Anda di halaman 1dari 8

PERTIMBANGAN SUBSTITUSI ALUMINIUM 7075 DENGAN T651

DI PT DIRGANTARA INDONESIA (PERSERO) BANDUNG


* Lufti Nurhartantoa, Yuriantoa
a
DepartemenTeknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah 50275, Indonesia
E-mail: luftinurhartanto7@gmail.com

ABSTRAK
PT Dirgantara Indonesia merupakan industri yang bergerak dalam bidang produksi pesawat
terbang di Indonesia. Dalam produksi pesawat terbang, Salah satu pesawat yang menjadi objek penelitian
adalah pesawat CN 235. Dalam produksi pesawat, material paling penting yang digunakan untuk membuat
badan pesawat terbang adalah material aluminium. Material aluminium yang digunakan jenis aluminium
paduan yang digunakan, merupakan aluminium 7075,. Tetapi, dalam penelitian ini material aluminium 7075
yang berbentuk L tidak selalu tersedia karena susahnya dalam perizinan barang impor dan harus diganti
material aluminium lain yang memiliki sifat material yang sama dengan aluminium 7075 yaitu T651 yang
metodenya disebut substitute of material.Metode yang dilakukan untuk mendapatkan data adalah studi
lapangan, observasi dengan memperhatikan laporan hasil uji tensile strength, wawancara dengan
pembimbing. Untuk keputusan akhir dari penelitian ini, material aluminium 7075 dapat diganti dengan T651
karena memiliki nilai tensile strength yang mendekati.

Kata kunci: CN 235, substitute of material , Aluminium 7075, Aluminium T651, Tensile strength

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, maka seorang mahasiswa tidak hanya cukup dibekali dengan
teori-teori yang didapat dari bangku kuliah, tetapi juga harus ditunjang dengan praktek yang mendukung kepada
peningkatan sumber daya manusia tersebut. Menyadari hal tersebut maka sistem pendidikan yang diterapkan adalah link
and match, yaitu kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia industri. PT. Dirgantara Indonesia sebagai salah satu
perusahaan yang bergerak dalam industri penerbangan sangat mendukung program tersebut dengan menerima mahasiswa
yang akan kerja praktek di instasi tersebut. PT. Dirgantara Indonesia Bandung dipilih sebagai tempat praktek kerja
lapangan karena perusahaan ini merupakan salah satu industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di
Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini mempunyai peran penting dalam perancangan,pembuatan
maupun maintenance service pesawat terbang di Indonesia, sehingga merupakan tempat yang cocok untuk mendalami
ilmu tentang penerbangan.
PT. Dirgantara Indonesia sebagai salah satu perusahaan industri pesawat terbang dunia saat ini masih menjadi
industri pesawat terbang yang memiliki kapasitas produksi terbesar di Asia Tenggara. Sebagai sebuah industri pesawat
terbang yang besar PT Dirgantara Indonesia menggunakan perangkat-perangkat keras maupun lunak untuk mendukung
proses produksi, perancangan, instalasi maupun pengetesan pesawat terbang yang akan menjadi kajian penulis dirangkum
dalam laporan kerja praktek ini. Sehingga merupakan sebuah tantangan bagi penulis untuk berusaha belajar dan mengkaji
apa yang ada di PT Dirgantara Indonesia serta ditambah dengan semakin gencarnya kebutuhan manusia era sekarang akan
sebuah teknologi tinggi dalam bidang transportasi industri penerbangan.
Setiap bagian dari rangka pesawat terbang tersusun sebagian besar dari material aluminium. Tetapi, jenis material
aluminium yang digunakan bukanlah material aluminium sembarangan, tetapi material aluminium ini harus memiliki
kekuatan atau strength dan ketahanan terhadap fatigue yang tinggi agar dapat memenuhi standar keamanan atau safety
factor yang dapat menjamin keselamatan passenger. Untuk jenis material aluminium yang digunakan, perusahaan
menggunakan jenis aluminium berkode amerika Aluminium 7075 yang diklaim merupakan salah satu jenis aluminium
yang kuat, tahan terhadap fatigue, maupun tahan terhadap korosi. Untuk material aluminium yang digunakan di PT
Dirgantara Indonesia ini cenderung menggunakan raw material aluminium 7075 dari proses extrusion yang berbentuk L
dikarenakan tidak perlu membuang serat daripada harus melalui proses machining.
Tetapi, dalam produksi pesawat, terkadang memiliki kendala diantaranya tidak tersedianya material aluminium 7075
yang merupakan material utama. Untuk itu, pihak dari PT Dirgantara Indonesia telah menerapkan metode yaitu substitute
of material atau penggantian material aluminium 7075 dengan material pengganti yaitu aluminium jenis T651 yang
berbentuk plate dengan proses rolling. Dengan diterapkan metode ini, diharapkan dapat mengantisipasi dalam
ketidaktersedian material aluminium 7075 di PT Dirgantara Indonesia.
Untuk menyatakan layak atau tidak layaknya suatu material substitusi, maka dapat dibuktikan dengan
membandingkan sifat materialnya dengan pengujian tensile strength. Setelah didapatkan nilai tensile strengthnya baru
dapat dikatakan material layak atau tidak.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam kasus yang terjadi di PT Dirgantara Indonesia tersebut, terdapat masalah yaitu ketidaktersediaan bahan
aluminium jenis 7075 pada bagian logistic sehingga harus diganti dengan material lain yang sejenis dan memiliki nilai
tensile strength yang mendekati tensile strength bahan aluminium utama. Material aluminium 7075 diganti dikarenakan
terjadi kendala pada perizinan import barang sehingga harus tertunda. Dalam kasus tersebut, pihak dari PT Dirgantara
Indonesia menyarankan menggunakan material aluminium T651 yang berbentuk plate yang harus dibentuk sesuai
dimensi dari raw material aluminium 7075 yaitu berbentuk L. Dikarenakan selama proses machining terdapat serat- serat
yang terbuang, maka setelah aluminium T651 dilakukan machining dilakukan proses pengujian tarik untuk mengetahui
apakah nilai dari tensile strength aluminium T651 mendekati tensile strength dari aluminium 7075 atau tidak.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam kasus ini antara lain sebagai berikut : Apakah material pengganti berupa aluminium
T651 layak untuk menggantikan material aluminium 7075 tersebut?

1.4` Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari laporan kerja praktek industri ini yaitu:
1. Membandingkan kekuatan material aluminium 7075 dan aluminium tipe T651
2. Memutuskan kelayakan penggantian material aluminium 7075 ke aluminium T651

1.5 Manfaat Penelitian


Sedangkan manfaat yang diharapkan dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menentukan selisih tensile strength material aluminium T651 dan aluminium 7075
2. Dapat dijadikan alternatif pengganti material aluminium 7075 jika material aluminium T651 layak menggantikan
aluminium 7075.

2. Dasar Teori
Paduan aluminium 7075 adalah paduan aluminium, dengan seng sebagai elemen paduan utama. Material jenis ini
memilliki kekuatan atau strength yang tinggi dengan kekuatan yang sebanding dengan baja pada umumnya, dan memiliki
kekuatan kelelahan dan machinability rata-rata. Ini memiliki ketahanan yang lebih rendah terhadap korosi daripada
banyak paduan Al lainnya, namun memiliki ketahanan korosi yang jauh lebih baik daripada paduan 2000. Biaya yang
relatif tinggi membatasi pemakaiannya pada aplikasi dimana paduan yang lebih murah tidak sesuai. (On the Mechanical
Properties of Hybrid Aluminium 7075 Matrix Composite Material Reinforced with SiC and TiC Produced by Powder
Metallurgy Method, 23 January 2017. Pages :1)
Komposisi paduan aluminium 7075 kira-kira meliputi seng 5,6-6,1%, magnesium 2,1-2,5%, tembaga 1,2-1,6%,
dan kurang dari setengah persen silikon, besi, mangan, titanium, kromium, dan logam lainnya.
Seri 7000 seperti 7075 sering digunakan dalam aplikasi transportasi, termasuk kelautan, otomotif dan
penerbangan, karena rasio kekuatan-ke-kerapatannya yang tinggi. Kekuatan dan bobot ringan juga diinginkan di bidang
lain. Peralatan panjat tebing, komponen sepeda, inlineskating-frame dan hang glider airframes umumnya terbuat dari
paduan aluminium 7075. Model RC kelas hobi biasanya menggunakan 7075 dan 6061 untuk pelat chassis. 7075
digunakan dalam pembuatan senapan M16 untuk militer Amerika batang lacrosse,
Gambar 1. Drawing Requirement (PT Dirgantara Indonesia, 2017. doc. LN9496)
Keterangan gambar 1 :
Material LN9496 merupakan material berbentuk profile „L‟ yang dimaksud merupakan aluminium jenis 7075 ,
jadi LN9496 menunjukkan bentuk dari material tersebut. Dalam kasus ini tertulis LN9496-700. Dash 700 menunjukkan
detail ukuran dari profile berbentuk L tersebut
L-3710 merupakan jenis material Aluminium kode spanyol, yang equivalen dengan material Aluminium
7075(kode amerika).
* L-3710 = 7075
Keterangan gambar 2 :
- 7075 - T651 merupakan kode penggantian material ke T651
- T651 merupakan kondisi heat treatment material yang di bentuk dengan cara rolling
- QQ-A-250/12 merupakan spec material berbentuk plate
- x50x1220x3660mm merupakan ukuran tebal, lebar, panjang dari material tersebut

3. BAHAN DAN METODE


3.1 Metode Penelitian
Dalam metode yang dilakukan dalam substitute of material ini, ada beberapa metode diantaranya adalah :
1. Studi topik
Dalam studi topik ini, dilakukan langkah untuk mendalami topik yang diambil. Yaitu dengan mencari referensi
tentang apa yang dimaksud dengan metode substitute of material serta mendalami tentang jenis material
alumininium alloy dari beberapa referensi.
2. Manual book
Untuk mempermudah dalam mendalami topic yang diambil, dibutuhkan manual book yang bersumber dari
literature yang berasal dari PT Dirgantara Indonesia
3. Konsultasi dengan pembimbing
Terkadang di dalam studi literature yang dilakukan dengan menggunakan manual book dari PT Dirgantara
Indonesia, sering ditemukan berbagai istilah yang jarang dikenal. Untuk membantu memahami istilah tersebut,
peran dari pembimbing lapangan sangat dibutuhkan.
4. Pengambilan data tensile strength
Untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu material substitusi dalam metode substitute of material, maka
pengambilan data hasil uji tarik atau tensile strength sangat dibutuhkan untuk membandingkan dengan data
manual book yang ada di PT Dirgantara Indonesia.

3.2 Bahan
Dalam penelitian ini, material yang di PT Dirgantara Indonesia yang saya tangani, memiliki kasus dimana
material aluminium 7075 dengan kode LN9496 harus diganti dengan aluminium tipe T651 dimana kedua material ini
memiliki jenis yang sama dan mechanical properties yang hampir sama. Tetapi, masalah yang timbul adalah pada
proses machinability nya yang berbeda yaitu pada aluminium kode 7075 memiliki jenis machinability dengan cara
ekstrusi, sedangkan aluminium dengan kode T651 memilliki jenis machinability dengan cara rolling sehingga
berbentuk plate. Komposisi paduan aluminium 7075 kira-kira meliputi seng 5,6-6,1%, magnesium 2,1-2,5%, tembaga
1,2-1,6%, dan kurang dari setengah persen silikon, besi, mangan, titanium, kromium, dan logam lainnya
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah apakah material yang dibentuk dengan cara rolling yang
berbentuk plate bisa memiliki tensile strength yang mendekati material aluminium primer setelah dilakukan
machining menjadi bentuk L.
2.3 Diagram Alir
Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan beragam macam metode dalam mengambil data dan
informasi yang dibutuhkan dalam pembuatan laporan. Diagram alir metodologi penelitian tertera pada gambar 1.

