Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang
biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbhan pada masa remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-
anak. Kanker tulang (osteosarkoma) lebih sering menyerang kelompok usia 15-25
tahun ( pada usia pertumbuhan). Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15
tahun. Angka kejadian pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama,
tetepi pada akhir masa remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak
laki-laki.
Osteosarkoma cendrung tumbuh pada bagian ujung tulang panjang,
terutama lutut, seperti pada tulang paha ( ujung bawah), tulang lengan atas (ujung
atas) dan tulang kering (ujung atas).
Ujung tulang- tulang tersebut merupakan daerah dimana terjadi perubahan
dan kesepatan pertumbuhan terbesar. meskipun demikian, osteosarkoma juga bisa
tumbuh dibagian tulang lainya. Sampai sekarang penyebab pasti belum diketahui

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
osteosarkoma

2. Tujuan khusus
a) Mampu memahami defenisi osteosarkoma
b) Mampu memahami etiologi osteosarkoma
c) Mampu memahami manifestasi klinis osteosarkoma
d) Mampu memahami klasifikasi osteosarkoma
e) Mampu memahami patofisiologis osteosarkoma
f) Mampu memahami penatalaksanaan osteosarkoma

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang
biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbhan pada masa remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-
anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian
pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetepi pada akhir masa
remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki, (Saferi Wijaya,
Meriza Putri 2013).

B. Etiologi
Penyebab yang pasti tidak diketahui . bukti- bukti mendukung bahwa
osteosarkoma merupakan penyakit yang diturunkan. Untuk kanker tulang
sekunder merupakan metastase dari kanker primer diorgan lain, misalnya pada
payudara paru, prostat, ginjal dan lain-lain.
Penyebaab kanker tulang memang tidak diketahui secara pasti. Namun
dari beberapa bukti yang ada tampaknya kemungkinan bahwa penyakit ini
diturunkan besar sekali. Setiap tubuh manusia mengandung sel kanke, agar sel
kanker tidak mengganas, gaya hidup perlu dijaga.
Penyebab kanker merupakan gabungan faktor genetik, kimia, virus, dan
radiasi. Orang tua penting menciptakan lingkungan yang aman bagi anak sejak
dalam kandungan dan menjaga gaya hidup sesudah dilahirkan.
Gaya hidup sehat antara lain, menciptakan lingkungan bebas asap rokok,
banyak makan sayur dan buah, menjaga berat badan, serta aktif berolah raga. Ster
juga bisa memicu perkembangan sel kanker dan mengurangi efektifitas obat
kanker, (Saferi Wijaya, Meriza Putri 2013).

2
C. Manifestasi Klinis
Pasien dengan tumor tulang datang dengan masalah yang berhubungan
dengan tumor tulang yang sangat bervariasi. Dapat tanpa gejala atau dapat juga
nyeri (ringan dan kadang-kadang sampai konstan dan berat). Kecacatan yang
berfariasi, dan pada suatu saat adanya pertumbuhan tulang yang jelas. Kehilangan
berat badan, malise, demam dapat terjadi. Tumor kadang baru terdiagnosis saat
terjadinya patah tulang patologik. Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat
berkembang lambat atau cepat. Deficit neurologik (misalnya : nyeri progresif,
kelemahan terjadinya patah tulang patologik).
Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat berkembang lambat atau cepat.
Defisit neurologik ( misalnya : nyeri progresif, kelemahan, parestesia, paraplegia,
retensia urine)., parestesia, paraplegia, retensia urine). Harus diidentifikasi awal
dan ditangani dengan laminektomi dekompresi untuk mencegah cedera korda
spinalis permanent.
a) Mieloma multipe. Gejala yang paling sering timbul adalah nyeri tulang,
dan lokasi nyeri sering kali pada tulang iga dan tulang belakang. Dapat
teraba lesi tulan, terutama pada tulang tengkorak dan klavikula. Lesi pada
tulang punggung dapat menyebabkan vertebra kolaps dan kadang-kadang
menjepit syaraf spinal. Konsekuensi klinis dari sel plasma abnormal
mencakup kerusakan tulang dan penggantian unsur sum-sum tulang
normal, menyebabkan anemia, trombositopenia, leukopenia; perubahan
fungsi imun dengan resiko mendapat infeksi tinggi, manifestasi
pendarahan, hiperkalsemia, dan lain-lain.
b) Osteosarkoma. Gejala yang paling sering ditemukan dengan nyeri. Sejalan
dengan pertumbuhan tumor, juga bisa terjadi pembengkakan dan
pergerakan yang terbatas. Tumor ditungkai menyebabkan penderita
berjalan timpang, sedangkan tumor di lengan menimbulkan nyeri ketika
lengan dipakai untuk mengangkat sesuatu benda. Pembengkakan pada
tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah. Tanda awal dari
penyakit ini bisa merupakan patah tulang ditempat tumbuhnya tumor
disebut fraktur patologis dan seringkali terjadi setelah suatu gerakan rutin.

3
c) Fibrosarkoma & histiosarkoma fibrosa maligna. Fibrosarkoma dan
histiosarkoma fibrosa maligna mirip dengan osteosarkoma dalam bentuk,
lokasi dan gejala-gejalanya.
d) Kondrasarkoma. Gejala yang paling sering adalah massa tanpa nyeri yang
berlangsung lama. Contoh, lesi perifer sering kali tidak menimbulkan
gejala- gejala tertentu untuk jangka waktu yang lamaan hanya berupa
pembesaran perupa pembesaran yang dapat diraba dan hampir tidak
menimbulkan gangguan. Tetapi mungkin akan disusul dengan suatu
pertumbuhan yang cepat dan agresif.
e) Tumor ewing. Tanda dan gejala yang paling khas adalah nyeri, benjolan
nyeri tekan, demam (38-40 C) dan leukositosis (20.000 samapai 40.000
leukosit /mm3.
f) Limfoma tulang maligna. Biasanya tumor ini menimbulkan nyeri dan
pembengkakan, dan tulang yang rusak lebih mudah patah, (Saferi Wijaya,
Meriza Putri 2013).

D. Klasifikasi
Terdapat 2 macam kanker tulang
1. Kanker tulang metastatik atau kanker tulang sekunder
Merupakan kanker dari organ lain yang menyebar ke tulang, jadi
kankernya bukan berasal dari tulang. Contohnya kanker paru yang menyebar ke
tulang, dimana sel-sel kankernya menyerupai sel paru dan bukan merupakan sel
tulang
2. Kanker tulang primer
Merupakan kanker yang berasla dari tulang. Yang termasuk kedalam
kanker tulang primer adalah mieloma multipel, osteosarkoma, fibrosarkoma dan
histiositoma fibrosa maligna, kondrosarkoma, tumor ewing, limfoma tulang
maligna

4
E. Patofisiologi

F. Penatalaksanaan
Pengobatan seringkali merupakan kombinasi dari:
a) Kemoterapi (siklofosfamid, vinkristin, daktinomisin, daktinomisin,
doksorubisin, ifosfamid, eposid). Kemoterapi; harapannya adalah kombinasi
kemoterapi mempunyai efek yang lebih tinngi dengan tingkat toksisitas yang
rendah sambil menurunkan kemungkinan resistensi terhadap obat
b) Terapi penyinaran tumor. Radiasi apabila tumor bersifat radio sensitive dan
kemoterapi (preoperative, pasca operative dan ajuran untuk mencegah
mikrometastasis). Sasaran utama dapat dilakukan dengan sksisi luas dengan
teknik grafting restorative. Ketahanan dan kualitas hidup merupakan
pertimbangan penting pada prosedur yang mengupayakan mempertahankan
ekstermitas yang sakit.

5
c) Terapi pembedahan untuk mengangkat tumor. Sasaran penatalaksanaan adalah
menghancurkan atau pengangkatan tumor. Ini dapat dilakukan dengan bedah(
berkisar dari eksisi local sampai amputasi dan disartikulasi). Pengangkatan tumor
secara bedah sering memerlukan amputasi ekstremitas yang sakit, dengan tinggi
amputasi diatas tumor agar dapat mengontrol local lesi primer. Prognosis
tergantung kepada lokasi dan penyebaran tumor.
a) Penanganan kanker tulang metastasis adalah peliatif dan sasaran
teraupetiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidak nyamanan pasien
sebanyak mungkin. Terapi tambahan disesuaikan dengan metode yang
diganakan untuk menangani kanker asal fiksasi interna fraktur patologik
dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul.
b) Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan salin normal intravena, diuretika, mobilisasi dan obat-
obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin, atau kartikosteroid.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis didasrkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang
diagnosis seperti CT, bopsi, dan pemeriksaan biokimia darah dan urine.
Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow- up
adanya statis pada paru-paru. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis
dari payudara, paru, dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot,
keletihan, anoreksia, mual, muntah, poliuria, kejang, koma. Hiperkalsemia harus
diidentifikasi dan ditangani segera. Biopsi bedang dilakukan untuk identifikasi
histologik. Biopsi harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyebaran dan
kekambuhan yang terjadi setelah eksisi tumor.

