Anda di halaman 1dari 38

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN

FILARIASIS DI INDONESIA

Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan RI
Filariasis limfatik
• Penyakit infeksi pada sistim limfatik (getah bening) yang
disebabkan oleh cacing filaria
• Cacing hidup lama  Bersifat menahun (kronis)
• Pelebaran saluran limfatik  gangguan fungsi  limfoedema/
pembengkakan anggota tubuh (tungkai, lengan, alat kelamin)
 kecacatan  beban ekonomi, stigma sosial

PENYAKIT KAKI GAJAH


Penyebaran Tiga Spesies Cacing Filaria

Tiga Spesies :
1. W. bancrofti,
2. B. malayi,
3. B. timori,

Sumber: Ditjen
PP&PL, Kemenkes
RI, 2010
Siklus Hidup Parasit
Stadium Nyamuk menghisap Stadium manusia
darah, larva L3
nyamuk memasuki kulit

Migrasi ke kepala dan


alat tusuk nyamuk

Cacing dewasa dalam sistim


limfatik

Cacing dewasa menghasilkan


mikrofilaria bersarung yang kemudian
Mikrofilaria melepaskan sarung Nyamuk menghisap
masuk ke dalam peredaran darah
lalu menembus usus nyamuk darah dan menelan
dan mikrofilaria
bermigrasi ke otot dada
Cacing dewasa : • Hidup dalam saluran atau kelenjar limfatik
• Lama hidup: 5 – 10 tahun
• Hospes: manusia dan hewan

Mikrofilaria : • Bermigrasi dari sirkulasi limfatik menuju


peredaran darah
• Dapat ditemukan di darah tepi pada waktu-
waktu tertentu (periodisitas)
• Lama hidup: 1 tahun

Larva stadium : • Hidup dalam tubuh nyamuk


1–3 • Stadium infektif (larva stadium 3) memasuki
hospes melalui gigitan nyamuk
Penyakit dengan Berbagai Manifestasi:
• Seringkali tidak bergejala, walau dengan
mikrofilaremia (mf +)!
• Sebagian kecil mengalami gejala kronik menetap
(limfoedema/ elefantiasis).
Kebanyakan kasus limfoedema  cacing sudah mati
 amikrofilaremia (mf -). Penelitian di Alor (Supali
dkk, 2002): 90%
• Sebagian kecil mengalami gejala akut  demam,
adenolimfangitis (pembengkakan kelenjar/ saluran
getah bening)
Penyebaran Penderita Mikrofilaremik
Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Usia (tahun)

Laki-
laki
Perempua
n Supali dkk, Am J Trop Med Hyg,
2002
Periodisitas
Mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi pada waktu-
waktu (periode) tertentu, bersamaan dengan kebiasaan
menggigit vektor
35

30
Mf. Density (Mf/20 ul)

25

20

15

10

0
O6 O8 lO l2 l4 l6 l8 2O 22 24 O2 O4
Time - (Hour)

Nocturna Sub Periodic Nocturna Diurna Aperiodic


Parasit, Periodisitas dan Vektor Filariasis
di Indonesia
Spesies Tipe Periodicity Hospes Vektor nyamuk

Wuchereria Pedesaan Periodik Manusia Anopheles sp.


bancrofti Nokturna
Perkotaan Culex
quinquefasciatus
Brugia Antropofilik Periodik Manusia Anopheles barbirostris
malayi (Sulteng, Nokturna
Gorontalo,
Buton)
Zoofilik Subperiodik Manusia Mansonia sp.
(Sumatra, Nokturna &
Kalimantan) Hewan
Aperiodik Manusia
&
Hewan
Brugia timori Antropofilik Periodik Manusia Anopheles barbirostris
(NTT) Nokturna
Tempat Perindukan Vektor Nyamuk
Wuchereria bancrofti