Gambar2. Diagram Alir Substitute of Material

- Penjelasan Diagram Alir


Dari diagram alir tersebut, menunjukkan langkah- langkah atau prosedur dalam substitute of material yang dapat
dijelaskan sebagai berikut. Dari start atau mulai ke step studi substitute of material. Maksud dari step studi substitute
of material ini, penulis harus mendalami tentang langkah apa saja yang dibutuhkan dalam metode substitute of
material ini. Dalam langkah tersebut, penulis perlu mendalami tentang material apa yang tidak tersedia di logistic
atau gudang PT Dirgantara Indonesia serta mempelajari di lapangan tentang material jenis apa yang disarankan dari
pihak ahli material di logistic yang secara umum bisa layak untuk menggantikan material yang tidak tersedia. Selain
itu, agar lebih bisa mendalami lagi penulis harus melakukan wawancara kepada para ahli material di gudang yang
menjadi pembimbing kami di PT Dirgantara Indonesia agar dapat mudah mengerti jika terdapat istilah- istilah
perusahaan yang sifatnya rahasia dan hanya diketahui oleh para pegawai perusahaan dari PT Dirgantara Indonesia.
Dari step mencari referensi data tentang tensile strength aluminium jenis 7075 bertujuan untuk menentukan
standar parameter utama dari material utama yang dapat dicari dari berbagai sumber yang valid. Diantara sumber
yang valid adalah sumber referensi yang berasal dari PT Dirgantara Indonesia yang merupakan standar parameter
yang telah divalidasi oleh berbagai engineer. Sumber referensi lainnya yang dapat dijadikan sebagai alternative
acuan adalah sumber dari internet. Jika menggunakan sumber dari internet, pastikan sumber tersebut valid. Sumber
di internet yang valid dapat dicari di jurnal ilmiah, tesis, ataupun dari situs resmi material characterization untuk
menjamin validitas data agar bisa dibandingkan dengan data yang telah diperoleh dari PT Dirgantara Indonesia.
Selanjutnya, dalam pengambilan tensile strength, penulis harus melakukan uji tarik untuk mengetahui besar nilai
dari tensile strength. Dalam pengujian tarik tersebut, penulis hanya dapat memantau saja dan belum diperkenankan
untuk mencoba menggunakan mesin uji tarik dikarenakan perlu pengalaman untuk menggunakan mesin uji tarik
untuk meminimalisir error atau kesalahan pada mesin uji tarik ketika dilakukan pengujian tarik material aluminium
T651. Dalam proses uji tarik tersebut dilakukan setelah material aluminium T651 yang berbentuk plate tersebut telah
mengalami proses milling atau machining yang telah disesuaikan dengan material utama yaitu aluminium 7075 yang
berbentuk L. Hal ini diperlukan dikarenakan untuk melihat perbandingan antara tensile strength dari material
aluminium jenis 7075 yang berperan sebagai material utama yang tadi telah dicari dari berbagai sumber baik dari
internet maupun manual book yang telah disediakan dari PT Dirgantara Indonesia dan material T651 yang telah
melewati proses machining menjadi bentuk L support.
Kemudian untuk langkah selanjutnya dalam diagram alir diatas adalah acceptable atau tidaknya material
aluminium T651 tersebut untuk menggantikan aluminium 7075. Indikator dari parameter acceptable atau tidaknya
material ini adalah dari data pengujian tensile strength yang telah dilakukan uji lab untuk menentukan kekuatan
tensile strength. Dari uji tarik ini nantinya, akan diketahui seberapa perbandingan tensile strength antara aluminium
jenis 7075 yang telah diketahui tensile strengthnya dari referensi dan aluminium T651 yang diketahui tensile
strengthnya melalui pengujian tarik dan pertimbangan dimensi, serta geometri dari aluminium T651 yang telah
dilakukan machining. Jika perbedaan tensile strengthnya masih dalam batas toleransi dan tidak terlalu jauh, maka
dapat dilakukan penggantian material atau dapat dikatakan material layak dinyatakan sebagai material substitusi.
Tetapi, jika nilai dari tensile strength dari material pengganti tidak memenuhi atau terpaut jauh yang artinya
melewati batas toleransi yang menyimpang dari aturan PT Dirgantara Indonesia, maka material pengganti tersebut
dapat dinyatakan tidak layak dan harus dibuang atau scrap.
Maka dari uraian di atas untuk mendapat kan material pengganti yang diinginkan harus melewati berbagai
prosedur agar bisa dikatakan layak untuk menggantikan material primer. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
safety factor dari material pesawat. Hal ini dikarenakan pesawat sangat rentan terhadap patahan dan fatigue serta
faktor lain yang dapat mengurangi safety factor pesawat tersebut.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Subtitute of material pada material aluminium ini mempertimbangkan beberapa parameter penting.diantaranya;
perbandingan tensile strength dari primary material dan material subtitusi yang telah melalui proses machining, serta
perbandingan dimensi dari primary material dan material substitusi. Selain itu,
4.1 Nilai Mechanical Properties Aluminium 7075
Untuk nilai mechanical properties dari primary material yang digunakan pada produksi pesawat yang berupa
material aluminium 7075 adalah sebagai berikut :

