Disusun Oleh
JURUSAN AKUNTANSI
2018
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
i
PEMBAHASAN
11
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [online] diakses dari
https://kbbi.web.id/tahkim pada Minggu, 8 Juli 2018 pukul 14:01
2
Iman Jauhari, Penetapan Teori Tahkim dalam Penyelesaian Sengketa Hak Anak (hadlanah) di
Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, Vol. 45 No 11, Juli-
Desember 2011, hal 1395.
3
Ibid, 1397.
1
pihaknya mempunyai hubungan kerabat. Sesungguhnya penyelesaian
melalui peradilan akan melahirkan kemarahan antara mereka.”4
b. Hakam
َوإ ْن ِخ ْف م ُْت ِشقَ َاق بَيِْنِ ِ َما فَابْ َعثموإ َح ََكًا ِم ْن َأه ِ ِِْل َو َح ََكًا ِم ْن َأ ْه ِلهَا إن يم ِريدَ إ إ ْص ََل ًحا يم َو ِف ِق
ِ ِ ِ
53:4 - ِريإ ً إَّلل ََك َن عَ ِلميًا َخب َ إَّلل بَيِْنَ م َما ۗ إ هن ه
هم
ِ
“ dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru
damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru damai) itu bermaksud
mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri
itu. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti” (QS. An-Nisa: 35)
Ayat ini menjelaskan bahwa peran dan fungsi ḥakam dalam peradilan
Islam artinya juru damai, yakni juru damai yang dikirim oleh dua belah
pihak suami dan istri apabila terjadi perselisihan antara keduanya, tanpa
diketahui keadaan siapa yang benar dan siapa yang salah di antara kedua
suami istri tersebut.5
4
Ibid,.
5
Yayah Yarotul Salamah, Urgensi Mediasi dalam Perkara Perceraian di Pengadilan Agama,
Ahkam: Vol. XIII, No.1, Januari 2013, hal 82.
2
perceraian secara khusus maupun perkara perdata atau bentuk perkara
lainnya.6
6
Ibid.
7
Iman Jauhari, Op. Cit, hal 1398.
3
oleh pengadilan agama atau karena pernikahan yang telah terlanjur
menyalahi hukum pernikahan8
Dalam islam, dasar hukum tentang fasakh salah satunya terdapat dalam
HR. Ahmad:
عن مجيل بن زيد بن كعب أن رسول هللا صىل هللا عليه وسمل تزوج إمرأة من بين
غفار فلام دخل علهيا فوضع ثوبه وقعد عىل إلفرإش أبرص بكشجها بياضا فنحاز عن
} {روإه أمحد.إلفرإش مث قال خذى عليك ثيابك ومل يأخذ مما أاتها شيئا
“Dari jamil bin Zaid bin Ka’ab r.a bahwasannya Rosulullah SAW pernah
menikahi seorang perempuan bani gafar, maka tatkala ia akan bersetubuh
dan perempuan itu telah yang meletakkan kainnya, dan ia duduk di atas
pelaminan, kelihatannya putih (balak) dilambungnya lalu ia berpaling
(pergi dari pelaminan itu) seraya berkata, “ambillah kain engkau,
8
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [online] diakses dari
https://kbbi.web.id/fasakh pada Kamis 5 Juli 2018 pukul 21:54
9
Jamaluddin dan Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, (Sulawesi: Unimal Press, 2016),
hal 92.
10
Pasal 22 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
4
tutupilah badan engkau, dan beliau telah mengambil kembali barang yang
telah diberikan kepada perempuan itu”. (HR.Ahmad)
Sebab-sebab Fasakh’
Secara garis besar ada dua sebab yang dapat menimbulkan fasakh-nya
nikah: 11
11
A.R. Idham Kholid, Di Persimpangan Jalan Antara Melanjutkan Perceraian atau Memilih Rujuk
pada Masa Iddah, Ejournal INSKLUSIF Edisi 1 Vol.1, 2016, hal 10.
12
Ibid., hal 11.
5
Pisahnya suami istri karena fasakh berbeda dengan karena talak.
Fasakh mengakibatkan tali perkawinan menjadi putus seketika itu juga.
Tidak ada istilah rujuk dalam fasakh ini. Sebagaimana khulu', jika suami
ingin kembali kepada istrinya maka harus dengan akad nikah baru. Dengan
demikian, terjadinya fasakh antara suami istri tidaklah berarti mengurangi
bilangan talak. Dalam rangka membedakan pengertian antara perceraian
karena talak dan fasakh, ulama Hanafiah membuat sebuah rumusan umum
yang mengatakan bahwa perceraian karena suami tanpa adanya pengaruh
istri disebut talak, sedangkan perceraian bukan karena suami atau karena
suami tetapi dengan pengaruh istri disebut fasakh.13
b. Thalaq
Telah terang dan jelas dari uraian-uraian yang lalu bahwa tujuan
perkawinan itu:
13
Ibid.
14
Sulaiman Rasjid, “Fiqh Islam”, (Bandung: CV. Sinar Baru Bandung, 1986), hal. 271.
6
Dibukakannya suatu jalan keluar dari segala kesukaran itu, yakni pintu
perceraian. Mudah-mudahan dengan adanya jalan itu terjadilah ketertiban
dan ketentraman antara kedua belah pihak; dan supaya masing-masing
dapat mencari susunan atau pasangan yang cocok, yang dapat mencapai
yang dicita-citakan.
ِ َع ِن إلنه ِ ِب صىل هللا عليه وسمل قَا َل " َأبْغ مَض إلْ َح ََللِ إ ََل ه،َع ِن إ ْب ِن م َُع َر
إَّلل تَ َع َاَل
ِ
. " إلط ََل مق ه
Dari Ibnu ‘Umar, katanya, telah bersabda Rasulullah saw.: “Sesuatu
yang halal yang amat dibenci Allah ialah thalaq. (Riwayat Abu Dawud
dan Ibnu Majah)
15
Sulaiman Rasjid, Op. Cit, hal 372.
7
Rasulullah saw.: “Hendaklah engkau ceraikan saja perempuan itu.”
(Dari Muhadzdzab Juz II hlm. 78)
3. Haram (Bid’ah), dalam dua keadaan. Pertama, menjatuhkan thalaq
sewaktu si istri dalam haidh. Kedua, menjatuhkan thalaq sewaktu suci
yang telah dicampurinya dalam waktu suci itu,
4. Makhruh, yaitu hukum ada dari thalaq yang tersebut di atas.
Lafaz Thalaq
1. Sharih (terang), yaitu kalimat yang tidak ragu-ragu lagi bahwa yang
dimaksud adalah memutuskan ikatan perkawinan, seperti kata si suami:
“engkau terthalaq,” atau “saya ceraikan engkau.” Kalimat yang sharih
(terang) ini tidak perlu dengan niat, berarti apabila dikatakan oleh
suami, berniat atau tidak berniat, keduanya terus bercerai, asal
perkataannya itu bukan berupa hikayat.
2. Kinayah (sindiran), yaitu kalimat yang masih ragu-ragu, boleh
diartikan untuk perceraian nikah atau yang lain, seperti kata suami:
“pulanglah engkau kerumah keluargamu”, atau “pergilah dari sini”,
dan sebagainya. Kalimat sindiran ini tergantung pada niat, artinya kalau
tidak diniatkan untuk perceraian nikah, tidaklah jatuh thalaq. Kalau
diniatkan untuk menjatuhkan thalaq barulah menjadi thalaq.
Bilangan Thalaq
:3::2 - ۗ ْسحيٌ ِِب ْح َس ٍان ٍ إلط ََل مق َم هراتَ ِن ۖ فَا ْم َساكٌ ِب َم ْع مر
ِ ْ َ وف َأ ْو ت ه
ِ ِ
“Thalaq itu dua kali, sesudah itu suami dibei kelonggaran untuk rujuk
(kembali) dengan baik atau (kalau tidak ingin kembali) hendaklah
dilepaskan dengan baik.” (QS. Al-Baqarah:229) (QS. Al-Baqarah: 229)
16
Sulaiman Rasjid, Op.Cit, hal 373.