Culex quinquefasciatus Anopheles subpictus


(air limbah) (air payau)
Tempat Perindukan Vektor Nyamuk
Brugia sp

Mansonia uniformis Anopheles barbirostris


(tanaman air di danau/rawa) (sawah padi)
KASUS KRONIS FILARIASIS

Di Kaki Pada Anak Di Tangan

Di Kaki Di Payudara Di Skrotum


1000
1500
2000
2500
3000

500

0
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Bangka Belitung
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Jogjakarta
Jawa Timur
Banten
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
sampai dengan Tahun 2016

Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Bali
NTB
NTT
Situasi Kasus Kronis Filariasis di Indonesia

Maluku
Maluku Utara
Papua
13

Papua Barat
Total kasus kronis se Indonesia s/d 2016 = 13.009 kasus, tersebar di 34 Provinsi
Target Diagnostik pada Infeksi
Filariasis Limfatik

Host response Parasite Target


Target
E R U Mo
Adult worm / Macrofilaria
E R Mi Mo
C Microfilaria
Clinicaly
E R
E R Antigen
Antibody
Mo
DNA

Diagnostic Methode
C Clinical U Ultrasonography methode

E ELISA methode MiMicroscopic

R Rapid (Immunocromatography test) Mo Molecular (DNA) Diagnostic methode


DIAGNOSIS FILARIASIS
1. Diagnosis Klinis
2. Diagnosis Laboratorium
• Pemeriksaan Parasitologis
• Pemeriksaan Serologi
• Pemeriksaan Biologi Molekuler
DIAGNOSIS KLINIS
Dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik yang berhubungan
dengan manifestasi klinik filaria
Limfadenitis
Limfangitis
Abses /scar (spesifik infeksi Brugia)
Kiluria (spesifik infeksi Wuchereria)
Hidrokel (spesifik infeksi Wuchereria)
limfedema

Workshop Diagnostik Malaria dan Filaria UNSYIAH, 26-27 Juli 2017


Diagnosis Laboratorium
Pemeriksaan Parasitologis
1. Tehnik pemeriksaan Sediaan Darah Tebal
Darah malam (jam 20.00 – 24.00) : 20 – 60 ul
Praktis dan murah
Sensitivitas < & spesifitas >
Spesifik spesies >> : Dapat digunakan untuk membedakan spesies
filaria

Workshop Diagnostik Malaria dan Filaria UNSYIAH, 26-27 Juli 2017


Mikrofilaria :
Brugia malayi

Workshop Diagnostik Malaria dan Filaria UNSYIAH, 26-27 Juli 2017


Mikrofilaria :
Wuchereria bancrofti

Workshop Diagnostik Malaria dan Filaria UNSYIAH, 26-27 Juli 2017


Mikrofilaria : Brugia timori

Workshop Diagnostik Malaria dan Filaria UNSYIAH, 26-27 Juli 2017


Diagnosis laboratorium
2. Tehnik Pemeriksaan filtrasi
Darah malam (jam 22.00 – 24.00) : 1 cc
Lebih sensitifitas > & spesifitas > (Dibanding sediaan darah
tebal) dan umum digunakan untuk menghitung densitas
(jumlah mf /cc darah)
Spesifik spesies << : Tidak dapat digunakan untuk
membedakan spesies filaria

Workshop Diagnostik Malaria dan Filaria UNSYIAH, 26-27 Juli 2017


Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan antibodi:
– Tujuan : Untuk Mendeteksi adanya zat anti/antibodi (sub klas
IgG4) pada individu yang terinfeksi filaria
– Baru dikembangkan untuk deteksi infeksi Brugia sp. (terdapat
10% reaksi silang dengan W. bancrofti)
– Teknik yang digunakan :
• ELISA
• Brugia Rapid Test
– Sensitifitas >>, tetapi spesifitas <
• Sulit digunakan untuk menentukan aktif infeksi (IgG4 bisa masih
terdeksi 1 tahun setelah pengobatan).
– Keuntungan : Darah yang diperiksa dapat diambil siang atau
malam hari.

