
mengalami peningkatan, baik pada daerah Insiden tinggi di negara-negara Barat, maupun
pada insiden rendah seperti dibanyak daerah di Asia. Satu laporan penelitian pada tahun 1993
memperkirakan bahwa jumlah kasus baru di seluruh dunia pada tahun 1985 mencapai
720.000 orang. Angka insiden tertinggi dapat ditemukan lebih ditemukan berapa daerah di
Amerika Serikat (mencapai di atas 100/100.000 orang:berarti ditemukaan lebih 100 penderita
dari 100.000 orang) (Purwoastuti, 2008).
Di Indonesia kanker payudara mendududuki tempat kedua (15,8%) dari sepuluh
kanker tebanyak setelah kanker mulut rahim ditempat pertama. Kanker payudara umumnya
menyerang wanita yang telah berusia lebih dari 40 tahun. Diperkirakan semakin meningkat di
masa yang akan datang(Reksoprodjo dkk,2010).Hal ini mungkin disebabkan antara lain oleh
gaya hidup yang jauh berbeda, pola makan, polusi lingkungan,penggunaan insektisida,zat zat
pengawet,penyedap rasa,pewarna,serta strees yang berkepanjangan. 1 2 Ditinjau dari tingkat
provinsi,Jawa tengah memiliki prevalensi kanker payudara 1,3 dari total penduduk Jawa
Tengah.Dari Prevelansi kejadian kanker payudara di jawa tengah,kabupaten Boyolali
memiliki pravalensi kanker payudara secara keseluruhan mencapai 0,9%dari jumlah
penduduk Adapun Upaya deteksi dini atau pencegahan kanker yaitu dengan melakukan
SADARI(Periksa payudara sendiri).SADARI adalah tindakan deteksi dini terhadap adanya
gejala-gejala kanker payudara, metode ini sangat sederhana,namun diharapkan dapat
menekan tingginya angka penderita kanker payudara,karena semakin awal terdeteksi maka
semakin cepat proses pengobatan yang diperlukan. Penulismendapatkan data
dariRekanMedikbahwaselama tahun 2012, RSUD Banyudono didapatkan bahwayang
menderita penyakit kanker payudara 48 orang dengan penderita berusia lebih dari 40 tahun
dan rata-rata sebagai ibu rumah tangga.
BAB II
STATUS PASIEN

2.1. IDENTIFIKASI
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Tanggal Lahir : 14 Desember 1972
Umur : 45 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : -
Agama : Nasrani
Alamat : Jalan Melati Raya no.44 Sombo Genuk
Tanggal masuk RS : Jumat, 20 april 2018
No. RekamMedis : 237952

2.2. ANAMNESIS
Anamnesis dengan pasien pada tanggal 20 april 2018 di IGD RSUD Ungaran.
 Keluhan utama
Benjolan dan luka pada payudara kedua payudara
 Riwayat penyaki tsekarang
Sejak 5 tahun yang lalu timbul benjolan di sebelah kanan dari puting susu payudara
kiri. Selain itu, massa padat dan keras juga dirasakan dipayudara kanan sejak3 tahun
yang lalu dan dirasa semakin membesar dan mengeras. Lalu sejak 1 tahun ini keluar
nanah dari benjolan di payudara pasien Saat menstruasi, sering timbul nyeri yang
terasa seperti ditusuk, namun, benjolan tidak bertambah besar. Nyeri biasanya
berkurang, saat hari kedua menstruasi dan benjolan tetap ukurannya.

.Keluhan ini tidak disertai benjolan pada ketiak, demam, sakit kepala hebat, sesak,
maupun nyeri pada tulang punggung maupun paha. Pasien belum mendapatkan
pengobatan sebelumnya dan pasien belum pernah mengalami hal serupa
sebelumnya. Pasien belum pernah periksa ke dokter, hanya berobat ke pengobatan
tradisional.
 Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat penyakit
dibetes mellitus, hipertensi disangkal pasien.
 Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang mengeluh seperti ini
2.3. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 20 april 2018
Status Generalis
Keadaanumum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Cukup
Tekanandarah : 110/80 mmHg
Respirasi : 24x/menit
Nadi : 80x/menit
Temperature : 36.7OC
 STATUS GENERALISATA
Kepala : normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil bulat isokor,
diameter 3 mm, reflex cahaya +/+
Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, sekret -/-, otore -/-,
kelenjar pre dan retroaurikuler tidak teraba membesar
Hidung : bentuk normal, rinore -/-, epistaksis -/-, nafas cuping hidung (-)
Tenggorokan : faring dan tonsil normal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar KGB servikal, supraclacicula,
infraclavicula dan axilla
Mulut : bentuk normal, bibir kering (-), sianosis (-)
Thoraks
- Jantung
Inspeksi :pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi :pulsasi ictus cordis teraba pada sela iga V linea midclavicula
sinistra
Perkusi :batas kanan jantung di sela iga IV linea parasternal dekstra
batas kiri jantung di sela iga V linea midclavicula sinistra
Auskultasi :bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
- Paru-paru
Inspeksi :simetris dalam diam dan pergerakan, tidak tampak retraksi pada
sela intercostal
Palpasi :stem fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi :sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi :suara dasar vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen
Inspeksi : perut tampak datar, tidak tampak kelainan kulit, gerakan
peristaltic usus (-), benjolan (-), pulsasi pada regio epigastrik (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen, nyeri ketok ginjal -/-
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Ekstremitas : edema (-), deformitas (-), akral hangat, capillary refill time
< 2 detik
Genitalia eksterna : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tulang belakang : gibbus (-), skoliosis(-), lordosis (-), kyphosis(-)
Kulit : turgor baik, pucat (-), sianosis (-)

 STATUS LOKALIS
Regio mammae sinistra
Inspeksi:
o Terdapat benjolan dan perubahan warna pada kulit pada sisi kanan atas
dari aerola mamae
o ukuran payudara kiri lebih besar (asimetris),
o pada kontur payudara terdapat benjolan, ada lekukan payudara,
o pada putting ukuran normal dan bentuk normal simetris, arah putting
kedepan, ulkus (+), retraksi (-), fissure (-), sisik (-).
Palpasi:
o Teraba massa di mammae sinistra, keras, berbatas tidak tegas, nodul
(-), mobile (-),nyeri (+) dan teraba benjolan di sebelah kanan atas
dari areola mamae dengan diameter ±14 cm berbatas tegas, nodul (-),
mobile (-),nyeri (+)
o Putting: discharge (+)
Regio mammae dextra
Inspeksi:
o Terdapat benjolan dan perubahan warna pada kulit pada sisi kiri atas
dari aerola mamae
o ukuran payudara kiri lebih besar (asimetris),
o pada kontur payudara terdapat benjolan, ada lekukan payudara,
o pada putting ukuran normal dan bentuk normal simetris, arah putting
kedepan, ulkus (+), retraksi (-), fissure (-), sisik (-).
Palpasi:
o Teraba massa di mammae sinistra, keras, berbatas tidak tegas, nodul
(-), mobile (-),nyeri (+) dan teraba benjolan di sebelah kanan atas
dari areola mamae dengan diameter ±10 cm berbatas tegas, nodul (-),
mobile (-),nyeri (+)
o Putting: discharge (+)

2.4.PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.5. DIAGNOSIS
Tumor mammae dextra et sinistra, curiga ganas, T4 N0 M0

2.6.PENATALAKSANAAN
A. Rencana Diagnostik:
 Rawat inap
 Monitor KU/TTV dan keluhan pasien

B. Rencana Terapi (On Admisi):


Konsul dr.Arief, Sp.B, advice:
 Infus RL 20 tpm
 Inj. Ceftriaxon 1 gr / 12 jam
 Inj. Ranitidin 1 gr / 12 jam
 Inj. Ondancetron 1 gr / 12 jam
2.7. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad functionam : dubia
Quo ad sanationam : dubia
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
CARCINOMA MAMAE

Latar Belakang

Carcinoma mammae atau kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar
payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh infiltratif,
destruktif, serta dapat bermetastase. Kanker payudara merupakan salah satu masalah kesehatan di
dunia.1

Berdasarkan laporan dari WHO, tahun 2004 diperkirakan 519.000 wanita meninggal karena
kanker payudara dan dari angka itu, 69% kematian terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2009,
diperkirakan 192.370 kasus baru dari invasive carcinoma mammae didiagnosis di Amerika Serikat
dan 62.280 kasus baru carcinoma mammae insitu. 1 Data di Indonesia, kanker payudara menduduki
tempat kedua (11,5%) setelah kanker leher rahim. Di Indonesia diperkirakan terdapat 20.000 kasus
baru kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam stadium lanjut. 2,3,4

Etiologi yang belum diketahui dengan pasti, perjalanan penyakit yang tidak dapat diperkirakan
serta usaha pencegahan yang sulit dilakukan serta adalah masalah yang sampai saat ini belum teratasi.
Namun demikian usaha-usaha untuk mendeteksi dini dapat dilakukan dengan baik dengan
mengikutsertakan masyarakat melalui penyuluhan. Selain itu, kemajuan dalam deteksi dini yang
dilengkapi dengan kemajuan terapi, baik teknik operasi, radiasi, terapi hormonal serta khemoterapi,
yang didasarkan pada ketepatan penentuan stadium dan pengenalan sifat-sifat biologis kanker,
semakin membawa harapan baru untuk penderita kanker payudara ini.

Anatomi Payudara

Payudara dewasa normalnya terletak di hemithoraks kanan dan kiri dengan dasarnya
terletak dari kira-kira iga kedua sampai iga keenam. Bagian medial payudara mencapai
pinggir sternum dan di lateral sejajar garis aksilaris anterior. Payudara meluas ke atas melalui
suatu ekor aksila berbentuk piramid. Payudara terletak di atas lapisan fascia otot pektoralis
mayor pada dua pertiga superomedial dan otot seratus anterior pada sepertiga lateral bawah.
Pada 15% kasus jaringan payudara meluas ke bawah garis tepi iga dan 2% melewati pinggir
anterior otot latissimus dorsi.4
Payudara yang asimetri sering dijumpai diantara wanita normal dan penderita tidak begitu
menyadarinya atau mungkin menerimanya sebagai variasi normal. Setengah wanita
mempunyai perbedaan volume 10% antara payudara kiri dan kanan dan seperempatnya
dengan perbedaan 20%. Payudara kiri selalu lebih besar dibanding yang sebelah kanan.4
Payudara terdiri dari berbagai struktur yaitu parenkim epitelial, jaringan lemak, pembuluh
darah, saraf, dan saluran getah bening serta otot dan fascia. Parenkim epitelial dibentuk oleh
kurang lebih 15-20 lobus. Masing – masing lobus dialiri oleh sistem duktus dari sinus
laktiferous (bila distensi mempunyai diameter 5 – 8 mm) terbuka pada nipel, dan masing-
masing sinus menerima suatu duktus lobulus dengan diameter 2 mm atau kurang. Di dalam
lobus terdapat 40 atau lebih lobulus. Satu lobulus mempunyai diameter 2–3 mm dan dapat
terlihat dengan mata telanjang. Masing-masing lobulus mengandung 10 sampai 100 alveoli
(acini) yang merupakan unit dasar sekretori. Payudara dibungkus oleh fascia pektoralis
superfisialis yang bagian anterior dan posteriornya dihubungkan oleh ligamentum Cooper
sebagai penyangga.2,4,6
A Ductus
B Lobulus
C Sinus lactiferous
D Puting susu (nipple)
E Jaringan lemak
F Otot pectoralis mayor
G Tulang Iga

Pembesaran:
A sel normal
B membrane basal
C lumen (saluran tengah)
Vaskularisasi Payudara2,4,5

a. Arteri
Payudara mendapat perdarahan dari:

1. Cabang-cabang perforantes a. mammaria interna yang memperdarahi tepi medial


glandula mammae
2. Rami pektoralis a. thorakoakromialis yang memperdarahi glandula mammae bagian
dalam (deep surface)
3. A. thorakalis lateralis (a. mammaria eksterna) yang memperdarahi bagian lateral
payudara
Pembuluh darah lain yang juga penting artinya meskipun tidak memperdarahi glandula mammae
adalah a. thorakodorsalis. Pada tindakan radikal mastektomi perdarahan yang terjadi akibat
putusnya arteri ini sulit dikontrol sehingga daerah ini dinamakan “the bloody angle”.

b. Vena
Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena yaitu:

1. Cabang cabang perforantes v. mammaria interna


2. Cabang-cabang v. aksilaris
a. v. thorako-akromialis
b. v. thorako-dorsalis
c. v. thorako lateralis
3. Vena-vena kecil yang bermuara pada v.interkostalis
Vena interkostalis bermuara pada v. vertebralis kemudian bermuara pada v. azygos (melalui
vena-vena ini metastase dapat langsung terjadi di paru).

Persarafan Payudara2,4,5

Kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan n. interkostalis


sedangkan jaringan glandula mammae sendiri dipersarafi oleh sistem simpatis. Persarafan
sensoris di bagian superior dan lateral berasal dari nervus supraklavikular (C3 dan C4) dari
cabang lateral nervus interkostal torasik (3–4 ). Bagian medial payudara dipersarafi oleh
cabang anterior nervus interkostal torasik. Kuadran lateral atas payudara dipersarafi terutama
oleh nervus interkostobrakialis ( C8 dan T1 ).
Pada mastektomi dengan diseksi aksila n. interkostobrakialis dan n. kutaneus brakius madialis
yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas sedapat mungkin
dipertahankan agar tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut.

Sistem Limfatik Payudara2,4,6

a. Pembuluh getah bening


1. Pembuluh getah bening aksila
2. Pembuluh getah bening mamaria intena
3. Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara
b. Kelenjar getah bening aksila
Terdapat beberapa grup kelenjar getah bening aksila:

1. Kelenjar getah bening mammaria eksterna


Grup ini dibagi dalam dua kelompok:

i. Kelompok superior setinggi interkostal II-III


ii. Kelompok inferior setinggi interkostal IV-VI
2. Kelenjar getah bening skapula
3. Kelenjar getah bening sentral (central nodes)
Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar aksila yang terbesar dan terbanyak jumlahnya,
terletak di dalam jaringan lemak di pusat ketiak. Beberapa di antaranya terletak sangat
superfisial di bawah kulit dan fascia kira-kira pada pertengahan lipat ketiak sehingga relatif
paling mudah diraba.

