Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dunia kedokteran saat ini sangat maju dengan pesat terutama dengan
pekembangan dan aplikasi komputer bidang kedokteran sehingga ilmu radiologi
turut berkembang pesat mulai dari pencitraan organ sampai ke pencitraan selular
atau molekular. Di Indonesia perkembangan kedokteran terutama dalam bidang
radiologi masih banyak dilakukan serta perlu dukungan pemerintah.
Pemeriksaan radiografi polos dalam kasus kedaruratan di negara maju
perannya sudah semakin sempit dan diganti dengan teknologi CT scan serta
perangkat digital lainnya termasuk USG dan MRI meskipun demikian, alat
tersebut masih tetap dipakai karena murah, mudah dan cepat untuk kasus tertentu.
Di Indonesia dengan pengembangan program pemerintah pusat dan daerah sudah
banyak penempatan alat radiologi dasar di puskesmas besar sehingga dapat
membantu dokter yang bertugas dan tidak perlu merujuk ke kota atau RS besar
hanya untuk diagnosis penyakit tertentu.
Sinar-x pertama kali ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang ahli
fisika berkebangsaan Jerman melalui percobaan sinar katoda pada tanggal 8
November 1895. Sinar-x sangat berguna bagi pelayanan kesehatan. Seiring
berjalannya waktu, pelayanan kesehatan pun semakin meningkat pula. Hal ini
ditandai dengan meningkatnya sarana penunjang untuk menegakan diagnosa
terutama dibidang radiologi.
Istilah gawat abdomen menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di
rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan
utama. Keadan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa
tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau perdarahan massif di
rongga perut maupun saluran cerna.
Cara-cara pemeriksaan traktus urinarius dapat dilakukan dengan berbagai
cara, yaitu: foto polos abdomen, pielografi intravena, urografi retrograd,
aortografi translumbal, angiografi renal, tomografi, sistografi, penumografi

1
ekstraperitoneal, ultrasonografi, computed tomography (CT-Scan) dan nuclear
magnetic resonance (NMR).
Setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto
polos abdomen. Yang harus diperhatikan pada foto ini adalah bayangan, besar
(ukuran), dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan
tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Harus diperhatikan batas
muskuli Psoas kanan dan kiri. Batu radioopak di daerah ureter dan buli-buli. Hal
tersebut menyebabkan begitu pentingnya foto polos abdomen terutama pada kasus
kegawatdaruratan yang dimana akan sering ditemui oleh dokter yang bekerja pada
lini terdepan Unit Gawat Darurat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah definisi foto polos abdomen?
2. Bagaimana prinsip pemeriksaan foto polos abdomen?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dilakukan foto polos abdomen?
4. Apa saja macam-macam pemeriksaan foto polos abdomen?
5. Bagaimana teknik pemeriksaan foto polos abdomen?
6. Bagaimana prosedur pemeriksaan foto polos abdomen?
7. Bagaimana anatomi radiografi pada foto polos abdomen?
8. Bagaimana cara mengitepretasi fotopolos abdomen?
9. Apa saja gambaran patologis pada foto polos abdomen?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui definisi foto polos abdomen.
2. Mengetahui prinsip pemeriksaan foto polos abdomen.
3. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dilakukan foto polos abdomen.
4. Mengetahui macam-macam pemeriksaan foto polos abdomen.
5. Mengetahui teknik pemeriksaan foto polos abdomen.
6. Mengetahui prosedur pemeriksaan foto polos abdomen.
7. Mengetahui anatomi radiografi pada foto polos abdomen.
8. Mengetahui cara mengitepretasi fotopolos abdomen.
9. Mengetahui gambaran patologis pada foto polos abdomen.

2
1.4. Manfaat
1. Memperluas wawasan mengenai peran dilakukannya pemeriksaan foto
polos abdomen sebagai salah satu sarana pemeriksaan penunjang untuk
mendiagnosis adanya suatu penyakit terutama di regio abdomen.
2. Membantu mengintepretasi adanya suatu kelainan pada foto polos
abdomen.

Anda mungkin juga menyukai