Workshop Diagnostik Malaria dan Filaria UNSYIAH, 26-27 Juli 2017


Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan antigen:
– Tujuan : Untuk Mendeteksi adanya antigen parasit pada
individu yang terinfeksi filaria (Adanya antigen dalam tubuh
penderita menunjukkan adanya infeksi parasit di dalam tubuhnya)
– Baru dikembangkan untuk filariasis W.
bancrofti (Rapid Test)
– Sensitifitas >> & spesifitas >>

Workshop Diagnostik Malaria dan Filaria UNSYIAH, 26-27 Juli 2017


Pemeriksaan biologi
molekuler
Tujuan :
Untuk Mendeteksi adanya DNA parasit pada individu yang terinfeksi filaria (Adanya DNA filaria dalam
sediaan menunjukkan adanya infeksi filaria)

Teknik yang digunakan


Pelacak DNA (DNA Probe)
Reaksi rantai polimerase /Polymerase Chain Reaction (PCR)
Keuntungan
Sensitifitas >> & spesifitas >>
Spesies spesifik >>
Dapat dilakukan siang maupun malam (tak tergantung
periodisitas)
Kerugian
Pemeriksaan mahal untuk pemeriksaan individu.
Kadar DNA hasil PCR tidak berhubungan dengan intensitas parasit
dalam tubuh penderita.

Workshop Diagnostik Malaria dan Filaria UNSYIAH, 26-27 Juli 2017


Skema teknik DNA probe
A T G C C T T T C C C G C C Daerah DNA spesifik
pada B. malayi
T A C G G A A A G G G C G G
Denaturasi

A T G C C T T T C C C G C C

T A C G G A A A G G G C G G
+
Tambahkan Probe
A T G C C (Hibridisasi)

A T G C C Hibrid Probe dengan


T A C G G A A A G G G C G G DNA Target
Hasil +

Paparkan pada
A T G C C X-ray film
T A C G G A A A G G G C G G
Skema teknik PCR DNA spesifik/target amplifikasi

ATAG G G C C GTAC C G G TATTATT G G C C


DNA cetakan
TAT C C C G G C AT G G C C ATAATAA C C G G

ATAG G G C C GTAC C G G TATTATT G G C C


Denaturasi DNA /900C
TAT C C C G G C AT G G C C ATAATAA C C G G

ATAG G G C C GTAC C G G TATTATT G G C C


Penempelan primer/560C
AATAA Primer
&
Primer C C GTA
Pemanjangan DNA/720C
TAT C C C G G C AT G G C C ATAATAA C C G G

ATAG G G C C GTAC C G G TATTATT G G C C


g g c a t g g c c a t AATAA
C C GTA c c g g t at t a t t
Hasil amplifikasi DNA g g c a t g g c c a t AATAA
C C GTA c c g g t at t a t t
g g c a t g g c c a t AATAA
C C GTA c c g g t a t t a t t
TAT C C C G G C AT G G C C ATAATAA C C G G
Status Program Eliminasi Dunia, WHO 2014
MDA <100% MDA at 100%
MDA Geographical Surveillance
Geographical
Not Started Coverage
Coverage
Cameroon Benin
Central African Republic Burkina Faso*
Angola Côte d’Ivoire Comoros*
Congo Egypt
Chad Ghana*
DR Congo Malawi*
Togo*
Equatorial Guinea Ethiopia Yemen*
Mali*
Eritrea Guinea-Bissau
Niger* Maldives
Gabon Madagascar* Sri Lanka*
Sierra-Leone
Kenya*
Gambia Brazil Thailand*
Liberia
Guinea Mozambique
Domincan Republic* Cambodia*
Haiti* Vietnam*
Sao Tome and Nigeria*
India* American Samoa*
Principe Senegal
Nepal*
Republic of South Uganda*
Brunei Darussalam
Cook Islands*
United Republic of Marshall Islands
Sudan Lao PDR
Tanzania*
Zambia Malaysia* Niue
Guyana*
Zimbabwe Sudan
Fiji Palau
French Polynesia Tonga
Bangladesh*
FSM
New Caledonia Indonesia* Kiribati
Vanuatu
Myanmar* Philippines*
Wallis and Futuna
Timor-Leste Samoa
Papua New Guinea Tuvalu