8
Adapun thalaq tiga tidak boleh rujuk atau kawin kembali, kecuali
apabila si perempuan telah bernikah dengan orang lian dan setelah dithalaq
pula oleh suaminya yang kedua itu.17
فَان َطلهقَهَا فَ ََل َ َِت ُّل َ مَل ِمن ب َ ْعدم َح ه َّٰت تَن ِك َح َز ْو ًجا غَ ْ َري مه ۗ فَان َطلهقَهَا فَ ََل مجنَ َاح عَلَهيْ ِ َما َأن
ِ ْ ِ ِ
ون م َ لعي م و َ
َ ه مَِ َ ْ ٍ َْ مقلِ ا ِنم ي بي ِ
إَّلل د
م و دم ح َ
ْل ِ
ت و
َ م َ ه َ م ۗ ِ
إَّلل دو دم ح ا ميق م ي نأَ اه ن َ
ظ ن إ ا ع َ
َ َ َ َي
ج إ
َت
ِ
“Maka jika diceraikannya (oleh suami kedua), tidaklah beralangan bagi
suami pertama kembali kepada bekas istrinya itu jika keduanya ada
sangkaan baik untuk menjalankan aturan Allah.” (QS. Al-Baqarah: 230)
“Telah mengutuk Rasulullah saw. Akan orang yang membuat muhlil (cinta
buta), begitu juga kepada orang yang menyuruh membuat cinta buta itu
(laki-laki yang pertama).” (Riwayat Ahmad, Nasai, dam Tirmidzi)
17
Ibid, hal 374.
9
Istisna
Orang yang tidak sah menjatuhkan thalaq ada empat macam: (1) anak
kecil, (2) orang gila, (3) orang yang tidur, (4) orang yang dipaksa.
“Perbuatan tiga orang dipandang tidak sah: (1) orang yang idur sampai
dia bangun, (2) anak kecil sehingga balig, (3) orang yang gila sehingga
dia sembuh.” (Riwayat Abu Dawud dan Trimidzi)
“tidak sah thalaq dan memerdekakan bagi orang yang dipaksa,” (Riwayat
Abu Dawud dan Ibnu Majah)
18
Ibid, hal 377.
10
ِ َو ََل َ َِي ُّل لَ م ُْك َأن تَأْخ ممذوإ ِم هما أتَيْ مت مموه همن َشيْئًا إ هَل َأن َ ََيافَا َأ هَل يم ِقميَا محدم و َد ه
إَّلل ۖ فَا ْن ِخ ْف م ُْت
ِ َ ِ ِ
ِ
ْل محدم و مد هإَّلل فََل تَ ْعتَدم و َها َو َمن ْ ِ ِ َأ هَل يم ِقميَا محدم و َد ه
َ إَّلل فَ ََل مجنَ َاح عَلَهيْ ِ َما فميَا إفْتَدَ ْت ِبه ۗ ت
ِ
إَّلل فَأُولَ َٰ ِئ َك م مُه ه
َ إلظا ِل مم
ون ِ يَتَ َع هد محدم و َد ه
“Tidak halal bagi kamu mengambil sesuatu yang telah kamu berikan
kepada istri-istri kamu (baik yang berupa mahar atau nafkah dan lain-
lain) kecuali jika keduanya suami istri khawatir akan tidak menjalankan
perintah Allah (yang bersangkutan dengan kewajiban dan hak masing-
masing), maka jika kamu keduanya takut tidak menjalankan perintah
Allah, tidak ada halangan atas kedua nya untuk mengorbankan harta
benda guna penebus perceraian itu”. (Al-Baqarah: 229)
Thalaq tebus ini boleh dilakukan, baik sewaktu suci maupun sewaktu
haid, karena biasanya thalaq tebus itu terjadi dari kehendak dan kemauan
si istri. Adanya kemauan ini menunjukan bahwa dia rela walaupun iddah
nya menjadi panjang. Apalagi biasanya thalaaq tebus itu tidak terjadi
selain karena perasaan perempuan yang tidak dapat dipertahankannya lagi.
Perceraian yang dilakukan secara thalaq tebus ini berakibat, bekas suami
tidak dapat ruju’ lagi, dan tidak boleh menambah thalaq sewaktu iddah
hanya dibolehkan kawin kembali dengan akad baru.
11
دُّت ْإس ِت ْبدَ إ َل َز ْو ٍج هم ََك َن َز ْو ٍج َوأتَ ْي م ُْت إ ْحدَ إه همن ِق َنط ًارإ فَ ََل تَأْخ ممذوإ ِم ْن مه َشيْئًا
َوإ ْن َأ َر ُّ م
ِ ِ
َض ب َ ْعضم م ُْك إ َ َٰل ب َ ْع ٍض َو َأخ َْذ َن ِم منُك
ٰ َ ْ َو َك ْي َف تَأْخ ممذون َ مه َوقَدْ أَف-.َأتَأْخ ممذون َ مه ُبم ْتَاًنً َوإثْ ًما ُّمبِينًا
ِ ِ ً ِمي ً غَ ِل
ثَاقا يظا
“Jika kamu hendak mengganti istri yang lama dengan yang baru, dan telah
memberi kepada salah seorang diantara mereka harta yang banyak maka
janganlah kamu mengambil kembali harta yang telah kamu berikan itu
walau sedikit sekalipun. Adakah patut kamu ambil kembali harta itu
dengan jalan aniaya dan dosa yang nyata? Bagaimanakah kamu akan
mengambil kembali harta itu sedang kamu telah bergaul selapik-
seketiduran, dan mereka telah menaruh kepercayaan penuh kepadamu
dengan perkawinanmu itu? (QS. An-Nisa:20-21)
1. Thalaq tiga ini dinamakan “bain kubra” , laki laki tidak boleh rujuk
lagi, tidak sah pula kawin lagi dengan bekas istrinya itu. Kecuali
19
Ibid, hal 380.
20
Ibid, hal 387.
12
apabila perempuan itu sudah menikah dengan orang lain serta sudah
campur, sudah diceraikan, dan sudah habis pula masa idahnya, barulah
suami yang pertama boleh menikahinya kembali.
2. Thalaq tebus dinamakan “bain sughra” suami tidak sah rujuk lagi,
tetapi boleh kawin kembali, baik dalam iddah ataupun sesedah habis
iddahnya.
3. Thalaq satu atau thalaq dua dinamakan “thalaq raj’i” artinya si suami
boleh rujuk kembali kepada istrinya selama si istri masih dalam iddah.
Hukum Rujuk
Rukun rujuk :
13
“Suami mereka berhak mengembalikan mereka pada perkawinan
dalam waktu iddah” (QS. Al-Baqarah : 228).
Telah berlain lain pula pendapat ulama atas hukum rujuk dengan
perbuatan. Syafi’i berpendapat tidak sah, karena dalam ayat yang diatas,
Allah menyuruh agar rujuk itu dipersaksikan, sedangkan yang dapat
14
dipersaksikan hanya dengan sighat (perkataan). Perbuatan yang seperti itu
sudah pasti tidak dapat dipersaksikan oleh orang laik. Pendapat para ulama,
rujuk dengan perbuatan itu sah (boleh), mereka beralasan :
Dalam ayat diatas tidak dikatakan rujuk itu dengan perkataan atau
perbuatan. Hukum mempersaksikan dalam ayat diatas hanya sunat, bukan
wajib, karenanya sepakat para ulama (ijma’) bahwa mempersaksikan
thalaq, ketika menthalq, tidak wajib,demikian pula hendaknya ketika
rujuk, apalagi rujuk itu berarti meneruskan perkawinan yang sama,
sehingga tidak perlu wali dan tidak perlu ridhanya yang dirujuki.
Mencampuri istri yang dalam iddah raji’yah itu halal bagi suami yang
menceraikannya. Menurut pendapat Abu Hanifah. Dasarnya karena dalam
ayat tersebut ia masih disebut suami.21
Peringatan
Rujuk itu sah meski tidak dalam ridhanya si perempuan dan tidak
sepengetahuannya, karena rujuk itu berarti mengekalkan perkawinan yang
telah lalu, buah dari iti. Kalau seorang perempuan di rujuk oleh suaminya,
sedangkan dia tidak tahu, kemudian setelah lepas iddahnya perempuan itu
menikah dengan laki laki lain karena dia tidak mengetahui bahwa
suaminya telah merujuknya, nikah yang kedua ini tidak sah dan batal
sendirinya. Perempuan tersebut harus dikembalikan kepada suaminya yang
pertama.
21
Ibid, hal 389.
15
“Barangsiapa di antara perempuan yang bersuami dua, maka dia adalah
untuk suaminya yang mula-mula di antara keduanya”.(Riwayat Ahmad)
b. Iddah
Hukum Iddah
Bagi seorang istri yang mengalami talaq atau cerai, baik hidup atau pun
mati maka wajib menjalani masa iddah. Sebagaimana telah dijelaskan
dalam Al-qur'an :
22
Ust. Kholid Syamhudi, Masa Iddah Dalam Islam, Media Islam Salafiyyah Ahlusunnah wal
Jama’ah, diakses dari https://almanhaj.or.id/3668-masa-iddah-dalam-islam.html pada Rabu, 4
Juli 2018 pukul 22:20
16
ات ي َ َ ََتب ه ْص َن ِبأَن مف ِسه هِن ثَ ََلثَ َة مق مرو ٍء َو ََل َ َِي ُّل لَه همن َأن يَ ْك مت ْم َن َما َخلَ َق ه م
إَّلل ِِف َوإلْ مم َطل ه َق م
َأ ْر َحا ِمه هِن إن مك هن ي م ْؤ ِم هن ِِب ه َِّلل َوإلْ َي ْو ِم ْإل ِخ ِر َوبم معولَُتم م هن َأ َح ُّق ِب َر ِد ِه هن ِِف َذَٰ ِ َِل إ ْن َأ َرإ مدوإ
ِ ِ
ِ
- إَّلل َع ِز ٌيز َحك ٌي ٌ ْهيَ ِال ِ ِ ْ ِ ْهيَ ِ ه
إ ْص ََل ًحا َوله همن مثْل إَّلي عَل ِ هن ِبل َم ْع مروف َول ِلر َج عَل ِ هن د ََر َجة ۗ َو ه م م ِ َ
ِ
"Perempuan-perempuan yang ditalak hendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru' tidak boleh menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan
hari akhirat. Dan suami-suami berhak merujuknya dalam masa menanti
itu , jika mereka para suami nenghendaki ishlah. Dan para mempunyai hak
yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan
tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari pada istrinya.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (Q.S.Al-baqarah ayat
228)
Macam-macam Iddah
a. Bagi perempuan yang masih haid, maka iddahnya adalah tiga kali suci,
sebagaimana yang dijelaskan pada firman Allah tersebut diatas
b. Bagi perempuan yang sudah tidak haid lagi karena usia maupun
penyakit, maka iddahnya adalah selama tiga bulan. Sebagaimana
firman Allah :
َو هإلَل ِِئ ي َ ِئ ْس َن ِم َن إلْ َم ِح ِيض ِمن ِن َسائِ م ُْك إ ِن ْإرتَبْ م ُْت فَ ِعدهُتم م هن ثَ ََلثَ مة َأ ْشهم ٍر َو هإلَل ِِئ لَ ْم
ِ
َ َ َِيضْ َن َو ُأ َوَل مت ْ َإل ْمحَالِ َأ َجلمه همن َأن يَضَ ْع َ ه َ َ َ ه ِ ه
إَّلل َ َْي َعل ه مَل ِم ْن َأ ْم ِر ِه ق ت ي ن مو من ه َ ل ْ
مح َ ن
ً ْي
مْسإ
" Perempuan-perempuan yang tidak haid lagi, baik karena usia
maupun penyakit, maka iddahnya tiga bulan. Demikian pula
17
perempuan-perempuan yang belum mengalami haid".(Q.S.at-Talaq
ayat 4).
َو ُأ َوَل مت ْ َإل ْمحَالِ َأ َجلمه همن َأن يَضَ ْع َن َ ْمحلَه همن
"Perempuan-perempuan yang sedang mengandung iddahnya sampai
melahirkan anaknya (Q.S.at-Talaq ayat 4)
ً ْ ون َأ ْز َوإ ًجا ي َ َ ََتب ه ْص َن ِبأَن مف ِسه هِن َأ ْرب َ َع َة َأ ْشهم ٍر َوع
َْشإ ۖ فَا َذإ ْ و ََ ه ِإَّل َين يمتَ َوف ه ْو َن ِم م
َ نُك َوي َ َذ مر
ِ
ونَ إَّلل ِب َما تَ ْع َملم ِ بَلَغ َْن َأ َجلَه همن فَ ََل مجنَ َاح عَلَ ْي م ُْك ِفميَا فَ َعلْ َن ِِف َأن مف ِسه هِن ِِبلْ َم ْع مر
وف ۗ َو ه م
- ٌَخبِري
"Orang yang meninggal diantara kamu, sedang mereka meninggalkan
istri, iddahnya empat bulan sepuluh hari".(Q.S.Al-Baqarah ayat
234)
18
Wanita yang telah ditalak tiga maka dia hanya menunggu masa
iddah sekali haid saja untuk memastikan bahwasanya dia tidak hamil.
Olenya itu Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa wanita yang dicerai
atau ditalak tiga maka masa iddahnya sekali haid. Dengan sekali haid
maka sudah membuktikan bahwasanya rahimnya kosong dari janin dan
setelah itu dia boleh menikah kembali dengan laki-laki lain.
Dari Ibnu Abbâs ra. bahwa istri Tsabit bin Qais menggugat cerai
dari suaminya pada zaman Nabi saw. memerintahkannya untuk
menunggu sekali haidh. (HR Abu Dâud dan at-Tirmidzi).
Ada beberapa yang harus dihindari seorang dalam masa iddah bahkan
dilarang dilaksanakan diantaranya :
19
keadaan darurat atau ada kepentingan, termasuk apabila perempuan
tersebut yang menjadi tulang punggung untuk menafkahi keluarganya,
seperti seorang, guru, pegawai atau yang lainnya.
d. Larangan bagi wanita yang dalam masa iddah, pakai wangi-wangian
atau yang berbau wangi dengan segala jenis. Hal tersebut di jelaskan
dalam hadit Nabi :"Janganlah perempuan itu menyentuh wangi-
wangian".(H.R Muslim). Termasuk mewarnai rambut, menggunakan
celak dan lainnya, kecuali perawatan tersebut diperlukan untuk
pengobatan. termasuk memakai baju cantik yang warna warni dengan
maksud mempercantik diri.
e. Tidak boleh menggunakan perhiasan atau sejenisnya, baik berupa emas
maupun yang lainnya, termasuk cincin, kalung, dan gelang.
Asas Monogami
23
KBBI, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [online] diakses dari
https://kbbi.web.id/monogami pada Minggu, 8 Juli 2018 pukul 12:16
24
https://id.wikipedia.org/wiki/Monogami diakses pada Minggu, 8 Juli 2018 pukul 12:41
20
Asas perkawinan dalam hukum Islam adalah monogami. Hal ini dapat
dilihat dari penafsiran Al- Qur’an Surat An-Nisa, ayat 3 (Q.IV :3), yang
menyatakan bahwa “…kalau kamu tidak adil diantara isteri-isteri kamu
itu, seyogyanya hanyalah kamu kawini seorang perempuan saja,….kawin
dengan seorang perempuan itulah yang paling dekat bagi kamu untuk
kamu tidak berbuat aniaya”25
Dari uraian tersebut diatas, nampak bahwa pada prinsipnya asas
perkawinan dalam hukum Islam adalah monogami. Hal ini dapat dilihat
pada kata “seyogyanya hanyalah kamu kawini seorang perempuan saja”.
Namun, dari kata tersebut, nampak bahwa asas monogami itu hanya
merupakan anjuran. Dalam hal ini, hukum Islam tidak melarang poligami,
namun ditetapkan syarat bahwa dalam poligami tersebut harus adil.26
b. Poligami
Dalam KBBI pengertian poligami sistem perkawinan yang salah satu
pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu
yang bersamaan27
25
Nur Hayati, Poligami Dalam Perspektif Hukum Islam Dalam Kaitannya Dengan Undang-Undang
Perkawinan, Lex Jurnalica/ Vol. 3/ No. 1 / April 2005, hal 40.
26
Ibid.,
27
KBBI. Kamus Besaar Bahasa Indonesia (KBBI). [online] https://kbbi.web.id/poligami diakses
pada Minggu, 8 Juli 2018 pukul 12:45
28
Nur Hayati, Op. Cit, hal. 41.
21
Qur’an, mengingat Al-Qur’an itu isinya merupakan satu kesatuan yang
tak terpisahkan. Dalam membahas Q.IV :3 ini, perlu dihubungkan
dengan Q.IV: 127 yang berbunyi: “Mereka bertanya kepadamu hai
Muhammad, mengenbai perempuan yang tertentu(yang boleh dikawini
disamping istri yang telah ada sebagaimana dimaksud Q.IV: 3).
Katakanlah, hai Muhammad, perempuan tertentu itu ialah perempuan
yang ada hubungannya dengan anak yatim itu tadi”
Berdasarkan uraian diatas, maka tidak semua wanita dapat dijadikan
istri kedua (dan seterusnya) dari seorang lelaki. Dalam hal ini, apabila
seorang laki-laki akan berpoligami, maka wanita yang akan dinikahinya
itu haruslah ibu dari anak yatim, dimana pernikahan tersebut pada
dasarnya untuk melindungi si anak yatim. Jadi dalam konsep hukum
Islam, dalam berpoligami, seorang pria tidak boleh menikahi wanita
lajang. Ia dalam berpoligami hanya dapat menikahi ibu dari anak yatim
saja. 29
2. Pembatasan Jumlah Istri.
Dalam berpoligami, hukum Islam membatasi jumlah istri yang boleh
dinikahi. Disebutkan bahwa seoarang pria dapat menikahi 2, 3 sampai 4
orang wanita pada waktu yang bersamaan. Dalam hal ini, jumlah wanita
yang dapat dinikahi dalam waktu bersamaan paling banyak 4 orang.
3. Akan Sanggup Adil diantara isteri-isterinya itu.
Dalam berpoligami, seorang pria harus dapat berbuat adil kepada
ister-isterinya. Syarat ini menjadi sangat penting, karena terpenuhinya
syarat ini merupakan unsure utama dalam poligami berdasarkan hukum
Islam
4. Jangan Ada Hubungan Saudara antara isterinya dengan calon istri
yang akan dinikahinya.
Berdasarkan Surat Annisa ayat 23, dikatakan bahwa wanita yang
hendak dijadikan isteri-isteri janganlah wanita yang bersaudara.. dalam
29
Ibid.,
22
arti saudara ini, bukan hanya saudara seayah dan seibu, tetapi juga
saudara seayah saja atau saudara seibu saja. Bahkan, penafsirannya
diperluas sampai saudara sesusuan.
5. Dengan Wanita mana poligami boleh dilakukan.
Mengenai wanita yang boleh dikawini, terdapat dua pendapat yaitu:
a. Ibu dari anak yatim. Pendapat yang mengatakan bahwa wanita yang
boleh dinikahi oleh seorang pria yang akan berpoligami adalah ibu
dari anak yatim ini, berdasarkan pada Q.IV : 3 yang dihubungkan
dengan Q.IV :127. prof. Hazairin menganut bendapat ini dengan
mengatkan bahwa berpoligami itu oleh seorang laki-laki hanya
dapat dilakukan antara isterinya yang telah ada dengan ibu anak
yatim yang dipeliharaoleh lakilaki itu
b. Wanita yang dinikahi tersebutlah yang anak yatim Pendapat ini
mengatakan bahwa wanita yang akan dikawini berikutnya oleh
seorang pria yang akan berpoligami boleh dengan wanita mana saja,
tidak harus ibu dari anak yatim. Dalam kaitannya Q. IV:3 dengan
Q.IV: 127, maka anak yatim yang dimaksud adalah wanita yang
dinikahi tersebut
30
Ibid, hal 42.
23
Akibat Poligami
Poligami adalah ancaman kehidupan perempuan dan Rumah Tangga.
Sebab adanya Poligami akan mengakibatkan : 31
1. Kesengsaraan perempuan:
o Perempuan akan sengsara hidupnya, apakah itu pihak istri pertama
yang merasa diambil suaminya, disakiti hatinya, disaingi
keberadaannya dalam rumah tangganya sendiri.
o Akan menyengsarakan istri kedua yang juga merupakan perempuan
karena bagaimanapun juga jadi istri kedua umumnya ditanggapi
negatif oleh masyarakat dan kehidupan rumah tangganya belum tentu
akan bahagia seperti yang dijanjikan oleh suaminya sebelum
diperistri, bisa saja keadaan menjadi terbalik.
2. Menyengsarakan keluarga:
Hidup ini tidak hanya untuk istri, suami, dan istri-istri tetapi juga
diantaranya ada anak-anak yang masih kecil atau dewasa yang melihat
ketidakbijaksanaan orang tuanya terutama ayah yang ingin kawin lagi
(hidup berpoligami) merupakan pengalaman hidup yang pahit bagi anak
itu sendiri, mereka akan berpendapat mengapa seorang ayah yang begitu
dihormati selaku kepala keluarga mempunyai pikiran yang merendahkan
martabat seorang ibu yang dipujanya, mereka akan berpikir mengapa ayah
tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya untuk hidup bersama lagi
dengan perempuan lain yang lebih muda, bahkan ada istri kedua yang
lebih kecil umurnya dari anaknya.
31
I.A. Sadnyini, Poligami dan Kesengsaraan Perempuan, (Jurnal Studi Jender Srikandi, 2010), hal
13.
24
DAFTAR PUSTAKA
Hayati, Nur. 2005. Poligami dalam Perspektif Hukum Islam dalam kaitannya dengan
undang-undang perkawinan.Lex Jurnalica. Vol 3, No 1. [online] diakses dari
http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Lex/article/view/233 pada Minggu, 8 Juli
2018 pukul 13.58
Jamaluddin dan Nanda Amalia. 2016. Buku Ajar Hukum Perkawinan. Sulawesi:
Unimal Press.
Jauhari, Iman. 2011. Penetapan Teori Tahkim dalam Penyelesaian Sengketa Hak Anak
(hadlanah) di Luar Pengadilan Menurut Hukum Islam. Binjai: Jurnal Ilmu Syariah
dan Hukum. Vol. 45, No 11. [online] diakses dari http://asy-syirah.uin-
suka.com/index.php/AS/article/viewFile/20/20 pada Minggu, 8 Juli 2018 pukul
13.57
KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tahkim [online] diakses dari
https://kbbi.web.id/tahkim pada Minggu, 8 Juli 2018 pukul 14:01
KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Fasakh [online] diakses dari
https://kbbi.web.id/fasakh pada Kamis 5 Juli 2018 pukul 21:54
KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Monogami [online] diakses dari
https://kbbi.web.id/monogami pada Minggu, 8 Juli 2018 pukul 12:16
KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Poligami [online] diakses dari
https://kbbi.web.id/poligami diakses pada Minggu, 8 Juli 2018 pukul 12:45
Rasjid Sulaiman. 1986. Fiqh Islam. Bandung: CV. Sinar Baru Bandung.
25
diakses dari http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/ahkam/article/view/953 pada
Kamis, 5 Juli 2018 pukul 13.03
Sadnyini, IA. 2010. Poligami dan Kesengsaraan Perempuan. Jurnal Studi Jender
SRIKANDI. [online] diakses dari
https://ojs.unud.ac.id/index.php/srikandi/article/view/2877 pada Minggu, 8 Juli
2018 pukul 15.43
Syamhudi, Kholid. 2013. Masa Iddah dalam Islam. Media Islam Salafiyyah,
Ahlusunnah wal Jama’ah. diakses dari https://almanhaj.or.id/3668-masa-iddah-
dalam-islam.html pada Rabu, 4 Juli 2018 pukul
26