Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM

A. DEFINISI
Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat neoplastik dan non
neoplastik. (Wiknjosastro, 2010).
Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga
mempunyai dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi. Ovarium
terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung ke rahim oleh
ligamentum ovari propium dan ke dinding panggul oleh ligamentum infudibulo-
pelvikum.Fungsinya sebagai tempat folikel, menghasilkan dan mensekresi
estrogen dan progesteron. Fungsi ovarium dapat terganggu oleh penyakit akut dan
kronis. Salah satu penyakit yang dapat terjadi adalah kista ovarium. (Tambayong,
2008).

B. ETIOLOGI
Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang
bersifat non neoplastik, seperti kista retensi yang berasal dari korpus luteum.
Tetapi di samping itu ditemukan pula jenis yang merupakan neoplasma. Oleh
karena itu kista ovarium dibagi dalam 2 golongan:
1. Non-neoplastik (fungsional)
a. Kista folikel Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa
proses atresia foliculi. Setiap bulan, sejumlah besar folikel menjadi mati,
disertai kematian ovum disusul dengan degenerasi dari epitel folikel. Pada
masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan folikel
diisi dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar,
yang dapat ditemukan pada pemeriksaan klinis. Tidak jarang terjadi
perdarahan yang masuk ke dalam rongga kista, sehingga terjadi suatu
haematoma folikuler.
b. Kista lutein Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar
kehamilan. Kista lute 17 corpus luteum haematoma. Perdarahan ke dalam
ruang corpus selalu terjadi pada masa vascularisasi. Bila perdarahan ini
sangat banyak jumlahnya, terjadilah corpus luteum haematoma, yang
berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan. Secara perlahan-lahan
terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tinggalah
cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama
dibentuklah jaringan fibroblast pada bagian dalam lapisan lutein sehingga
pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-
jaringan perut.
2. Neoplastik Yang termasuk golongan ini ada 3 jenis:
a. Cystadenoma mucinosum Jenis ini dapat mencapai ukuran yang besar.
Ukuran yang terbesar yang pernah dilaporkan adalah 328 pound. Tumor
ini mempunyai bentuk bulat, ovoid atau bentuk tidak teratur, dengan
permukaan yang rata dan berwarna putih atau putih kebiru-biruan.
b. Cystadenoma serosum Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan
dengan mucinosum, tetapi ukurannya jarang sampai besar sekali. Dinding
luarnya dapat menyerupai kista mucinosum. Pada umumnya kista ini
berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephitelium).
c. Kista dermoid Tumor ini merupakan bagian dari teratoma ovary bedanya
ialah bahwa tumor ini bersifat kistik, jinak dan elemen yang menonjol ialah
eksodermal. Sel-selnya pada tumor ini sudah matang. Kista ini jarang
mencapai ukuran yang besar. Penyebabnya saat ini belum diketahui
secara pasti. Namun ada salah satu pencetusnya yaitu faktor hormonal,
kemungkinan faktor resiko yaitu:
1) Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium
dan payudara.
2) Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
3) Gaya hidup yang tidak sehat
4) Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya
akibat penggunaan obat-obatan yang merangsang ovulasi dan obat
pelangsing tubuh yang bersifat diuretik.
5) Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina.
(Wiknjosastro, 2010).

C. PATOFISIOLOGI (Pathway Terlampir)


Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan komplikasi tumor.
1. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak
kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista
yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang – kadang hanya
menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan
obstipasi edema pada tungkai.
2. Akibat Aktivitas Hormonal
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur – angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala – gejala
klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah
yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.
b. Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal dan ini menimbulkan
rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.
d. Robek dinding Kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
persetubuhan. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara
akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda –
tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinn perubahan keganasan. Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan. (Wiknjosastro, 2010) Kista dermoid
adalah tumor yang diduga berasal dari bagian ovum yang normalnya
menghilang saat maturasi. Asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri atas sel
– sel embrional yang tidak berdiferensiasi. Kista ini tumbuh dengan
lambat dan ditemukan selama pembedahan yang mengandung material
sebasea kental, berwarna kuning, yang timbul dari lapisan kulit. Kista
dermoid hanya merupakan satu tipe lesi yang dapat terjadi. Banyak tipe
lainnya dapat terjadi dan pengobatannya tergantung pada tipenya.
(Smeltzer and Bare, 2009)

D. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala.
Namun kadang – kadang kista dapat menyebabkan beberapa masalah seperti:
1. Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
2. Nyeri selama hubungan seksual
3. Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian organ tubuh
lainnya sudah terkena.
4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
5. Wanita post monopouse: nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau
diare, obstruksi usus dan asietas.

E. PENATALAKSANAAN
1. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2. Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista.
3. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan
gurita abdomen sebagai penyangga.
4. Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang pilihan
pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan kenyamanan
seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi napas dalam,
informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti tanda – tanda
infeksi, perawatan insisi luka operasi (Lowdermilk.dkk. 2008).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik
atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut
yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari cavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro, 2010).

G. PENGKAJIAN
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama
dan hal yang penting dilakukan baik saat klien pertama kali masuk rumah sakit
maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku /
bangsa, pendidikan pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : nyeri di sekitar area jahitan.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang: mengeluhkan ada atau tidaknya gangguan
ketidaknyamanan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu : pernahkah menderita penyakit seperti yang
diderita sekarang, pernahkah dilakukan operasi.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga: adakah anggota keluarga yang menderita tumor
atau kanker terutama pada organ reproduksi.
6. Riwayat Obsetrikus, meliputi:
Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau.
7. Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia pernikahan
8. Riwayat persalinan
9. Riwayat KB
Pengkajian Post Operasi.
1. Kaji Tingkat Kesadaran
2. Ukur Tanda – Tanda Vital : tekanan darah, nadi, suhu, Respiration Rate.
3. Auskultasi bunyi nafas
4. Kaji turgor kulit
5. Pengkajian Abdomen
Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
Auskultasi bising usus
Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
6. Kaji status balutan
7. Kaji terhadap nyeri atau mual
8. Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan
menanyakan lamanya dibawah anestesi.
Data Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan darah lengkap (Hemoglobin, hematokrit,
lekosit).
2. Terapi : terapi yang diberikan post operasi baik injeksi maupun peroral sesuai
program dari dokter.
3. Perubahan Pola Fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus kista ovarium menurut Wiknjosastro, 2010
adalah sebagai berikut:
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala: kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola istirahat dan jam
kebiasaan tidur. Adanya faktor – faktor yang mempengaruhi tidur, misal:
ansietas, nyeri, keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.
b. Makanan / Cairan
Gejala: mual atau muntah, anoreksia, perubahan pada berat badan
c. Neurosensori
Gejala: pusing
d. Nyeri / Kenyamanan
Gejala: tidak ada nyeri / derajat bervariasi, misalnya: ketidaknyamanan ringan
sampai berat (dihubungkaan dengan proses penyakit).
e. Eliminasi
Gejala: Perubahan pada pola defekasi. Perubahan eliminasi urinarius
misalnya: nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria.
Tanda: perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
f. Pernapasan
Gejala: Merokok, pemajanan abses.
g. Integritas Ego
Gejala: Faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan
dalam penampilan insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus asa,
depresi, menarik diri.
h. Sirkulasi
Gejala: palpitasi, nyeri dada perubahan pada tekanan darah.
i. Keamanan
Gejala: pemadaman pada kimia toksik, karsinogen pemajanan matahari lama,
berlebihan, demam, ruam kulit/ ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala: perubahan pada tingkat kepuasan.
k. Interaksi Sosial
Gejala: ketidakadekuatan / kelemahan sistim pendukung, riwayat perkawinan,
masalah tentang fungsi (Wiknjosastro, 2010).

