Substitute of Material 2003
Substitute of Material 2003
ABSTRAK
PT Dirgantara Indonesia merupakan industri yang bergerak dalam bidang produksi pesawat
terbang di Indonesia. Dalam produksi pesawat terbang, Salah satu pesawat yang menjadi objek penelitian
adalah pesawat CN 235. Dalam produksi pesawat, material paling penting yang digunakan untuk membuat
badan pesawat terbang adalah material aluminium. Material aluminium yang digunakan jenis aluminium
paduan yang digunakan, merupakan aluminium 7075,. Tetapi, dalam penelitian ini material aluminium 7075
yang berbentuk L tidak selalu tersedia karena susahnya dalam perizinan barang impor dan harus diganti
material aluminium lain yang memiliki sifat material yang sama dengan aluminium 7075 yaitu T651 yang
metodenya disebut substitute of material.Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data adalah studi
lapangan, observasi dengan memperhatikan laporan hasil uji tensile strength, wawancara dengan
pembimbing. Untuk keputusan akhir dari penelitian ini, material aluminium 7075 dapat diganti dengan T651
karena memiliki nilai tensile strength yang mendekati.
Kata kunci: CN 235, substitute of material , Aluminium 7075, Aluminium T651, Tensile strength
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, maka seorang mahasiswa tidak hanya cukup dibekali dengan
teori-teori yang didapat dari bangku kuliah, tetapi juga harus ditunjang dengan praktek yang mendukung kepada
peningkatan sumber daya manusia tersebut. Menyadari hal tersebut maka sistem pendidikan yang diterapkan adalah link
and match, yaitu kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia industri. PT. Dirgantara Indonesia sebagai salah satu
perusahaan yang bergerak dalam industri penerbangan sangat mendukung program tersebut dengan menerima mahasiswa
yang akan kerja praktek di instasi tersebut. PT. Dirgantara Indonesia Bandung dipilih sebagai tempat praktek kerja
lapangan karena perusahaan ini merupakan salah satu industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di
Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini mempunyai peran penting dalam perancangan,pembuatan
maupun maintenance service pesawat terbang di Indonesia, sehingga merupakan tempat yang cocok untuk mendalami
ilmu tentang penerbangan.
PT. Dirgantara Indonesia sebagai salah satu perusahaan industri pesawat terbang dunia saat ini masih menjadi
industri pesawat terbang yang memiliki kapasitas produksi terbesar di Asia Tenggara. Sebagai sebuah industri pesawat
terbang yang besar PT Dirgantara Indonesia menggunakan perangkat-perangkat keras maupun lunak untuk mendukung
proses produksi, perancangan, instalasi maupun pengetesan pesawat terbang yang akan menjadi kajian penulis dirangkum
dalam laporan kerja praktek ini. Sehingga merupakan sebuah tantangan bagi penulis untuk berusaha belajar dan mengkaji
apa yang ada di PT Dirgantara Indonesia serta ditambah dengan semakin gencarnya kebutuhan manusia era sekarang akan
sebuah teknologi tinggi dalam bidang transportasi industri penerbangan.
Setiap bagian dari rangka pesawat terbang tersusun sebagian besar dari material aluminium. Tetapi, jenis material
aluminium yang digunakan bukanlah material aluminium sembarangan, tetapi material aluminium ini harus memiliki
kekuatan atau strength dan ketahanan terhadap fatigue yang tinggi agar dapat memenuhi standar keamanan atau safety
factor yang dapat menjamin keselamatan passenger. Untuk jenis material aluminium yang digunakan, perusahaan
menggunakan jenis aluminium berkode amerika Aluminium 7075 yang diklaim merupakan salah satu jenis aluminium
yang kuat, tahan terhadap fatigue, maupun tahan terhadap korosi. Untuk material aluminium yang digunakan di PT
Dirgantara Indonesia ini cenderung menggunakan raw material aluminium 7075 dari proses extrusion yang berbentuk L
dikarenakan tidak perlu membuang serat daripada harus melalui proses machining.
Tetapi, dalam produksi pesawat, terkadang memiliki kendala diantaranya tidak tersedianya material aluminium 7075
yang merupakan material utama. Untuk itu, pihak dari PT Dirgantara Indonesia telah menerapkan metode yaitu substitute
of material atau penggantian material aluminium 7075 dengan material pengganti yaitu aluminium jenis T651 yang
berbentuk plate dengan proses rolling. Dengan diterapkan metode ini, diharapkan dapat mengantisipasi dalam
ketidaktersedian material aluminium 7075 di PT Dirgantara Indonesia.
Untuk menyatakan layak atau tidak layaknya suatu material substitusi, maka dapat dibuktikan dengan
membandingkan sifat materialnya dengan pengujian tensile strength. Setelah didapatkan nilai tensile strengthnya baru
dapat dikatakan material layak atau tidak.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam kasus yang terjadi di PT Dirgantara Indonesia tersebut, terdapat masalah yaitu ketidaktersediaan bahan
aluminium jenis 7075 pada bagian logistic sehingga harus diganti dengan material lain yang sejenis dan memiliki nilai
tensile strength yang mendekati tensile strength bahan aluminium utama. Material aluminium 7075 diganti dikarenakan
terjadi kendala pada perizinan import barang sehingga harus tertunda. Dalam kasus tersebut, pihak dari PT Dirgantara
Indonesia menyarankan menggunakan material aluminium T651 yang berbentuk plate yang harus dibentuk sesuai
dimensi dari raw material aluminium 7075 yaitu berbentuk L. Dikarenakan selama proses machining terdapat serat- serat
yang terbuang, maka setelah aluminium T651 dilakukan machining dilakukan proses pengujian tarik untuk mengetahui
apakah nilai dari tensile strength aluminium T651 mendekati tensile strength dari aluminium 7075 atau tidak.
2. Dasar Teori
Paduan aluminium 7075 adalah paduan aluminium, dengan seng sebagai elemen paduan utama. Material jenis ini
memilliki kekuatan atau strength yang tinggi dengan kekuatan yang sebanding dengan baja pada umumnya, dan memiliki
kekuatan kelelahan dan machinability rata-rata. Ini memiliki ketahanan yang lebih rendah terhadap korosi daripada
banyak paduan Al lainnya, namun memiliki ketahanan korosi yang jauh lebih baik daripada paduan 2000. Biaya yang
relatif tinggi membatasi pemakaiannya pada aplikasi dimana paduan yang lebih murah tidak sesuai. (On the Mechanical
Properties of Hybrid Aluminium 7075 Matrix Composite Material Reinforced with SiC and TiC Produced by Powder
Metallurgy Method, 23 January 2017. Pages :1)
Komposisi paduan aluminium 7075 kira-kira meliputi seng 5,6-6,1%, magnesium 2,1-2,5%, tembaga 1,2-1,6%,
dan kurang dari setengah persen silikon, besi, mangan, titanium, kromium, dan logam lainnya.
Seri 7000 seperti 7075 sering digunakan dalam aplikasi transportasi, termasuk kelautan, otomotif dan
penerbangan, karena rasio kekuatan-ke-kerapatannya yang tinggi. Kekuatan dan bobot ringan juga diinginkan di bidang
lain. Peralatan panjat tebing, komponen sepeda, inlineskating-frame dan hang glider airframes umumnya terbuat dari
paduan aluminium 7075. Model RC kelas hobi biasanya menggunakan 7075 dan 6061 untuk pelat chassis. 7075
digunakan dalam pembuatan senapan M16 untuk militer Amerika batang lacrosse,
Gambar 1. Drawing Requirement (PT Dirgantara Indonesia, 2017. doc. LN9496)
Keterangan gambar 1 :
Material LN9496 merupakan material berbentuk profile „L‟ yang dimaksud merupakan aluminium jenis 7075 ,
jadi LN9496 menunjukkan bentuk dari material tersebut. Dalam kasus ini tertulis LN9496-700. Dash 700 menunjukkan
detail ukuran dari profile berbentuk L tersebut
L-3710 merupakan jenis material Aluminium kode spanyol, yang equivalen dengan material Aluminium
7075(kode amerika).
* L-3710 = 7075
Keterangan gambar 2 :
- 7075 - T651 merupakan kode penggantian material ke T651
- T651 merupakan kondisi heat treatment material yang di bentuk dengan cara rolling
- QQ-A-250/12 merupakan spec material berbentuk plate
- x50x1220x3660mm merupakan ukuran tebal, lebar, panjang dari material tersebut
3.2 Bahan
Dalam penelitian ini, material yang di PT Dirgantara Indonesia yang saya tangani, memiliki kasus dimana
material aluminium 7075 dengan kode LN9496 harus diganti dengan aluminium tipe T651 dimana kedua material ini
memiliki jenis yang sama dan mechanical properties yang hampir sama. Tetapi, masalah yang timbul adalah pada
proses machinability nya yang berbeda yaitu pada aluminium kode 7075 memiliki jenis machinability dengan cara
ekstrusi, sedangkan aluminium dengan kode T651 memilliki jenis machinability dengan cara rolling sehingga
berbentuk plate. Komposisi paduan aluminium 7075 kira-kira meliputi seng 5,6-6,1%, magnesium 2,1-2,5%, tembaga
1,2-1,6%, dan kurang dari setengah persen silikon, besi, mangan, titanium, kromium, dan logam lainnya
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah apakah material yang dibentuk dengan cara rolling yang
berbentuk plate bisa memiliki tensile strength yang mendekati material aluminium primer setelah dilakukan
machining menjadi bentuk L.
2.3 Diagram Alir
Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan beragam macam metode dalam mengambil data dan
informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan. Diagram alir metodologi penelitian tertera pada gambar 1.
Gambar 3 Hasil tensile strength setelah uji tarik material aluminium T651 (PT Dirgantara Indonesia. 2017)
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa material substitusi aluminium T651 yang telah melalui proses
machining dan dibentuk sesuai geometri dan dimensi dari aluminium 7075 yaitu bentuk L, memiliki tensile strength
sebesar 77 ksi. Dengan tensile strength sebesar nilai tersebut, maka material aluminium T651 memiliki tensile strength
yang tidak berbeda jauh dengan tensile strength material aluminium 7075 yang memiliki tensile strength sebesar 83
ksi. Maka penggantian material tersebut masih dapat dilakukan atau acceptable.