Anda di halaman 1dari 3

SUNGAI RHEIN, BRAUBACH, JERMAN

(Eni Kurniati Haningtias)

"Berlin ini sungguh diluar dugaan ku. Setiap angin yang berhembus disini, selalu ada makna
yang dibawa. Setiap cahaya matahari menelusuk jantung tubuh ini, disitulah oksigen muncul
sebagai penyegarku. Jika ada yang bertanya kepadaku kenapa harus Jerman? Dan kenapa harus
Berlin? Jawabku adalah karena disini adalah bagian dari duniaku. Jerman adalah duniaku sejak
dua tahun lalu. Kenyamanan yang aku rasakan disini, sama hal nya ketika belaian hangat
seorang ibu dirasakan oleh anaknya. Kutemukan banyak hal disini, termasuk masa depan
mimpiku.

Mungkin sudah menjadi rahasia umum jika seorang seperti aku, yang egois, moody, banyak
bicara, bercita cita menjadi seorang penulis hebat seperti Tere Liye, Ahmad Fuadi, atau Asma
Nadia yang dengan mudahnya berdakwah lewat tulisannya. Sudah banyak tinta yang aku
torehkan untuk menggapai cita itu. Apa yang telah aku perjuangkan untuk sebuah cita cita ini
adalah proses menuju sukses ku. Bahwa aku bisa disini sekarang adalah karena tinta itu. Tiga
bulan sebelum wisuda, aku memberanikan diri untuk mengirim tulisanku ke penerbit.
Harapanku saat itu adalah agar orang lain bisa membaca tulisanku. Meskipun aku bukanlah
seorang yang belajar hal tulis menulis, setidaknya aku percaya bahwa Tuhan-lah yang memberi
inspirasi menulis pada setiap orang, termasuk aku. Satu bulan berlalu, aku sempat putus asa.
Telfon dari penerbit yang aku tunggu tunggu belum juga berdering. Aku putus asa. Aku bahkan
berpikir bahwa tulisanku sangat jelek sehingga tak pantas untuk dibaca masyarakat. Sejak itu,
selama 2 bulan aku berhenti menulis. Aku akui bahwa selama dua bulan itu inspirasi selalu
datang. Tapi aku takut kecewa. Aku bahkan tak mau memegang pena untuk aku gesekkan di
lembaran. Namun Tuhan berkata lain, ternyata dalam kekecewaan ku ada sahabat yang
mengurus semua penerbitan buku pertamaku. Dia memang sahabat yang sangat baik bagiku.
Alhamdulillah, setelah satu minggu wisuda, launching buku perdanaku dimulai. Perasaanku saat
itu, jangan ditanya lagi. Aku pasti bahagia. Hari itu tak henti hentinya aku tersenyum. Hari
launching buku itu adalah hari kesombongan ku. Entahlah, aku sangat bangga dengan diriku
sendiri. Aku merasa sedang menikmati angin segar dari tempat tertinggi di muka bumi ini. Tapi,
maafkan aku. Aku tidak mengundang mu dengan sengaja. Kemarahan itu masih ada. Maafkan
aku."

"Ketiadaan ku malah membuat hidup yang kamu jalani semakin enak. "

"Bicara apa kamu, La? Justru karena ketidakhadiran mu di launching bukuku, aku merasa kamu
berusaha menghindar dariku. Kamu hanya diam tanpa mengejar ku lagi. "

"Maafkan aku. "

"Ketiadaanmu justru membuatku lebih yakin, bahwa Jerman adalah tempatku selanjutnya.
Berlin adalah tempat yang tepat untuk melupakanmu sebagai sahabat. Itulah alasan ku
menyetujui S2 disini. Tapi tahukah kamu? Perjalanan Berlin yang sering aku sebut sebagai
perjalanan paling menyenangkan itu hanya fiktif. Nyatanya aku tak sebahagia itu disini. "

"En... Mungkin perjalanan Berlin yang sering kamu sebut itu memang bukan perjalanan yang
menyenangkan. Itu karena ketiadaan ku. Tapi lihatlah sekarang! Ada aku disini, aku janji akan
mengubah perjalanan Berlin menjadi perjalanan yang penuh sejarah di hidupmu. Percayalah,
En! Aku akan berusaha untuk sahabatku.

Bolehkah aku berbicara pada sungai Reihn ini?"

Aku tak mengerti dengan apa yang akan dilakukan Ella pada sungai Reihn. Tapi aku hanya
menganggukkan kepala tanda setuju dengan apa yang akan ia lakukan.

"Sungai Reihn.. maukah kamu menjadi saksi betapa harus persahabatan aku dan Eni kembali
lagi? " Ia menoleh sebentar ke arahku, dan melanjutkan perbincangannya dengan alam. "Aku
datang kesini untuk kamu menjadi saksiku. Perhasabatan ini harus kembali utuh, sungai Reihn.
Aku ingin kembali mendapatkan kasih sayang seorang sahabat dari orang yang ada disamping ku
ini"

"Aku pernah datang ke sungai Reihn seorang diri. Aku pikir aku bisa melihat bayangan awan
putih di permukaan sungai. Tapi nyatanya, yang kulihat adalah wajah kita berdua. Bahkan
sebelum kamu memintanya, Sungai Reihn telah menjadi saksi jauh persahabatan kita di
Surabaya. Ella, kamu adalah sahabatku lagi sekarang. Itu bukan dari mulut ku, tapi inilah inti
pembicaraanku dengan Sungai Reihn 1 tahun yang lalu. "

15 Mei 2018

Anda mungkin juga menyukai