Gambar 2. Mechanical Properties Aluminium 7075


(http://asm.matweb.com/search/SpecificMaterial.asp?bassnum=MA7075T6)
4.2 Nilai Mechanical Properties Aluminium T651 setelah melalui proses machining

Gambar 3 Hasil tensile strength setelah uji tarik material aluminium T651 (PT Dirgantara Indonesia. 2017)
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa material substitusi aluminium T651 yang telah melalui proses
machining dan dibentuk sesuai geometri dan dimensi dari aluminium 7075 yaitu bentuk L, memiliki tensile strength
sebesar 77 ksi. Dengan tensile strength sebesar nilai tersebut, maka material aluminium T651 memiliki tensile strength
yang tidak berbeda jauh dengan tensile strength material aluminium 7075 yang memiliki tensile strength sebesar 83
ksi. Maka penggantian material tersebut masih dapat dilakukan atau acceptable.

5. KESIMPULAN DAN SARAN


 Kesimpulan yang diperoleh dari substitute of material pada kasus ini yaitu :
1 Dalam kasus Substitute of Material ini, melibatkan Aluminium tipe 7075 berbentuk L dengan cara .extrude dan
material penggantinya atau substitusi berupa material aluminium tipe T651 berbentuk plate yang harus melalui
proses machining terlebih dahulu
2. Nilai tensile strength pada material aluminium tipe 7075 memiliki tensile strength sebesar 83 ksi dan material
aluminium tipe T651 setelah melalui proses machining, dan diuji tarik memiliki nilai tensile strength 77 ksi
3. Dalam keputusan substitute of materials, dengan memperhatikan nilai tensile strength material aluminium 7075
dan aluminium T651 setelah diuji tarik, maka dapat disimpulkan material aluminium 7075 tipe L tersebut dapat
diganti dengan aluminium tipe T651.
4. Perlunya knowledge, knowhow, dan skill yang mumpuni untuk teknisi.
 Saran yang bisa diberikan oleh penulis antara lain :
1. Dalam Metode Substitute of Material ini hanya mencakup nilai mechanical properties, dimensi, geometri, serta
fungsi materialnya. Tetapi masih belum mencakup apakah cara perawatan nya sama atau tidak dengan material
primer
2.Perlunya ketelitian dalam proses uji tarik material setelah material melalui proses machining.
3.Sebaiknya pada saat machining diketahui arah serat pada aluminium T651
6. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. “7000 Series Aluminum Alloy”.
http://asm.matweb.com/search/SpecificMaterial.asp?bassnum=MA7075T6. Diakses 01 Oktober 2017
S. Pradeep Devaneyan, 2017. “On the Mechanical Properties of Hybrid Aluminium 7075 Matrix Composite
Material Reinforced with SiC and TiC Produced by Powder Metallurgy Method”. Department of Mechanical
Engineering, Christ College of Engineering and Technology, Pondicherry 605010. India.
PT Dirgantara Indonesia, 2017. QQA-250.
PT Dirgantara Indonesia, 2017. doc. LN9496.

Anda mungkin juga menyukai