Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KASUS

OTOMIKOSIS

Pembimbing :

dr. Zulrafli, Sp.THT-KL

Disusun oleh :

Timy Christian Tahun - 112016078

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK,


KEPALA DAN LEHER (THT – KL)

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG

Periode 26 November 2016 s/d 31 Desember 2016

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT THT

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF PENYAKIT THT
RUMAH SAKIT BAYUKARTA
Nama Mahasiswa : Timy Christian Tahun (112016078) Tanda Tangan :

Dokter Pembimbing : dr. Zulrafli, Sp.THT-KL. ………...............................

I. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Sdr. FD Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : karawang, 17 maret 2000 Agama : Islam

Umur : 16 tahun Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pelajar Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Bintang Alam Teluk Jambe Timur

Status : Belum menikah

II. ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis
Tanggal : 14 Desember 2016
Pukul : 17.30 WIB

KELUHAN UTAMA

Telinga Kiri terasa Gatal sejak 2 minggu yang lalu

KELUHAN TAMBAHAN .

Pasien merasa adanya nyeri telinga kanan, telinga terasa tertutup dan penurunan pendengaran

2
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke poliklinik THT RS Bayukarta dengan keluhan gatal pada telinga kanan
sejak 1minggu yg lalu.Sebelumnya pasien mengeluh pernah gatal seperti ini tanpa ada gejala
telinga terasa penuh. Sejak 2 minggu yg lalu pasien merasa telinganya merasa gatal yang
semakin memberat dan disertai dengan telinga terasa tertup.Pasien juga mengeluhkan adanya
penurunan pendengaran serta terasa nyeri pada telinga kanan sejak 2 minggu yang lalu .Keluhan
Telinga keluar cairan tidak ada,berdenging tidak ada,demam tidak ada,batuk tidak ada,pilek tidak
ada,nyeri menelan tidak ada.

Satu minggu yang lau pasien berobat ke poli tht RS Bayukarta dan pasien dilakukan
irigasi dan pengeluaran serumen,pasien juga diberikan obat tetes telinga,salep oles telinga dan
obat minum. Pasien merasakan keluhan gatalnya mulai berkurang dan pendenganran terasa lebih
baik.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Sebelumnya pasien pernah mengeluh gatal di telinga tetapi tidak pernah di obati.Pasien
tidak memiliki riwayat kencing manis ,pemakaian obat-obatan (AB dan kortikosteroid) jangka
lama disangkal.Riwayat infeksi telinga atau sakit telinga sebelumnya disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Di dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki gejala serupa seperti yang dialami pasien.

RIWAYAT PENGOBATAN

Pasien sudah mengkonsumsi obat 1 minggu yang lalu keluhan berukurang tetapi masih terasa
gatal.

RIWAYAT ALERGI

Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan dan obat-obatan.

RIWAYAT KEBIASAAN

Pasien sering berenang tanpa menggunakan penutup telinga dan sering mengorek-ngorek telinga

3
dengan cotton bud

III. PEMERIKSAAN FISIK


STATUS GENERALIS
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36,5oC
HR : 88x/menit
RR : 19x/menit
STATUS THT

TELINGA
KANAN KIRI
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Kelainan kongenital Tidak tampak Tidak tampak
Radang, tumor Tidak tampak Tidak tampak
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Penarikan daun
Nyeri (-) Nyeri (-)
telinga
Kelainan pre-, infra-, Fistel (-),lesi (-), abses (-)tanda Fistel (-),lesi (-), abses (-)tanda
retroaurikuler randang (-), randang (-),
Region mastoid Nyeri (-), radang (-) Nyeri (-), radang (-)
Liang telinga CAE Lapang,sekret (-), Serumen
(-), MT belum dapat dinilai,
hifa(+) warna putih sedikit CAE Lapang, sekret (-), Serumen
kehitaman,adanya sisk seperti (-),
ketombe

Membran timpani Intak, warna abu mengkilat,


Belum dapat di nilai refleks cahaya(+) arah jam 7,
hiperemis (-), bulging (-),

4
perforasi (-)

Tes Penala
KANAN KIRI
Rinne - +
Weber Latelarisasi -
Scwabach Memanjang Sama dgn pemeriksa
Penala yang dipakai 512 512

Kesan : adanya lateralisasi ke kanan dan scwabach memendek pada telinga kanan

HIDUNG
 Bentuk : simetris, bengkak (-), massa (-), tumor(-),
luka (-)
 Tanda peradangan : tidak tampak
 Daerah sinus frontalis dan maksilaris : radang (-), edema (-), nyeri tekan (-)
 Vestibulum : lapang, mukosa tenang, lesi (-), massa
(-), nyeri (-)
 Cavum nasi : lapang, mukosa tenang, sekret (+)
bening, lesi (-), massa (-), benda asing(-),
passase udara (+)
 Konka inferior kanan/kiri : eutrofi, mukosa tenang, lesi (-)
 Meatus nasi inferior kanan/kiri : lapang, sekret (-), obstruksi (-)
 Konka medius kanan/kiri : tidak tampak
 Meatus nasi medius kanan/kiri : tidak tampak
 Septum nasi : deviasi (-), udem (-)

Rinofaring
 Koana : tidak dilakukan
 Septum nasi posterior : tidak dilakukan

5
 Muara tuba eustachius : tidak dilakukan
 Tuba eustachius : tidak dilakukan
 Torus tubarius : tidak dilakukan
 Post nasal drip : tidak dilakukan

Pemeriksaan Transluminasi
 Sinus frontalis kanan, grade : tidak dilakukan
 Sinus frontalis kiri, grade : tidak dilakukan
 Sinus maksilaris kanan, grade : tidak dilakukan
 Sinus maksilaris kiri, grade : tidak dilakukan

TENGGOROK
Faring
 Dinding faring : hiperemis(-), eksudat (-),edema (-), massa (-), granul (-)
 Arcus : simetris
 Tonsil : T1 – T1, detritus (-), kripta melebar(-)
 Uvula : di tengah,tidak memanjang (-), edema (-), deviasi (-)
 Gigi : lengkap, karies (-)
 Oral hygene : baik, terawatt, tidak berbau
 Lain-lain :-

Laring
 Epiglottis : tidak dilakukan
 Plica vocalis : tidak dilakukan
 Arytenoid : tidak dilakukan
 Ventricular band : tidak dilakukan
 Pita suara : tidak dilakukan
 Rima glottis : tidak dilakukan
 Cincin trakea : tidak dilakukan

6
 Sinus piriformis : tidak dilakukan
 Pembesaran KGB Leher: massa (-), benjolan (-), hematom (-), udem (-)

IV. RESUME
Seorang laki-laki berusia 16 tahun datang dengan keluhan gatal di telinga kanan sejak 2
minggu yang lalu.keluhan disertai dengan penurunan pendengaran pada telinga sebelah kanan
juga pasien merasakan telinga kanannya tertutup. Sebelumnya pasien mengeluh pernah gatal
seperti ini tanpa ada gejala telinga terasa penuh. Sejak 2 minggu yg lalu pasien merasa telinganya
merasa gatal yang semakin memberat dan disertai dengan telinga terasa tertup.Pasien juga
mengeluhkan adanya penurunan pendengaran serta terasa nyeri pada telinga kanan sejak 2
minggu yang lalu .Keluhan Telinga keluar cairan tidak ada,berdenging tidak ada,demam tidak
ada,batuk tidak ada,pilek tidak ada,nyeri menelan tidak ada.pasien mempunyai kebiasaan
berenang tanpa menggunakan penutup telinga dan sering mengorek-ngorek menggunkan cotton
bud

Satu minggu yang lau pasien berobat ke poli tht RS Bayukarta dan pasien dilakukan
irigasi dan pengeluaran serumen,pasien juga diberikan obat tetes telinga,salep oles telinga dan
obat minum. Pasien merasakan keluhan gatalnya mulai berkurang dan pendenganran terasa lebih
baik. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit
asma atau riwayat alergi makanan dan obat. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu
tubuh 36,5,0C, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 88x/menit dan pernapasan 19x/menit.Pada
pemeriksaan liang telinga didapatkan hifa berwarna putih sedikit kehitaman pada telinga sebelah
kanan.Pada pemeriksaan hidung dan tenggorokan tidak ditemukan adanya kelainan

V. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Otitis eksterna bakterialis
Dermatitis pada liang telinga
VI. WORKING DIAGNOSIS
Otomikosis

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DIANJURKAN


kerokan kulit liang telinga diperiksa dengan KOH 10 %
VIII. PENATALAKSANAAN
7
Irigasi dan suction
Cuci telinga (Larutan asam asetat 2% dalam alkohol, H2O2 3%, Povidone iodium 5%)
Tetes telinga yang mengandung antibiotik dan steroid(otopain)
Anti Jamur
Antibiotik
Analgesik

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad Bonam
Quo ad functionam : ad Bonam
Quo ad sanationam : ad Bonam

X. EDUKASI
• Menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek telinga terlalu sering
• menjaga agar telinga tidak lembab
• menggunakam obat sesuai anjuran dokter
• Kontrol 1 minggu kemudian

BAB I
PENDAHULUAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telinga luar ialah pH di
liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi
menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh.1
Faktor lain penyebab otitis eksterna adalah trauma lokal dan alergi. Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menyebabkan edema dari epitel skuamosa. Keadaan ini
menimbulkan trauma lokal yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit, inflasi dan
menimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut adalah pseudomonas (41%),
strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).2

8
Otitis eksterna ini merupakan suatu infeksi liang telinga bagian luar yang dapat menyebar
ke pinna, periaurikular, atau ke tulang temporal. Biasanya seluruh liang telinga terlibat, tetapi
pada furunkel liang telinga luar dapat dianggap pembentukan lokal otitis eksterna. Otitis eksterna
difusa merupakan tipe infeksi bakteri patogen yang paling umum disebabkan oleh pseudomonas,
stafilokokus dan proteus, atau jamur.5
Penyakit ini sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada
iklim-iklim sejuk dan kering. Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun
1844 banyak peneliti mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini seperti Branca (1953)
mengatakan bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Senturia dkk
(1984) menganggap bahwa keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari liang telinga
luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna. Howke dkk (1984)
mengemukakan pemaparan terhadap air dan penggunaan lidi kapas dapat menyebabkan terjadi
otitis eksterna baik yang akut maupun kronik.3,4
Umumnya penderita datang ke Rumah Sakit dengan keluhan rasa sakit pada telinga,
terutama bila daun telinga disentuh dan waktu mengunyah. Bila peradangan ini tidak diobati
secara adekuat, maka keluhan-keluhan seperti rasa sakit, gatal dan mungkin sekret yang berbau
akan menetap.3
Pembersihan yg terbaik adalah dengan sunction dan menggunakan otoskop. Alternative lain
untuk membersihkan telinga adalah dgn menggunakan kapas untuk mengeluarkan secara
perlahan-lahan secret tebal dari saluran telinga luar. Jika secret tipis, keras atau lengket maka
pemberian antibiotic atau hydrogen peroksida dapat menolong untuk melembutkan secret tsb
agar mudah dikeluarkan. Dapat juga diberikan alcohol sesudahnya untuk membersihkan saluran,
tetapi hal ini mungkin menyebabkan iritasi jika saluran telah mengalami peradangan. Pasien
harus dievaluasi kembali apabila sekret susah untuk dikeluarkan akibat adanya pembengkakan
atau nyeri.1-4

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar terdiri dari
daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani; telinga tengah terdiri dari membrane
timpani, tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes), dan tuba eustachius; sedangkan
telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) dan kanalis semisirkularis. Untuk lebih jelasnya
perhatikan gambar berikut:1

Gambar 1. Anatomi -
Telinga

10
Pada referat kali ini yang kita bahas hanya kelaianan pada telinga luar yang kita kenal
dengan istilah “Otitis Eksterna (OE)”. Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa yang
termasuk telinga luar adalah aurikula atau pinna dan liang telinga.
Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan kulit dengan dasarnya terdiri
dari tulang rawan yang juga ikut membentuk liang telinga bagian luar. Hanya cuping telinga atau
lobulus yang tidak mempunyai tulang rawan, tetapi terdiri dari jaringan lemak dan jaringan
fibros. Bentuk dari kulit, tulang rawan dan otot pada suatu keadaan tertentu dapat menentukan
bentuk dan ukuran dari orifisium liang telinga bagian luar, serta menentukan sampai sejauh mana
serumen akan tertahan dalam liang telinga, disamping itu mencegah air masuk kedalam liang
telinga. 6
Liang telinga mempunyai bagian tulang (di dua pertiga bagian dalam) dan tulang rawan (di
sepertiga bagian luar). Membran timpani memisahkan telinga luar dan telinga tengah. Telinga
luar berfungsi mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga
tengah. Liang telinga luar yang sering disebut meatus, panjang kira-kira 2,5 cm, membentang
dari konka telinga sampai membran timpani. Bagian tulang rawan liang telinga luar sedikit
mengarah keatas dan kebelakang dan bagian sedikit kebawah dan kedepan sehingga berbentuk
huruf “S“, sehingga penarikan daun telinga kearah belakang atas luar, akan membuat liang
telinga cenderung lurus dan memungkinkan terlihatnya membran timpani pada kebanyakan liang
telinga.1,6
Bagian yang tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan tulang dan tulang rawan.
Hanya sepertiga bagian luar atau bagian kartilaginosa dari liang telinga dapat bergerak dan
mengandung folikel rambut yang banyaknya bervarasi antar individu namun ikut membantu
menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Bersama dengan lapisan luar membrana timpani,
liang telinga membentuk suatu kantung berlapis epitel yang bersifat lembab, sehingga daerah ini
menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu. 6
Anatomi liang telinga bagian tulang sangat unik karena merupakan satu-satunya tempat
dalam tubuh dimana kulit langsung terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan
subkutan(jaringan longgar). Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap pembengkakan
akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi. Karena keunikan anatomi aurikula
serta konfigurasi liang telinga yang melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu
melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan efek termal.1,6

11
2.2. DEFENISI OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna adalah suatu inflamasi, iritasi, atau infeksi kulit dari liang/saluran telinga
luar (meatus akustikus eksterna) yang disebabkan oleh kuman maupun jamur (otomikosis)
dengan tanda-tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di liang telinga
dan kecenderungan untuk kambuhan. Infeksi ini bisa menyerang seluruh saluran (otitis eksterna
generalisata) atau hanya pada daerah tertentu sebagai bisul (furunkel) atau jerawat. 1,6

2.3. ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu pseudomonas (41%),
strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%).. Penyakit ini dapat juga
disebabkan oleh jamur (10% otitis eksterna disebabkan oleh jamur terutama jamur pityrosporum
dan aspergilosis) dan virus (misalnya: virus varisela zoster). Otitis eksterna dapat juga
disebabkan oleh penyebaran luas dari proses dermatologis yang bersifat non infeksi.1,7

Gambar 2. Infeksi jamur Gambar 3. Infeksi virus (herpes zoster)

Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu :


a. Udara hangat dan lembab memudahkan kuman dan jamur untuk tumbuh.
b. Derajat keasaman (pH) liang telinga, dimana PH basa mempermudah terjadinya otitis
eksterna. PH asam memproteksi terhadap kuman infeksi.

12
c. Trauma mekanik seperti trauma lokal dan ringan pada epitel liang telinga luar (meatus
akustikus eksterna), misalnya setelah mengorek telinga menggunakan lidi kapas atau benda
lainnya.
d. Berenang dan terpapar air. Perubahan warna kulit liang telinga dapat terjadi setelah terkena
air. Hal ini disebabkan adanya bentuk lekukan pada liang telinga sehingga menjadi media
yang bagus buat pertumbuhan bakteri. Otitis eksterna sering disebut sebagai swimmer's ear.
e. Benda asing yang menyebabkan sumbatan liang telinga, misalnya manik-manik, biji-bijian,
serangga, dan tertinggal kapas.
f. Bahan iritan (misalnya hair spray dan cat rambut).
g. Alergi misalnya alergi obat (antibiotik topikal dan antihistamin) dan metal (nikel).
h. Penyakit psoriasis
i. Penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala.
j. Penyakit diabetes. Otitis eksterna sirkumskripta sering timbul pada pasien diabetes.
k. Penyumbat telinga dan alat bantu dengar. Terutama jika alat tersebut tidak dibersihkan
dengan baik. 7,4

Otitis eksterna kronik dapat disebabkan :


 Pengobatan infeksi bakteri dan jamur yang tidak adekuat.
 Trauma berulang.
 Benda asing.
 Alat bantu dengar (hearing aid), penggunaan cetakan (mould) pada hearing aid.4

2.4. PATOFISIOLOGI OTITIS EKSTERNA

Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan
dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat
mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis
berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk
ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap
pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.1,7,8

13
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan
protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal
yang memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal
memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah
yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara
akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar dapat
menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.4

Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:


a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan jaringan
lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan
serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan tulang
rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan dihantarkan ke
kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat
pada penderita otitis eksterna.1,7,8

2.5. MANIFESTASI KLINIS OTITIS EKSTERNA

Tanda otitis eksterna menggunakan otoskop yaitu kulit pada saluran telinga tampak
kemerahan, membengkak, bisa berisi nanah dan serpihan sel-sel kulit yang mati.3
Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit (otalgia). Otalgia merupakan
keluhan paling sering ditemukan. Otalgia berat biasa ditemukan pada otitis eksterna
sirkumskripta. Keluhan ini bervariasi dan bisa dimulai dari perasaan sedikit tidak enak, perasaan
penuh dalam telinga, perasaan seperti terbakar, hingga rasa sakit hebat dan berdenyut. Hebatnya
rasa nyeri ini tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Rasa nyeri terasa makin
hebat bila menyentuh, menarik, atau menekan daun telinga. Juga makin nyeri ketika pasien
sedang mengunyah.1,3,7,8
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Gatal-

14
gatal paling sering ditemukan dan merupakan pendahulu otalgia pada otitis eksterna akut. Pada
kebanyakan penderita otitis eksterna akut, tanda peradangan diawali oleh rasa gatal disertai rasa
penuh dan rasa tidak enak pada telinga.3
Pendengaran berkurang atau hilang. Tuli konduktif ini dapat terjadi pada otitis eksterna
akut akibat sumbatan lumen kanalis telinga luar oleh edema kulit liang telinga, sekret serous atau
purulen, atau penebalan kulit progresif pada otitis eksterna lama. Selain itu, peredaman hantaran
suara dapat pula disebabkan tertutupnya lumen liang telinga oleh deskuamasi keratin, rambut,
serumen, debris, dan obat-obatan yang dimasukkan ke dalam telinga. Gangguan pendengaran
pada otitis eksterna sirkumskripta akibat bisul yang sudah besar dan menyumbat liang telinga.3

Selain gejala-gejala diatas otitis eksterna juga dapat memberikan gejala-gejala klinis berikut:
1. Deskuamasi.
2. Tinnitus.
3. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang telinga (otore).
Kadangkadang pada otitis eksterna difus ditemukan sekret / cairan berwarna putih atau
kuning, atau nanah. Cairan tersebut berbau yang tidak menyenangkan. Tidak bercampur
dengan lendir (musin).
4. Demam.
5. Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut.
6. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna sirkumskripta. Bisul
menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah, darah dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor
dari telinga.
7. Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang telinga pada otitis eksterna
difus tampak hiperemis dan udem dengan batas yang tidak jelas. Bisa tidak terjadi
pembengkakan, pembengkakan ringan, atau pada kasus yang berat menjadi bengkak yang
benar-benar menutup liang telinga.3,7

2.6. KLASIFIKASI OTITIS EKSTERNA

Otitis eksterna diklasifikasikan atas :1,7


1) Otitis eksterna akut :
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)

15
b. Otitis eksterna difus
2) Otitis eksterna kronik

Gambar 4. Otitis eksterna akut Gambar 5. Otitis eksterna kronis

2.6.1. Otitis Eksterna Akut (OEA)


2.6.1.1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)

Defenisi
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi oleh kuman pada kulit disepertiga luar liang
telinga yang mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
serumen sehingga membentuk furunkel. Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes.
Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus.1,7
Gejala Klinis
Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan
karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri
timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada waktu
membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran bila
furunkel besar dan menyumbat liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan.
Terdapat tanda infiltrat atau abses pada sepertiga luar liang telinga.1,7
Beberapa furunkel mungkin bersatu membentuk karbunkel jika infeksi berlanjut tidak
diterapi, akan timbul selulitis dan mungkin limfadenitis regional. Furunkulosis sering bersama-
sama dengan Otitis Eksterna Difusa (OED). Pada kasus berat, edema dapat menyebar ke sulkus

16
post aurikular menyebabkan daun telinga terdorong ke depan. Kesulitan mendiagnosa timbul
apabila liang telinga bengkak keseluruhan yang menghalangi pemeriksaan membrana timpani.
Keadaan ini harus dibedakan dari mastoiditis akuta, pembengkakan dan tenderness dapat
menyebar ke daerah post aurikula.4,7
Terapi
Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara
steril untuk mengeluarkan nanahnya. Lokal diberikan antibiotic dalam bentuk salep, seperti
polymyxin B atau bacitracin, atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol. Kalau dinding
furunkelnya tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan
nanahnya. Biasanya tidak diperlukan pemberian antibiotik secara sistemik, hanya diberikan obat
simtomatik seperti analgetik dan obat penenang.1

2.6.1.2. Otitis Eksterna Difus (OED)

Defenisi
Otitis eksterna difusa biasanya mengenai kulit liang telinga dua pertiga bagian dalam. OED
dikenal juga sebagai telinga cuaca panas (hot weather ear), telinga perenang (swimmer ear),
karena merupakan suatu problema umum dibagian otologi yang didapat pada 5–20 % penderita
yang berobat ke dokter di daerah-daerah tropis dan subtropis pada musim panas. Otitis eksterna
difusa merupakan komplek gejala peradangan yang terjadi sewaktu cuaca panas dan lembab dan
dapat dijumpai dalam bentuk ringan, sedang, berat dan menahun.7
Kuman penyebab biasanya pseudomonas.ada juga kuman lain seperti staphylococcus albus dan
e.coli.
Diduga bahwa suhu yang tinggi, kelembaban yang tinggi dan kontaminasi kulit (kolonisasi)
dengan basil gram negatif merupakan tiga faktor terpenting yang menunjang didalam hal
patogenesis otitis eksterna difusa. Berdasarkan kepustakaan bahwa peningkatan yang cepat dari
insiden otitis eksterna terjadi apabila suhu menaik pada lingkungan yang kelembaban relatif
tinggi. 1,4,7
Tidak adanya serumen didalam liang telinga luar bisa merupakan suatu keadaan
predisposisi untuk terjadinya infeksi telinga. Telah dikemukakan bahwa serumen dari telinga
penyebab terjadinya lapisan asam yang bersifat anti bakteri yang dianggap berguna untuk
mempertahankan telinga yang sehat.4

17
Gejala Klinis
Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta. Kadang-kadang kita temukan
sekret yang berbau namun tidak bercampur lendir (musin). Lendir merupakan sekret yang
berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media. Rasa sakit didalam telinga
bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh didalam telinga,
perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut, pada suatu penelitian
multisenter yang melibatkan 239 pasien yang dilakukan oleh Cassisi dkk, rasa sakit yang hebat
20%, sedang 27%, ringan 36% dan tidak ada rasa sakit 17%. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan.
Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Ini
diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan
periosteum dan perikondrium,sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat.8
Lagi pula, kulit dan tulang rawan sepertiga luar liang telinga bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan
kekulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat
dirasakan oleh penderita otitis eksterna.1
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Gatal
merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang berkaitan
dengan otitis eksterna akut. Rasa gatal yang hebat 9%, sedang 23%, ringan 35%, tidak didapat
rasa gatal 33%. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak
merupakan tanda permulaan peradangan suatu etitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik
merupakan keluhan utama.8
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut. Edema
kulit liang telinga, sekret yang serousa atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis
eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli
konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan
kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.8
Diagnosis otitis eksterna difusa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

18
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan keluhan telinga terasa nyeri, terasa penuh,
pendengaran berkurang, dan gatal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kulit liang telinga
hiperemis, dan edema dengan batas yang tidak jelas, adanya sekret yang berbau dan tidak
mengandung musin.6
Pada pemeriksaaan histopatologi otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran
hiperkeratosis epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum
korneum dan stratum germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis
fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus kelenjar berkurang, aktifitas
sekretoris kelenjar berkurang.8
Penatalaksanaan
Langkah pertama yang terpenting untuk terapi otitis eksterna difusa berupa pembersihan
secara cermat semua debris dan nanah di dalam liang telinga, yang mudah dilakukan dengan
menggunakan ujung penghisap yang kecil. Kemudian liang telinga dimasukkan tampon yang
mengandung antibiotik. Kadang-kadang diperlukan antibiotik sistemik.1
Ingat bahwa antibiotik harus berkontak seluruhnya dengan kulit liang telinga secara efektif.
Bila terdapat saluran yang baik dengan membrana timpani, pasien disuruh berbaring pada satu
sisi tubuhnya, kemudian diteteskan antibiotika dan dipasang sumbat kapas dalam telinga. Harus
diberikan 4 atau 5 tetes ke dalam telinga setiap 4 jam untuk 48 jam pertama, setelah itu liang
diperiksa kembali. Biasanya terjadi perbaikan dramatis. Kemudian tetesan antibiotika harus
diberikan 3 kali sehari selama 1 minggu. Kadang-kadang terdapat pembengkakkan sedemikian
rupa sehingga tetesan tersebut tidak dapat masuk ke liang telinga. Pada keadaan ini, masukkan
dengan hati-hati gumpalan kapas tipis 5-7,5cm dan ditekan hati-hati ke dalam liang telinga
deengan forsep bayonet atau forsep buaya. Ujung dalam gumpalan ini harus sedikit mungkin ke
membran timapani dan ujung luarnya harus menonjol ke luar dari liang telinga. Dengan pasien
pada salah satu sisinya, gumpalan tersebut harus dibasahi dengan larutan antibiotika setiap 3-4
jam. Setelah kapas tersebut dibasahi, pasang sumbatan kapas ke dalam telinga. Dua puluh empat
jam setelah itu kapas harus diangkat dan telinga dibersihkan, serta kemudian dimasukkan
gumpalan kapas yang lebih besar. Biasanya dalam waktu 48 jam, edema akan mengurai
sedemikian rupa sehingga tetesan antibiotika dapat langsung masuk ke dalam telinga.1,8
Suatu antibiotika yang mengandung neomisin bersama polimiksin B sulfat (cortisporin)
atau kolistin (colymiysin) akan efektif untuk sekitar 99 % pasien. Bila infeksi disebabkan oleh

19
jamur, salep Nystatin (mycostatin) dapat dioleskan semuanya ke kulit liang telinga dan dapat
digunakan tetesan m-kresil asetat (creysylate) atau mertiolat dalam air (1:1000). Harus
dihindarkan masuknya air selama 2 minggu setelah infeksi teratasi untuk mencegah rekurensi.8
Biasanya terapi yang tepat menyebabkan penurunan dramatis bagi nyeri dalam 34-48 jam.
Untuk nyeri hebat yang biasanya menyertai otitis ekterna difusa dapat diberikan kodein atau
aspirin. Kadang-kada ada individu yang sangat rentan terhadap otitis eksterna, pasien-pasien ini
harus diinstruksikan untuk menghindari masuknya air, busa sabun dan smprotan rambut ke
dalam telinga. Mereka dapat membersihkan telinganya dengan alkohol.8
Terapi topikal biasanya cukup efektif, tetapi bila dijumpai adenopathy dan gejala toksisitas,
antibiotika sistemik dibutuhkan. Penggunaan kortikosteroid diharapkan dapat mengurangi proses
inflamasi.7
2.6.2 OTOMIKOSIS

Definisi

Otomikosis ( dikenal juga dengan Singapore Ear ), adalah infeksi telinga yang
disebabkan oleh jamur, atau infeksi jamur, yang superficial pada kanalis auditorius eksternus.4,6
Otomikosis ini sering dijumpai pada daerah yang tropis. Infeksi ini dapat bersifat akut
dan subakut, dan khas dengan adanya inflammasi, rasa gatal, dan ketidaknyamanan. Mikosis ini
menyebabkan adanya pembengkakan, pengelupasan epitel superfisial, adanya penumpukan
debris yang berbentuk hifa, disertai suppurasi, dan nyeri.6,7

20
Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna, dalam hal ini otomikosis, meliputi ketiadaan
serumen, kelembaban yang tinggi, peningkatan temperature, dan trauma lokal, yang biasanya
sering disebabkan oleh kapas telinga ( cotton buds ) dan alat bantu dengar. Serumen sendiri
memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan jamur.
Olah raga air misalnya berenang dan berselancar sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh
karena paparan ulang dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen, dan keringnya kanalis
auditorius eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif pada telinga.
Predisposisi yang lain meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis allergika, dan asthma.8
Infeksi ini disebabkan oleh beberapa spesies dari jamur yang bersifat saprofit, terutama
Aspergillus niger. Agen penyebab lainnya meliputi A. flavus, A. fumigatus, Allescheria boydii,
Scopulariopsis, Penicillium, Rhizopus, Absidia, dan Candida Spp. Sebagai tambahan, otomikosis
dapat merupakan infeksi sekunder dari predisposisi tertentu misalnya otitis eksterna yang
disebabkan bakteri yang diterapi dengan kortikosteroid dan berenang.9,10
Banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan jamur saprofit ini mejadi jamur yang
patogenik, tetapi bagaimana mekanismenya sampai sekarang belum dimengerti. Beberapa dari
faktor dibawah ini dianggap berperan dalam terjadinya infeksi, seperti perubahan epitel,
peningkatan kadar pH, gangguan kualitatif dan kuantitatif dari serumen, faktor sistemik ( seperti
gangguan imun tubuh, kortikosteroid, antibiotik, sitostatik, neoplasia ), faktor lingkungan
( panas, kelembaban ), riwayat otomikosis sebelumnya, Otitis media sekretorik kronik, post
mastoidektomi, atau penggunaan substansi seperti antibiotika spectrum luas pada telinga.3
Aspergillus niger dilaporkan sebagai penyebab paling terbanyak dari otomikosis ini. Pada
dua penelitian di Babol dan barat laut Iran, A.niger dilaporkan sebagai penyebab utama. Ozcan
dkk, dan Hurst melaporkan A.niger , juga sebagai penyebab terbanyak otomikosis di Turki dan
Australia. Tetapi, Kaur, dkk, menemukan bahwa A.fumigatus sebagai penyebab terbanyak diikuti
dengan A.niger. Spesies Aspergillus lainnya yang dihubungkan dengan otomikosis adalah
A.flavus. Penicillum juga dilaporkan oleh Pavalenko. Jamur lainnya yang berhubungan dengan
terjadinya otomikosis adalah C.albicans dan C. parapsilosis. Pada penelitian yang dilakukan Ali
Zarei di Pakistan Tahun 2006, dijumpai A.niger sebagai penyebab utama diikuti dengan
A.flavus.9,10

Aspergillus niger, juga telah dilaporkan sebagai penyebab otomikosis pada pasien

21
immunokompromis, yang tidak berespon terhadap berbagai regimen terapi yang telah diberikan.
( aspergillus otomikosis ).10

Epidemiologi
Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada daerah dengan
cuaca yang panas, juga pada orang-orang yang senang dengan olah raga air. 1 dari 8 kasus infesi
telinga luar disebabkan oleh jamur. 90 % infeksi jamur ini disebabkan oleh Aspergillus spp, dan
selebihnya adalah Candida spp. Angka prevalensi Otomikosis ini dijumpai pada 9 % dari seluruh
pasien yang mengalami gejala dan tanda otitis eksterna. Otomikosis ini lebih sering dijumpai
pada daerah dengan cuaca panas, dan banyak literatur menyebutkan otomikosis berasal dari
negara tropis dan subtropis. Di United Kingdom ( UK ), diagnosis otitis eksterna yang
disebabkan oleh jamur ini sering ditegakkan pada saat berakhirnya musim panas.8
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei tahun 2006, Otomikosis dijumpai lebih
banyak pada wanita ( terutama ibu rumah tangga ) daripada pria. Otomikosis biasanya terjadi
pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada penelitian tersebut, dijumpai otomikosis sering
pada remaja laki-laki, yang juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lainnya.9
Tetapi berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hueso,dkk, dari 102 kasus ditemukan
55,8 % nya merupakan lelaki, sedangkan 44,2% nya merupakan wanita.3

Gejala klinis
Gejala klinik yang dapat ditemui hampir sama seperti gejala otitis eksterna pada
umumnya yakni otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak dijumpai, kemudian
diikuti dengan kurangnya pendengaran, rasa penuh pada telinga dan gatal.2
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Tang Ho,et al pada tahun 2006, yakni dari
132 kasus otomikosis didapati persentase masing- masing gejala otomikosis sebagai berikut :

Simptom Jumlah Pasien ( n ) Persentase ( % )


Otalgia 63 48
Otorrhea 63 48
Kehilangan pendengaran 59 45
Rasa penuh pada telinga 44 33
Gatal 20 23

22
Tinnitus 5 4

gbr.6. tabel presentase masing-masing gejala otomikosis


( Tang Ho, et al, 2006)2
Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini
ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam.
Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai kedalam,
sampai ke membran timpani, maka akan dapat mengeluarkan cairan serosanguinos.10
Pada pemeriksaan telinga yang dicurigai otomikosis, didapati adanya akumulasi debris
fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan panjang dari permukaan
kulit, hilangnya pembengkakan signifikan pada dinding kanalis, dan area melingkar dari jaringan
granulasi diantara kanalis eksterna atau pada membran timpani.8

Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada :
Anamnesis.
Adanya keluhan nyeri di dalam telinga, rasa gatal, adanya secret yang keluar dari telinga. Yang
paling penting adalah kecenderungan beraktifitas yang berhubungan dengan air, misalnya
berenang, menyelam, dan sebagainya.11
Yang khas, terasa gatal atau sakit di liang telinga dan daun telinga menjadi merah, skuamous dan
dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar. Didapati adanya akumulasi debris
fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan panjang dari permukaan
kulit.11
Pemeriksaan Laboratorium
Preparat langsung : skuama dari kerokan kulit liang telinga diperiksa dengan KOH 10 % akan
tampak hifa-hifa lebar, berseptum, dan kadang-kadang dapat ditemyukan spora-spora kecil
dengan diameter 2-3 u.11
Pembiakan : Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan dieramkan pada suhu kamar.
Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filament berwarna putih. Dengan
mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora
berjejer melekat pada permukaannya.11

23
Diagnosa banding
Otomikosis dapat didiagnosa banding dengan otitis eksterna yang disebabkan oleh
bakteri, kemudian dengan dermatitis pada liang telinga yang sering memberikan gejala – gejala
yang sama.11
Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering , jangan lembab, dan
disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek
api, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-kotoran telinga harus sering dibersihkan.10
Pengobatan yang dapat diberikan seperti :
Larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang diteteskan kedalam liang telinga biasanya
dapat menyembuhkan.4
Tetes telinga siap beli seperti VoSol ( asam asetat nonakueus 2 % ), Cresylate ( m-kresil
asetat ) dan Otic Domeboro ( asam asetat 2 % ) bermanfaat bagi banyak kasus.4
Larutan timol 2 % dalam spiritus dilutes ( alkohol 70 % ) atau meneteskan larutan
burrowi 5 % satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan biasanya
memberi hasil pengobatan yang memuaskan.8
Dapat juga diberikan Neosporin dan larutan gentian violet 1-2 %.8
Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik, seperti preparat
yang mengandung nystatin , ketokonazole, klotrimazole, dan anti jamur yang diberikan secara
sistemik.2,4,10
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak secara komplit
mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas tidak menunjukkan
keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali. Hal ini menjadi penting untuk diingat
bahwa, selain memberikan anti jamur topikal, juga harus dipahami fisiologi dari kanalis
auditorius eksternus itu sendiri, yakni dengan tidak melakukan manuver-manuver pada daerah
tersebut, mengurangi paparan dengan air agar tidak menambah kelembaban, mendapatkan terapi
yang adekuat ketika menderita otitis media, juga menghindari situasi apapun yang dapat
merubah homeostasis lokal. Kesemuanya apabila dijalankan dengan baik, maka akan membawa
kepada resolusi komplit dari penyakit ini.3

24
Jamur adalah organisme mikroskopis tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan, dan ragi.
Beberapa jenis jamur dapat berkembang pada permukaan tubuh yang bisa menyebabkan infeksi
kulit, kuku, mulut atau vagina. Jamur yang paling umum menyebabkan infeksi kulit adalah tinea.
For example, tinea pedis ('athletes foot) . Infeksi umum yang ada pada mulut dan vagina disebut
seriawan. Hal ini disebabkan oleh Candida. Candida merupakan ragi yang merupakan salah satu
jenis jamur. Sejumlah Candida umumnya tinggal di kulit.

Ada beberapa jenis obat-obatan anti jamur


Antijamur cream
Digunakan untuk mengobati infeksi jamur pada kulit dan vagina. Antara lain :
ketoconazole, fenticonazole, miconazole, sulconazole, dan tioconazole.
Antijamur peroral
Amphotericin dan nystatin dalam bentuk cairan dan lozenges. Obat-obatan ini tidak terserap
melalui usus ke dalam tubuh. Obat tersebut digunakan untuk mengobati infeksi Candida (guam)
pada mulut dan tenggorokan.
itraconazole, fluconazole, ketoconazole, dan griseofulvin dalam bentuk tablet yang diserap ke
dalam tubuh. Digunakan untuk mengobati berbagai infeksi jamur. Penggunaannya tergantung
pada jenis infeksi yang ada. example:
Terbinafine umumnya digunakan untuk mengobati infeksi kuku yang biasanya disebabkan oleh
jenis jamur tinea.
Fluconazole umumnya digunakan untuk mengobati jamur Vaginal. Juga dapat digunakan untuk
mengobati berbagai macam infeksi jamur pada tubuh
Antijamur injeksi
Amphotericin, flucytosine, itraconazole, voriconazole dan caspofungin adalah obat-obatan anti
jamur yang sering digunakan dalam injeksi.
Infeksi jamur dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Infeksi jamur sistemik
- Amfoterisin B
- Flusitosin
- Ketokonazol
- Itakonazol
- Fluconazol
- Kalium Iodida
2. Infeksi jamur topikal (dermatofit dan mukokutan)

AMFOTERISIN B
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi streptomyces nodosus.
Mekanisme kerja
Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur
sehingga membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intrasel dan menyebabkan
kerusakan yang tetap pada sel.
25
Salah satu penyebab efek toksik yang ditimbulkan disebabkan oleh pengikatan kolesterol pada
membran sel hewan dan manusia.
Resistensi terhadap amfoterisin B mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan reseptor sterol
pada membran sel.
Farmakokinetik
Absorbsi : sedikit sekali diserap melalui saluran cerna.
Waktu paruh kira-kira 24-48 jam pada dosis awal yang diikuti oleh eliminasi fase kedua dengan
waktu paruh kira-kira 15 hari, sehingga kadar mantapnya akan tercapai setelah beberapa bulan
setelah pemberian.
Ekskresi : obat ini melalui ginjal berlangsung lambat sekali, hanya 3 % dari jumlah yang
diberikan.
Efek samping
Infus : kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot,
flebitis, kejang dan penurunan faal ginjal.
50% penderita yang mendapat dosis awal secara IV akan mengalami demam dan menggigil.
Flebitis (-) à menambahkan heparin 1000 unit ke dalam infus.
Asidosis tubuler ringan dan hipokalemia sering dijumpai à pemberian kalium.
Efek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila amfoterisin B diberikan bersama flusitosin.
Indikasi
Untuk pengobatan infeksi jamur seperti koksidioidomikosis, aspergilosis, kromoblastomikosis
dan kandidosis.
Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis.
Amfoterisin B secara topikal efektif terhadap keratitis mikotik.
Sediaan
Amfoterisin B injeksi tersedia dalam vial yang mengandung 50 mg bubuk
Dosis
Pada umumnya dimulai dengan dosis yang kecil (kurang dari 0,25 mg/kgBB) yang dilarutkan
dalam dekstrose 5 % dan ditingkatkan bertahap sampai 0,4-0,6 mg/kgBB sebagai dosis
pemeliharaan.
Secara umum dosis 0,3-0,5 mg/kgBB cukup efektif untuk berbagai infeksi jamur, pemberian
dilakukan selama 6 minggu dan bila perlu dapat dilanjutkan sampai 3-4 bulan
Flusitosin
Flucytosine (5-fluorocytosine) adalah primidin sintetis yang telah mengalami fluorinasi
Mekanisme kerja
Flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma
akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-Fluorourasil. Sintesis
protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit
fluorourasil
Farmakokinetik
Absorbsi : diserap dengan cepat dan baik melalui saluran cerna.Pemberian bersama makanan
memperlambat penyerapan tapi jumlah yang diserap tidak berkurang. Penyerapan juga
diperlambat pada pemberian bersama suspensi alumunium hidroksida/magnesium hidroksida
dan dengan neomisin.

26
Distribusi :didistribusikan dengan baik ke seluruh jaringan dengan volume distribusi mendekati
total cairan tubuh.
Ekskresi : 90% flusitosin akan dikeluarkan bersama melalui filtrasi glomerulu dalam bentuk
utuh, kadar dalam urin berkisar antara 200-500µg/ml.
Kadar puncak dalam darah setelah pemberian per-oral dicapai 1-2 jam. Kadar ini lebih tinggi
pada penderita infusiensi ginjal.
Masa paruh obat ini dalam serum pada orang normal antara 2,4-4.8 jam dan sedikit memanjang
pada bayi prematur tetapi dapat sangat memanjang pada penderita insufisiensi ginjal.
Efek samping
Dapat menimbulkan anemia, leukopenia, dan trombositopenia, terutama pada penderita dengan
kelainan hematologik, yang sedang mendapat pengobatan radiasi atau obat yang menekan fungsi
tulang, dan penderita dengan riwayat pemakaian obat tersebut.
Mual,muntah, diare dan enterokolitis yang hebat.
Kira-kira 5% penderita mengalami peninggian enzim SGPT dan SGOT, hepatomegali.
Terjadi sakit kepala, kebingungan, pusing, mengantuk dan halusinasi.
Indikasi
infeksi sistemik, karena selain kurang toksik obat ini dapat diberikan per oral.
Penggunaannya sebagai obat tunggal hanya diindikasikan pada kromoblastomikosis
Sediaan dan dosis
Flusitosin tersedia dalam bentuk kapsul 250 dan 500 mg
Dosis yang biasanya digunakan ialah 50-150 mg/kgBB sehari yang dibagi dalam 4 dosis.

Ketokonazol.
Mekanisme kerja
Seperti azole jenis yang lain, ketoconazole berinterferensi dengan biosintesis ergosterol,
sehingga menyebabkan perubahan sejumlah fungsi sel yang berhubungan dengan membran.
Farmakokinetik
Absorbsi : diserap baik melalui saluran cerna dan menghasilkan kadar plasma yang cukup
untuk menekan aktivitas berbagai jenis jamur. Penyerapan melalui saluran cerna akan berkurang
pada penderita dengan pH lambung yang tinggi,pada pemberian bersama antasid.
Distribusi : ketokonazol setelah diserap belum banyak diketahui.
Ekskresi : Diduga ketokonazol diekskresikan bersama cairan empedu ke lumen usus dan
hanya sebagian kecil saja yang dikeluarkan bersama urin, semuanya dalam bentuk metabolit
yang tidak aktif.
Efek samping
Efek toksik lebih ringan daripada Amfoterisin B.
Mual dan muntah merupakan ESO paling sering dijumpai
ESO jarang : sakit kepala, vertigo, nyeri epigastrik, fotofobia, parestesia, gusi berdarah, erupsi
kulit, dan trombositopenia.
Indikasi
Ketokonazol terutama efektif untuk histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak.
Kehamilan dan laktasi
Obat ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena pada tikus, dosis 80 mg/kgBB/hari
menimbulkan cacat pada jari hewan coba tersebut.

27
Itrakonazol
Mekanisme kerja
Seperti halnya azole yang lain, itraconazole berinterferensi dengan enzim yang dipengaruhi oleh
cytochrome P-450, 14(-demethylase. Interferensi ini menyebabkan akumulasi 14-methylsterol
dan menguraikan ergosterol di dalam sel-sel jamur dan kemudian mengganti sejumlah fungsi sel
yang berhubungan dengan membran
Farmakokinetik
Itrakonazol akan diserap lebih sempurna melalui saluran cerna, bila diberikan bersama dengan
makanan. Dosis 100 mg/hari selama 15 hari akan menghasilkan kadar puncak sebesar 0,5 µg/ml.
Waktu paruh eliminasi obat ini 36 jam (setelah 15 hari pemakaian).
Sediaan dan dosis
Itrakonazol tersedia dalam kapsul 100 mg.
Untuk dermatofitosis diberikan dosis 1 x 100mg/hari selama 2-8 minggu
Kandidiasis vaginal diobati dengan dosis 1 x 200 mg/hari selama 3 hari.
Pitiriasis versikolor memerlukan dosis 1 x 200 mg/hari selama 5 hari.
Infeksi berat mungkin memerlukan dosis hingga 400 mg sehari.
Efek samping
Kemerahan,
pruritus,
lesu,
pusing,
edema,
parestesia
10-15% penderita mengeluh mual atau muntah tapi pengobatan tidak perlu dihentikan
Indikasi
Itrakonazol memberikan hasil memuaskan untuk indikasi yang sama dengan ketokonazol antara
lain terhadap blastomikosis, histoplasmosis, koksidiodimikosis, parakoksidioidomikosis,
kandidiasis mulut dan tenggorokan serta tinea versikolor.

Flukonazol
Farmakokinetik
Obat ini diserap sempurna melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi adanya makanan ataupun
keasaman lambung.
Kadar puncak 4-8 µg dicapai setelah beberapa kali pemberian 100 mg.
Waktu paruh eliminasi 25 jam sedangkan ekskresi melalui ginjal melebihi 90% bersihan ginjal.
Sediaan dan dosis
Flukonazol tersedia untuk pemakaian per oral dalam kapsul yang mengandung 50 dan 150mg.
Dosis yang disarankan 100-400 mg per hari.
Kandisiasis vaginal dapat diobati dengan dosis tunggal 150 mg.
Efek samping
Gangguan saluran cerna merupakan ESO paling banyak
Reaksi alergi pada kulit, eosinofilia, sindrom stevensJohnson.

28
Indikasi

Flukonazol dapat mencegah relaps meningitis oleh kriptokokus pada penderita AIDS setelah
pengobatan dengan Amfoterisin B. Obat ini juga efektif untuk pengobatan kandidiasis mulut dan
tenggorokan pada penderita AIDS.

Kalium Iodida
Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis
Efek samping
mual
rinitis
salivasi
lakrimasi
rasa terbakar pada mulut dan tenggorok
iritasi pada mata
sialodenitis dan akne pustularis pada bagian atas bahu
DOSIS
Kalium iodida diberikan dengan dosis 3 kali sehari 1 ml larutan penuh (1g/ml).
Dosis ditingkatkan 1 ml sehari sampai maksimal 12-15 ml.
Penyembuhan terjadi dalam 6-8 minggu, namun terapi masih dilanjutkan sampai sedikitnya 4
minggu setelah lesi menghilang atau tidak aktif lagi
Anti jamur untuk infeksi topikal
Griseofulvin
Imidazol dan Triazol
Tolnaftat
Nistatin
Griseofulvin
Griseofulvin adalah antibiotik anti jamur yang dihasilkan oleh sejumlah spesies Penicillium dan
pertama kali diperkenalkan adalah berbentuk obat oral yang diperuntukkan bagi pengobatan
penyakit dermatophytosis
Mekanisme Kerja
Griseofulvin à kelompok obat fungistatis yang mengikat protein-potein mikrotubular dan
berperan untuk menghambat mitosis sel jamur.
Selain itu, griseofulvin juga inhibitor (penghambat) bagi sintensis asam nukleat.
Farmakokinetik
Griseofulvin kurang baik penyerapannya pada saluran cerna bagian atas karena obat ini tidak
larut dalam air. Penyerapan lebih mudah bila griseofulvin diberikan bersama makanan berlemak
Dosis oral 0.5 hanya akan menghasilkan kadar puncak dalam plasma kira-kira 1 µg/ml setelah 4
jam.
Obat ini mengalami metabolisme di hati dan metabolit utamanya adalah 6-metilgriseofulvin.
Waktu paruh obat ini kira-kira 24 jam, 50% dari dosis oral yang diberikan dikeluarkan bersama
urin dalam bentuk metabolit selama 5 hari.
Efek samping
Leukopenia dan granulositopenia à menghilang bila terapi dilanjutkan.
Sakit kepala àkeluhan utama pada kira-kira 15% penderita yang biasanya hilang sendiri

29
sekalipun pemakaian obat dilanjutkan.
artralgia, neuritis perifer, demam, pandangan mengabur, insomnia, berkurangnya kecakapan,
pusing dan sinkop, pada saluran cerna dapat terjadi rasa kering mulut, mual, muntah, diare dan
flatulensi.
Pada kulit dapat terjadi urtikaria, reaksi fotosensitivitas, eritema multiform, vesikula dan erupsi
menyerupai morbili.
Indikasi
Efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan oleh jamur Microsporum,
Tricophyton, dan Epidermophyton.
Sediaan dan dosis
Griseofulvin tersedia dalam bentuk tablet berisi 125 dan 500 mg dan suspesi mengandung 125
mg/ml.
Pada anak griseofulvin diberikan 10 mg/kgBB/hari
Untuk dewasa 500-1000 mg/hari dalam dosis tunggal.
Kontaindikasi
Griseofulvin bersifat kontraindikasi pada pasien penderita penyakit liver karena obat ini
menyebabkan kerusakan fungsi hati

IMIDAZOL DAN TRIAZOL


Anti jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas. Yang termasuk kelompok ini
ialah mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan bifonazol.
MIKONAZOL
Mikonazol merupakan turunan imidazol sintetik yang relatif stabil, mempunyai spektrum ani
jamur yang lebar baik terhadap jamur sistemik maupun jamur dermatofit.
Mekanisme Kerja
Mikonazol menghambat sintesis ergosterol yang menyebabkan permeabilitas membran sel jamur
meningkat
Farmakokinetik
Daya absorbsi Miconazole melalui pengobatan oral kurang baik.Miconazole sangat terikat oleh
protein di dalam serum. Konsentrasi di dalam CSF tidak begitu banyak, tetapi mampu
melakukan penetrasi yang baik ke dalam peritoneal dan cairan persendian.
Kurang dari 1% dosis parenteral diekskresi di dalam urin dengan komposisi yang tidak berubah,
namun 40% dari total dosis oral dieliminasi melalui kotoran dengan komposisi yang tidak
berubah pula.
Miconazole dimetabolisme oleh liver dan metabolitnya diekskresi di dalam usus dan urin. Tidak
satupun dari metabolit yang dihasilkan bersifat aktif
Indikasi
Diindikasikan untuk dermatofitosis, tinea versikolor, dan kandidiasis mukokutan.
Efek samping
Berupa iritasi dan rasa terbakar dan maserasi memerlukan penghentian terapi.
Sediaan dan dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk krem 2% dan bedak tabur yang digunakan 2 kali sehari selama 2-
4 minggu.
Indikasi
Krem 2 % untuk penggunaan intravaginal diberikan sekali sehari pada malam hari untuk

30
mendapatkan retensi selama 7 hari. Gel 2% tersedia pula untuk kandidiasis oral.

Kompikasi

Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari membran
timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi, dan cenderung sembuh
dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran timpani mungkin berhubungan dengan
nekrosis avaskular dari membran timpani sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah.
Angka insiden terjadinya perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar
antara 12-16 % dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi
terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan konsekuensi
inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun merupakan ekstensi langsung infeksi
tersebut dari kulit sekitarnya.2
Prognosa
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat terapi dengan
anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi ( penyembuhan ) yang baik secara
imunologi. Bagaimanapun juga, resiko kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan
infeksi sebenarnya tidak dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius
eksternus masih terganggu. 1
2.6.3. Otitis Eksterna Kronik/Malignan

Definisi
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan ditandai oleh
terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks menyebabkan liang telinga menyempit.5
Otitis eksterna malignan adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain disekitarnya.
Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada penderita diabetes
mellitus PH serumennya lebih tinggi dibandingkan PH serumen non diabetes. Kondisi ini
menyebabkan penderita diabetes lebih mudah mengalami otitis eksterna. Akibat adanya faktor
immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna
malignan.1
Pada otitis eksterna malignan peradangan meluas secara progresif kelapisan subkutis,
tulang rawan dan tulang disekitarnya. Sehingga dapat timbul kondroitis, osteitis, dan
osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal.1

31
Gejala Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga yang dengan cepat diikuti
oleh nyeri yang hebat dan sekret yang banyak dan pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri
tersebut semakin meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya jaringan granulasi
yang tumbuh secara cepat. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis dan
paralisis fasial.1 Penebalan endotel yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama dengan
kadar gula darah yan tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif menimbulkan
kesulitan pengobatan yang adekuat.8

Gambar 6. Otitis eksterna Maligna

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:


 Adanya inflamasi yang terlihat pada liang telinga luar dan jaringan lunak periaurikuler
 Nyeri yang hebat, yang ditandai adanya kekakuan pada jaringan lunak pada ramus
mandibula dan mastoid
 Jaringan granulasi terdapat pada dasar hubungan tulang dan tulang rawan. Jaringan ini
patognomonik pada otitis eksterna maligna. Pemeriksaan otoskopi juga dapat melihat
keterlibatan tulang.
 Nervus kranialis (V-XII) harus diperiksa

32
 Status mental harus diperiksa. Gangguan status mental dapat menunjukkan komplikasi
intrakranial
 Membran timpani biasanya intak
 Demam tidak umum terjadi.5

Penalatalaksanaan
Pengobatan otitis eksterna maligna termasuk memperbaiki imunosupresi, pengobatan lokal
pada liang telinga, terapi sistemik antibiotik jangka panjang, pada pasien tertentu dilakukan
pembedahan.5
Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Mengingat
kuman tersering penyebabnya adalah Pseudomonas aerigenosa, diberikan antibiotik dosis tinggi
yang sesuai dengan Pseudomonas aerigenosa. Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi,
diberikan golongan fluorokuinolon (ciprofloxasin) dosis tinggi peroral. Pada keadaan yang lebih
berat dapat diberikan antibiotic parenteral kombinasi dengan antibiotic golongan aminoglikosida
yang diberikan selama 6-8 minggu. Antibiotik yang sering digunakan adalah ciprofloxasin,
ticarcilin-clavulanat, piperacilin (dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidin,
cefepime (maxipime), tobramicin (kombinasi dengan aminoglikosida) gentamicin (kombinasi
dengan golongan penicillin), sebab penyakit akan segera menyerang bagian-bagian penting di
sekitarnya.1 Karena gentamisin dan tobramisin bersifat nefrotoksik dan ototoksik, maka kadar
kreatinin dan urin harus diawasi ketat dan pendengaran diperiksa secara periodik.5
Disamping obat-obatan, seringkali diperlukan juga tindakan membersihkan luka
(debridement) secara radikal. Tindakan membersihkan luka yang kurang bersih akan dapat
menyebabkan semakin cepatnya perjalanan penyakit. Telinga harus dibersihkan dengan teliti
setiap hari dan diolesi salep gentamisin. Diantara waktu membersihkan, harus diberikan obat
tetes gentamisin setiap 4-6 jam. Setelah terapi diberikan dan infeksi terkontrol, maka
pengangkatan jaringan granulasi manapun yang menetap di liang telinga dan biasanya dilakukan
dengan obat anastesi lokal, akan mempercepat penyembuhan. Kecuali kadang-kadang diperlukan
debrideman meatus akustikus eksternus. Biasanya tidak diperlukan pembedahan. Tetapi bila
keadaan pasien konstan atau memburuk walaupun telah diberikan terapi medis, mungkin
diperlukan mastoidektomi radikal.1,4,7

33
Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi yang banyak dipilih,
namun dengan temuan antibiotik spesifik pseudomonas, maka kini intervensi dengan antibiotik
sistemik merupakan bentuk utama terapi. Ada dugaan bahwa pembedahan invasif tanpa
perlindungan antibiotik akan mendukung penyebaran infeksi pada pasien-pasien yang telah
mengalami kemunduran ini. Oleh sebab itu pembedahan sebaiknya dibatasi pada pengangkatan
sekuestra, drainase abses, debridemant lokal jaringan granulasi.

BAB III
KESIMPULAN

Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang disebabkan disebabkan
oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Faktor yang mempermudah radang telianga luar ialah pH di
liang telinga yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi terhadap infeksi
menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. OE ini
dibagi menjadi otitis eksterna akut (otitis eksterna sirkumskripta & otitis eksterna dufus) dan
otitis eksterna kronis (otitis eksterna malignan).
Patogenesis dari otitis eksterna sangat komplek. Factor predisposisi OE adalah keadaan
udara yang hangat dan lembab akan memudahkan pertumbuhan bakteri dan jamur, pemaparan
terhadap air dan penggunaan lidi kapas juga dapat menyebabkan terjadi otitis eksterna baik yang
akut maupun kronik.
Gejala otitis eksterna adalah otalgia, gatal-gatal (pruritus), rasa penuh (fullness) di liang
telinga, pendengaran berkurang atau hilang, deskuamasi, tinnitus, discharge dan otore, demam,
nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut, infiltrat dan abses (bisul), serta hiperemis
dan udem (bengkak) pada liang telinga.
Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan : membuang serumen, kotoran, dan sel-sel kulit
mati dari liang telinga, mengeluarkan mikroorganisme, mengurangi rasa sakit, peradangan dan
edema, menghilangkan rasa tidak enak, memulihkan pendengaran, menghilangkan gatal dan
penggarukan yang berulang, terapi antifungal untuk menghindari infeksi jamur, dan erapi
antialergi dan antiparasit.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Sosialisman, Alfian F.Hafil, & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-6. dr. H. Efiaty Arsyad
Soepardi, Sp.THT, dkk (editor). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007.
Hal : 58-59.
2. Oghalai, J.S. 2003. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.bcm.
tme.edu/oto/grand/101295.htm. Di Akses pada tanggal : 29 September 2011.
3. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan Salep
Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut. Di unduh dari:
http://www.usudigitallibrary.com. Di Akses pada tanggal : 30 September 2011.
4. Kotton, C. 2004. Otitis Eksterna. Di unduh dari: http://www.sav-ondrugs.
com/shop/templates/encyclopedia/ENCY/article/000622.asp. Di Akses pada tanggal : 28
September 2011.
5. Nussenbaum Brian, MD, FACS. External Ear, Malignant External Otitis. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/845525-overview. Di Akses pada tanggal : 28
September 2011.
6. Suardana, W. dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorok RSUP Denpasar. Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok FK Unud. Denpasar.
1992
7. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso K: editor.
Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC. 1997.78-
84.
8. Susana. 2009. Nyeri Telinga. Di unduh dari: http://www.ssmedika.com/
index.php?option=com_content&view=article&id=53:nyeritelinga&catid=38:telinga&Itemid
=61. Di Akses pada tanggal : 28 September 2011.
9. Ali Zarei Mahmoudabadi. (2006). Mycological Studies in 15 Cases of Otomycosis. Pakistan
Journal of Medical Sciences.

10. Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri,dkk. (2001). Otomikosis.Kapita Selekta
Kedokteran ,Jakarta: Media Aesculapius, 3 ( 1),75.

11. Trelia Boel. (2003).Mikosis Superfisial.Retrieved from USU digital Library.

35

Anda mungkin juga menyukai