H. MASALAH KEPERAWATAN
1. Risiko Tinggi Aspirasi b.d Tingkat Kesadaran Sekunder Akibat: Ansietas.
2. Risiko Tinggi Cedera b.d Penurunan Kesadaran.
3. Nyeri (Akut): Nyeri Abdomen b.d Insisi Pada Abdomen.
4. Kurang Perawatan Diri: Personal Hygiene b.d Kelemahan.
5. Risiko Infeksi b.d Invasi Kuman Sekunder Terhadap Pembedahan.
6. Risiko Konstipasi b.d Pembedahan Abdominal.
7. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh b.d
Mual Muntah, Intake Nutrisi.
8. Kurang Pengetahuan Tentang Penyakit Yang Diderita b.d Kurang Informasi.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Post Operasi
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx. Keperawatan
1. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Kaji posisi lidah, pastikan
aspirasi keperawatan selama… jam bahwa lidah tidak ada
berhubungan aspirasi tidak terjadi dapat yang jatuh ke belakang,
dengan tingkat teratasi dengan KH: menyumbat jalan napas.
kesadaran 1. Individu tidak mengalami b. Jaga bagian kepala
sekunder aspirasi, mengungkapkan tempat tidur tetap tinggi,
akibat: tindakan yang untuk jika tidak ada
ansietas. mencegah aspirasi. kontraindikasi.
(Carpenito, c. Pertahankan posisi
2011) berbaring miring jika
tidak ada kontraindikasi.
d. Bersihkan sekresi dari
mulut dan tenggorokan
dengan tisu atau
penghisap dengan
perlahan-lahan.
e. Anjurkan pada keluarga
untuk tidak memberikan
minum saat klien belum
sadar penuh.
2. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan a. Awasi individu secara
cedera keperawatan selama… jam ketat selama beberapa
berhubungan pasien diharapkan malam pertama untuk
dengan menyatakan cedera lebih menjaga keamanan.
penurunan sedikit dan rasa b. Ajarkan penggunaan
kesadaran. takut cedera berkurang, kruk, tongkat dan wolker.
(Carpenito, cedera tidak terjadi dengan c. Gunakan tempat tidur
2011) KH: yang rendah dengan
1. Mengidentifikasi faktor- pagar terpasang.
faktor yang d. Ciptakan lingkungan
mempengaruhi risiko yang aman : lantai kering
cedera, mengungkapkan tidak basah.
maksud untuk melakukan e. Letakkan pispot dekat
tindakan pencegahan tempat tidur atau pispot
tertentu (misalnya kursi di depan pasien.
menggunakan kacamata
untuk mengurangi silau),
meningkatkan aktivitas
harian bila
memungkinkan.
3. Nyeri (akut): Setelah dilakukan asuhan a. Kaji nyeri, catat lokasi,
nyeri keperawatan selama… karakteristik nyeri,
abdomen jampasien mampu beratnya (0-10).
berhubungan mengungkapkan rasa nyeri b. Pertahankan istirahat
dengan insisi berkurang atau hilang dengan posisi supinasi.
pada dengan KH: c. Anjurkan klien untuk
abdomen. 1. Klien rileks, mampu tidur mobilisasi dini.
(Carpenito, atau istirahat dengan d. Ajarkan penggunaan
2011) tepat. manajemen nyeri (teknik
relaksasi, distraksi).
e. Berikan analgetik sesuai
indikasi.
4. Kurang Setelah dilakukan asuhan a. Kaji derajat
perawatan diri: keperawatan selama… jam ketidakmampuan klien
personal pasien dapat memenuhi dalam melakukan
hygiene kebutuhan personal hygiene kegiatan.
berhubungan secara mandiri dengan KH: b. Motivasi klien untuk
dengan 1. Ungkapkan rasa nyaman melakukan kegiatan
kelemahan. dan puas, melakukan kebersihan diri sesuai
(Carpenito, kegiatan perawatan diri kemampuan seperti
2011) sesuai kemampuan. gosok gigi.
c. Bantu klien dalam
memenuhi kebutuhan
seperti: makan, mandi,
personal hygiene.
5. Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan a. Awasi tanda – tanda vital
berhubungan keperawatan selama… jam b. Lakukan pencucian
dengan invasi resiko infeksi pasien tidak tangan dengan baik dan
kuman terjadi dengan KH: perawatan luka aseptik.
sekunder 1. Meningkatnya c. Lihat insisi dan balutan.
terhadap penyembuhan luka d. Berikan informasi yang
Pembedahan dengan benar,bebas tepat,jujur pada pasien
(Carpenito, tanda infeksi/inflamasi, dan orang terdekatnya.
2011) drainase purulen,eritema, e. Berikan antibiotik sesuai
dan demam. indikasi.
f. Bantu irigasi dan
drainase bila diperlukan.
6. Resiko Setelah dilakukan asuhan a. Auskultasi bising usus
konstipasi keperawatan selama… jam b. Bantu pasien untuk
berhubungan tidak terjadi konstipasi duduk pada tepi tempat
dengan dengan KH: tidur dan berjalan.
pembedahan 1. Menunjukan bunyi bising c. Dorong pemasukan
abdominal. usus / aktivitas peristaltik cairan adekuat,termasuk
(Carpenito, usus aktif, sari buah, bila
2011) mempertahankan pola pemasukan peroral
eliminasi biasanya. dimulai.
d. Berikan rendam duduk.
e. Batasi pemasukan oral
sesuai indikasi.
f. Berikan obat, contoh
pelunak feses,minyak
mineral, laksatif sesuai
indikasi.
7. Gangguan Setelah dilakukan asuhan a. Tinjau faktor – faktor
pemenuhan keperawatan selama… jam individual yang
kebutuhan nutrisi pasien dapat mempengaruhi
nutrisi kurang terpenuhi dengan KH: kemampuan untuk
dari 1. Mendemonstrasikan mencerna / makan
kebutuhan pemeliharaan / kemajuan makanan, missal : status
tubuh penambahan berat badan puasa, mual, ileus
berhubungan yang diinginkan dengan paralitik setelah selang
dengan mual normalisasi nilai dilepaskan.
muntah,intake laboratorium, tak ada b. Timbang berat badan
nutrisi. tanda – tanda malnutrisi. sesuai indikasi. Catat
(Carpenito, masukan dan
2011) pengeluaran.
c. Auskultasi bising usus
d. Berikan cairan 1V,
misalnya : albumin, lipid,
elektrolit. Suplemen
vitamin dengan
perhatian tertentu
terhadap vitamin K,
secara parental.
e. Menggunakan katartik
praoperasi ( persiapan
usus) dapat mengurangi
suplemen vitamin dan
atau masalah usus dapat
menghambat absorbs
vitamin.
f. Berikan obat – obatan
sesuai indikasi :
antiematik,missal
proklorpromazin.
8. Kurang Setelah dilakukan asuhan a. Kaji pengetahuan klien
pengetahuan keperawatan selama… jam tentang penyakit yang
tentang klien mendapat informasi diderita
penyakit yang yang benar dengan KH: b. Berikan informasi
diderita 1. Pasien dapat tentang penyakit yang
berhubungan berpratisipasi dalam diderita dengan bahasa
dengan program yang jelas dan mudah
kurang pengobatan,mengungkap dimengerti.
informasi. kan pemahaman c. Dorong partisipasi
informasi. keluarga dalam
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, 2010. Essensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Alih Bahasa : Adi
Nugroho. Jakarta : Hipokrates.

Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal, Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.

Tambayong Jan. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2008.

Smeltzer, S. C., & Bare B. G. ( 2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth ( Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC

Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2008) . Buku Ajar Keperawatan Maternitas / Maternity


Nursing. Alih Bahasa Maria A. Wijayanti. Peter I. Anugerah, edisi 4. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai