Anda di halaman 1dari 5

KRITISI JURNAL

DEPARTEMEN KOMUNITAS

The Impact Of Overtime And Long Work Hours On Occupational Injuries And Illness:
New Evidence From The United States

A E Dembe, J B Erickson, R G Delbos, S M Banks

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik


Di Puskesmas Kendalsari Kota Malang

Disusun oleh:

Yananda Maulina
140070300011120

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
The impact of overtime and long work hours on occupational injuries and illness : new
evidence from the united states
A E Dembe, J B Erickson, R G Delbos, S M Banks
A. Latar Belakang
Bekerja yang berlebihan akan mempengaruhi kesehatan para pekerjanya
dimana mereka akan lebih berisiko untuk terkena hipertensi, penyakit jantung, cepat
lelah, stres, depresi, masalah otot dan tulang, infeksi, diabetes melitus, dan lain-lain.
Hal tersebut dibuktikan dari sekian banyak klaim asuransi terhadap kejadian
kecelakaan kerja ataupun kesakitan berasal dari para pekerja yang bekerja melebihi
waktu normal. beberapa penelitian bahkan sudah membuktikan bahwa bekerja dengan
waktu yang berlebihan dapat meningkatkan resiko kecelakaan kerja maupun kesakitan
pada banyak jenis pekerja seperti tenaga medis, pekerja bangunan, supir truk,
pemadam kebakaran, penambang dan ahli tenaga nuklir.
Penelitian di Amerika mengenai hal ini juga sudah ada tetapi masih mencakup
industri kecil dan dalam satu jenis pabrik sehingga dilakukan sebuah penelitian lain
dimana mencakup multi pabrik dan multi industri. Selain dari bukti-bukti penelitian
diatas, dasar penelitian ini juga berasal dari Michel Shuster dan Susan Rhodes (1985)
dimana menyebutkan bahwa bekerja dalam waktu lama dan bekerja lembur diyakini
mempengaruhi risiko kecelakaan kerja yang didapat oleh pekerja karena dipengaruhi
oleh stress, rasa lelah dan kantuk. Penelitian ini selain meneliti mengenai hubungan
antara jam kerja dan kejadian kecelakaan kerja juga tentang faktor lain yang mungkin
berpengaruh seperti umur, jenis kelamin, lingkungan pekerja, jenis industri dan
daerah geografis. Sedangkan untuk stress, rasa lelah dan kantuk tidak ikut diteliti

B. Metode
Metode penelitian ini adalah cohort. Dimana peneliti akan mengikuti sampel
dari awal hingga akhir dalam batas waktu yang ditentukan. Variabel bebas dari
penelitian ini adalah jam kerja. Untuk variabel tergantung penelitian ini adalah
laporan terjadinya kecelakaan kerja dan kesakitan. Sedangkan untuk Covariti dari
penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, wilayah kerja, jenis industri dan jenis
pekerjaan yang dilakukan. Penelitian ini sendiri dilakukan dari tahun 1987 sampai
tahun 2000. Terkumpul sampel sebanyak 12.686 pria dan wanita yang berasal dari
banyak pabrik di Amerika. Rata-rata umur pekerja saat awal dilakukan penelitian
adalah 14-22 tahun.
Peneliti melakukan wawancara kepada para pekerja tersebut dengan rincian
dari tahun 1987-1994 dilakukan satu kali dalam setahun dan dua kali dalam setahun
sejak 1996. Akan tetapi data pada tahun 1991 tidak ada karena dana penelitian
dihentikan sementara.
Ada tiga pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Pertama adalah the National
Longitudinal Survey of Youth (NLSY) yang mengumpulkan data. Kedua the US
Bureau of Labor Statistics yang mensponsori penelitian dan the Ohio State University
Center for Human Resource Research yang administred.
Mengingat penelitian ini berhubungan dengan jam kerja yang dimiliki oleh
pekerja maka peneliti mengelompokkan pekerja dengan batasan jam yang dapat
dianggap sebagai jam kerja lama. Dikategorikan sebagai berikut:
1. Extended hours per week. Pekerjaan dimana responden bekerja ≥ 60 jam
per minggu
2. Extended hours per day. Pekerjaan dimana responden bekerja ≥ 12 jam per
hari
3. Overtime. Responden bekerja melebihi jam kerja biasanya
4. Extended commute time. Responden selalu membutuhkan waktu
perjalanan pulang pergi ≥ 2 jam per hari
5. Overtime or extended hours. Derivat dari 4 kelompok diatas. Dimasukkan
dalam kategori ini bila masuk dalam salah satu kategori diatas
Selain dikategorikan dalam 5 kategori diatas, penelitian ini juga memakai 2
kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Pada kelompok
perlakuan yang dilihat adalah umur, jenis kelamin, wilayah kerja, jenis industri dan
jenis pekerjaan yang dilakukan.
Penghitungan penelitian ini memakai SAS Statistical software untuk
menghitung crude incident rate, ProQuest software untuk membuat data base dan Cox
Proportional regretion untuk menganalisa hasil.

C. Hasil dan Analisa


Kecelakaan kerja yang paling banyak terjadi selama masa penelitian adalah
gangguan pada muskuloskeletal (34,7%) dan lebam serta terpotong (25,0%). Kedua
kecelakaan kerja tersebut adalah dua teratas dari 8 jenis kecelakaan kerja yang dialami
oleh responden.
Bedasarkan pembagian kelompok yaitu perlakuan dan kontrol didapatkan data
sebagai berikut. Pada kelompol perlakuan terdapat 7,5 laporan kecelakaan kerja per
100 pekerja per tahun dalam kategori extended hours per week. Dimana 2% lebih
tinggi dibanding dengan kelompok yang tidak masuk dalam kategori tersebut. Pada
kategori extended hours per day insidensi 38% lebih tinggi dibandingkan dengan yang
tidak termasuk kategori. Sedangkan pada kategori overtime insidensi 84% lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak masuk kategori dan dalam kategori extended
commute time insidensi 7% lebih rendah dibandingkan yang tidak masuk kategori.
Pada kelompok kontrol kategori extended hours per day terdapat insidensi
37% lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak masuk kategori. Kategori extended
hours per week terdapat insidensi 23% lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
masuk kategori. Kategori overtime terdapat insidensi 61% lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak masuk kategori. Kategori terakhir yaitu overtime atau extended
hours schedule mendapatkan insidensi 38% lebih tinggi.

D. Diskusi
Berdasarkan hasil yang ada dapat diperkirakan bahwa bekerja dengan jam
yang panjang tidak terlalu meningkatkan risiko kecelakaan kerja karena pekerja lebih
konsentrasi untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Hasil penelitian ini juga
sama dengan hipotesis bahwa jam kerja yang lama secara tidak langsung dapat
berpengaruh dalam kejadian kecelakaan kerja di pabrik yang bisa diakibatkan oleh
rasa lelah dan stress. Panjangnya jam kerja (lebih dari 9 jam per hari) dapat
meningkatkan resiko pekerja terkena kecelakaan kerja yang mana sesuai dengan
penelitian lain.
Berdasarkan hasil penelitian dari segi umur, pekerja yang berusia muda lebih
banyak berisiko mengalami kecelakaan kerja karena mereka biasanya ditempatkan
pada bagian yang secara langsung berhadapan dengan mesin atau berada di lapangan
yang risiko kecelakaan kerjanya masih tinggi. Pekerja yang mendapatkan jam kerja
tambahan diluar jam kerja normal 61% berisiko lebih tinggi mengalami kecelakaan
kerja bahkan setelah variabel covariti telah dikontrol. Hasil ini sesuai dengan
penelitian lain yang menyebutkan bahwa bekerja dengan jam tambahan diluar jam
kerja normal berisiko tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja.
Dalam penelitian ini juga didapatkan bahwa pekerjaan dengan jam kerja yang
melebihi 60 jam dalam seminggu dan 12 jam per hari memberikan pekerjanya
peningkatan risiko mengalami kecelakaan kerja.
Untuk mencegah terjadinya peningkatan kecelakaan kerja pada pekerja
dipabrik the European Union memberikan batas jam kerja pada wilayahnya yaitu 48
jam per minggu dan peraturan lain mengenai jam istirahat, jam tiap shift, dan jam
kerja lembur. Hal ini juga sudah diterapkan di negara Inggris dimana dalam
pelaksanaannya mengikuti setiap negara yang mengadopsi aturan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hayashi T, Kobayashi Y, Yamaoka K, et al. Effect of overtime work on 24-hour ambulatory blood
pressure. J Occup Med 1996;38:1007–11.

Iwasaki K, Sasaki T, Oka T, et al. Effect of working hours on biological functions related to
cardiovascular system among salesmen in a machinerymanufacturing company. Ind Health
1998;36:361–7.

Buell P, Breslow L. Mortality from coronary heart disease in Californian men who work long hours. J
Chron Dis 1960;11:615–26

Emdad R, Belkic K, Theorell T, et al. What prevents professional drivers fromfollowing physicians’
cardiologic advice? Psychoth Psychosom1998;67:226–40.

Kageyama T, Nishikido N, Kobayashi T, et al. Long commuting time, extensive overtime, and
sympathodominant state assessed in terms of shorttermheart rate variability among male white-
collar workers in the Tokyo megalopolis. Ind Health 1998;36:209–17

Liu Y, Tanaka H. The Fukuoka Heart Study Group. Overtime work, insufficient sleep, and risk of
non-fatal acute myocardial infarction in Japanese men.Occup Environ Med 2002;59:447–51

Russek HI. Zohman BL. Relative significance of heredity, diet and occupational stress in coronary
heart disease of young adults. Am J Med Sci 1958;235:266–75.

Sokejima S, Kagamimori S. Working hours as a risk factor for acute myocardial infarction in Japan:
case-control study. BMJ 1998;317:775–80.

Uehata T. Long working hours and occupational stress-related cardiovascular attacks among middle-
aged workers in Japan. J Hum Ergol 1991;20:147–53.

Anda mungkin juga menyukai