H. Komplikasi
Risiko- risiko utama yang berhubungan dengan operasi termasuk infeksi,
kekambuhan dari kanker, dan luka pada jaringan- jaringan yang mengelilinginya.
Dalam rangka untuk mengakat seluruh kanker dan mengurangi risiko
kekambuhan, beberapa jaringan normal yang mengelilinginya harus juga
diangkat. Tergantung pada lokasi dari kanker, ini mungkin memerlukan

6
pengangkatan dari porsi-porsi dari tulang , otot, syaraf- syaraf, atau pembuluh-
pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan kelemahan, kehilangan sensasi , dan
risiko dari patah tulang atau patah tulang dari tulang yang tersisa.

a) Efek proses kemoterapi.


Kemoterapi menggunakan obat-obat yang sangat kuat untuk
mencoba membunuh sel-sel kanker. Tetapi sebagai akibatnya beberapa
sel-sel normal juga terbunuh dalam prosesnya. Obat- obat dirancang untuk
membunuh sel-sel yang membelah atau tumbuh secara cepat. Sel-sel
normal yang terpengaruh seringkali termasuk rambut, sel-sel sampingan
termasuk mual dan muntah, kehilangan rambut, infeksi, dan kelelahan.
Untungnya efek-efek sampingan ini biasanya hilang setelah kemoterapi
selesai. Nutrisi yang baik adalah penting untuk tubuh untuk melawan
kanker. Mungkin dirujuk pada ahli nutrisi untuk membantu dengan ini,
terutama jika mengalami mual dan kehilangan nafsu makan.
Efek-efek sampingan utama dari terapi radiasi termasuk kelelehan,
kehilangan nafsu makan, dan kerusakan pada kulit dan jaringan-jaringan
lunak sekelilingnya. Terapi operasi pada area yang sama

b) Kecacatan. Apabila dilakukan proses pengangkatan kanker melalui


penghilangan organ, maka kecacatan pasien tidak akan bisa dihindari.
Kanker tulang bisanya juga dapat menimbulkan patah tulang yang disebut
fraktur patologis.

c) Kematian. Fakta yang penyebab kematiaan akibat kanker:


1. Kesulitan diagnosis oleh dokter patologi tulang, minimnya peralatan
diagnosis yag tersedia dan sulitnya mendeteksi sel-sel kanker yang diderita
pasien apakah tergoong jinak atau ganas.
2. Umumnya pasien datang ketika penyakit sudah berada pada stadium akhir.
Pengobatanya akan menjadi sulit, dan angka harapan hidup semakin kecil.
3. Masalah sosial ekonomi. Penyakit kanker memang tergolong masih sulit
diobati, belum lagi biaya pengobatan sangat mahal. Masalahnya biaya

7
sering menjadi alasan pasien untuk tidak berobat. Bahkan, banyak pasien
yang menolak diopersi karena tidak memiliki biaya.
4. Pengobatan dengan kemoterapi memiliki efek samping yang menyakitkan,
sehingga membuat pasien menyerah dan menghentikan terapi
5. Kurangnya pengetahuan tentang kanker dan pengobatanya, membuat
banyak orang memutuskan untuk memilih pengobatan alternatif yang
biayanya relatif lebih murah, meskipun kenyataaanyaiyu mahal
membahayakankehidupan pasien.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Kaji identitas klien
2. Kaji riwayat kesehatan