4. Kelenjar getah bening interpektoral (Rotter’s nodes)


5. Kelenjar getah bening v. Aksilaris
6. Kelenjar getah bening subklavikula
7. Kelenjar getah bening prepektoral
8. Kelenjar getah bening mammaria interna
Metastasis Kanker Payudara1,3

Metastasis kanker payudara dapat terjadi melalui dua jalan:

a. Metastasis melalui sistem vena


Melalui sistem vena kanker payudara dapat bermetastasis ke paru-paru, vertebra, dan organ-
organ lain. V. mammaria interna merupakan jalan utama metastasis kanker payudara ke paru-paru
melalui sistem vena sedangkan metastasis ke vertebra terjadi melalui vena-vena kecil yang
bermuara ke v.interkostalis yang selanjutnya bermuara ke dalam v. vertebralis.

b. Metastasis melalui sistem limfe


Metastasis melalui sistem limfe pertama kali akan mengenai KGB regional terutama KGB aksila.
KGB sentral (central nodes) merupakan KGB aksila yang paling sering (90%) terkena metastasis
sedangkan KGB mammaria eksterna adalah yang paling jarang terkena. Kanker payudara juga
dapat bermetastasis ke KGB aksila kontralateral tapi jalannya masih belum jelas, diduga melalui
deep lymphatic fascial plexus di bawah payudara kontralateral melalui kolateral limfatik. Jalur ini
menjelaskan mengapa bisa terjadi metastasis ke kelenjar aksila kontralateral tanpa metastasis ke
payudara kontralateral.

c. Metastasis ke KGB supraklavikula dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Penyebaran langsung yaitu melalui kelenjar subklavikula tanpa melalui sentinel nodes.
Penyebaran tidak langsung melalui sentinel nodes yang terletak di sekitar grand central limfatik
terminus yang menyebabkan stasis aliran limfe sehingga terjadi aliran balik menuju ke KGB
supraklavikula.
d. Metastasis ke kelenjar getah bening mammaria interna terjadi lebih sering dari yang diduga.
Biasanya terjadi pada karsinoma mamma di sentral dan kwadran medial. Dian biasanyaterjadi
setelah terjadi metastasis ke aksila.
e. Metastasis ke hepar selain melalui sistem vena dapat juga terjadi melalui sistem limfe. Keadaan
ini dapat terjadi bila tumor primer terletak di tepi medial bagian bawah payudara dan terjadi
metastasis ke kelenjar preperikardial. Selanjutnya terjadi stasis aliran limfe yang berakibat adanya
aliran balik limfe ke hepar.

Epidemiologi

Kanker payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah karsinoma serviks
uterus. Di Amerika Serikat, kanker payudara merupakan 28% kanker pada wanita kulit putih,
dan 25% pada wanita kulit hitam.
Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali
ditemukan pada wanita usia dibawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia 45-66
tahun. Insidens kanker payudara pada lelaki hanya 1% dari kejadian pada perempuan.5
Etiologi Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa gen. Dua di
antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh disebut dengan BRCA-1 (pada
lokus 17q21), yang lainnya adalah gen p53 (pada lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang
terletak pada kromosom 13. Gen keempat yang juga terlibat adalah gen reseptor androgen pada
kromosom Y. Mutasi gen ini berhubungan dengan insiden kanker payudara pada pria. Etiologi kanker
payudara masih belum diketahui dengan pasti hingga sekarang namun yang paling diyakini sebagai
penyebab adalah paparan terhadap mutagen. Mutagen ini bisa berupa mutagen endogen yaitu radikal
bebas seperti lipid peroksidase dan malondyaldehida (MDA) juga mutagen eksogen yaitu radiasi.
Virus juga diduga sebagai penyebab namun belum dapat dibuktikan pada manusia. 6,8

Faktor Resiko Kanker Payudara

Saat ini, penyebab pasti kanker payudara belum diketahui secara pasti, namun berbagai
penelitian dan pengumpulan bukti-bukti epidemiologi telah dilakukan untuk mencari tahu faktor-
faktor yang meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Berbagai faktor itu antara lain :

a. Usia
Kanker payudara jarang dijumpai pada usia di bawah 30 tahun tapi insidennya
meningkat tajam hingga usia sekitar 50 tahun (30,35%). Setelah usia 50 tahun frekuensinya
tetap meningkat tapi perlahan. Perbedaan insiden berdasarkan usia ini diinterpretasikan
sebagai efek dari hormon ovarium pada perkembangan penyakit.2,3,4
Sekitar 1 hingga 8 kejadian kanker payudara yang invasif ditemukan pada wanita yang lebih
muda dari usia 45 tahun, sedangkan 2 hingga 3 kejadian ditemukan pada wanita berusia 55 tahun
keatas.

b. Geografi
Insiden kanker payudara sangat bervariasi di antara negara-negara diseluruh dunia.
Wanita asian-hispanic memiliki risiko kejadian kanker payudara yang lebih rendah
daripada wanita afican-american. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Utara
sekitar lima kali lebih tinggi daripada di Jepang. Bahkan di dalam satu negara insiden
kanker payudara berbeda-beda. Misalnya di Israel, keturunan Jews mempunyai risiko
empat kali lebih tinggi daripada non-Jews dan di Italia terdapat perbedaan angka kejadian
sekitar dua kali lipat antara daerah utara dan selatan. Variasi geografis ini lebih disebabkan
oleh faktor lingkungan daripada genetik karena penduduk yang bermigrasi dari negara
berisiko rendah ke negara berisiko tinggi mengalami peningkatan frekuensi kanker
payudara.2,7
c. Jenis kelamin
Kanker payudara 100 kali lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki.
Alasan utamanya adalah karena pada wanita, sel-sel pada payudara lebih sering terekspose
oleh hormon-hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi peertumuhan sel-sel
pada payudara. Angka kejadian kanker payudara pada laki-laki hanya 1 %.2
d.Menstruasi
Menarche pada usia dini dan menopause yang terlambat dapat meningkatkan risiko kanker
payudara. Menarche sebelum usia 12 tahun mempunyai risiko kanker payudara 20% lebih besar
dari menarche setelah usia 15 tahun. Risiko kanker payudara berkurang sekitar setengahnya jika
menopause terjadi sebelum usia 45 tahun dibandingkan jika menopause terjadi setelah usia 55
2,3,6
tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena eksposure hormon estrogen dan progesterone yang
berkepanjangan yang mempengaruhi pertumbuhan sel-sel payudara.

e. Reproduksi
Status reproduksi juga mempengaruhi risiko terkena kanker payudara. Wanita yang tidak
pernah melahirkan (nullipara) atau yang pertama kali melahirkan anak pada usia lebih dari 31 tahun
mempunyai risiko tiga hingga empat kali lebih besar dibandingkan perempuan yang melahirkan
anak pertamanya sebelum berusia 18 tahun. Wanita yang mempunyai banyak anak (multipara)
diasosiasikan dengan berkurangnya risiko kanker payudara, tentunya setelah memperhitungkan usia
saat melahirkan anak pertama. Menyusui lebih lama juga dianggap dapat menurunkan risiko kanker
payudara.2,4,6

f. Diet
Perbedaan insiden kanker payudara di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa diet
mungkin memegang peranan penting dalam perkembangan kanker payudara. Bukti-bukti yang ada
menyebutkan bahwa tingginya konsumsi kalori, lemak, daging dan alkohol dapat meningkatkan
risiko sedangkan tingginya konsumsi serat, sayur, buah, vitamin dan phytoestrogens dapat
menurunkan risiko. Diet di negara-negara Barat biasanya mengandung lemak dan gula yang tinggi
sedangkan di Asia dan negara yang belum berkembang dietnya lebih banyak mengandung vitamin
dan serat.

Wanita-wanita dari negara Barat mempunyai risiko terkena kanker payudara enam kali lebih
tinggi dibandingkan wanita-wanita Asia dan negara berkembang lainnya. Risiko ini akan berubah
jika penduduk dari negara berisiko rendah migrasi ke negara berisiko tinggi dan mengadaptasi pola
makan di negara tersebut. Meskipun demikian pengaruh diet pada insiden kanker payudara
tampaknya terjadi pada usia muda seperti anak-anak dan remaja. Tidak ada data yang membuktikan
bahwa perubahan pola makan dari diet tinggi lemak ke diet rendah lemak pada usia pertengahan dan
tua dapat menurunkan risiko kanker payudara.2,4,6

g.Ukuran tubuh
Ukuran tubuh yang mencerminkan status gizi dan pola makan dengan sendirinya dapat
mempengaruhi risiko terkena kanker payudara. Usia terjadinya menarche sangat dipengaruhi oleh
ukuran tubuh dengan demikian gizi pada masa anak-anak akan mempengaruhi pada usia berapa
menarche terjadi. Tinggi badan yang lebih yang juga ditentukan oleh keadaan nutrisi diteliti dapat
sedikit meningkatkan risiko kanker payudara terutama setelah menopause. Pada usia dewasa, tubuh
yang kurus dapat meningkatkan risiko kanker payudara sebelum menopause sedangkan obesitas
dapat meningkatkan risiko sesudah menopause. Lemak tubuh adalah situs konversi androstenedione
menjadi oestradiol, satu-satunya sumber endogenik estrogen setelah menopause, mungkin inilah
yang memediasi efek berat badan terhadap risiko kanker payudara pada wanita post-menopause. 2,4,6

h.Riwayat keluarga
Insiden orang-orang dalam satu keluarga besar terkena kanker payudara terjadi pada sekitar
18% kasus, 5% di antaranya benar-benar diwarisi secara familial berdasarkan analisis pedigree.
Dengan demikian individu yang memiliki riwayat keluarga kanker payudara berisiko tinggi untuk
terkena kanker payudara. Tingginya risiko ini dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga yang
menderita kanker payudara, sejak usia berapa mereka menderita kanker dan hubungan mereka
terhadap individu tersebut.

Risiko kanker payudara meningkat kira-kira dua kali pada anak perempuan yang ibunya
menderita kanker dan pada wanita yang saudara perempuannya menderita kanker. Kanker familial
ini cenderung terjadi pada usia lebih muda dan bilateral. Peningkatan risiko sebagian besar
disebabkan oleh pewarisan gen-gen yang mempredisposisi kanker payudara. Pada keluarga berisiko
tinggi, dengan empat atau lebih anggota keluarga terkena kanker payudara, 33% di antaranya
mengalami mutasi BRCA-1. Suatu studi populasi menemukan mutasi BRCA-1 pada 12 dari 193
wanita (6,2%) yang terkena kanker payudara sebelum usia 35 tahun dan pada 15 dari 208 wanita
(7,2%) dengan riwayat kanker payudara pada anggota keluarga tingkat pertama (first-degree
relatives). Kanker payudara familial juga sering berhubungan dengan keganasan pada organ lain
seperti colon, ovarium dan uterus.2,4,6

i. Hormon
Faktor menstruasi dan reproduksi yang telah dijelaskan sebelumnya menunjukkan peran
hormon seks dalam perkembangan kanker payudara. Hormon seks mempengaruhi proliferasi sel-sel
dan jaringan payudara serta meningkatkan karsinogenesis payudara pada hewan percobaan, namun
bukti-bukti epidemiologisnya pada manusia masih merupakan konflik. Mungkin hal ini disebabkan
oleh kesulitan dalam pengukurannya. Sebuah studi populasi pada wanita postmenopause yang
berasal dari negara berisiko tinggi menunjukkan level serum oestradiol rata-rata sekitar 20% lebih
tinggi daripada wanita-wanita yang berasal dari negara berisiko rendah. Studi case-control lain
menunjukkan wanita dengan kanker payudara mempunyai level progesterone yang lebih tinggi dari
kelompok kontrol pada analisis yang terbatas pada saat ovulasi.

Prolactin adalah mitogen dalam jaringan payudara dan merupakan hormon yang penting
untuk perkembangan tumor payudara pada hewan percobaan tapi perannya pada kanker payudara
manusia belum jelas. Meskipun demikian terdapat bukti-bukti yang meyakinkan bahwa level
prolaktin dipengaruhi oleh sejumlah even yang juga mempengaruhi risiko kanker payudara. Selain
hormon seks endogen, hormon seks eksogen seperti terapi pengganti hormon dan kontrasepsi oral
juga dianggap berpengaruh terhadap risiko kanker payudara.

Terapi pengganti hormon meningkatkan risiko kanker payudara pada orang-orang yang baru
atau sedang menggunakan (dalam jangka waktu lima tahun). Risiko meningkat sekitar 2% untuk
setiap satu tahun penggunaan. Kontrasepsi oral juga dikatakan dapat meningkatkan risiko bila
digunakan jangka panjang. Pada penelitian terbukti kontrasepsi oral hanya sedikit meningkatkan
risiko kanker payudara yaitu sebesar 1,24% pada orang yang sedang menggunakan dan sebesar
1,16% pada orang yang telah berhenti menggunakan 1-4 tahun sebelumnya. 2,4,6

j. Radiasi

Pada hewan percobaan terbukti adanya peranan sinar radiasi sebagai faktor penyebab kanker
payudara. Dari penelitian epidemiologi setelah ledakan bom atom atau penelitian pada orang setelah
pajanan sinar rontgen, peranan sinar ionisasi sebagai faktor penyebab pada manusia lebih jelas .2

Diagnosis Kanker Payudara

a. Anamnesis
Anamnesis dimulai dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap dilanjutkan dengan
keluhan utama. Keluhan utama penderita dapat berupa: adanya benjolan pada payudara; rasa
nyeri; keluar cairan dari puting susu; retraksi puting susu; adanya ekzema di sekitar areola;
keluhan kulit berupa dimpling, venektasi, ulserasi atau adanya peau d’orange; adanya benjolan di
ketiak; edema lengan dan tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang (vertebrae, femur), rasa
penuh di ulu hati, batuk, sesak, dan sakit kepala hebat. 2,3,6,8
Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker payudara dan merupakan
tanda yang paling umum. Benjolan kanker cenderung soliter, unilateral, padat, keras, ireguler,
tidak dapat digerakkan (nonmobile), cepat membesar dan tidak nyeri. Cairan yang keluar secara
spontan dari puting susu (nipple discharge) adalah tanda kedua yang paling umum dari kanker
payudara. Karakter nipple discharge dapat membantu menegakkan diagnosis. Cairan seperti susu
menandakan galaktore, cairan purulen disebabkan oleh infeksi, dan cairan multiwarna atau
lengket menandakan ektasia duktus (comedomastitis). Cairan serous, serosanguinus, berdarah atau
seperti air mungkin menandakan papiloma (80%) atau karsinoma intraduktal (20%). 6

Selain itu juga perlu ditanyakan mengenai pengaruh siklus menstruasi terhadap keluhan
tumor; menstruasi pertama pada usia berapa; bila sudah menopause, pada usia berapa; usia saat
pertama kali melahirkan anak; menyusui atau tidak; riwayat kanker payudara atau kanker lainnya
dalam keluarga; riwayat pemakaian obat-obat hormonal; riwayat operasi tumor payudara atau
tumor ginekologik; dan riwayat radiasi di daerah dada. Faktor-faktor risiko ini perlu ditanyakan
agar dokter dapat mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan mamografi pada penderita
yang berisiko tinggi, dan bagi pasien agar lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan
payudara sendiri. Keluhan pasien di organ lain yang berhubungan dengan metastasis perlu
ditanyakan seperti batuk, sesak, rasa penuh di ulu hati, nyeri tulang, dan sakit kepala hebat.
Tanda-tanda umum tentang nafsu makan dan penurunan berat badan juga perlu ditanyakan. 2,3

b. Pemeriksaan Fisik
Pada status generalis, selain tanda vital perlu juga diperiksa performance status penderita.
Karena payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain estrogen dan progesteron maka
sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan saat pengaruh hormon ini seminimal mungkin, yaitu
setelah lebih kurang satu minggu dari hari pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang
baik dan teliti, ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.

Teknik pemeriksaan2,4,

Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka

1. Posisi tegak (duduk)


Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa berdiri di depan dalam posisi
yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi dilihat simetri payudara kiri dan kanan;
perubahan kulit berupa peau d’orange, kemerahan, dimpling, edema, ulserasi dan nodul satelit;
kelainan puting susu seperti retraksi, erosi, krusta dan adanya discharge.

2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di atas lapangan
dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan bantal kecil terutama pada penderita yang
payudaranya besar. Palpasi dilakukan dengan mempergunakan falang distal dan falang medial
jari II, III dan IV yang dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua
sampai ke distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah sentral subareolar
dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi ke sentral (sentrifugal) berakhir di daerah
papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan daerah sekitar
papil. Pemeriksaan dengan rabaan halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan kuat karena
rabaan halus akan dapat membedakan kepadatan massa payudara.

Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan kuadran payudara (lateral atas,
lateral bawah, medial atas, medial bawah, dan daerah sentral), ukuran tumor (diameter
terbesar), konsistensi, permukaan, bentuk dan batas-batas tumor, jumlah tumor serta
mobilitasnya terhadap jaringan sekitar payudara, kulit, m.pektoralis dan dinding dada.

c. Pemeriksaan kelenjar getah bening regional


1. Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa aksila jatuh ke bawah
sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak yang dapat dicapai. Pada pemeriksaan
aksila kanan tangan kanan penderita diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu kanan
pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Diraba kelompok KGB
mammari eksterna di bagian anterior dan di bawah tepi m.pektoralis aksila; KGB
subskapularis di posterior aksila; KGB sentral di bagian pusat aksila; dan KGB apikal di
ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan ditentukan ukuran, konsistensi, jumlah, apakah
terfiksasi satu sama lain atau ke jaringan sekitarnya.

2. Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi dengan cermat dan teliti.
Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa adalah paru, tulang, hepar, dan otak
untuk mencari metastase jauh.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue technic yang dapat
mendeteksi 85% kanker payudara. Meskipun 15% kanker payudara tidak bisa divisualisasikan
dengan mammografi, 45% kanker payudara dapat dilihat pada mammografi sebelum mereka
dapat diraba. Adanya proses keganasan akan memberikan tanda–tanda primer dan sekunder.
Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi, deposit kalsium baik dalam
pola mulberrry atau curvilinear, dan distorsi duktus mamaria. Tanda-tanda sekunder berupa
bertambahnya vaskularisasi, adanya bridge of tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur.
Mammografi sangat baik digunakan untuk diagnosis dini dan skrining, hanya saja untuk
skrining harganya mahal sehingga dianjurkan penggunaan yang selektif yaitu untuk wanita-
wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas mammografi sekitar 75% dan spesifisitasnya hampir
90%.6

Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi padat atau kistik juga untuk
memandu FNAB dan core-needle biopsy. Mammografi dan USG payudara dilakukan pada
tumor yang berukuran < 3cm.

Pemeriksaan termografi ditemukan oleh Lawson tahun 1956. Dengan menggunakan sinar
infra merah pemeriksaan ini memanfaatkan perbedaan suhu di mana suhu kanker payudara
lebih tinggi dibanding jaringan sekitarnya.

Xerografi merupakan pemeriksaan yang menggunakan sistem pencitraan foto elektrik.


Ketepatannya mencapai 95,3% dengan false positive ± 5%.

Scintimamografi merupakan teknik pemeriksaan radionuklir menggunakan radioisotop Tc


99m. Sensitifitasnya dalam menilai aktifitas sel kanker payudara cukup tinggi. Pemeriksaan ini
juga dapat mendeteksi lesi yang multipel dan adanya keterlibatan KGB regional.

2. Pemeriksaan histopatologi jaringan (gold standard)


Pemeriksaan histologi jaringan merupakan cara untuk menegakkan diagnosis pasti kanker
payudara. Bahan pemeriksaan dapat diambil melalui biopsi eksisional (untuk ukuran tumor <
3cm) atau biopsi insisional (untuk tumor operabel dengan ukuran > 3cm sebelum operasi
definitif dan untuk tumor yang inoperabel) yang kemudian diperiksa potong beku atau PA.
Untuk biopsi kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada mammografi dapat
dilakukan ultrasound atau stereotactic core biopsy yaitu pungsi dengan jarum besar yang akan
menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup untuk pemeriksaan termasuk teknik
biokimia.2,3,6

3. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitopatologi dilakukan dengan FNAB (fine needle aspiration biopsy).
Sensitivitasnya dalam mendiagnosis keganasan dilaporkan sebesar 90-95% bila tepat cara
pengambilan dan diekspertise oleh ahlinya.2,3

4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan sesuai dengan perkiraan
metastasis misalnya alkali fosfatase dan liver function tests untuk metastasis ke hepar atau kadar
kalsium dan fosfor untuk metastase tulang.2,3,6
5. Pemeriksaan metastase jauh
Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, bone scanning dan/atau bone survey, USG abdomen,
dan CT scan dilakukan untuk mencari metastasis jauh. Pemeriksaan yang direkomendasikan
oleh PERABOI adalah foto thoraks dan USG abdomen sedangkan bone scanning dan/atau bone
survey (bila sitologi dan/atau klinis sangat mencurigakan pada lesi > 5cm) dan CT scan
dilakukan atas indikasi.

Metastasis di parenkim paru pada foto rontgen memperlihatkan gambaran coin lesion yang
multipel dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastasis dapat pula mengenai pleura yang
akan menimbulkan efusi pleura. Metastasis ke tulang vertebra akan terlihat pada foto rontgen
sebagai gambaran osteolitik/destruksi yang dapat menyebabkan fraktur patologis. 2,3

6. Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) dan imunohistokimia


Pemeriksaan kadar CEA dan CA 27.29 (CA 15-3) mungkin berguna untuk memantau respon
terhadap terapi pada penyakit yang sudah lanjut. Pemeriksaan imunohistokimia seperti ER, PR,
c-erb-2 (HER-2 neu), cathepsin-D, dan p53 bersifat situasional. 6

Klasifikasi Kanker Payudara

a. Sistem TNM 2
Tumor primer (T)

Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 : Tidak terdapat tumor primer

Tis : Karsinoma insitu

 Tis (DCIS) : karsinoma in situ hanya ductal


 Tis (LCIS) : karsinoma in situ hanya lobular
 Tis (Paget) : penyakit Paget dari puting susu tanpa tumor (Catatan: Paget
penyakit yang terkait dengan tumor diklasifikasikan menurut ukuran tumor
T1 : Tumor ≤ 2cm

 T1a : Tumor ≤ 0,5 cm.


 T1b : Tumor ≥ 0,5 cm dan ≤ 1 cm.
 T1c : Tumor ≥ 1 cm dan ≤ 2 cm.
T2 : Tumor > 2cm dan < 5cm.
T3 : Tumor > 5cm

T4 : Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau kulit.
 T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis
 T4b : Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara, atau satelit nodul pada
kulit.
 T4c : Gabungan T4a dan T4b
 T4d : Karsinoma inflamasi (mastitis karsinomatosa)

Kelenjar getah bening regional/Nodul (N)

Nx : KGB regional tidak bisa dinilai

N0 : Tidak terdapat metastase KGB regional.

N1 : Dijumpai metastase KGB aksila ipsilateral yang mobile.

N2 : Teraba KGB aksila ipsilateral terfiksasi, berkonglomerasi, atau secara klinis ada

pembesaran KGB mamari interna ipsilateral tanpa adanya metastase ke KGB aksila.

 N2a :Teraba KGB aksila yang terfiksasi atau berkonglomerasi atau melekat ke struktur lain.
 N2b : Secara klinis metastase hanya dijumpai pada KGB mamari interna ipsilateral dan tidak
terdapat metastase pada KGB aksila.
N3 : Metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila
atau klinis terdapat metastase pada KGB mamaria interna ipsilateral dan secara klinis terbukti
adanya metastase pada KGB aksila atau adanya metastase pada KGB supraklavikula ipsilateral
dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna

 N3a : Metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral


 N3b : Metastase pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
 N3c : Metastase pada KGB supraklavikula

Metastase jauh (M)

Mx : Metastase jauh belum dapat dinilai

M0 : Tidak terapat metastase jauh.

M1 : Dijumpai metastase jauh

Stadium klinis

Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0

Stadium II A T0 N1 M0

T1 N1 M0

T2 N0 M0

Stadium II B T2 N1 M0

T3 N0 M0

Stadium III A T0 N2 M0

T1 N2 M0

T2 N2 M0

T3 N1 M0

T3 N2 M0

Stadium III B T4 N0 M0

T4 N1 M0

T4 N2 M0

Stadium III C Semua T N3 M0

Stadium IV Semua T Semua N M1

(American Joint Committee on Cancer, 2002)

b. Histopatologi
Kanker payudara mempunyai beberapa tipe histologi khusus yang turut mempengaruhi
prognosis, meskipun stadium klinis lebih berpengaruh. Pada stadium I tanpa keterlibatan KGB
regional 5-year survival rate sekitar 80% untuk karsinoma duktal invasif dan sekitar 90-95% untuk
karsinoma lobular, koloid dan comedocarcinoma. 2

Malignant (carcinoma)

1. Non invasive carcinoma


a. Non invasive ductal carcinoma
b. Lobular carcinoma in situ

2. Invasive carcinoma
a. Invasive ductal carcinoma
- papillobular carcinoma
- solid-tubular carcinoma
- schirrous carcinoma
b. Special types
- mucinous carcinoma
- medullary carcinoma
- invasive lobular carcinoma
- adenoid cystic carcinoma
- squamous cell carcinoma
- spindel cell carcinoma
- apocrine carcinoma
- carcinoma with cartilaginous and or osseous metaplasia
- tubular carcinoma
- secretory carcinoma
- others
c. Paget’s disease

Tipe Histopatologi

- In situ Paget’s disease - Mucinous


- NOS (no otherwise specified) - Papillary (predominantly micropapillary pattern)
- Intraductal - Tubular
- Paget’s disease and intraductal - Lobular
- Invasive carcinomas - Paget’s disease and infiltrating
- NOS - Undifferentiated
- Ductal - Squamous cell
- Inflammatory - Adenoid cystic
- Medullary, NOS - Secretory
- Medullary with lymphoid stroma - Cribriform
-

Gradasi histologis (G)

- Gx : grading tidak dapat dinilai


- GI : low grade
- G2 : intermediate grade
- G3 : high grade
Berikut penjelasan beberapa tipe histologis dari kanker payudara: 2,6

a. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal invasif merupakan kelompok terbesar (78%) dari seluruh tumor
ganas payudara. Secara mikroskopik tampak proliferasi anaplastik epitel duktus yang
dapat memenuhi dan menyumbat duktus. Karsinoma duktal noninvasif (karsinoma
duktal in situ atau karsinoma intraduktal) biasanya terjadi tanpa membentuk massa
karena tidak ada komponen scirrhous.
b. Karsinoma lobular (9%)
Separuh kasus karsinoma lobular ditemukan in situ tanpa tanda-tanda invasi lokal sehingga
sering dianggap premaligna dan disebut neoplasia lobular. Secara histologi menunjukkan
gambaran sel-sel anaplastik yang semuanya terletak di dalam lobulus-lobulus.

c. Comedocarcinoma (5%)
Duktus yang diisi oleh tumor sel kecil dan debris sentral.

d. Karsinoma medular (4%)


Gambaran histologi menunjukkan stroma yang sedikit dan penuh berisi kelompok sel yang
belum berdifferensiasi, tidak teratur dan tidak jelas membentuk kelenjar atau pertumbuhan
kapiler. Terdapat banyak sebukan limfosit yang menjolok pada stroma di dalam tumor.

e. Karsinoma koloid (3%)


Duktus dihambat oleh sel-sel karsinoma dan kista proksimal berkembang.

f. Karsinoma mukoid/musinus (3%)


Tumor ini tumbuh perlahan-lahan dan secara mikroskopik sel tumor yang
menghasilkan musin tersusun membentuk asinus pada beberapa tempat. Juga tampak
sel-sel cincin stempel (signet ring cells).

g. Karsinoma skirus (schirrous)


Pada pemeriksaan mikroskopik tumor terdiri dari stroma yang padat dengan
kelompok sel epitel yang terlepas atau membentuk kelenjar. Sel-sel berbentuk bulat
atau poligonal, hiperkromatik.
h. Karsinoma inflamasi (1%)
Karsinoma ini memiliki prognosis paling buruk. Sistem limfa dipenuhi oleh tumor
memicu perubahan payudara dan kulit yang mirip infeksi.

i. Penyakit Paget (1%)


Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran ekskresi utama yang menyebar ke kulit
puting susu dan areola, sehingga terjadi kelainan menyerupai ekzema yaitu adanya krusta di
daerah papil dan areola. Jika tidak ditemukan massa tumor di bawahnya penyakit ini termasuk
karsinoma insitu, tapi jika ada massa tumor termasuk karsinoma duktal invasif. Kelainan ini
ditemukan pada wanita berusia lebih tua dari penderita kanker payudara umumnya dan
bersifat unilateral. Tanda khas adalah adanya penyebukan epidermis oleh sel ganas yang
disebut sel paget. (Mangunkusumo, 1992, Harris, 1993).

Diagnosis Banding Kanker Payudara

a. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak dan merupakan golongan terbesar dari tumor payudara
yaitu 45,28%-50% di RS Dr. Soetomo (Sukardja). Fibroadenoma mammae (FAM) ini secara klinis
diketahui sebagai tumor di payudara dengan konsistensi padat kenyal, dapat digerakkan dari
jaringan sekitarnya, berbentuk bulat lonjong dan berbatas tegas. Pertumbuhannya lambat, tidak ada
perubahan pada kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. FAM terdapat pada usia muda yaitu 15-30
tahun, dapat dijumpai bilateral atau multipel (15%). Sebagai tumor jinak, tidak ada metastase
regional dan jauh, pengobatannya cukup dengan eksisi tumornya.

b. Penyakit fibrokistik
Fibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral, disertai rasa nyeri terutama
menjelang haid. Ukurannya dapat berubah, terasa lebih besar, penuh dan nyeri menjelang haid dan
akan mengecil serta nyeri berkurang setelah haid selesai. Hal ini terjadi karena FCD dipengaruhi
oleh keseimbangan hormonal. Tumor jenis ini umumnya tidak berbatas tegas kecuali kista soliter.
Konsistensinya padat kenyal, dapat pula kistik. Jenis yang padat kadang-kadang sukar dibedakan
dengan kanker payudara dini. Kelainan ini dapat juga dijumpai tanpa massa tumor yang nyata
hingga jaringan payudara teraba padat, permukaan granular.

