Morbili
Morbili
TA 2014 / 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan dari hati yang paling dalam kepada TUHAN
YME atas segala rahmat dan karunia-Nya serta perkenaannya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul asuhan keperawatan anak “MORBILI”
dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Selama proses pembuatan makalah ini, penulis tentu begitu banyak
mendapat dukungan baik secara moril maupun materil dan mendapat bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Diantaranya sebagai berikut :
1. Ketua Yayasan Akademi Perawat Columbia Asia Medan.
2. NovaMaya S.Kep selaku dosen pengajar mata kuliah “Keperawatan Anak” yang
banyak meluangkan waktu dan pikiran serta masukan-masukan yang sangat
membangun bagi penulis yang berguna dalam penyelesaian makalah ini.
3. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua
orangtua penulis yang telah merawat dan mendidik penulis sampai saat ini.
4. Untuk sahabat-sahabat sejawat angkatan ke sepuluh Akademi Prawat Columbia
Asia Medan.
Tidak ada yang sempurna di dunia ini kecuali Tuhan YWE, begitu juga
dengan makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Penulis merasa masih banyak terdapat kekurangannya,
dengan harapan mudah-mudahan dapat memberi manfaat dalam menambah
pengetahuan bagi pembaca.
Akhirnya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi menyempurnakan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penulis
( )
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ...............................................................................1
1.2 Rumusan msalah………………………………………………………………………….2
1.3 Sistematika penulisan......................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi ..…………………………………………………………………………………….4
2.2 Etiologi…………………….....................................................................4
2.3 Patofisiologi ...................................................................................5
2.4 Manifestasi klinis………………………………………………………………………….6
2.5 Komplikasi…………………………………………………………………………………..6
2.6Pemeriksaan diagnosis………………………………………………….................7
2.7 Penatalaksanaan.............................................................................8
2.8Konsep Askep…………………………………...............................................8
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Format pengkajian …………………………………………………………………….11
3.2 Analisa data..................................................................................26
3.3 Prioritas Masalah...........................................................................28
3.4 intervensi dan rasional………...........................................................29
3.5 Implementasi dan rasional……………………………………………………………33
3.6 Catatan perkembangan……………………………………………………………….34
BAB V PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………….......................................................37
4.2 Saran………………………………………………………………………………...38
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Campak sering menyerang anak anak balita. Penyakit ini mudah
menular kepada anak anak sekitarnya, oleh karena itu, anak yang menderita
kuman yang disebut Virus Morbili. Anak yang terserang campak kelihatan sangat
menderita, suhu badan panas, bercak bercak seluruh tubuh terkadang sampai borok
bernanah. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian
menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah
menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai
umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si
bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia
hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia
menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan
seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir
penyakit campak, bentuk bintik tidak teratur dan kecil berwarna merah terang,
pada pertengahan di dapat noda putih keabuan, mula-mula 2-6 bintik). Pada
pasien ini masih di observasi febris hari ke-2 dengan suspek morbili. Untuk
untuk istirahat, dan pasien dirawat di bangsal isolasi untuk mencegah penularan
ke pasien lain.
1.3.Tujuan Penulisan
a.Tujuan Umum
b.Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi
(Rampengan, 1997: 90)
Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute
udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer,
2001:2443)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu : stadium kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi.
(Rusepno, 2002:624)
Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadirum konvelensi.
(Ngastiyah, 1997:351)
2.2 Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili
paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap
panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar
matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat
memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen.
(Rampengan, 1997 : 90-91)
Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret
nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul
bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351)
Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae,
genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip
dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut
ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama
periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada
suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 :
198).
2.3.Patofisiolgi
Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul
pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan.
Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan
(konjungtivis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi
kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh,
kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179). Penularannya sangat
efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi
pada seseorang.
Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara 1-
2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Di tempat
awal infeksi, penggadaan virus sangat minimal dan jarang dapat ditemukan
virusnya. Virus masuk kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan
dengan sel mononuklear mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini
virus memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah
penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa.
Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa
berinti banyak Sedangkan limfosit T meliputi klas penekanan dan penolong
yang rentan terhadap infeksi, aktif membelah. Gambaran kejadian awal di
jaringan limfoid masih belum diketahui secara lengkap, tetapi 5-6 hari setelah
infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika virus masuk kedalam
pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva,
saluran napas, kulit, kandung kemih, usus.Pada hari ke 9-10 fokus infeksi yang
berada di epitel aluran nafas dan konjungtiva, 1-2 lapisan mengalami nekrosis.
Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan
menimbulkan manifestasi klinik dari sistem saluran napas diawali dengan
keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah.
Respon imun yang terjadi adalah proses peradangan epitel pada sistem
saluran pernapasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak
tampak sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tanpa suatu
ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak koplik. Muncul ruam
makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibody
humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan tubuh menurun, sebagai akibat
respon delayed hypersensitivity terhadap antigen virus terjadilah ruam pada
kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang mengalami defisit sel-T. Fokus
infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah. Vesikel tampak secara
mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil tumbuh di kulit. Daerah
epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernapasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis
media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu adenovirus dan herpes virus
pneumonia dapat terjadi pada kasus campak.
Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi
dalam 3 stadium :
kataral dan 24 jam sebelum timbul erantem. Bercak komplik berwarna putih
rambut dan bagian belakang bawah, dapat terjadi perdarahan dingan, rasa gatal
dan muka bengkak. Ruam mencapai bagian bawah pada hari ketiga dan
muntah,variasi mulut, yaitu measlek yaitu morbili yang disertai perdarahan pada
2.5 Komplikasi
Otitis media
Pneumonia
Bronkhitis
Ensefaliotis
Laringngitis obstruksi
2.6.Pemeriksaan Diagnostik ( Rampengan,T.H., 1993
A . Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan adanya lekopenia.Dalam
sputum , sekresi nasal, sediment urin dapat ditemukan adanya multinucleated
giant cells yang khas
B . Pada pemeriksaan serologis
dengan cara Hemaglutination inhibition test dan Complemen fixation test
akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah
timbulnya rashdan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.tes ini
cukup praktis dan spesifik untuk mendiagnosis morbili atipik atau subklinik.
2.7.Penatalaksanaan / Pengobatan
a.Medik
A . Pengkajian
Observasi umum :
• Kaji kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam pemeriksaan.
• Inspeksi penampilan umum anak.
• Perhatikan :
1) Bernapas anak : sesak, batuk, coryza.
2) Ruam pada kulit, konjungtivitis dan fotofobia.
3) Suhu tubuh anak.
4) Pola tidur anak.
5) Pola eliminasi.
Pemeriksaan Fisik :
• Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia.
• Kepala : sakit kepala .
• Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan
hidung (pada stadium erupsi ).
• Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
• Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler
pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas
(demam).
• Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, ronchi, sputum.
• Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
• Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare.
• Keadaan Umum : Kesadaran, TTV.
A. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat ibu hamil yang menderita morbili.
2) Riwayat imunisasi.
3) Riwayat kontak dengan penderita morbili.
4) Riwayat pengobatan/upaya pengobatan.
5) Makan makanan kurang gizi.
6) Kurangnya hygiene personal dan lingkungan.
B. Pola nutrisi metabolik
1) Apakah terjadi penurunan berat badan.
2) Apakah ada alergi makanan.
3) Apakah anoreksia.
4) Mual, muntah.
5) Kaji makanan kesukaan untuk memodifikasi diet.
C. Pola eliminasi
1) Diare
2) BAK : volume, berapa kali sehari, kepekatan urin.
DIAGNOSA I
INTERVENSI RASIONAL
1. menempatkan anak pada rauang khusus 1. Menghindari resiko penyebaran infeksi
DIANGNOSA III
1. Pertahankan kuku anak tetap pendek, 1 . Menghindari kerusakan integritas kulit
mukosa)
1. Berikan aktivitas ringan yang sesuai 1. Supaya anak tidak lelah dan tidak terjadi
2. Libatkan anak dalam mengatur jadwal 2. Supaya anak tidak merasa bosan berada
DIANGNOSA VI
peritik
DIANGNOSA VII
2. Berikan kompres hangat pada saat anak 2. Supaya tidak terbangun kerena dingin
tidak tidur
DIANGNOSA VII
kepalanya pernapasan
masih demam
DIANGNOSA IX
campak
2. Berikan penyuluhan tentang pentingnya 2. Agar anak tidak mudah mendapat infeksi
gizi yang baik bagi anak. atau timbulnya komplikasi yang berat
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
I.DENTITAS DATA
Nama : An.T
Tempat/Tgl Lahir : Medan, 18 Februari 2010
Umur : 5 Tahun
Nama Ayah : Tn.B
Nama Ibu : Ny.A
Pekerjaan Ayah : Pengacara
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : JL.Pondok Kelapa No.26 Medan
Agama : Katolik
Suku/Bangsa : Batak
Pendidkan Ayah : Sarjana Hukum
Pendidikan Ibu : DIII komputer
2 Jumat, DS : pasien mengatakan pahit pada saat makan dan Saluran cerna
21-03-2014 kurang nafsu makan
DO : Terdapat bercak koplik warna kelabu pada
mukosa bukalis, molar, palatum durum,
BB anak 15 Kg,
mole
Porsi makan 4 sendok makan (bubur) Gangguan kebutuhan nutrisi
Nadi 80 x per menit,
Mulut pahit timbul anoreksia
Pernafasan 18 x per menit,
Suhu tubuh 390 C.
TD 100/60 mmHg
3 Jumat, DS : pasien mengeluh panas pada seluruh tubuhnya
20-03-2014 DO :
Droplet infection
Hipertermi
Akral terasa hangat
Produksi eksudat berlebih Gangguan rasa nyaman
Nadi 80 x per menit,
Pernafasan 18 x per menit,
Reaksi inflamasi : hiperemi , RR naik
Suhu tubuh 390 C.
TD 100/60 mmHg
3.3 Prioritas masalah
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash (erupsi kulit )
2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3. Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi / infeksi virus.
3.4 Intervensi dan Rasional
Perencanaan
No Tanggal Diagnosa
Intervensi
Tujuan Rasional
1 Jumat , Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan -Pertahankan kuku anak tetap -Untuk mencegah terjadinya luka
20-032014 berhubungan dengan adanya keperawatan selama 2 x 24 jam bintik- pendek, menjelaskan kepada anak pada saat anak menggaruk
rash bintik merah pada kulit akan hilang. untuk tidak menggaruk rash
Kolaborasi:
-Pemberian antihistamin Untuk mencegah infeksi Untuk
-
2 Jumat, Gangguan kebutuhan nutrisi Setelah dilakukan askep 2x 24 jam Berikan banyak minum (sari
- -Untuk mengkompensasi adanya
20-03-2014 kurang dari kebutuhan tubuh diharapakan pasien menunjukkan buah-buahan, sirup yang tidak peningkatan suhu tubuh dan
berhubungan dengan anoreksia peningkatan nafsu makan dengan. memakai es). merangsang nafsu makan
Kriteria Hasil : ----Untuk memenuhi kebutuhan nutris
BB meningkat melalui cairan bernutrisi.
Nafsu makan meningkat. Berikan susu porsi sedikit tetapi
-
(dapat menghabiskan 1 porsi untuk sering (susu dibuat encer dan tidak
anak) terlalu manis.
-Untuk memudahkan mencerna
- Berikan makanan lunak, makanan dan meningkatkan
misalnya bubur yang memakai asupan makanan.
kuah, dengan porsi sedikir tetapi
dengan kuantitas yang sering.
3 Jumat, Gangguan rasa nyaman :
Setelah dilakukan askep selama 2 x 24 - Libatkan keluarga dalam - Agar keluarga lebih kooperatif
20-03-2014
peningkatan suhu tubuh bd jam diharapkan suhu badan pasien perawatan serta ajari cara dalam terapi
proses inflamasi / infeksi virus berkurang menurunkan suhu tubuh
11.30 wib nutrisi kurang dari es). pada mulutnya sewaktu makan
kebutuhan tubuh -Memberikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak
O : O :ditandai dengan kurang nafsu makan p
berhubungan dengan terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika anak
anoreksia diminum). A : A:Masalah belum teratasi
-Memberikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup P : Intervensi dilanjutkan
atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas
yang sering.
3. 3 Jumat,20 maret 2014 Gangguan rasa -Melibatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu
S : S : pasien mengatakan badannya sudah ti
11.30 wib nutrisi kurang dari memakai es). tidak pahit pada mulutnya sewaktu makan
kebutuhan tubuh -Memberikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer
O : O :ditandai dengan meningkatnya nafsu
berhubungan dengan dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan makan pada anak
anoreksia yang hangat ketika diminum). A : A:Masalah teratasi sebagian
-Memberikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai P : Intervensi dilanjutkan
kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir
tetapi dengan kuantitas yang sering.
1 Minggu 21 maret Gangguan integritas Mmempertahankan
- kuku anak tetap pendek,
S; S:Pasien mengatakan berkurang rasa gatalnya
2014 kulit berhubungan menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk
O :O: ditandai dengan jarangnya
dengan adanya rash rash pasien menggaruk kulit
08.00 wib
Memberikan obat antipruritus topikal, dan
- A : A:Masalah teratasi sebagian
anestesi topikal P : Intervensi dilanjutkan
--Memandikan klien dengan menggunakan sabun
yang tidak perih
Memberikan antihistamin
-
Gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari
2 Minggu 21 maret kebutuhan tubuh - Memberikan banyak minum (sari buah-buahan,
S : S:pasien mengatakan sudah merasakan tidak pahit pada
2014
berhubungan dengan sirup yang tidak memakai es). mulutnya sewaktu makan
12.00 wib anoreksia -Memberikan susu porsi sedikit tetapi sering
O : O :ditandai dengan meningkatnya nafsu makan pada
(susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan anak
berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat
A : A:Masalah teratasi sebagian
ketika diminum). P : Intervensi dilanjutkan
-Memberikan makanan lunak, misalnya bubur
yang memakai kuah, sup atau bubur santan
memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan
kuantitas yang sering.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengobatan campak dilakukan dengan mengobati gejala yang timbul. Demam yang
terjadi akan ditangani dengan obat penurun demam. Jika anak mengalami diare maka diberi
obat untuk mengatasi diarenya. Batuk akan diatasi dengan mengobati batuknya. Dokter pun
akan menyiapkan obat antikejang bila anak punya bakat kejang.
Intinya, segala gejala yang muncul harus diobati karena jika tidak, maka campak bisa
berbahaya. Dampaknya bisa bermacam-macam, bahkan bisa terjadi komplikasi. Perlu
diketahui, penyakit campak dikategorikan sebagai penyakit campak ringan dan yang berat.
Disebut ringan, bila setelah 1-2 hari pengobatan, gejala-gejala yang timbul membaik. Disebut
berat bila pengobatan yang diberikan sudah tak mempan karena mungkin sudah ada
komplikasi.
Komplikasi dapat terjadi karena virus campak menyebar melalui aliran darah ke
jaringan tubuh lainnya. Yang paling sering menimbulkan kematian pada anak adalah
kompilkasi radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi
ini bisa terjadi cepat selama berlangsung penyakitnya.
Gejala ensefalitis yaitu kejang satu kali atau berulang, kesadaran anak menurun, dan
panasnya susah turun karena sudah terjadi infeksi “tumpangan” yang sampai ke otak. Lain
halnya, komplikasi radang paru-paru ditandai dengan batuk berdahak, pilek, dan sesak napas.
Jadi, kematian yang ditimbulkan biasanya bukan karena penyakit campak itu sendiri,
melainkan karena komplikasi. Umumnya campak yang berat terjadi pada anak yang kurang
gizi.
4.2 Saran
Penyakit Campak dapat dicegah dengan melakukan pemberian imunisasi pada anak
yang masih bayi.
1. Imunusasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan.
Vaksin hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan
berikutnya dari Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain
Schwartz dan Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan
menyebabkan imunitas yang berlangsung lama.
Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai mengurang 8-10
tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat dilakukan
sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak dapat
membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas
dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12
bulan.
2. Imunusasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum oarng dewasa yang dikumpulkan, serum stadium
penyembuhan yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang
dikumpulkan dapat memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan
campak. Campak dapat dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB
secara IM dan diberikan selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.
Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi.
Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi
ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan
suhu ruangan yang hangat.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Alih
Bahasa : Yasmin Asih, Editor : Tim Editor EGC Edisi 26.
Jakarta: EGC
Doengoes Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan,
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta : EGC