A. Pendahuluan
Di kalangan sejarahwan terdapat perbedaan tentang saat dimulainya sejarah islam. Secara umum,
perbedaan pendapat tersebut dapat dibedakan menjadi dua, pertama, sebagian sejarawan berpendapat
bahwa sejarah islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW. Diangkat menjadu Rasul. Oleh karena itu,
pendapat ini, selama 13 tahun Nabi Muhammad SAW. Tinggal di mekkah telah lahir masyarakat muslim
meskipun belum berdaulat.
Kedua, sebagai sejarawanberpendapat bahwa sejarah umat Islam dilulai sejak Nabi Muhammad SAW,
hijrah ke madinah karena masyarakat muslim baru berdaulat ketika Nabi Muhammad SAW. Tinggal di
Medinah. Nabi Muhammad SAW, tidak hanya sebagai Rasul, tetapi juga merangkap sebagai pemimpin
atau kepada negara berdasarakan konstitusi yang disebut Piagam Madinah.
Di samping perbedaan mengenai awal sejarah umat Islam, sejarwan juga berbeda dalam menentukan
fase-fase atau periodisasi sejarah Islam. Paling tidak, ada dua periodesasi sejarah Islam yang
dikemukakan ulama Indonesia, yaitu A., Hasymy dan Harun Nasution. Menurut A. Hasymy (1978:58),
periodisasi sejarah Islam adalah sebagai berikut:
1. Permulaan Islam (610 – 661 M);
2. Daulah Ammawiyah (661 – 750 M);
3. Daulah Abbasiyah I (750 – 847 M);
4. Daulah Abbasiyah II (847 – 946 M);
5. Daulah Abbasiyah III (946 – 1075 M);
6. Daulah Mughal (1261 – 1520 M);
7. Daulah Utsmaniyah (1520 – 1801 M);
8. Kebangkitan (1801 – sekarang).
Harun Nasution (1975:13 – 14) dan Nourouzaman Shidiqi (1986:12) membagi sejarah Islam menjadi tiga
periode, yaitu:
1. Periode Klasik (650 – 1250 M);
2. Periode Pertengahan (1250 – 1800 M);
3. Periode Modern (1800 – sekarang).
Untuk kepentingan analisis, periodisasi sejarah Islam yang akan digunakan adalah periodisasi yang
disepakati oleh para pakar Islam pada umumnya, yaitu sejarah Islam pada periode klasik, pertengahan
dan modern.
A. Pengertian Kebudayaan
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata buddayah. Katabuddayah berasal dari
kata budhi atau akal. Manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa
dan kehendak (karsa). Hasil ketiga potensi budaya itulah yangdisebut kebudayaan. Dengan kata
lain kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsamanusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya
ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas
keistimewaannya sendiri. ”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam”
di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut
membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja
untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J.
Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk
pendapat itu adalah Cultural-Determinism