a) Keluhan utama. Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di


daerah kaki atau tangan yang mengalami pembengkakan, terjadi
pembengkakan biasanya di daerah tulang panjang.
b) Riwayat kesehatan dahulu. Untuk tumor metastatik dapat berupa
menderita tumor primer diorgan lain sebelumnya misalnya payudara,
prostate, paru dan ginjal.
c) Riwayat kesehatan sekarang. Biasanya pasien mengalami adanya masa /
pembengkakan pada tulang, demam, nyeri progresif, kelemahan,
parestesia, paraplegia, retensi urine, anemia, tumor tungkai menyebabkan
penderita berjalan timpang, sedangkan tumor dilengan meninbulkan nyeri
ketika lengan dipakai untuk mengangkat sesuatu benda. Pembengkakan
pada tumor mungkin teraba hangat dan agak memerah, patah
tulang(fraktur patologis), leukositosis, malaise, anoreksia, vomiting,
menderita penyakit infeksi tertentu( seperti flu, streptococcus aureus)
d) Riwayat kesehatan keluarga. Biasanya adanya keluarga ( keturunan
sebelumnya) yang menderita kanker tulang tumor lainnya.

3. Kaji tanda- tanda vital


Tekanan darah : biasanya lebih dari 130/90 mmHg
Nadi : biasanya lebih dari 80x/i
Pernafasan : biasanya lebih 24x/i
Suhu : biasanya normal 35,5- 37.

9
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri
2. Resiko terhadap cedera
3. Intoleransi aktifitas

C. Intervesi dan Evaluasi


No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri Pain level Pain managemen
Definisi : Pengalaman Pain kontrol a. Tentukan riwayat nyeri,
sensori dan emosional Compor level misal: lokasi nyeri,
yang tidak Kriteria hasil frekuensi, durasi, dan
menyenangkan yang  Mampu mengontrol intensita (skala 0-10), dan
muncul akibat kerusakan nyeri (tahu tindakan penghilangan yang
jaringan yang aktual atau penyebab nyeri, digunakan
potensial atau mampu b. Evaluasi/ sadari terapi
digambarkan dalam hal menggunakanteknik tertentu misal: radiasi,
kerusakan sedekimikian non-farmakologi pembedahan, kemoterapi,
rupa (international) untuk mengurangi bioterapi, ajarkan pasien
Association for the nyeri, mencari atau orang terdekat apa
studay of pain: awitan bantuan) yang diharapkan
yang tiba-tiba atau  Melaporkan bahwa c. Berikan tindakan
lambat dari intensits nyeri berkurang kenyamanan dasar, misal:
ringan hingga berat dengan resposisi, gosokan
dengan akhir yang dapat menggunakan punggung dan aktifitas
diantisipasi atau manajemen nyeri hiburan misal: musik dan
diprediksi > 6 bulan.  Mampu mengennali televisi
nyeri (skala d. Dorong penggunaan
intensitas, keterampilan manejemen
frekuensi, dan tanda nyeri(misal: teknik
nyeri) relaksasi, visualisasi,
 Menyatakan rasa bimbingan imajinasi),
nyaman setelah tertawa, musik dan
nyeri berkurang sentuhan teraupetik.
e. Evaluasi penghilangan
nyeri/kontrol nilai aturan
pengobatan bila perlu

2. Resiko terhadap cedera Risk kontrol Environment


Defenisi : berisiko Kriteria hasil management(manajemen
mengalami cedera  Klien terbebas dari lingkungan)
sebagai akibat kondisi cedera a. Sediakan lingkungan yang
lingkungan yang  Klien mampu aman untuk pasien
berinteraksi dengan menjelaskan cara/ b. Identifikasi kebutuhan

10
sumber adaftif dan metode untuk keamanan pasien, sesuai
sumber defensif individu. mencegah dengan kondisi fisik dan
injury/cedera fungsi kognitif pasien dan
 Klien mampu riwayat penyakit terdahulu
menjelaskan faktor pasien
risiko dari c. Menghindarkan
lingkungan/perilak lingkungan yang
u personal berbahaya (misalnya
 Mampu memindahkan perabotan)
memodifikasigaya d. Memasang side rali tempat
hidup untuk tidur
mencegah injuri e. Menyediakan tempat tidur
 Menggunakan yang nyaman dan bersih
fasilitas kesehatan f. Menempatkan saklar
yang ada lampu ditempat yang
 Mampu mengenali mudah dijangkau pasien
perubahan status g. Membatasi pengunjung
kesehatan h. Menganjurkan keluarga
untuk menemani pasien
i. Mengontrol lingkungan
dari kebisingan
j. Memindahkan barang-
barang yang dapat
membahayakan
k. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
menyebabkan penyakit.
3 Intoleransi aktifitas energy conservion a. Diskusikan dengan pasien/
Definisi: ketidakcukupan aktivity tolerance orang terdekat bagaimana
energi psikologis atau self care : ADLS diagnosis dan pengobatan
fisiologis untuk Kriteri hasil: yang mempengaruhi
melanjutkan atau  berpartisipasi kehidupan pribadi
menyelesaikan aktifitas dalam aktifitas pasien/rumah dan aktifitas
kehidupan sehari-hari fisik tanpa disertai kerja.
yang harus atau yang peningkatan b. Tinjau ulang efek samping
ingin dilakukan. tekanan darah, yang diantisipasi
nadi, dan RR berkenaan dengan
 mampu melakukan pengobatan tertentu,
aktifitas sehari-hari termasuk kemungkinan
(ADLS) secara efek aktifitas seksual dan
mandiri rasa ketertarikan /
 tanda-tanda vitas keinginan misal alopesia,
normal energy kecatatan bedah, beri tau

11
psikomotor pasien bahwa tidak semua
 level kelemahan efek samping terjadi.
 mampu perpindah: c. Dorong diskusi tentang/
dengan atau tanpa pecahkan masalah
bantuan alat tentang efek kanker /
 status pengobatan pada peran
kardiopulmunari sebagai ibu rumah tangga,
adekuat orang tua, dan sebagainya.
 sirkulasi status d. Akui kesulitan pasien
baik yang mungkin dialami.
 status respirasi: Berikan informasi bahwa
pertukaran gas dan konseling sering perlu dan
ventilasi adekuat penting dalam proses
adaptif.
e. Evaluasi struktur
pendukung yang ada dan
digunakan oleh pasien /
orang terdekat.
f. Berikan dukungan emosi
untuk pasien / orang
terdekat selama tes
diagnostik dan fase
pengobatan
g. Gunakan sentuhan selama
interksi, bila diterima pada
pasien dan dapat
mempertahankan kontak
mata.

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteosarkoma (sarkoma osteogenik) adalah tumor tulang ganas, yang
biasanya berhubungan dengan periode kecepatan pertumbhan pada masa remaja.
Osteosarkoma merupakan tumor ganas yang paling sering ditemukan pada anak-
anak. Rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada umur 15 tahun. Angka kejadian
pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, tetepi pada akhir masa
remaja penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
Penyebab yang pasti tidak diketahui . bukti- bukti mendukung bahwa
osteosarkoma merupakan penyakit yang diturunkan. Untuk kanker tulang
sekunder merupakan metastase dari kanker primer diorgan lain, misalnya pada
payudara paru, prostat, ginjal dan lain-lain.
Pasien dengan tumor tulang datang dengan masalah yang berhubungan
dengan tumor tulang yang sangat bervariasi. Dapat tanpa gejala atau dapat juga
nyeri ( ringan dan kadang-kadang sampai konstan dan berat). Kecacatan yang
berfariasi, dan pada suatu saat adanya pertumbuhan tulang yang jelas. Kehilangan
berat badan, malise, demam dapat terjadi. Tumor kadang baru terdiagnosis saat
terjadinya patah tulang patologik. Bila terjadi kompresi korda spinalis, dapat
berkembang lambat atau cepat. Deficit neurologik (misalnya : nyeri progresif,
kelemahanerjadinya patah tulang patologik. Bila terjadi kompresi korda spinalis,
dapat berkembang lambat atau cepat. Deficit neurologik (misalnya : nyeri
progresif, kelemahan, parestesia, paraplegia, retensia urine), parestesia,
paraplegia, retensia urine). Harus diidentifikasi awal dan ditangani dengan
laminektomi dekompresi untuk mencegah cedera korda spinalis permanen.

13
B. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat memahami dan mempelajari
dari isi makalah ini agar berguna untuk mengaplikasikan dalam memberikan
pelayanan kepada klien. Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan, penulis berharap bagi pembacanya untik mengkritik guna
untuk menyempurnakan makalah ini

14
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya Andra Saferi, Putri Yessie Mariza, 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2
(Keperawatan Dewasa). Yokyakarta: Nuha Medika.

Wilkinson Judith M, 2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi,2013. Panduan penyusunan asuhan


keperawatan profesional. Jakarta: EGC.

Pearce. C Evelyn, 2009. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta:


Gramedia.

15

Anda mungkin juga menyukai