Keselarasn Strategi Bisnis
Keselarasn Strategi Bisnis
Model keselarasan strategik yang mengaitkan antara strategi SI?TI dan strategi bisnis di
kemukakan oleh handerson dan Venkatraman (1990) dengan nama Model keselarasan
Strategic (Strategic Aligment Model/SAM). Model ini melibatkan empat kuadran yaitu
strategi bisnis, strategi TI, infastruktur organisasi dan proses, dan infrastruktur sistem
informasi dan proses (gambar 14.4). Model ini didasarkan atas dua kelompok utama : 1
kesesuaian strategi (Strategic Fit) integrasi fungsional (function integration). kesesuaian
strategi meliputi eksternal internal, sedangkan integrasi fungsional di bedakan menjadi
bisnuiis dan teknologi informasi.
Model itulah yang bnayak diunakan untuk mengevaluasi keselrasan bisnis dan teknologi
informasi, sebagimana terdapat pula pada Control Objectives for Information and related
technology (COBIT), salah satu kernagka kerja yang di gunakan untuk pengelolaan teknologi
informasi dan tata kelola TI.
TIngkat kematangan keselarasan strategik menurut Luftman didasarkan pada enam kriteria
(Gambar 14.6), yaitu :
1. Kematangan komunikasi
2. Kematangan komptensi/pengukuran nilai
3. Kematangan tata kelola
4. Kematangan kemitraan
5. Kematangan lingkup dan arsitektur
6. Kematangan keterampilan
Penilaian terhadap kriteria dilakukan orang-orang TI maupun bisnis dengan rentang nilai 1
hingga 5. Penentuan tingkat kematangan didasarkan pada rata-rata pengukuran kriteria
setiap komponen. Penetapan level di dasarkan pada ketentuan yang tercantuk di Tabel 14.1.
Semakin tinggi nilai rata-ratanya. semakin tingkat keselarasan antara TI dan bisnis. Gambar
14.7 memperlihatkan rigkasan kematangan strategik.
14.6 Ada Kesuksesan, Ada Kegagalan
Penggunaan SI/TI di dalam suatu organisasi banyak yang memberikab kesuksesan. namun
tidak jarang pula yang menuai kegagalan. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan
adalah hal yang perlu untuk dikaji sehingga antisipasi agar kegagalan tidak terulang dapat di
lakukan.
Studi yang dilakukan Wateridge di tahun 1997 (Fortune dan Peters, 2005) menyebutkan
bahwa ada enam kriteria untuk mengukur kesuksesan : 1) memenuhi kebutuhan pemakai,
2) Mencapai tujuan yang telah ditetapkan, 3) dapat dioperasionalkan dam waktu yang telah
direncanakan, 4) sesuai dengan anggaran, 5) membuat pemakai senang, 6) memenuhi
standar kualitas. Menurut Yeo (2002), Flower di tahun 1996 telah mendefinisikan arti
kegagalan dalam sistem informasi kalau situasi-situasi berikut terjadi : 1) Sistem secara
keseluruhan tidak beroperasi seperti yang diharapkan dan kenierja keseluruhan tidak
optiomal, 2) Jikan dalam implementasi tidak seperti yang diharapkanatau di tolak oleh
pemakai, 3) Jika biaya pengembangan melebihi manfaat yang akan diberikan oleh sistem, 4)
Jika karena suatu masalah sistem di hentikan sebelum selesai dibuat.
Lyytinen dan Hircshheim (Wara\d dan Peppard, 2002) menyebutkan bahwa kegagalan
sistem informasi dapat dikategorikan ke dalam empat domain : !) Kegagalan teknis, 2)
Kegagalan Data, 3) Kegagalan Pemakai, 4) Kegagalan organisasi.
Kegagalan Teknis adalah kegagalan di wilayah orang TI, yang bertanggung jawab
terhadap kualitas teknik sistem dan teknologi yang di gunakan. Kegagalan ini
berkecenderungan menurun dari waktu ke waktu.
Kegagalan data adalah jenis kegagalan yang menjadi tanggung jawab bersama
anatara profesional TI dan pemakai yang memasukkan data. Desain yang bagus dan
penanganan integritas data merupakan tanggung jawab orang TI, sedangkan
kedisplinan pemakai dalam memasukkan data sesuai dengan prosedur yang telah di
tentukan adalah tanggung jawab pemakai.
Kegagalan Pemakai adalah jenis kegagalan yang di akibatkan oleh pemakai yang
gagal dalam mengoperasikan sistem. Kegagalan seperti ini acap kali terjadi karena
ketidakcukupan waktu untuk melakukan pelatihan kepada pemakai sebelum sistem
dioperasikan.
Kegagalan organisasi adalah kegagalan yang di akibatkan oleh sistem yang tidak
dapat memuaskan organisasi secara menyeluruh. Hal ini seringkali diakibatkan oleh
ketidakpahaman terhadap interaksi antarproses di dalam sistem bahwa
sesungguhnya suatu proses akan bergantung pada proses lain.
Kegagalan proyek sistem informasi dapat terjadi ketika sistem sedang dikembangkan
ataupun setelah melalui masa produksi (opreasional). Menurut Richard Heeks (Nauman, et
al, 2010), status sistem informasi dapat dibedakan menjadi : 1) Kegagalan Total, 2)
kegagalan parsial, 3) Sukses.
Kegagalan Total adalah jenis kegagalan yang terjadi ketika sistem tidak di wujudkan
atau dibatalakan setelah diwujudkan.
Kegagalan Parsial adalah jeis kegagalan yang terjadi karena sistem dihentikan akibat
setelah digunakan ternyata tidak memnuhi sasaran utama walaupun telah
memenuhi sebagian sasaran.
Sukses adalah status yang menyatakan bahwa sistem teleah memenuhi sasaran
seluruh pemakai yang berkepentingan.
Menurut Lyytinen dan Hircshheim pada tahun 1987 (Nauman, et al 2010; Avison, 2002),
kegagalan selama pengembangan sistem informasi dapat dibedakan menjadi :
Beberapa peneliti seperti Laudon (2012) dan PArr, dkk (Aviosn, 2010) menyebutkan bahwa
kegagalan SI/TI umunya diakibatkan oleh kombinasi faktor SI/TI dan orang. Laudon dan
menyarankan unutk menggunakan pendekatan sosioteknologi. HAl ini desebabkan sistem
tidak sekadar masalh teknis tetapi juga berkaitan dengan masalah sosial. Parr, dkk
menyebtkan sejumlah faktor yang menjadi kunci sukses kritis proyek-proytek TI :
Perlu juaga diketahui, Penelitian pada tahun 1994 yang dilakukan Standish (G=Frese dan
Suater, 2003) menyebutkan bahwa lima besar penyebab keberhasilan proyek sistem
informasi :
1. keterlibatan pemakai
2. dukunagan manajemen eksekutif
3. pernyataan kebutuhan jelas
4. perencanaan tepat
5. harapan yang realistik
Penelitian yang dilakukan oleh Standish Group (2005), hal-hal berikut adalah faktor yang
menyebabkan kegagalan sistem informasi :