c. Cystosarcoma philloides
Gambaran klinis Cystosarcoma philloides dapat seperti FAM yang besar. Bentuknya bulat
lonjong, permukaan berbenjol, batas tegas, ukuran bisa mencapai 20-30 cm. Konsistensinya dapat
padat kenyal tapi ada bagian yang kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak ada perlekatan ke
dasar atau kulit. Kulit payudara tegang, berkilat dan tampak venektasi. Cystosarcoma philloides
tidak bermetastase karena ini adalah kelainan jinak tapi sejumlah kecil (27%) ditemukan dalam
bentuk ganas yang disebut malignant cystosarcoma philloides. Pengobatannya adalah simple
mastectomy untuk mencegah residif. Pada orang muda atau belum berkeluarga dapat
dipertimbangkan untuk mastekstomi subkutan.
d. Galactocele
Galaktokel bukan kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru melainkan suatu massa tumor
kistik yang timbul akibat tersumbatnya duktus laktiferus pada ibu-ibu yang sedang atau baru
selesai masa laktasi. Tumor ini berbatas tegas, bulat dan kisteus karena berisi air susu yang
mengental.

e. Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang biasanya terdapat pada wanita yang
sedang menyusui. Ditemukan tanda-tanda radang dan sering sudah menjadi abses. 2

Penatalaksanaan Kanker Payudara

a. Modalitas terapi
Untuk kanker payudara terdapat beberapa modalitas terapi yang bisa dipilih:

1. Operasi 2,3,,7
Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu BCS (breast conserving surgery), simple
mastectomy, modified radical mastectomy, dan radical mastectomy. Di antara beberapa jenis
operasi tersebut metode yang paling tua adalah mastektomi radikal klasik dari Halsted. Pada
mastektomi radikal dilakukan pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya,
m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus. Pembedahan ini
merupakan standar baku sejak awal abad ke-20 hingga tahun 50-an namun sekarang sudah
jarang dilakukan kecuali bila ada tumor payudara yang sangat besar dan melekat ke otot
pektoralis.

Setelah tahun 60-an mastektomi radikal mulai digantikan oleh mastektomi radikal yang
telah dimodifikasi oleh Patey. Pada mastektomi radikal modifikasi ini m.pektoralis mayor
dipertahankan sehingga suplai persarafannya tidak terganggu dan efek kosmetik pada dinding
dada yang terjadi bila dilakukan mastektomi radikal dapat dikurangi. M.pektoralis minor dapat
pula dipertahankan, atau diangkat, atau diretraksi untuk mendapatkan akses ke aksila. Pada
mastektomi simpel dilakukan pengangkatan payudara saja tanpa mengangkat limfonodus atau
otot. Pembesaran KGB aksila dirawat dengan radioterapi. Metode ini dipopulerkan oleh
MacWhirter di Inggris. Bila dilakukan pengangkatan payudara pertimbangkan kemungkinan
rekonstruksi mammae dengan implantasi prostesis atau cangkok flap muskulokutan.
Rekonstruksi ini dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif atau beberapa waktu setelah
radioterapi atau kemoterapi adjuvan. Bila hal ini tidak dapat dilakukan usahakan prostesis
eksterna.
Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan mempertahankan payudara yang
disebut dengan breast conserving surgery (BCS). BCS merupakan satu paket yang terdiri dari
tiga tindakan yaitu pengangkatan tumor (lumpektomi luas atau tumorektomi atau
segmentektomi atau kuadrantektomi) ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada sisa
payudara tersebut. Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya tumor di payudara dari
jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor lain (karsinoma multisentrik). BCS secara
kosmetik lebih baik dari mastektomi bahkan yang telah direkonstruksi sekalipun. Tapi diseksi
aksila disini lebih sulit dikerjakan karena otot-otot pektoral tetap intact dan jaringan payudara
masih ada sehingga pembukaan lapangan operasi aksila terhambat.

Indikasi BCS:

 T: 3 cm (stadium I atau II)


 Pasien ingin mempertahankan payudaranya
Syarat BCS:

 Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent


 Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah pengobatan
 Tumor terletak tidak sentral
 Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik untuk kosmetik pasca
BCS
 Mammografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi atau tanda keganasan lain yang
difus
 Tumor tidak multipel
 Belum pernah terapi radiasi di dada
 Tidak menderita SLE atau penyakit kolagen
 Terdapat sarana radioterapi yang memadai (megavolt)

2. Radiasi
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi primer, adjuvan atau paliatif.
Radioterapi kuratif tunggal tidak begitu efektif tetapi radioterapi adjuvan cukup bermanfaat.
Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah tidak
operabel.

Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan sebagai berikut:

 Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)


 Tepi sayatan dekat (T ≥ T2) atau tidak bebas tumor
 Tumor sentral atau medial
 KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radioterapi:

 Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila beserta


supraklavikula) kecuali:
- pada keadaan T ≤ T2 bila cN = 0 dan pN, maka tidak dilakukan radiasi pada KGB
aksila supraklavikula

- pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan radiasi pada mammaria


interna

 Dosis lokoregional profilaksis adalah 50 Gy, booster dilakukan sebagai berikut:


- pada yang potensial terjadi residif ditambahkan 10 Gy (misalnya tepi sayatan dekat
tumor atau post BCS)

- pada yang terdapat massa tumor atau residu post op (mikroskopik atau makroskopik)
maka diberikan booster dengan dosis 20 Gy kecuali untuk aksila 15 Gy

3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu terapi sistemik yang dapat digunakan sebagai terapi
adjuvan atau paliatif. Kemoterapi adjuvan dapat diberikan pada pasien pascamastektomi yang pada
pemeriksaan histopatologik ditemukan metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Kemoterapi
juga dapat diberikan sebelum pembedahan pada kanker payudara yang besar namun masih
operabel pada stadium lokal lanjut. Berdasarkan penelitian kemoterapi yang disebut kemoterapi
neo adjuvan ini dapat mengecilkan ukuran tumor sehingga memudahkan pembedahan. Kemoterapi
paliatif dapat diberikan pada pasien yang telah menderita metastasis sistemik. Obat kemoterapi
diberikan dalam bentuk kombinasi seperti CAF (CEF), CMF dan AC. 2,3,6,7

4. Hormonal
Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa 30-40% kanker payudara adalah
hormon dependen. Terapi ini semakin berkembang dengan ditemukannya reseptor estrogen dan
progesteron. Kanker payudara dengan reseptor estrogen dan progesteron yang merespons positif
terapi hormonal mencapai 77%. Terapi hormonal merupakan terapi utama stadium IV di samping
kemoterapi karena kedua-duanya merupakan terapi sistemik. Terapi hormonal biasanya diberikan
sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan efek sampingnya lebih sedikit.
Sebelum pemberian terapi hormonal dilakukan uji reseptor (estrogen receptor/ER positif atau
progesteron receptor/PR positif) dan dipertimbangkan status hormonal penderita (premenopause,
1-5 tahun menopause, dan pascamenopause). Setelah itu dapat ditentukan apakah terapi hormonal
akan diberikan secara additif atau ablatif. Terapi additif berupa pemberian obat-obatan
(antiestrogen, aromatase inhibitor, megestrol acetate dan androgen atau estrogen) dilakukan pada
pasien pascamenopause. Yang tergolong antiestrogen adalah tamoxifen citrate, toremifene, dan
raloxifene tapi raloxifene lebih banyak digunakan untuk pengobatan osteoporosis. Aromatase
inhibitor seperti anastrozole dan letrozole menghambat konversi androgen menjadi estrogen.
Terapi ablatif berupa ovarektomi bilateral, dilakukan bila tanpa pemeriksaan reseptor, pada wanita
premenopause dan wanita yang sudah 1-5 tahun menopause dengan ER (+) dan pada penyakit
yang bersifat slow growing dan intermediate growing. 2,3,6,7

5. Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau
HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus
dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan
terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan
trastuzumab.

b. Pilihan terapi berdasarkan stadium


Pada stadium I, II, dan III awal (stadium operabel) sifat pengobatan adalah kuratif dengan
pembedahan sebagai terapi primer, terapi lainnya hanya bersifat adjuvan. Semakin cepat dilakukan
pembedahan semakin tinggi kurasinya. Sedangkan untuk stadium III akhir dan IV sifat
pengobatannya adalah paliatif yaitu terutama untuk mengurangi penderitaan pasien dan
memperbaiki kualitas hidup.

1. Kanker payudara stadium 0


Dilakukan BCS atau mastektomi simpel. Terapi definitif pada T0 tergantung pada
pemeriksaan blok parafin, lokasinya didasarkan pada hasil pemeriksaan imaging.

2. Kanker payudara stadium dini/operabel


Dilakukan BCS (harus memenuhi syarat) atau mastektomi radikal modifikasi atau
mastektomi radikal dengan atau tanpa terapi adjuvan. Terapi adjuvan diberikan berdasarkan
ada atau tidaknya metastase ke kelenjar getah bening aksila, reseptor estrogen atau reseptor
progesteron, dan usia premenopause atau postmenopause atau usia tua.

Tabel 1. Terapi adjuvan pada node negative (KGB histopatologi negatif)

Status menopause Reseptor hormonal Risiko tinggi


Premenopause ER (+) / PR (+) Ke + Tam / Ov

ER (-) / PR (-) Ke

Postmenopause ER (+) / PR (+) Tam + Kemo

ER (-) / PR (-) Ke

Usia tua ER (+) / PR (+) Tam + Kemo

ER (-) / PR (-) Ke

Tabel 2. Terapi adjuvan pada node positive (KGB histopatologi positif)

Status menopause Reseptor hormonal Risiko tinggi

Premenopause ER (+) / PR (+) Ke + Tam / Ov

ER (-) / PR (-) Ke

Postmenopause ER (+) / PR (+) Ke + Tam

ER (-) dan / PR (-) Ke

Usia tua ER (+) / PR (+) Tam + Kemo

ER (-) dan PR (-) Ke

3. Kanker payudara lokal lanjut/ locally advanced


a. Operable locally advanced
Mastektomi simpel/MRM + radiasi kuratif + kemoterapi adjuvant + terapi hormonal

b. Inoperable locally advanced


- Radiasi kuratif + kemoterapi + terapi hormonal
- Radiasi + operasi + kemoterapi + terapi hormonal
- Kemoterapi neoadjuvan + operasi + kemoterapi + radiasi + hormonal terapi
4. Kanker payudara lanjut metastase jauh
Terapi primer pada stadium IV adalah terapi sistemik yaitu terapi hormonal dan
kemoterapi. Terapi lokoregional seperti radiasi dan pembedahan hanya dilakukan bila perlu.
Radiasi kadang diperlukan untuk paliasi pada daerah-daerah tulang weight bearing yang
mengandung metastase atau pada tumor bed yang berdarah, difus, dan berbau yang
mengganggu sekitarnya. 2

Prognosis Kanker Payudara

Prognosis kanker payudara dapat ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu 6:

a. Stadium klinik
Tabel 3. Prognosis kanker payudara berdasarkan stadium klinik

Stadium Klinik 5 tahun (%) 10 tahun (%)

0 > 90 90

I 80 65

II 60 45

IIIA 50 40

IIIB 35 20

IV 10 5

b. Keterlibatan histologik KGB aksila


Tabel 4. Prognosis kanker payudara berdasarkan keterlibatan histologik KGB aksila

KGB aksila 5 tahun (%) 10 tahun (%)

Tidak ada 80 65

1-3 KGB 65 40

> 3 KGB 30 15

c. Ukuran tumor
Tabel 5. Prognosis kanker payudara berdasarkan ukuran tumor

Ukuran tumor (cm) 10 tahun (%)

<1 80

3-4 55

5-7,5 45
d. Histologi
Kanker yang poor differentiated, metaplasia dan grade tinggi mempunyai prognosis yang
lebih buruk dibandingkan kanker yang well differentiated.

e. Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai waktu survival yang lebih lama
dibandingkan pasien dengan kanker yang bersifat ER negatif.

Screening dan Deteksi Awal Kanker Payudara

Kanker payudara tergolong dalam keganasan yang dapat didiagnosis secara dini. American
Cancer Society (ACS) merekomendasikan usaha untuk melakukan diagnosis dini yaitu dengan 2:

a. Periksa payudara sendiri (SADARI) atau breast-self examination


Penelitian menunjukkan 85% dari kasus kanker payudara diketahui atau ditemukan lebih
dulu oleh penderita. Oleh karena itu penting bagi wanita untuk mengetahui cara memeriksa
payudara yang benar agar bila ada suatu kelainan dapat diketahui segera. SADARI sebaiknya
mulai biasa dilakukan pada usia sekitar 20 tahun, minimal sekali sebulan. SADARI dilakukan 3
hari setelah haid berhenti atau 7 hingga 10 hari dari hari pertama menstruasi terakhir. Untuk
wanita yang sudah menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama setiap bulan

b. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau clinical breast examination


Pemeriksaan oleh dokter secara lege artis sebaiknya dilakukan setiap 3 tahun untuk wanita
berusia 20-40 tahun dan setiap tahun untuk wanita berusia lebih dari 40 tahun.

c. Mammografi
Wanita berusia 35-39 tahun sebaiknya melakukan satu kali baseline mammography. Wanita
berusia 40-49 tahn sebaiknya melakukan mammografi setiap 2 tahun dan wanita berusia lebih dari
50 tahun sebaiknya melakukan mammografi setiap tahun.

Kesimpulan
Carcinoma mammae atau kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar
payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh infiltratif,
destruktif, serta dapat bermetastase. Gen yang paling berpengaruh disebut dengan BRCA-1 (pada
lokus 17q21), yang lainnya adalah gen p53 (pada lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang
terletak pada kromosom 13. Penegakkan diagnosis ca mamae dilakukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Benjolan kanker payudara cenderung soliter,
unilateral, padat, keras, ireguler, tidak dapat digerakkan (nonmobile), cepat membesar dan tidak nyeri.
Terdapat cairan yang keluar secara spontan dari puting susu (nipple discharge). Beberapa pemeriksaan
penunjang dapat dianjurkan, dengan pemeriksaan histopatologi sebagai alat diagnosis pasti dari ca
mamae. Berbagai stadium ca mamae juga dapat ditentukan untuk menentukan terapi serta prognosis
penyakit. Terapi yang dapat dianjurkan adalah mastektomi, radiasi, kemoterapi, hormonal, dan
imunologik. Deteksi awal ca mamae dapat dilakukan antara lain dengan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI), pemeriksaan kesehatan, serta mamografi.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Breast cancer : Prevention and Control .2009. Available from :
www.who.int.
2. Ramli, Muchlis. Kanker Payudara. Soelarto Reksoprodjo dkk (editor). Kumpulan Kuliah Ilmu
Bedah. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1995. Hlm: 342-364.
3. Albar, Zafiral Azdi dkk (editor). Protokol PERABOI 2003. PERABOI. Jakarta. Edisi Pertama.
2004. Hlm: 2-15.
4. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara dengan Adanya
Metastase pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. 2003. Available from: http://www.usu.ac.id.
5. De Jong, Wim . Buku Ajar Ilmu Bedah . EGC. Jakarta. Edisi Pertama . 2005 . Hlm : 387-402.
6. Manuaba, Tjakra W. Payudara. R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (editor). Buku Ajar Ilmu
Bedah. Edisi Kedua. EGC. 2004. Hlm: 387-402.
7. Haskell, Charles M. and Dennis A. Casciato. Breast Cancer. Dennis A. Casciato and Berry B.
Lowitz (editors). Manual on Clinical Oncology. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia.
2000. Page: 11.
8. Souhami, Robert L. Et al (editors). Oxford Textbook of Oncology. 2nd Ed. Oxford Press. Page:
110-116

Anda mungkin juga menyukai