DAERAH
Januari 29, 2017 BKDKPHBidang Aset
Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik Daerah yang ditandai dengan
dikeluarkannya PP Nomor 27 Tahun 2014 yang merupakan peraturan turunan UU Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara, telah memunculkan optimisme baru best practices dalam
penataan dan pengelolaan aset negara/daerah yang lebih tertib, akuntabel, dan transparan
kedepannya. Pengelolaan aset negara/daerah yang professional dan modern dengan
mengedepankan good governance di satu sisi diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan
pengelolaan keuangan negara dari masyarakat / stake-holder.
Pengelolaan aset negara dalam pengertian yang dimaksud dalam PP Nomor 27 tahu 2014 adalah
tidak sekedar administratif semata, tetapi lebih maju berfikir dalam menangani aset negara,
dengan bagaimana meningkatkan efisiensi, efektifitas dan menciptakan nilai tambah dalam
mengelola aset.
Oleh karena itu, lingkup pengelolaan aset negara mencakup perencanaan kebutuhan dan
penganggaran; pengadaan; penggunaan; pemanfaatan; pengamanan dan pemeliharaan; penilaian;
penghapusan; pemindahtanganan; penatausahaan; pembinaan, pengawasan, dan pengendalian.
pada dasarnya terdapat ciri yang menonjol dari produk-produk hukum tersebut yaitu meletakkan
landasan hukum dalam bidang administrasi keuangan negara dan melakukan pemisahan secara
tegas antara pemegang kewenangan administratif dan pemegang kewenangan perbendaharaan.
Selain itu, sejalan dengan kebijakan nasional yaitu adanya otonomi daerah serta bergulirnya
perubahan struktur kabinet yang memunculkan penghapusan suatu kementerian di satu sisi dan
pendirian kementerian pada sisi yang lain membawa implikasi adanya mutasi barang milik negara.
RUANG LINGKUP
PENGGUNA BMN/D
Pengguna Barang Milik Daerah adalah Kepala satuan kerja perangkat daerah, yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk :
mengajukan rencana kebutuhan barang milik daerah bagi satuan kerja perangkat daerah
yang dipimpinnya;
mengajukan permohonan penetapan status untuk penguasaan dan penggunaan barang
milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang
sah;
melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam
penguasaannya;
menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya;
mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;
mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau
bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah
selain tanah dan bangunan;
menyerahkan tanah dan bangunan yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan
penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
yang dipimpinnya kepada gubernur/bupati/walikota melalui pengelola barang;
melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada
dalam penguasaannya;
menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Pengguna Semesteran (LBPS) dan
Laporan Barang Pengguna Tahunan (LBPT) yang berada dalam penguasaannya kepada
pengelola barang.
Perencanaan kebutuhan barang milik negara/daerah disusun dalam rencana kerja dan anggaran
kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah setelah memperhatikan ketersediaan
barang milik negara/daerah yang ada.
standar barang;
standar kebutuhan; dan
standar harga.
yang ditetapkan oleh pengelola barang setelah berkoordinasi dengan instansi atau dinas teknis
terkait.
Sewa;
– Untuk mengoptimalkan daya guna dan hasil guna barang milik negara
– Untuk sementara waktu belum dimanfaatkan oleh instansi pemerintah yang menguasainya.
Barang milik negara itu bisa disewakan kepada pihak lain yaitu BUMD, BUMN, koperasi atau
pihak swasta.
Hasil penyewaan merupakan penerimaan Negara dan seluruhnya harus disetor ke Kas Negara.
Pinjam Pakai;
Agar barang milik negara tersebut dapat dimanfaatkan secara ekonomis oleh instansi pemerintah
untuk kepentingan sosial, keagamaan.
Peminjaman barang milik negara hanya dapat dilaksanakan antar instansi pemerintah.
– Syarat-Syarat Peminjaman :
a. Barang tersebut sementara waktu belum dimanfaatkan oleh instansi yang memiliki.
d. Barang yang dipinjamkan harus merupakan barang yang tidak habis pakai.
f. Jangka waktu peminjaman paling lama 2 (dua) tahun dan apabila diperlukan dapat
diperpanjang kembali.
g. Kerjasama Pemanfaatan;
Bangun guna serah barang milik negara hanya dapat dilakukan dalam rangka menyediakan
fasilitas bangunan bagi instansi pemerintah yang memerlukan.
Bangun guna serah barang milik negara dapat dilakukan dengan BUMN/BUMD atau pihak
swasta
Bangun guna serah barang milik negara hanya dapat dilakukan berdasarkan persetujuan/
keputusan menteri Keuangan.
Untuk mendapatkan mitra dalam BOT dilakukan tender dengan mengikutsertakan sekurang-
kurangnya 5 peserta peminat, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.
PENGHAPUSAN BARANG BERGERAK MILIK NEGARA
1. Pertimbangan teknis karena secara fisik barang tidak dapat digunakan lagi karena rusak,
2. kadaluarsa, aus, susut, dll
3. Karena hilang.
4. Karena pertimabangan ekonomis, seperti jumlahnya berlebih, lebih menguntungkan bila
dihapus karena biaya perawatannya yang mahal, atau mati bagi tanaman atau hewan
ternak.
1. Rusak berat, terkena bencana alam/force majeure, tidak dapat dimanfaatkan secara
maksimal (idle).
2. Terkena planologi kota.
3. Kebutuhan organisasi karena perkembangan tugas.
4. Penyatuan organisasi dalam rangka efisiensi dan memudahkan koordinasi
5. Pertimbangan dalam rangka pelaksanaan rencana strategis Hankam.
PROSEDUR PENGHAPUSAN
CARA PENGHAPUSAN
1. Penjualan
Penjualan barang milik negara harus dilakukan dengan pelelangan umum melalui Kantor Lelang
Negara. Penjualan barang milik negara dilakukan setelah memenuhi syarat:
2. Hibah/disumbangkan
Hibah dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial, keagamaan serta kemanusiaan.
3. Penyertaan Modal
Penyertaan barang milik negara sebagai penyertaan modal pemerintah hanya diperuntukkan bagi
BUMN/BUMD. Apabila penyertaan tersebut diperuntukkan bagi BUMD, maka BUMD tersebut
harus sudah berbentuk PT. Sebagai tambahan, khusus untuk pengelolaan Barang Milik Daerah
(BMD) telah dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Dimana Permendagri tersebut dikeluarkan
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 74 Ayat (3), PP Nomor 6 Tahun 2006 yang berbunyi :
“ Menteri Dalam Negeri menetapkan kebijakan teknis dan melakukan pembinaan pengelolaan
barang milik daerah sesuai dengan kebijakan sebagaimana ayat (1) “.
Menurut Ketentuan Pasal 2 Permendagri tersebut Pengelolaan BMD merupakan bagian dari
pengelolaan keuangan daerah yang dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan Barang Milik
Negara.