Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Resesi gingiva merupakan kasus yang sering ditemukan pada pasien-

pasien yang datang ke praktek dokter gigi. Gambaran klinis resesi gingiva

ditandai dengan bergesernya tepi gingiva ke arah apikal menjauhi cement enamel

junction. Gingiva berwarna merah dan terinflamasi atau berwarna merah muda

dengan konsistensi keras tergantung ada tidaknya iritasi lokal. Gingiva menjadi

lebih tipis dengan sedikit atau tidak adanya gingiva cekat (Fiorellini dkk., 2006).

Resesi gingiva menyebabkan akar terbuka sehingga akar menjadi sensitif terhadap

suhu dingin dan makanan manis, selain itu menimbulkan masalah estetik terutama

pada regio anterior dan dapat menyebabkan karies akar (Cohen, 2007).

Penelitian-penelitian epidemiologi tentang prevalensi resesi gingiva

banyak terjadi pada orang dewasa, antara lain resesi gingiva di Turki dilaporkan

terjadi pada 78,2% orang dewasa (Toker dan Ozdemir, 2009). Penelitian di

Selandia Baru menunjukkan bahwa 71,2% orang dewasa memiliki resesi gingiva

(Thomson dkk., 2006). Penelitian di Perancis menunjukkan resesi gingiva terjadi

pada 84.6 % pada orang dengan usia 35-65 tahun (Sarfati dkk., 2010). Penelitian

pada penduduk perkotaan di Brazil menunjukkan prevalensi resesi gingiva sebesar

51.6% (Susin dkk., 2004). Penelitian lainnya yang dilakukan Amran dan Ataa

(2011) menyebutkan prevalensi resesi gingiva pada populasi di Yaman sebesar

60,5%.

Resesi gingiva dapat terjadi secara lokal dan menyeluruh serta memiliki

etiologi multifaktorial, antara lain yaitu faktor trauma seperti cara menyikat gigi

1
yang salah. Beberapa faktor yang berperan dalam terjadinya resesi gingiva dalam

kaitannya dengan menyikat gigi yaitu metode penyikatan gigi, macam bulu sikat

gigi, kekuatan penyikatan gigi dan frekuensi menyikat gigi (Wennstrom dan

Giovan, 2003). Resesi gingiva juga dapat disebakan oleh faktor iatrogenik seperti

kesalahan dalam bedah periodontal dan tumpatan yang overhang, faktor anatomis,

seperti malposisi gigi dan perlekatan frenulum yang tinggi, faktor patologis akibat

akumulasi plak dan kalkulus dan penyakit periodontal serta faktor fisiologis

seperti usia dan pergerakan gigi akibat alat ortodontik (Fiorellini dkk., 2006;

Takei dkk., 2006).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang timbul adalah bagaimana

prevalensi dan faktor-faktor etiologi resesi gingiva pada pasien dewasa di RSGM

Prof. Ssoedomo.

C. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai prevalensi dan faktor-faktor etiologi resesi gingiva

telah banyak dilakukan. Penelitian Amran dan Atta. (2011) menyatakan bahwa

prevalensi resesi gingiva pada populasi di Yaman sebesar 60,5 % dengan etiologi

resesi gingiva yang berhubungan dengan periodontitis destruktif. Namun

penelitian serupa belum pernah dilakukan di RSGM Prof. Soedomo.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui prevalensi resesi gingiva pada pasien dewasa di RSGM Prof.

Soedomo.

2
2. Mengetahui faktor-faktor etiologi resesi gingiva pada pasien dewasa di

RSGM Prof. Soedomo.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Memberikan informasi dalam ilmu kedokteran gigi tentang prevalensi dan

faktor-faktor etiologi resesi gingiva pada pasien dewasa di RSGM Prof.

Ssoedomo.

2. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan atau referensi lebih lanjut

Anda mungkin juga menyukai