12 22 23 16
SITUASI FILARIASIS DI INDONESIA
S/D TAHUN 2016

514
Kabupaten/Kota

278 236
Non endemis Endemis Filariasis

86 Selesai 150 Sedang


POPM 5 Tahun POPM

17 Kab/Kota
Sertifikasi Eliminasi
69 Kab/Kota
Filariasis Tahap
Surveilans
PENANGGULANGAN FILARIASIS DI INDONESIA

 Pengendalian Kaki Gajah di Indonesia dimulai sejak 45 tahun yang


lalu (1970)
 Pemerintah bertekad mewujudkan Indonesia Bebas Kaki Gajah
tahun 2020
 Untuk mempercepat terwujudnya Indonesia Bebas Kaki Gajah
diadakan Bulan Eliminasi Kaki Gajah (BELKAGA) setiap bulan
Oktober selama 5 tahun (2015-2020)
 Keberhasilan terwujudnya Indonesia Bebas Kaki Gajah ditentukan
oleh dukungan semua pihak baik di jajaran pemerintah maupun
seluruh lapisan masyarakat, termasuk kalangan swasta dan dunia
usaha
TUJUAN PROGRAM ELIMINASI GLOBAL
(GPELF) DI TAHUN 2020

1. Menghentikan Penularan Penyakit


Menurunkan prevalensi infeksi ke level serendah-
rendahnya (<1%) sehingga penularan tidak lagi
berlangsung melalui, Pemberian Obat Pencegahan
Massal (POPM) Filariasis

2. Mengurangi Penderitaan dan Meningkatkan


Kualitas Hidup
Akses terhadap paket perawatan dasar untuk
pengelolaan morbiditas pencegahan kecacatan
STRATEGI PROGRAM

1. Memutuskan mata rantai penularan filariasis


 Pemberian obat Pencegahan Massal
(POPM) filariasis di daerah endemis.
STRATEGI
2. Mencegah dan membatasi kecacatan
 penatalaksanaan kasus filariasis
STRATEGI
3.Memperkuat Surveilans
4. Pengendalian Vektor Terpadu
BELKAGA : Bulan Eliminasi Kaki Gajah

Adalah Kampanye Nasional


Minum Obat Pencegahan
Filariasis Secara Serentak di
Bulan Oktober Setiap Tahun
2015 – 2020
BULAN ELIMINASI KAKI GAJAH

Obat pencegah
Penyakit Kaki
Gajah terdiri
dari kombinasi
DEC dan
Albendazole.
SASARAN BELKAGA
• Penduduk yang mendapat obat pencegahan massal filariasis adalah semua
penduduk yang tinggal di Kabupaten/Kota Endemis Filariasis di seluruh
Indonesia, dan dilaksanakan secara massal bersamaan

• Penduduk yang ditunda pemberian obat pencegahan filariasis adalah :


(1) Anak berusia kurang dari 2 tahun atau
(2) Ibu hamil ;
(3) Penderita gagal ginjal/cuci darah;
(4) Penderita epilepsi atau anak berusia lebih dari 6 tahun dengan riwayat sering
mengalami kejang;
(5) Penderita sakit berat sehingga mengharuskan ditempat tidur, demam tinggi, batuk
darah, kanker, anak marasmus atau kwasiorkor;
(6) Penderita filariasis klinis kronis sedang mengalami serangan akut (demam tinggi)
(7) Orangtua berusia lebih dari 70 tahun  tidak POPM
TAHAPAN MENUJU ELIMINASI FILARIASIS

Endemis Filariasis
(Mf Rate ≥ 1%)
Mari Bersama Wujudkan
Generasi Indonesia
Bebas Filariasis

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai