Anda di halaman 1dari 180

PROFIL KESEHATAN

KOTA SUKABUMI
TAHUN 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 sebagai salah satu keluaran dari
upaya penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan dan gambaran hasil
berbagai program yang telah dilaksanakan khususnya bidang kesehatan.
Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 ini merupakan peremajaan
dan perkembangan data dari tahun sebelumnya sebagai hasil dari berbagai
upaya kesehatan. Data yang digunakan dalam proses penyusunan profil
kesehatan bersumber dari berbagai unit kerja baik dilingkungan Dinas Kesehatan
maupun diluar lingkungan Dinas Kesehatan, sebagai refleksi perkembangan
kesehatan di Kota Sukabumi.
Melalui penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap tahun
dengan berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan
kesehatan, diharapkan menjadi bahan yang sangat berguna untuk melakukan
analisa kecenderungan dalam konteks penentu strategi dan kebijakan kesehatan
dimasa yang akan datang.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa profil kesehatan ini masih jauh dari
sempurna dan akan sulit terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.
Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya
dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 ini, kami
sampaikan terima kasih.

Sukabumi, Juni 2015


KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA SUKABUMI

dr. RITANENNY E.S.M., MP


Pembina Utama Muda
NIP. 19591108 198511 2 001

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GRAFIK viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.……………………………………………………………… 1
B. Tujuan ……………………………………………………………………….. 2
1. Tujuan Umum.……………………………………………...……...…….. 2
2. Tujuan Khusus.………………………………………….……………..... 2
C. Sistematika Penyajian..………………………………………………….…. 3

BAB II GAMBARAN UMUM


A. Gambaran Umum Wilayah ………………………………………………… 4
B. Keadaan Penduduk.………………………………………………………… 6
C. Keadaan Pendidikan ……………………………………………………….. 12
D. Keadaan Ekonomi ………………..…..………………………………….. 13

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT


A. Derajat Kesehatan ……………………………………………………........ 15
B. Angka Kematian……………………………………………………............. 15
1. Angka Kematian Ibu …………………….........…………………….. 15
2. Angka Kematian Bayi ……………………………………..……....... 18
3. Kematian Anak Balita dan Angka Kematian Balita (AKABA) …… 21
4. Review Maternal Perinatal (RMP) …………………………………. 22
C. Akses Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4) ……………………….……... 23
D. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani ……….……………… 25
E. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang
Memiliki Kompetensi ……..………………………………………………… 28
F. Cakupan Pelayanan Nifas ……………………..…………………............. 31
G. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus …………………………… 34
H. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap ………………………………… 37

ii
I. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi ……………………………………. 39
J. Status Gizi Masyarakat ……………………………………………………. 42
1. Cakupan Balita Gizi Buruk …………………………………………. 42
2. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan ……………….. 44
3. PMT-Pemulihan Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang Gakin ……… 46

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN


A. Pengendalian Penyakit …………………………………………………. 49
1. Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) ……………... 49
a. Tuberculose (TB) ………………………………………………. 50
b. Kolaborasi TB-HIV ……………………………………………... 55
c. Programmatic Management Of Drug Resistant TB (PMDT)
TB-MDR …………………………………………………………. 57
d. Ispa-Pneumoni …………………………………………………. 60
e. Diare ……………………………………………………………... 63
f. Kusta …………………………………………………………….. 67
2. Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2BB) …………… 69
a. Rabies …………………………………………………………… 69
b. DBD (Demam Berdarah Dengue) dan Chikungunya ………. 72
c. Malaria …………………………………………………………... 79
d. Filariasis …………………………………………………………. 80
e. P2-HIV/AIDS dan Penyalahgunaan NAPZA ………………… 81
f. Program Penyakit Tidak Menular (PTM) …………………….. 92
g. Program Lansia ………………………………………………… 95
h. Kesehatan Indera ………………………………………………. 102
i. Kesehatan Kerja ………………………………………………... 103
j. Kesehatan Jiwa ………………………………………………… 104
k. Kesehatan Olah Raga …………………………………………. 104
l. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) ……………………………. 105
m. Perkesmas ……………………………………………………… 106
B. Program Imunisasi ……………………………………………………… 108
1. Imunisasi Rutin ..……………………………………………………. 108
a. Ketepatan laporan ……………………………………………… 108

iii
b. Cakupan imunisasi bayi ……………………………………….. 109
c. Cakupan imunisasi ibu hamil …………………………………. 110
d. Universal Child Imunization (UCI) ……………………………. 111
2. Validasi Data Cakupan Program Imunisasi ……………………… 111
3. Evaluasi Data Hasil Cakupan Program Imunisasi ………………. 112
4. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) …………………………… 112
a. Campak …………………………………………………………. 112
b. DT-Td ……………………………….…………………………… 112
5. Sertifikasi Imunisasi Dasar Lengkap Bayi ……………………….. 112
6. On the Job Training (OJT) Pelaksana Imunisasi Puskesmas …. 113
C. Program Surveilans …………………………………………………… 113
1. Surveilans Campak ………………………………………………… 114
2. Surveilans AFP ……………………………………………………... 116
3. Kewaspadaan Dini dan Respon Terhadap KLB ………………… 117
4. Surveilans Matra ……………………………………………………. 120
D. Program Penyehatan Lingkungan …………………………………….. 120
1. Sanitasi Dasar ………………………………………………………. 122
a. Rumah sehat ……………………………………………………. 122
b. Penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat) …… 123
c. Penduduk dengan akses air minum berkualitas (layak) …… 124
d. Pengelolaan sampah rumah tangga …………………………. 125
e. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) …………………… 126
2. Tempat Tempat Umum (TTU) …………………………………….. 127
3. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) …………………………… 128
4. Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan ……………………………. 130

BAB V SITUASI SUMBERDAYA KESEHATAN


A. Sarana Kesehatan………………………………………………………. 133
B. Tenaga Kesehatan………………………………………………………. 137
1. Rasio Dokter Umum Per Satuan Penduduk …………………….. 139
2. Rasio Dokter Spesialis Per Satuan Penduduk ………………….. 139
3. Rasio Dokter Gigi Per Satuan Penduduk ………………………... 139
4. Rasio Tenaga Keperawatan Per Satuan Penduduk …………… 140

iv
C. Pembiayaan Kesehatan………………………………………………… 148

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………. 155
B. Saran……………………………………………………………………… 156
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

2.1 Jarak Puskesmas Hubungannya dengan Situasi Geografis 5


Kota Sukabumi

2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok 7


Umur di Kota Sukabumi Tahun 2014

2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, 8


Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin dan
Kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2014

3.1 Jumlah Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kerja 17


Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

3.2 Kematian Bayi Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas di 21


Kota Sukabumi Tahun 2014

3.3 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 45


Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas di Kota Sukabumi
Tahun 2014

4.1 Capaian TB-HIV Tahun 2014 Kota Sukabumi 56

4.2 Data Capaian TB-HIV 10 Variabel HIV Tahun 2013 56


Kota Sukabumi

4.3 Sarana Kesehatan Terkait PPTM Tahun 2014 93


Kota Sukabumi

4.4 Jumlah Tenaga Terlatih PPTM Tahun 2014 Kota Sukabumi 93

4.5 Jumlah Alat dan Bahan PPTM Tahun 2014 Kota Sukabumi 93

4.6 Jumlah Penduduk Lansia dan Pra Lansia Menurut 96


Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

4.7 Jumlah Penduduk Lansia Menurut Jenis Kelamin dan 97


Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

4.8 Sumberdaya, Sarana dan Prasarana di Posbindu 98


Tahun 2014 Kota Sukabumi

4.9 Data Pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah Tahun 2014 106


Kota Sukabumi

vi
4.10 Rekapitulasi Suspect Campak di Kota Sukabumi 114
Tahun 2014

4.11 Distribusi Penemuan Kasus AFP di Kota Sukabumi 117


Tahun 2014

4.12 Distribusi dan Jenis KLB di Kota Sukabumi Tahun 2014 118

4.13 Kondisi Kesehatan Calon Jemaah Haji Tahun 2014 120


Kota Sukabumi

4.14 Penilaian Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan di 132


Kota Sukabumi Tahun 2014

5.1 Sarana Pelayanan Kesehatan di Kota Sukabumi 135


Tahun 2014

5.2 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan 136


Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

5.3 Jumlah Tenaga Kedokteran di Sarana Kesehatan 141


Kota Sukabumi Tahun 2014

5.4 Jumlah Tenaga Bidan, Perawat dan Gizi di 142


Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014

5.5 Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan 143


Kota Sukabumi Tahun 2014

5.6 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat & Tenaga 144


Kesehatan Lingkungan di Sarana Kesehatan
Kota Sukabumi Tahun 2014

5.7 Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan 145


Kota Sukabumi Tahun 2014

5.8 Anggaran Kesehatan Berbagai Sumber di Dinas Kesehatan 150


Kota Sukabumi Tahun Anggaran 2014

5.9 Anggaran Kesehatan Berbagai Sumber di Kota Sukabumi 151


Tahun Anggaran 2014

vii
DAFTAR GRAFIK

Grafik Judul Hal

2.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Sukabumi 10


Tahun 2014

2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan 11


di Kota Sukabumi Tahun 2014

2.3 Piramida Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2014 11

3.1 Kematian Ibu Berdasarkan Periode Meninggal di Kota 16


Sukabumi Tahun 2014

3.2 Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kecamatan di Kota 18


Sukabumi Tahun 2014

3.3 Kematian Bayi Berdasarkan Wilayah Kecamatan di Kota 20


Sukabumi Tahun 2014

3.4 Cakupan K4 Tahun 2014 Kota Sukabumi (Target 90%) 23

3.5 Cakupan K4 Periode Tahun 2010-2014 Kota Sukabumi 24

3.6 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Tahun 2014 26


Kota Sukabumi (Target 79%)

3.7 Pencapaian Penanganan Komplikasi Kebidanan Periode 27


2010-2014 Kota Sukabumi

3.8 Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang 29


Memiliki Kompetensi Tahun 2014 Kota Sukabumi (Target
90%)

3.9 Pencapaian Linakes Periode Tahun 2010-2014 30


Kota Sukabumi

3.10 Cakupan KF Lengkap Tahun 2014 Kota Sukabumi 32


(Target 89%)

3.11 Cakupan KF Lengkap Periode Tahun 2010-2014 33


Kota Sukabumi

3.12 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Tahun 2014 35


Kota Sukabumi (Target 84%)

viii
3.13 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus Periode 36
Tahun 2010-2014 Kota Sukabumi

3.14 Cakupan KN Lengkap Tahun 2014 Kota Sukabumi 38


(Target 88%)

3.15 Cakupan KN Lengkap Periode Tahun 2010-2014 39


Kota Sukabumi

3.16 Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2014 Kota Sukabumi 40


(Target 86%)

3.17 Cakupan Kunjungan Bayi Periode Tahun 2010-2014 41


Kota Sukabumi

3.18 Jumlah Balita Gizi Buruk Tahun 2014 Kota Sukabumi 44

4.1 Angka Notifikasi Kasus (CNR) TB Kota Sukabumi Tahun 51


2012-2014

4.2 Cakupan Penemuan Suspek TB Kota Sukabumi Tahun 52


2012-2014

4.3 Case Detection Rate (CDR) Kota Sukabumi Tahun 52


2012-2014

4.4 Cure Rate (Angka Kesembuhan) TB Kota Sukabumi 53


Tahun 2014

4.5 Cure Rate (Angka Kesembuhan) TB Puskesmas 53


Kota Sukabumi Tahun 2014

4.6 Jumlah Kematian TB Kota Sukabumi Tahun 2011-2014 54

4.7 Trend Angka Kematian (CFR) TB Kota Sukabumi Tahun 54


2010-2014

4.8 Jumlah Kasus TB BTA (+) Per Fasilitas Sarana Pelayanan 55


Kesehatan Tahun 2012-2014

4.9 Jumlah Konfirmasi Suspek TB-MDR Kota Sukabumi 58


Tahun 2012-2014

4.10 Mapping Penderita TB-MDR Ditangani di Puskesmas 59


Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

4.11 Cakupan Kegiatan P2 ISPA-Pneumonia Kota Sukabumi 62


Tahun 2014

ix
4.12 Trend Jumlah Kematian Akibat Pneumoni di 63
Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

4.13 Cakupan Kegiatan P2 Diare Puskesmas Kota Sukabumi 65


Tahun 2014

4.14 Trend Jumlah Kematian Akibat Diare Kota Sukabumi 66


Tahun 2010-2014

4.15 Jumlah Kasus Kusta Kota Sukabumi Tahun 2011-2014 68

4.16 Mapping Kasus Kusta Menurut Wilayah Kerja Puskesmas 69


Tahun 2011-2014 Kota Sukabumi

4.17 Kasus Gigitan HPR Berdasarkan Wilayah Kerja 70


Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

4.18 Trend Kasus Gigitan HPR dan Kasus Positif Rabies 71


Pada Hewan Tahun 2011-2014 Kota Sukabumi

4.19 Trend Kasus Gigitan HPR Dan Pemberian VAR 71


Tahun 2011-2014 Kota Sukabumi

4.20 Trend Kasus dan Kematian DBD Kota Sukabumi Tahun 73


2011-2014

4.21 Trend Kasus DBD Kota Sukabumi Tahun 2012-2014 73

4.22 Trend Kasus DBD Menurut Wilayah Kerja Puskesmas 74


Tahun 2012-2014 Kota Sukabumi

4.23 Persentase Kasus DBD Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 74


2014 Kota Sukabumi

4.24 Data Kasus DBD Menurut Kecamatan Tahun 2013-2014 75


Kota Sukabumi

4.25 Jumlah Kasus DBD Menurut Kelurahan Tahun 2014 75


Kota Sukabumi

4.26 Trend Jumlah Kasus dan Kematian Chikungunya 76


Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

4.27 Data Kasus Chikungunya Menurut Kelurahan Tahun 2014 76


Kota Sukabumi

4.28 Jumlah Kasus Chikungunya Menurut Puskesmas Tahun 77


2014 Kota Sukabumi

x
4.29 Trend Kasus DBD dan Chikungunya Tahun 2014 77
Kota Sukabumi

4.30 Persentase Angka Bebas Jentik (ABJ) Menurut 78


Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

4.31 Jumlah Kasus Malaria Menurut Wiayah Kerja Puskesmas 79


Tahun 2014 Kota Sukabumi

4.32 Data Puskesmas Dengan Kasus Filariasis Kota Sukabumi 80


Tahun 2010-2014

4.33 Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif HIV-AIDS 82


Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

4.34 Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif Kasus HIV/AIDS 82


Asal Kota Sukabumi Tahun 2010-2014

4.35 Tren Kasus Baru HIV/AIDS Pada Populasi Transgender 83


Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

4.36 Tren Kasus Baru HIV/AIDS Pada Populasi Transgender 83


Asal Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

4.37 Persentase Kasus Baru HIV-AIDS Berdasarkan 84


Asal Wilayah Tahun 2014

4.38 Jumlah Kasus HIV AIDS Yang Ditemukan Di 84


Kota Sukabumi Berdasarkan Kondisinya Tahun 2014

4.39 Jumlah Kasus HIV AIDS Asal Kota Sukabumi Berdasarkan 85


Kondisinya Tahun 2014

4.40 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Yang Ditemukan 85


Di Kota Sukabumi Berdasarkan Golongan Umur
Tahun 2014

4.41 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Asal Kota Sukabumi 86


Berdasarkan Golongan Umur Tahun 2014

4.42 Persentase Kasus Baru HIV/AIDS Yang Ditemukan Di 86


Kota Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

4.43 Persentase Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Asal Kota 87


Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

4.44 Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Menurut Wilayah Kerja 87


Puskesmas Tahun 2014 Kota Sukabumi

xi
4.45 Jumlah Kasus IMS Tahun 2014 Kota Sukabumi 88

4.46 Target dan Capaian PTRM Kota Sukabumi Tahun 2014 89

4.47 Persentase Hasil Survey Pengetahuan Komprehensif 90


Remaja Tentang HIV-AIDS di Kota Sukabumi Tahun 2014

4.48 10 Penyakit Terbanyak Penyakit Tidak Menular (PTM) 94


Tahun 2014 Kota Sukabumi

4.49 Jumlah Kasus Hipertensi Berdasarkan Kelompok Umur 94


Tahun 2014 Kota Sukabumi

4.50 Jumlah Kasus Diabetes Mellitus Berdasarkan Kelompok 95


Umur Tahun 2014 Kota Sukabumi

4.51 Data D/S Pelayanan Pralansia & Lansia di Posbindu 99


Kota Sukabumi Tahun 2014

4.52 Data Tekanan Darah Pada Lansia di Posbindu 100


Tahun 2014 di Kota Sukabumi

4.53 Data Kunjungan Lansia di Puskesmas Tahun 2014 101


Kota Sukabumi

4.54 Data 10 Penyakit Pada Lansia di Puskesmas Tahun 2014 102


di Kota Sukabumi

4.55 Persentase Rumah Sehat Menurut Wilayah Kerja 122


Puskesmas di Kota Sukabumi Tahun 2014

4.56 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak 123


(Jamban Sehat) Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di
Kota Sukabumi Tahun 2014

4.57 Persentase Penduduk dengan Akses Air Minum 124


Berkualitas (Layak) Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di
Kota Sukabumi Tahun 2014

4.58 Persentase Pengelolaan Sampah Sehat Menurut 125


Wilayah Kerja Puskesmas Kota Sukabumi Tahun 2014

4.59 Persentase Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) 127


Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi
Tahun 2014

4.60 Persentase Tempat Tempat Umum (TTU) Memenuhi 128


Syarat Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di
Kota Sukabumi Tahun 2014

xii
4.61 Persentase Pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan 130
(TPM) Menurut Wilayah Kerja Puskesmas di Kota
Sukabumi Tahun 2014

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya
berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang
termaktub dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Tujuan utama
pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan
nasional diatas maka melalui pembangunan kesehatan yang ingin dicapai
demi mewujudkan Indonesia sehat sesuai dengan Pembukaan UUD 1945
alinea ke-4, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia juga untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa maka diselenggarakan program
pembangunan secara berkelanjutan, terencana dan terarah.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari
pembangunan nasional bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setingi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut
merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta
maupun pemerintah.
Pengelolaan manajemen kesehatan membutuhkan informasi data
kesehatan yang dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan dibidang
kesehatan. Keberhasilan pengelolaan manajemen kesehatan sangat
ditentukan dengan tersedianya data dan informasi, dukungan kemajuan ilmu
penggetahuan dan teknologi. Dengan pengelolaan manajemen kesehatan
yang baik akan mendukung pengembangan kebijakan pembangunan
kesehatan.
Sistem informasi kesehatan tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus
menjadi jalur komunikasi data dan informasi antara pusat dan daerah dalam

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 1


rangka implementasi dari sistem kesehatan nasional di daerah dan mencapai
tujuan Millenium Development Goals (MDG’s).
Dalam sistem kesehatan nasional disebutkan bahwa keberhasilan
manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain oleh tersedianya data
dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan, dukungan hukum kesehatan serta administrasi
kesehatan. Lebih lanjut disebutkan bahwa sistem kesehatan nasional terdiri
dari beberapa sub sistem, yakni sub sistem upaya kesehatan, sub sistem
pembiayaan kesehatan, sub sistem sumber daya manusia kesehatan, sub
sistem obat dan perbekalan kesehatan, sub sistem pemberdayaan
masyarakat dan sub sistem manajemen kesehatan.
Salah satu produk sistem informasi kesehatan yang selama ini menjadi
sarana komunikasi tersebut adalah profil kesehatan. Dalam profil kesehatan
ini disampaikan gambaran dan situasi kesehatan, gambaran umum tentang
derajat kesehatan dan lingkungan, situasi upaya kesehatan, dan situasi
sumber daya kesehatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Profil kesehatan Kota Sukabumi ini bertujuan untuk memberikan
gambaran pembangunan kesehatan yang sudah dilaksanakan secara
menyeluruh di Kota Sukabumi dalam periode tahun anggaran 2014.

2. Tujuan Khusus
a) Diketahuinya data dan informasi pembangunan kesehatan di Kota
Sukabumi yang meliputi derajat kesehatan, perilaku kesehatan
masyarakat, data demografi dan sosial ekonomi yang berpengaruh pada
status kesehatan masyarakat.
b) Diketahuinya data dan informasi tentang upaya kesehatan di Kota
Sukabumi yang meliputi cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan.
c) Diketahuinya data dan informasi masalah kesehatan yang meliputi
angka kematian, angka kesakitan dan keadaan gizi masyarakat di Kota
Sukabumi.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 2


d) Tersedianya integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh
berbagai sistem pencatatan dan pelaporan untuk kepentingan stake
holder kesehatan.

C. Sistematika Penyajian
1. Bab 1 Pendahuluan, berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan profil
kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.
2. Bab 2 Gambaran Umum, menyajikan gambaran umum Kota Sukabumi.
Selain uraian tentang geografis, administratif dan informasi umum lainnya,
bab ini juga mengulas faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi,
pendidikan, sosial budaya dan lingkungan.
3. Bab 3 Situasi Derajat Kesehatan, berisi uraian tentang indikator mengenai
angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat
4. Bab 4 Situasi Upaya Kesehatan, menguraikan tentang pelayanan
kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang,
pemberantasan penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan
sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat
kesehatan, pelayanan kesehatan dalam situasi bencana. Upaya pelayanan
kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga meng-akomodir indikator
kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan serta upaya
pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan
Kota Sukabumi.
5. Bab 5 Situasi Sumber Daya Kesehatan, menguraikan tentang sarana
kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya
kesehatan lainnya.
6. Bab 6 Kesimpulan, merupakan uraian mengenai hal penting yang perlu
disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Sukabumi
Tahun 2014. Selain keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga
mengemukakan hal yang dianggap masih kurang dalam rangka
penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 3


BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Wilayah


Kota Sukabumi secara Geografis terletak di bagian selatan tengah
Jawa Barat pada koordinat 106”45’50” Bujur Timur dan 106”45’50” Bujur
Timur, 6”49’29” Lintang Selatan dan 6”49’29” Lintang Selatan, terletak di kaki
Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 meter diatas
permukaan laut, dan berjarak 120 km dari Ibukota Negara (Jakarta) atau
96 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung). Batas-batas wilayah Kota
Sukabumi meliputi :
• Sebelah Utara : Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi
• Sebelah Selatan : Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi
• Sebelah Barat : Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi
• Sebelah Timur : Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi
Secara administratif wilayah Kota Sukabumi seluruhnya berbatasan
dengan wilayah Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan Perda Nomor 15 tanggal
27 September Tahun 2000, wilayah administrasi Kota Sukabumi mengalami
pemekaran menjadi 7 (tujuh) kecamatan yaitu Kecamatan Baros, Kecamatan
Cibeureum, Kecamatan Cikole, Kecamatan Citamiang, Kecamatan
Gunungpuyuh, Kecamatan Lembursitu dan Kecamatan Warudoyong. Jarak
terjauh dari balai kota adalah Kecamatan Lembursitu, yakni sejauh 7 km.
Fisiografi lahan Kota Sukabumi secara keseluruhan adalah datar di wilayah
Selatan dan berbukit di wilayah Utara, dengan kemiringan 0o - 3o dan 3o - 8o di
bagian Utara. Secara topografi Kota Sukabumi merupakan dataran tinggi,
Fenomena yang terjadi di daerah perkotaan adalah adanya perubahan fungsi
lahan pertanian ke penggunaan lain seperti pembangunan dibidang
perumahan, perdagangan dan industri sesuai dengan perda tentang
pengaturan tata ruang dan wilayah perkotaan yang tentunya berdampak
pada munculnya masalah kesehatan wilayah perkotaan secara umum.
Kondisi tifologi daerah rata-rata datar dan luas yang hanya ± 48 Km2,
maka jarak terjauh yang harus ditempuh dari Kelurahan terjauh menuju
sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas) dalam satu wilayah Kecamatan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 4


sekitar 3 Km. Hal ini memudahkan semua lapisan masyarakat untuk
mengakses sarana kesehatan, baik dengan menggunakan kendaraan roda 4
maupun roda 2. Jarak dan lama tempuh dari Kelurahan ke Puskesmas
terdekat dalam satu wilayah Kecamatan, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1
Jarak Puskesmas Hubungannya dengan Situasi Geografis
Kota Sukabumi

Rata-rata
Waktu
Tempuh Ke
Luas Jarak Puskesmas
N
Kecamatan Kelurahan Tipologi Wilaya Puskesmas Terjauh Ke
o
h (Km2) Puskesmas
Roda Roda
2 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1) Baros
Jalan datar
2) Jaya Raksa
1 Baros 3) Jaya Mekar
(Keramaian 6.1 1) Baros 2 Km 15’ 20’
rendah)
4) Sudajaya Hilir

1) Tipar
1) Tipar
2) Cikondang
Jalan datar 2) Gedong
3) Citamiang
2 Citamiang 4) Gedong
(Keramaian 4.0 Panjang 1,2 Km 9’ 12’
tinggi) 3) Nangge
Panjang
leng
5) Nanggeleng

1) Benteng 1) Benteng
2) Dayeuh Luhur Jalan datar 2) Pabua
Waru
3 3) Nyomplong (Keramaian 7.6 ran 2 Km 15’ 20’
doyong 4) Warudoyong sedang) 3) Suka
5) Sukakarya karya

1) Sriwedari
2) Gunung
Jalan datar 1) Cipelang
Gunung Puyuh
4 3) Karamat
(Keramaian 5.5 2) Karang 3 Km 22,5’ 30’
Puyuh sedang) Tengah
4) Karang
Tengah

1) Selabatu
2) Cikole
3) Gunung Jalan datar 1) Selabatu
5 Cikole Parang (Keramaian 7.1 2) Sukabu 2,3 Km 17,5’ 23’
4) Kebonjati tinggi) mi
5) Subangjaya
6) Cisarua
1) Cikundul
1) Cikundul
2) Sindangsari Jalan datar
Lembur 2) Lembur
6 3) Cipanengah (Keramaian 8.9
situ
3 Km 22,5’ 30’
situ 4) Situmekar rendah)
5) Lembursitu

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 5


Rata-rata
Waktu
Tempuh Ke
Luas Jarak Puskesmas
N
Kecamatan Kelurahan Tipologi Wilaya Puskesmas Terjauh Ke
o
h (Km2) Puskesmas
Roda Roda
2 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9
1) Babakan 1) Cibeure
2) Cibeureum Jalan datar um Hilir
7 Cibeureum Hilir (Keramaian 8.8 2) Limus 3 Km 22,5’ 30’
3) Sindangpalay rendah) Nunggal
4) Limusnunggal
TOTAL 33 48.00
Sumber : BPS Kota Sukabumi

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jarak paling jauh menuju sarana
kesehatan (Puskesmas) dari kantor kelurahan yaitu 3 Km antara lain dalam
wilayah Kecamatan Gunung Puyuh, Kecamatan Lembur Situ dan Kecamatan
Cibeureum dengan waktu tempuh rata-rata sekitar 30 menit dengan
menggunakan roda empat dan sekitar 22,5 menit dengan menggunakan roda
dua. Akan tetapi disisi lain akses masyarakat pada fasilitas pelayanan
kesehatan dapat dikatakan 0 Km.

B. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk di suatu wilayah selalu mengalami perubahan. Hal
ini dikarenakan pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu pada wilayah
tersebut.
Begitupun dengan data kependudukan, sesuai dengan kaidah good
gonernance pembuatan kebijakan harus berdasarkan pada data yang
menggambarkan kondisi riil. Sehingga, apabila asumsi yang digunakan
melenceng, sudah barang tentu kebijakan yang dihasilkanpun tidak sejalan
dan tidak tepat sasaran.
Perlu disadari peran data kependudukan dalam menentukan arah
kebijakan pembangunan, begitu besar. Berdasarkan data kependudukan
itulah, pemerintah menentukan berbagai kebijakan pembangunan. Sebagai
dasar suatu kebijakan, data kependudukan yang tidak valid akan merugikan
dan membahayakan.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 6


Pembangunan baik fisik maupun sosial merupakan suatu upaya
perubahan kearah yang lebih baik. Untuk melaksanakan pembangunan
diperlukan suatu konsep, perencanaan dan strategi yang tepat dengan
memperhatikan berbagai variabel agar tujuan pembangunan tersebut berhasil.
Pembangunan yang berhasil adalah pembangunan yang memperhatikan
kependudukan sebagai titik sentral pembangunan itu sendiri.
Ketersediaan data kependudukan di semua tingkat administrasi
pemerintahan (kota, kecamatan, kelurahan) menjadi faktor kunci keberhasilan
program-program pembangunan. Data kependudukan mempunyai arti yang
sangat penting dalam pembangunan pada umumnya dan bidang kesehatan
pada khususnya, obyek sasaran kegiatan pembangunan kesehatan sebagian
besar adalah masyarakat atau penduduk.
Berkenaan dengan penyajian data dan informasi kependudukan
terutama untuk perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan
kesehatan, ekonomi, sosial, politik, lingkungan dan lain-lain yang terkait
dengan peningkatan kesejahteraan manusia, maka data dan informasi perlu
menggunakan data yang valid dan dapat dipercaya baik dari sisi jumlah
maupun kualitas data dan dikemas secara baik, sederhana, informatif, tepat
waktu dan disajikan secara berkelanjutan.
Data jumlah penduduk yang digunakan dalam profil ini menggunakan
data yang bersumber dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tahun
2013, mengingat pada waktu validasi data masih menggunakan data
penduduk tahun 2013.
Jumlah penduduk di Kota Sukabumi pada Tahun 2014 adalah
sebesar 342.086 jiwa. Dengan komposisi penduduk sebagai berikut:

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
di Kota Sukabumi Tahun 2014
Umur
Laki-laki Perempuan Total
(Tahun)
1 2 3 4

0–4 10,129 9,375 19,504


5–9 15,461 14,539 30,000

10 -14 16,481 15,520 32,001

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 7


Umur
Laki-laki Perempuan Total
(Tahun)
1 2 3 4

15 – 19 15,008 14,131 29,139


20 – 24 14,493 14,456 28,949
25 – 29 14,996 14,363 29,359

30 – 34 16,299 15,781 32,080


35 – 39 14,132 13,465 27,597
40 – 44 12,209 12,072 24,281
45 – 49 11,314 11,281 22,595

50 – 54 9,380 9,205 18,585


55 – 59 7,761 7,450 15,211
60 – 64 5,868 5,734 11,602
65 – 69 3,359 3,711 7,070

70 – 75 3,303 3,872 7,175


75+ 2,919 4,019 6,938

Jumlah 173.112 168.974 342.086


Sumber : DKPS Kota Sukabumi

Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur,
Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kota Sukabumi Tahun 2014

Jumlah Jumlah Penduduk Laki - Laki


No Kecamatan
Penduduk 0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Gunungpuyuh 48,142 1,444 4,595 12,423 4,768 1,253 24,483

2 Cikole 64,882 1,830 5,778 15,967 6,724 2,083 32,382


3 Citamiang 53,942 1,573 5,110 13,619 5,451 1,446 27,199
4 Warudoyong 61,521 1,741 5,744 16,149 6,142 1,757 31,533
5 Baros 35,351 1,173 3,193 9,122 3,570 865 17,923

6 Lembursitu 37,766 1,077 3,451 9,451 3,788 1,183 18,950


7 Cibeureum 40,482 1,291 4,071 10,406 3,880 994 20,642

Jumlah (Kota) 342,086 10,129 31,942 87,137 34,323 9,581 173,112

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 8


Rasio Rasio
Jumlah Penduduk Perempuan
N Beban Jenis
Kecamatan
o Tang Kela
0-4 5-14 15-44 45-64 >=65 Jumlah
gungan min
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Gunungpuyuh 1,261 4,189 11,937 4,682 1,590 23,659 42.39 103.48

2 Cikole 1,780 5,433 15,638 7,035 2,614 32,500 43.03 99.64


3 Citamiang 1,415 4,748 13,172 5,562 1,846 26,743 42.69 101.71
4 Warudoyong 1,583 5,393 15,028 5,790 2,194 29,988 42.71 105.15
5 Baros 1,068 3,194 8,763 3,401 1,002 17,428 42.22 102.84

6 Lembursitu 1,049 3,332 9,430 3,703 1,302 18,816 43.20 100.71


7 Cibeureum 1,219 3,770 10,300 3,497 1,054 19,840 44.15 104.04

Jumlah (Kota) 9,375 30,059 84,268 33,670 11,602 168,974 42.89 102.45
Sumber : DKPS Kota Sukabumi

Rasio jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan


angka rasio jenis kelamin 102. Artinya bahwa setiap 100 orang perempuan,
terdapat 102 orang laki-laki. Selain itu tampak pula bahwa kelompok usia
muda (produktif) menempati jumlah tertinggi dari total populasi yang ada.
Dalam hal ini kaitannya dengan angka beban ketergantungan. Angka ini
menyatakan beratnya tanggungan kelompok usia produktif terhadap usia tidak
produktif. Semakin banyak kelompok usia non-produktif maka semakin berat
beban usia produktif. Angka beban ketergantungan penduduk Kota Sukabumi
adalah 42.89 %, artinya setiap 100 penduduk usia produktif di Kota Sukabumi
menanggung sekitar 43 penduduk usia belum/tidak produktif.
Sedangkan menurut kecamatan, jumlah penduduk yang terbanyak
berturut-turut adalah Kecamatan Cikole, Kecamatan Warudoyong dan
Kecamatan Citamiang dengan jumlah penduduk diatas 50.000 jiwa. Hal ini
bila dilihat dari kondisi geografisnya ketiga Kecamatan tersebut berada diarea
wilayah perkotaan yang merupakan area pengembangan perumahan dan
perdagangan. Jumlah penduduk menurut kecamatan, dapat dilihat pada grafik
berikut ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 9


Grafik 2.1
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan
di Kota Sukabumi Tahun 2014

70,000
64,882
61,521
60,000
53,942

50,000 48,142

40,482
40,000 37,766
35,351

30,000

20,000

10,000

Sumber : DKPS Kota Sukabumi

Begitupun dengan keadaan jumlah penduduk menurut jenis kelamin


per kecamatan tentunya sama banyaknya dengan jumlah penduduk menurut
kecamatan secara keseluruhan, akan tetapi yang harus menjadi perhatian
adalah pengarusutamaan gender terutama dalam pekerjaan yang berdampak
pada masalah kesehatan kaum perempuan juga anak-anak, mengingat area
tersebut merupakan pusat perdagangan.
Berikut grafik jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kecamatan
tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 10


Grafik 2.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan
di Kota Sukabumi Tahun 2014
35,000

Laki-laki
30,000
Perempuan
25,000

20,000

15,000

10,000

5,000

-
Gn.puyuh Cikole Citamiang Wr.doyong Baros Lb.situ Cibeureum

Sumber : DKPS Kota Sukabumi

Grafik 2.3
Piramida Penduduk Kota Sukabumi Tahun 2014

75 +
Perempuan
70 - 74
65 - 69 Laki-laki

60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4

20,000 15,000 10,000 5,000 0 5,000 10,000 15,000 20,000


Sumber : DKPS Kota Sukabumi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 11


Berdasarkan pada piramida penduduk di atas bila dibandingkan
antara penduduk Balita dengan lansia usia 55 tahun ke atas maka jumah
lansia hampir menyamai penduduk Balita 0-4 tahun. Hal ini tentunya
berdampak pada masalah kesehatan yang sangat serius dimana pada
penduduk lansia akan diwarnai dengan tingginya penyakit tidak menular atau
penyakit-penyakit degeneratif sementara pada usia Balita masih ditandai
tingginya penyakit-penyakit infeksi yang menyebabkan meningkatnya
kematian pada usia Balita. Sedangkan pada usia sekolah dan angkatan kerja
jumlahnya berimbang, namun harus juga diwaspadai masalah kesehatan
yang semakin meningkat akibat perilaku yang tidak bertanggung jawab dari
mereka usia sekolah dan usia angkatan kerja.

C. Keadaan Pendidikan
Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak
pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan di dunia ini.
Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan
dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini sejalan dengan
pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan inovatif dalam segala
bidang kehidupan.
Krisis multi dimensi membawa hikmah dan pelajaran yang luar biasa
besarnya untuk mampu menatap dan membangun masa depan dengan
semangat yang lebih optimis. Pelayanan pendidikan yang berkualitas adalah
pembangunan pendidikan melalui peningkatan infrastruktur dan suprastruktur
pendidikan, baik dari segi manajemen maupun kurikulum pendidikannya.
Selain sebagai fungsi sosial dalam upaya mencerdaskan kehidupan
masyarakat Kota Sukabumi, pelayanan pendidikan juga diarahkan untuk
menjadi salah satu daya tarik kota dalam kerangka membangun keunggulan
kompetitif kota terhadap wilayah lain di Provinsi Jawa Barat, dengan
membuka peluang menarik minat pelajar untuk datang ke Kota Sukabumi
dan mengenyam pendidikan di Kota Sukabumi, yang pada akhirnya akan
bermuara pada peningkatan perekonomian untuk kesejahteraan masyarakat.
Agar sumber daya manusia dapat berperan lebih optimal terhadap
pengembangan ekonomi, maka pendidikan yang dikembangkan di Kota

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 12


Sukabumi tidak hanya secara normatif sampai sekolah lanjutan tingkat atas
(SMA/SMK), tetapi juga sampai Perguruan Tinggi.
Kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Sukabumi dalam bidang
pendidikan antara lain melakukan pengembangan kota jasa di bidang
pelayanan pendidikan, yang diantaranya adalah menitikberatkan pada
penambahan kemampuan dan keterampilan siswa-siswa SMK dalam
teknologi yang mempunyai nilai jual di pasar, serta terus berupaya untuk
mendorong pendirian perguruan tinggi negeri dengan nama Politeknik Negeri
Pakujajar, dengan bantuan pihak Provinsi Jawa Barat. Namun demikian,
pemerintah daerah tetap melakukan pembinaan bagi perkembangan
perguruan tinggi swasta yang ada sehingga secara sinergis dapat tumbuh
dan berkembang bersama.

D. Keadaan Ekonomi
Dalam pembangunan sektor ekonomi, pemerintah mendorong
tumbuh kembangnya industri rumah tangga yang mengarah pada produk
unggulan daerah dan memberi akses untuk pengemasan yang baik dan
pemasaran yang memadai. Sehingga prioritas pembangunan daerah pada
tahun 2014 ini lebih diarahkan kepada peningkatan daya beli masyarakat
melalui peningkatan kinerja perekonomian kota untuk memperluas
kesempatan kerja, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia tenaga
kerja, mewujudkan kemitraan strategis yang semakin kuat dan harmonis
antar UMKM, Koperasi, IKM, BUMD dan lembaga perbankan.
Sejauh ini dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya
saing daerah dilakukan melalui penetapan SOP dan pemberlakuan ISO
dibidang perizinan, investasi dan pelayanan public yang lebih mudah, cepat
dan transparan sesuai peraturan yang berlaku, mengembangkan pasar
tradisional dan penataan PKL, mendorong pertumbuhan dan perkembangan
koperasi, UMKM dan ekonomi kreatif dengan pemberian kredit murah,
membantu keterampilan manajerial dan kemitraan dengan usaha yang lebih
besar, mengoptimalkan Balai Latihan Kerja untuk mencetak usahawan baru
maupun pekerja yang jujur dan terampil juga mendorong tumbuh kembang
industri rumah tangga yang mengarah pada produk unggulan daerah melalui
bantuan modal bagi pengusaha kecil.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 13


Dari sisi konsumsi masyarakat, dengan melihat kecenderungan pola
konsumsi masyarakat pada tahun 2010-2011, diasumsikan pada tahun 2013
dan 2014 tidak terlalu banyak berubah dimana proporsi pengeluaran rumah
tangga untuk makanan masih relatif lebih besar dari pengeluaran non
makanan.
Sementara leading sector pertumbuhan ekonomi tahun 2013-2014 ini
diperkirakan masih didominasi oleh sektor bangunan, sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa
keuangan, dan sektor jasa-jasa lainnya yang merupakan sektor basis
perekonomian di Kota Sukabumi ini. Dominasi sektor-sektor tersebut juga
masih akan mampu meningkatkan penyerapan tenaga kerja meskipun belum
signifikan sehingga secara bertahap masalah pengangguran dapat dikurangi.
Sektor-sektor lain yang diasumsikan dapat tumbuh positif berdasarkan
potensi yang ada adalah sektor industri dimana akhir-akhir ini muncul
kelompok baru yang dikenal dengan Sektor Industri Kreatif yang dapat
menjadi alternatif dalam pengembangan sektor industri dan perdagangan di
Kota Sukabumi kedepan.
Melihat asumsi diatas, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) masih akan
tumbuh positif sebesar 6.28% - 6.34. Kondisi ini akan sangat juga tergantung
dengan seberapa jauh Kota Sukabumi dapat mengendalikan laju Inflasi yang
memang berpotensi untuk menekan laju pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang
diasumsikan pada tahun 2013 dan 2014 tidak lebih dari 5 %.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 14


BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

A. Derajat Kesehatan
Salah satu indikator derajat kesehatan yang digunakan untuk
mengukur indeks kesehatan secara umum adalah Usia Harapan Hidup
Waktu Lahir (Eo) (UHH). Dalam menghitung dan menentukan Indeks Mutu
Hidup (IMH) atau Indeks Pembangunan Manusia, indikator ini memegang
peranan sangat penting. Salah satu indikator yang digunakan untuk
mengelompokan negara dalam kelompok negara maju atau berkembang
adalah Usia Harapan Hidup (UHH). Negara maju relatif memiliki usia
harapan hidup yang tinggi, sedangkan negara berkembang memiliki usia
harapan hidup relatif rendah (Gusschool, 2011).
Usia Harapan Hidup (Life Expectancy at birth) adalah rata-rata
jumlah tahun harapan hidup sekelompok orang yang lahir pada tahun yang
sama, dengan asumsi kematian pada usia masing-masing tersebut tetap
konstan dimasa mendatang. UHH menggambarkan lamanya seorang bayi
baru lahir diharapkan hidup dan dapat menggambarkan taraf hidup suatu
bangsa. Faktor lain yang mempengaruhi angka ini selain kesehatan adalah
ekonomi, pendidikan, geografis. UHH diperoleh secara tidak langsung
melalui sensus penduduk yang dilaksanakan 10 tahun sekali dan untuk
perhitungan setiap tahun melalui perhitungan proyeksi.

B. Angka Kematian
1. Angka Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kasus kematian perempuan yang
diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan (termasuk
hamil ektopik), persalinan, abortus (termasuk abortus mola) dan masa
nifas dalam kurun waktu 42 hari setelah berakhirnya kehamilan tanpa
melihat usia gestasi dan tidak termasuk didalamnya sebab kematian
akibat kecelakaan atau kejadian incidental. (Kementerian Kesehatan RI,
2010).

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 15


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator
dalam menentukan Indeks Kesehatan dalam menghasilkan Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Indeks).
Kasus kematian ibu di Kota Sukabumi Pada Tahun 2014
sebanyak 7 kasus. Berdasarkan periode meninggal, kematian ibu ini
3 kasus terjadi pada masa kehamilan, 3 kasus pada masa nifas dan
1 kasus terjadi pada masa persalinan. Kematian ibu berdasarkan periode
meninggal di Kota Sukabumi pada Tahun 2014 dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :

Grafik 3.1
Kematian Ibu Berdasarkan Periode Meninggal
di Kota Sukabumi Tahun 2014

Nifas, 3 Hamil, 3

Bersalin, 1

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan wilayah kerja Puskesmas, kematian ibu dapat


dilihat pada tabel berikut ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 16


Tabel 3.1
Jumlah Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2014
Jumlah Kematian Ibu
No Puskesmas Lahir Ibu Ibu Ibu
Jumlah
Hidup Hamil Bersalin Nifas
1 2 3 3 4 5 6
1 Cipelang 391 0 0 0 0
2 Karang Tengah 577 0 0 0 0
3 Selabatu 424 0 0 0 0
4 Sukabumi 898 0 0 1 1
5 Tipar 370 1 0 0 1
6 Nanggeleng 360 0 0 0 0
7 Gedongpanjang 399 1 1 0 2
8 Benteng 602 0 0 0 0
9 Pabuaran 255 0 0 0 0
10 Sukakarya 344 0 0 0 0
11 Baros 699 0 0 1 1
12 Lembursitu 352 1 0 0 1
13 Cikundul 400 0 0 1 1
14 Cibeureum Hilir 474 0 0 0 0
15 Limusnunggal 350 0 0 0 0
JUMLAH 6895 3 1 3 7
Sumber : Seksi KIA & Gizi

Sementara berdasarkan penyebab, kematian ibu terdiri dari


4 kasus penyebab langsung dan 3 kasus penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung, disebabkan oleh eklamsia sebanyak 3 kasus dan
1 kasus perdarahan. Sedangkan penyebab tidak langsung diakibatkan
karena dehidrasi, kanker payudara dan kanker paru.
Hal penting lain yang menjadi penyebab kematian ibu dikenal
dengan 3 Terlambat (3T), yaitu terlambat merujuk, terlambat mencapai
fasilitas kesehatan dan terlambat ditangani di fasilitas kesehatan.
Kasus kematian ibu Tahun 2014 tersebar di 4 wilayah
kecamatan, yaitu Kecamatan Cikole, Kecamatan Citamiang, Kecamatan
Baros dan Kecamatan Lembursitu. Kasus terbanyak terdapat di wilayah
Kecamatan Citamiang dengan 3 kasus kematian. Berikut kasus kematian
ibu berdasarkan wilayah kecamatan di Kota Sukabumi Tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 17


Grafik 3.2
Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kecamatan
di Kota Sukabumi Tahun 2014

Baros, 1

Cikole, 1 Citamiang, 3

Lembursitu, 2

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu per


100.000 kelahiran hidup. Dikarenakan jumlah kelahiran hidup di Kota
Sukabumi tidak mencapai 100.000 kelahiran hidup, maka digunakan
nomenklatur Jumlah Kematian Ibu. Tetapi jika dikonversikan ke dalam
Angka Kematian Ibu, dengan jumlah kelahiran hidup pada tahun 2014
sebanyak 6895 kelahiran hidup, maka Angka Kematian Ibu di Kota
Sukabumi adalah 101.5/100.000 Kelahiran Hidup. Capaian ini berkategori
baik karena tidak melebihi angka kematian ibu yang ditargetkan oleh
nasional (102/100.000 Kelahiran Hidup).

2. Angka Kematian Bayi


Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya bayi yang
meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun AKB per 1000 kelahiran hidup
pada tahun yang sama. Nilai normatif AKB kurang dari 40 sangat sulit
diupayakan penurunannya (hard rock), antara 40-70 tergolong sedang
namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70 tergolong mudah
untuk diturunkan. Indikator ini terkait langsung dengan target

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 18


kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan anak-anak bertempat tinggal termasuk pemeliharaan
kesehatannya. Angka Kematian Bayi relevan dipakai untuk memonitor
pencapaian target program karena mewakili komponen penting pada
kematian balita.
Jumlah kasus kematian bayi di Kota Sukabumi pada tahun
2014 ada 49 kasus kematian bayi. Kematian bayi banyak terjadi pada
masa neonatal (0-28 hari) yaitu sebanyak 30 kasus kematian. 19 kasus
kematian terjadi pada masa bayi usia 1-11 bulan. Dari 49 kasus kematian
bayi yang terjadi, 41 kasus kematian terjadi di Rumah Sakit sebagai
fasilitas rujukan dan 8 kasus terjadi di rumah.
Berdasarkan angka diatas, jumlah kematian bayi sebanyak 49
kasus kematian dengan jumlah kelahiran hidup 6895. Maka Angka
Kematian Bayi (AKB) Tahun 2014 di Kota Sukabumi yaitu 7,11/1000
Kelahiran Hidup. Capaian angka kematian bayi ini memenuhi target tahun
2014, yaitu < 24 per 1000 Kelahiran Hidup. Capaian inipun telah
memenuhi target nasional < 32/1000 Kelahiran Hidup dan target provinsi
< 22,8/1000 Kelahiran Hidup.
Penyebab kematian terbanyak pada tahun 2014 adalah
Asfiksia, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Kongenital, Diare, dan
Pneumonia. Terjadinya kematian sebagian besar terjadi di fasilitas
kesehatan rujukan.
Adapun penyebab kematian terbanyak pada masa neonatus
yaitu asfiksia (10 kasus), BBLR (9 kasus) dan masalah laktasi (4 kasus).
Sedangkan penyebab kematian terbanyak pada bayi yaitu diare (6 kasus)
dan pneumoni (6 kasus).
Dalam tiga tahun terakhir, tren kasus kematian bayi karena
BBLR menurun. Dari 15 kasus pada tahun 2012, menjadi 13 kasus pada
tahun 2013 dan pada tahun 2014 sebanyak 9 kasus. Berbeda dengan
kematian bayi karena asfiksia, dari 8 kasus pada tahun 2012 meningkat
menjadi 14 kasus pada tahun 2013 dan kembali turun menjadi 10 kasus
pada tahun 2014.
Kasus kematian bayi tersebar di semua wilayah kecamatan.
Kematian terbanyak yaitu di wilayah Kecamatan Warudoyong sebanyak

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 19


12 kasus, disusul Kecamatan Cikole 9 kasus, Kecamatan Gunungpuyuh
8 kasus, Kecamatan Baros 6 kasus, Kecamatan Lembursitu dan
Citamiang masing-masing 5 kasus, terakhir Kecamatan Cibeureum
sebanyak 4 kasus. Kasus kematian bayi berdasarkan wilayah kecamatan,
dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 3.3
Kematian Bayi Berdasarkan Wilayah Kecamatan
di Kota Sukabumi Tahun 2014

12
12

10 9
8
8
6
6 5 5
4
4

Sumber : Laporan Tahunan Seksi KIA & Gizi Dinas Kesehatan Kota Sukabumi 2014

Sedangkan menurut wilayah kerja Puskesmas, Puskesmas


Cipelang, Puskesmas Selabatu dan Puskesmas Baros masing-masing
menyumbang 6 kasus kematian bayi. Berikut tabel kasus kematian bayi
berdasarkan wilayah kerja puskesmas :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 20


Tabel 3.2
Kematian Bayi Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2014
Jumlah Kematian Bayi
No Puskesmas
Lahir Hidup Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2 3 4 5 6
1 Cipelang 391 6 0 6
2 Karang Tengah 577 1 1 2
3 Selabatu 424 5 1 6
4 Sukabumi 898 2 1 3
5 Tipar 370 1 0 1
6 Nanggeleng 360 0 2 2
7 Gedongpanjang 399 2 0 2
8 Benteng 602 4 1 5
9 Pabuaran 255 3 2 5
10 Sukakarya 344 1 1 2
11 Baros 699 2 4 6
12 Lembursitu 352 1 0 1
13 Cikundul 400 4 0 4
14 Cibeureum Hilir 474 1 1 2
15 Limusnunggal 350 1 1 2
Jumlah 6895 34 15 49
Sumber : Seksi KIA & Gizi

3. Kematian Anak Balita dan Angka Kematian Balita (AKABA)


Kematian Anak Balita adalah kematian balita umur 12-59 bulan
di suatu wilayah pada kurun waktu 1 (satu) tahun. Sedangkan AKABA
adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal
sebelum mencapai usia 5 tahun. Angka ini dinyatakan sebagai angka per
1000 kelahiran hidup. Nilai normatif AKABA > 140 sangat tinggi, antara
21 – 140 sedang dan <20 rendah.
Jika angka kematian bayi menggambarkan keadaan sosial
ekonomi masyarakat dan digunakan untuk pengembangan perencanaan,
maka angka kematian balita berguna untuk mengembangkan program
imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular
terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan
pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 21


Kematian anak balita di Kota Sukabumi Tahun 2014 ada 8
kasus kematian. 2 kasus kematian masing-masing di wilayah Kecamatan
Citamiang, Kecamatan Gunungpuyuh dan Kecamatan Warudoyong.
Sementara wilayah Kecamatan Lembursitu dan Cikole masing-masing
menyumbang 1 kasus kematian. Jumlah kematian balita tahun 2014
seluruhnya ada 57 kasus kematian. Dengan jumlah Kelahiran Hidup
6895, maka Angka Kematian Balita (AKABA) Tahun 2014 di Kota
Sukabumi yaitu 8,27/1000 Kelahiran Hidup.

4. Review Maternal Perinatal (RMP)


Salah satu strategi dalam rangka menurunkan AKI dan AKB
dengan melibatkan semua teknis medis dan seluruh rumah sakit di Kota
Sukabumi yaitu melalui kegiatan Review Maternal Perinatal (RMP).
Dalam kegiatan Review Maternal Perinatal (RMP) dilakukan
identifikasi faktor medik, non medik dan faktor pelayanan kesehatan serta
menggali permasalahan yang berperan atas kejadian morbiditas maupun
mortalitas yang berakar pada pasien dan keluarga, petugas kesehatan,
manajemen pelayanan serta kebijakan pelayanan. Melalui kegiatan ini
diharapkan para pengelola program kesehatan ibu dan anak juga pemberi
pelayanan di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas dan jajarannya) serta
di tingkat pelayanan rujukan (Rumah Sakit) dapat menetapkan prioritas
untuk mengatasi faktor-faktor yang berpengaruh tersebut.
Tujuan dari dilaksanakannya Review Maternal Perinatal sendiri
yaitu untuk meningkatkan mutu pelayanan KIA di seluruh wilayah Kota
Sukabumi dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu
dan Bayi, menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan
dan perinatal secara teratur dan berkesinambungan yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Bidan Praktek Mandiri
(BPM) dan lintas batas, menentukan intervensi dan pembinaan untuk
masing-masing pihak yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah
yang ditemukan dalam pembahasan kasus, mengembangkan mekanisme
koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
terhadap intervensi yang disepakati.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 22


C. Akses Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4)
Merupakan cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan
antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi
waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada
trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal
secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu
wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun
kelangsungan program KIA.

Grafik 3.4
Cakupan K4 Tahun 2014
Kota Sukabumi
(Target 90%)

96.82
96.0896.07
95.37

93.49
92.5092.19
91.1591.06 91.43
90.50
89.59

87.71
86.23

84.38
82.70

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 23


Berdasarkan grafik 3. hasil cakupan K4 kumulatif kota telah
melebihi target dinas yaitu 91,43% (target 90%). Pencapaian K4 tertinggi
pada tahun 2014 dari Puskesmas Sukakarya yaitu 96,82%, sedangkan
terendah dari Puskesmas Pabuaran yaitu 82,70%. Puskesmas yang belum
memenuhi target dinas yaitu Puskesmas Pabuaran, Puskesmas Cikundul,
Puskesmas Limus Nunggal, Puskesmas Gd Panjang, dan Puskesmas
Baros. Berbeda dengan hasil cakupan tahun 2013, puskesmas yang belum
memenuhi target dinas hanya Puskesmas Pabuaran.

Grafik 3.5
Cakupan K4 Periode Tahun 2010-2014
Kota Sukabumi
95
94.64

94

93
92.73
92.44
92

91.43
91.18
91

90

89
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan grafik 3. Pencapaian Hasil Cakupan K4 pada tahun


2014 menurun jika dibandingkan hasil cakupan tahun 2013 (94,64); 2012
(92,73); 2011 (92.44%) dan tahun 2010 (91,18%), hal ini disebabkan standar
kualitas pelayanan K4 untuk tahun 2014 lebih diperketat dengan kriteria

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 24


setiap ibu hamil yang tidak termasuk dalam K1 murni (kehamilan < 12
minggu) maka ibu hamil tersebut tidak termasuk ke dalam K4. hasil
pencapain cakupan K4 tingkat kota juga tidak tercapai jika dibandingkan
target Nasional (95%) dan target Provinsi (93%).
Kejadian Drop Out pada tahun 2014 yaitu 5.78%, menurun jika
dibandingkan tahun 2013 (7%). Drop out (DO) menunjukkan inkonsistensi
dalam pengelolaan pelayanan kesehatan maternal, sehingga hilangnya
kesempatan untuk memperoleh pemeliharaan kesehatan dan keamanan
dalam kehamilan dan persalinan. ANC pertama sebaiknya digunakan untuk
memberikan informasi pentingnya ANC sesuai standar, risiko kehamilan dan
persalinan, serta agar melahirkan dengan didampingi tenaga kesehatan
terlatih.

D. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani


Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif
sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan.
Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu hamil, ibu
bersalin dan ibu nifas, baik langsung atau tidak langsung, termasuk penyakit
menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu, yang tidak
disebabkan karena trauma/kecelakaan. Pencegahan dan penanganan
komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan komplikasi
kebidanan untuk mendapatkan perlindungan/ pencegahan dan penanganan
definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat
palayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan
/pemberian tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap
kasus komplikasi kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional kepada
ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 25


Grafik 3.6
Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan
Tahun 2014 Kota Sukabumi
(Target 79%)
138.34
127.13
120.72
116.80
111.18
100.31 101.36
94.36
90.48 89.95 88.08
82.74 81.08 79.87
74.78

52.92

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan grafik 3. hasil cakupan penanganan komplikasi


kebidanan sudah mencapai target yaitu 101,36% (Target 79%). Pencapaian
tertinggi yaitu Puskesmas Baros (138.34%), sedangkan terendah yaitu
Puskesmas Nanggeleng yaitu 52.92%. Puskesmas yang tidak memenuhi
target kota adalah Puskesmas Nanggeleng. Selama periode tahun 2013 –
2014 puskesmas yang tidak memenuhi target mengalami penurunan, dari 6
puskesmas yang tidak memenuhi target pada tahun 2013 yaitu Puskesmas
Karang Tengah, Puskesmas Selabatu, Puskesmas Cibeureum Hilir,
Puskesmas Limus Nunggal, Puskesmas Cipelang dan Puskesmas
Nangeleng menjadi 1 puskesmas saja yaitu Puskesmas Nanggeleng.
Puskesmas Nanggeleng selama 2 tahun berturut – turut tidak memenuhi
target, hal ini disebabkan karena pelaporan indikator Penanganan komplikasi
kebidanan (PKK) oleh PKM Nanggeleng hanya berfokus terhadap bumil

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 26


hamil, bersalin dan bufas yang berisiko tinggi saja, sedangkan bumil hamil
dengan faktor risiko hanya dalam kohort dan buku bantu bumil berisiko.

Grafik 3.7
Pencapaian Penanganan Komplikasi Kebidanan
Periode 2010-2014 Kota Sukabumi
180

160
156.27
140

120

100 101,36
92.61
88.42
80

60 58.69

40

20

0
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan grafik 3.7 diatas, cakupan Penanganan Komplikasi


Kebidanan (PKK) pada tahun 2014 meningkat jika dibandingkan tahun 2013
(88,42%); 2012 (156,27%). Pencapaian cakupan Penanganan Komplikasi
Kebidanan tingkat kota pada tahun 2014 juga sudah memenuhi target
nasional (75%) dan target provinsi (65%). Hal ini disebabkan karena
penjaringan ibu hamil beresiko tinggi dan yang memiliki faktor resiko mulai
dari trimester I sudah dilakukan di seluruh puskesmas dan langsung
diberikan penanganan sesuai permasalahan. Pencapaian melebihi 100%
disebabkan karena pada beberapa puskesmas yang memiliki jumlah ibu
hamil yang berfaktor resiko dalam jumlah besar, melakukan intervensi
langsung ke masyarakat dan lebih intensif.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 27


E. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Yang Memiliki
Kompetensi
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan kemampuan
manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
5. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Cakupan linakes kota telah melebihi target dinas yaitu 93,65%
(Target 90%). Pencapaian tertinggi cakupan linakes yaitu Puskesmas
Sukakarya (101,43%), sedangkan pencapaian cakupan linakes terendah
yaitu Puskesmas Pabuaran (78,34%). Puskesmas yang belum memenuhi
target yaitu Puskesmas Pabuaran dan Puskesmas Limus Nunggal. Hal ini
disebabkan karena sistem pencatatan dan pelaporan belum optimal dan
kerjasama dengan BPM yang belum maksimal. Berikut grafik cakupan Pn
selama tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 28


Grafik 3.8
Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Yang Memiliki Kompetensi Tahun 2014
Kota Sukabumi
(Target 90%)

101.43 99.14
95.98 95.24 94.82 94.58 94.57 94.13 93.69 93.53 93.65
92.73 92.24 90.68
89.04
78.34

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Persalinan oleh paraji pada tahun 2014 yaitu 182 kasus dari 6.917
total persalinan. Masih tingginya pertolongan paraji di Kota Sukabumi
khususnya di wilayah Puskesmas Nanggeleng berkaitan dengan masih
tingginya kepercayaan masyarakat terhadap paraji, masih adanya paraji
yang melakukan pertolongan persalinan serta kemitraan bidan dan paraji
yang belum optimal. Jumlah pertolongan paraji tahun 2014 menurun jika
dibandingkan tahun 2013 yaitu 192 kasus dari 7.304 total persalinan.
Persalinan paraji yang terbanyak terdapat di wilayah Kecamatan Citamiang,
meliputi Puskesmas Gedong Panjang (42 kasus) dan Puskesmas
Nanggeleng (35 kasus), wilayah Kecamatan Cibeureum yang meliputi
Puskesmas Cibeureum Hilir (44 kasus), wilayah kecamatan Cikole meliputi
Puskesmas Sukabumi (28 kasus) serta wilayah kecamatan Baros meliputi
Puskesmas Baros (12 kasus). Lima puskesmas yang mempunyai data
pertolongan persalinan oleh paraji yang tinggi tersebut, mempunyai capaian

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 29


cakupan persalinan oleh nakes yang juga tinggi dan memenuhi target kota
(90%).
Berbeda dengan puskesmas Pabuaran dan puskesmas Limus
Nunggal, dua puskesmas tersebut pada tahun 2014 tidak memenuhi target
kota, tetapi mempunyai mempunyai data pertolongan persalinan oleh paraji
yang rendah. Pertolongan persalinan oleh paraji di Puskesmas Pabuaran
tidak ada, sedangkan pertolongan persalinan oleh paraji di Puskesmas
Limus Nunggal ada 5 kasus. Berdasarkan data pertolongan paraji di 7
wilayah puskesmas tersebut, jika dibandingkan pertolongan persalinan oleh
paraji dengan cakupan persalinan linakes, tidak menunjukkan hubungan jika
persalinan oleh paraji yang banyak maka cakupan persalinan oleh linakes
tidak mencapai target.
Hal ini harus menjadi perhatian pemegang program baik tingkap
puskesmas ataupun dinas, mungkin hal itu disebabkan karena proses
pencatatan dan pelaporan di Puskesmas masih belum optimal atau
kerjasama dengan BPM di wilayah yang belum berjalan dengan baik. Proses
pencatatan dan pelaporan bidan di wilayah terhadap hasil pelayanan
kesehatan ibu dan anak baik tingkat puskesmas ataupun tingkat dinas harus
ditingkatkan sehingga data yang keluar merupakan data yang bisa
dipertanggung jawabkan.
Grafik 3.9
Pencapaian Linakes Periode Tahun 2010-2014
Kota Sukabumi
96

95 94.8

94 94.09 94.44
93.65
93

92

91 91.05

90

89
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 30


Berdasarkan grafik diatas, cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi tingkat kota menurun jika
dibandingkan tahun 2013 (94,8%); 2012 (94.4%); dan tahun 2010 (94,09).
Tetapi meningkat jika dibandingkan cakupan tahun 2011 (91,05%). Tetapi
jika dibandingkan dengan target provinsi dan nasional, pencapaian cakupan
persalinan oleh nakes di kota sukabumi telah melampaui target nasional
(90%) dan target provinsi (89%).

F. Cakupan Pelayanan Nifas


Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai
dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan
distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 4 – 28 hari, 29 – 42 hari setelah bersalin di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas
secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan
kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan kemampuan manajemen
ataupun kelangsungan program KIA.
Cakupan pelayanan nifas kota sudah memenuhi target dinas yaitu
89,23% dengan target 89%. Pencapaian cakupan pelayanan nifas tertinggi
yaitu Puskesmas Sukakarya (100.25%), sedangkan pencapaian cakupan
pelayanan nifas terendah yaitu Puskesmas Pabuaran (71.58%). Puskesmas
yang tidak memenuhi target kota ada 6 puskesmas dari 15 puskesmas yang
ada di kota Sukabumi, yaitu Puskesmas Tipar, puskesmas Benteng,
puskesmas Baros, puskesmas Limus Nunggal, puskesmas Nanggeleng dan
puskesmas Pabuaran.
Indikator cakupan pelayanan nifas lengkap adalah kunjungan nifas
3 (KF3), dimana untuk mencapai KF3 maka seorang ibu harus melewati
kunjungan nifas 1 (KF1) dan kunjungan nifas 2 (KF2). Jenis pelayanan
kesehatan ibu nifas meliputi :
1. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas dan suhu)
2. Pemeriksaan tinggi puncak Rahim (fundus uteri)
3. Pemeriksaan lochia dan cairan pervaginam lain
4. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI ekslusif

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 31


5. Pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kesehatan ibu
nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana
6. Pelayanan keluarga berencana (KB) pasca persalinan.
Keberhasilan upaya kesehatan ibu nifas diukur melalui indikator
cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas (cakupan KF3). Indikator ini menilai
kemampuan negara dalam menyediakan pelayanan kesehatan ibu nifas
yang berkualitas sesuai standar. Berikut cakupan KF lengkap berdasarkan
Puskesmas tahun 2014

Grafik 3.10
Cakupan KF Lengkap Tahun 2014
Kota Sukabumi
(Target 89%)

100.25
95.40 94.48
92.34 92.28 90.53
89.58 89.39 89.33 88.45 89.23
87.47 86.40
80.27 80.17

71.58

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Pencapaian kunjungan nifas lengkap (KF3) yang belum memenuhi


target disebabkan karena banyak ibu bersalin yang tidak melakukan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 32


pelayanan pada hari ke-29-42, sehingga mempengaruhi hasil akhir KF
lengkap, sweeping ibu nifas dengan KF3 serta kerjasama dengan lintas
program dan lintas sektor dalam hal pencatatan dan pelaporan cakupan
kunjungan nifas lengkap yang belum optimal. Sebagai pembanding, KF1
95.06%; KF2 89.26% dan KF3 89,23%.
Pencapaian KF lengkap tingkat kota tahun 2014 mengalami
peningkatan jika dbandingkan tahun 2013 (84.22%); tahun 2012 (81.81%);
tahun 2011 (84,42%) dan tahun 2010 (73.29%). Secara tingkat kota
peningkatan tersebut disebabkan karena peningkatan kesadaran ibu nifas
untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas atau posyandu sebanyak 3 kali
setelah bersalin (1 kali pada <48jam, 1 kali pada 3-28 hari, 1 kali pada 29-42
hari) makin tinggi dan juga didukung dengan pencatatan yang semakin baik
dalam kohort ibu.
Pencapaian KF lengkap tahun 2014 jika dibandingkan dengan
target provinsi (89%) sudah mencapai target tetapi tidak mencapai target jika
dibandingkan dengan target nasional (90%).

Grafik 3.11
Cakupan KF Lengkap Periode Tahun 2010-2014
Kota Sukabumi
100 89.23
90 84.42 84.22

80
81.81
70
73.29
60

50

40

30

20

10

0
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 33


G. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus
Salah satu kebijakan Kementerian Kesehatan dalam peningkatan
akses dan kualitas penanganan komplikasi neonatus antara lain penyediaan
Puskesmas mampu PONED dengan target setiap Kabupaten/Kota harus
mempunyai minimal 4 (empat) Puskesmas mampu PONED.
Untuk mendukung Puskesmas mampu PONED ini, diharapkan
RSU Kabupaten/Kota mampu melaksanakan Pelayanan Obstetri dan
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam.
Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar
dan pelayanan operasi sectio caesarea, perawatan neonatus level II serta
transfusi darah. Dengan adanya Puskesmas mampu PONED dan RS
mampu PONEK, maka kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat
ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan
neonatus.
Cakupan penanganan komplikasi neonatus merupakan cakupan
neonatus dengan komplikasi yang ditangani secara definitif sesuai standar
oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Penanganan definitif adalah pemberian tindakan akhir pada setiap
kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya dihitung 1 kali pada masa
neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani adalah seluruh kasus yang
ditangani tanpa melihat hasilnya hidup atau mati. Pelayanan sesuai standar
antara lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi Baru
lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), pedoman neonatal
esensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau
standar operasional lainnya yang ada di Puskesmas.
Neonatus dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit
dan atau kelainan uyang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian,
seperti asfiksia, icterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis,
trauma lahir, BBLR (berat lahir, 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan
dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah
pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan
kesehatan dalam menangani kasus–kasus kegawatdaruratan neonatal, yang

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 34


kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat dirujuk
ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

Grafik 3.12
Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus
Tahun 2014 Kota Sukabumi
(Target 84%)
137.63

106.54104.27
97.51 97.47
91.89 91.17
87.72 87.43
84.43 84.41 83.90 82.76
81.16
70.18
63.23

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan grafik 6.1 cakupan Penanganan Komplikasi


Neonatus memenuhi target kota yaitu 91,17% (Target 84%). Dari 15
Puskesmas yang ada di kota Sukabumi ada 5 Puskesmas yang tidak
memenuhi target kota yaitu Puskesmas Karang tengah, Puskesmas Baros,
Puskesmas Cibeureum Hilir, Puskesmas Sukakarya, dan Puskesmas Limus
Nunggal.
Puskesmas yang tidak memenuhi target kota pada tahun 2014
adalah pemahaman Definisi operasional yang belum dipahami dengan benar
oleh tenaga kesehatan karena fokus komplikasi neonatus masih terhadap
kasus – kasus komplikasi yang berat, padahal indikator komplikasi neonatus

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 35


yang terbaru mencakup semua kasus dengan klasifikasi kuning dan merah
pada Bagan MTMB (Manajemen Terpadu Bayi Muda).
Pencapaian cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus (PKN)
tahun 2014, jika dibandingkan dengan target nasional sebesar 80% dan
target provinsi 65%, maka pencapaian PKN kota Sukabumi sudah
memenuhi target.
Pencapaian PKN tingkat kota pada tahun 2014 meningkat
dibanding tahun 2013 (83.1%); tahun 2012 (64,40%); tahun 2011 (51,99%)
dan tahun 2010 (47,62%). Meskipun terjadi peningkatan capaian
Penanganan Komplikasi Neonatus (PKN), namun masih terjadi disparitas
yang cukup besar antar puskesmas. Pencapaian tertinggi PKN adalah
Puskesmas Pabuaran dengan angka sebesar 137,63% dan pencapaian
terendah adalah Puskesmas Limus Nunggal dengan angka sebesar 63.23%.

Grafik 3.13
Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus
Periode Tahun 2010-2014
Kota Sukabumi
100

90 91.17

80
83.1
70

60 64.6

50
51.99
40 47.62
30

20

10

0
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 36


Peningkatan cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus pada
tahun 2014 cukup bermakna. Hal ini dikarenakan puskesmas melakukan
penjaringan neonatus resiko tinggi dengan cukup ketat, didukung dengan
capaian linakes yang baik, sehingga petugas puskesmas dapat melakukan
kunjungan rumah pada neonatus risti dengan tepat sasaran. Selain itu
pelayanan MTBM bagi bayi usia 0 – 2 bulan di puskesmas dan jaringannya
(yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih) dapat menjaring neonatus
yang mengalami masalah kesehatan dan dapat dilakukan pertolongan
dengan benar dan tidak terjadi keterlambatan. Hal ini pula yang dapat
menurunkan angka kematian bayi di Kota Sukabumi.

H. Cakupan Kunjungan Neonatus Lengkap


Merupakan cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6 –
48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28
setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Bayi hingga
usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Tanpa penanganan yang tepat, bisa
berakibat fatal.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas
pelayanan kesehatan neonatal.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses
neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin
bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar
kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama
dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan
selama 24 jam pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara
komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru
Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi
Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 37


Grafik 3.14
Cakupan KN Lengkap Tahun 2014
Kota Sukabumi
(Target 88%)

105.26
100.1798.63
97.08 96.72 96.17 94.86 93.34 93.27
91.57 91.56 89.66 93.72
88.26
85.09
77.42

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Berdasarkan grafik 7.1 hasil cakupan Kunjungan Neoatus lengkap


kota sudah memenuhi target kota yaitu 93.72% (Target 88%). Pencapaian
cakupan kunjungan neonatus lengkap tertinggi yaitu Puskesmas Sukakarya
(105.3%), sedangkan pencapaian kunjungan neonatus lengkap terendah
yaitu Puskesmas Pabuaran (77.42%). Puskesmas yang belum memenuhi
target untuk KN Lengkap kumulatif yaitu Puskesmas Pabuaran, dan
Puskesmas Limus Nunggal
Pencapaian KN lengkap (KN3) yang belum memenuhi target
disebabkan karena sistem pencatatan dan pelaporan yang kurang optimal
dan kurangnya kerjasama dengan lintas sektor. Indikator cakupan pelayanan
neonatus lengkap adalah kunjungan neonatus lengkap (KN Lengkap),
dimana untuk mencapai KN Lengkap maka seorang bayi harus melewati
kunjungan neonatus 1 (KN1) dan kunjungan neonatus 2 (KN2).
Hasil cakupan KN Lengkap pada tahun 2014 meningkat jika
dibandingkan hasil cakupan pada tahun 2013 (89.6%); tahun 2012 (88,18%);

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 38


tahun 2011 (90,14%) dan tahun 2010 (79.88%). Begitupun jika dibandingkan
dengan target provinsi dan nasional, pancapaian cakupan KN Lengkap
tahun 2014 telah memenuhi target provinsi (82%) dan target nasional (88%).
Peningkatan cakupan dapat terjadi karena semakin banyak masyarakat yang
mematuhi jadwal pemeriksaan/kontrol bayinya tanpa menunggu bayi sakit,
juga karena program imunisasi semakin dipahami masyarakat. Dalam
kunjungan neonatus lengkap sebanyak 3 kali (1 kali <48 jam, 1 kali 3-7 hari,
1 kali 8-28 hari), terdapat keterkaitan dengan program imunisasi yaitu
imunisasi HB0 pada usia antara 0 – 7 hari, juga dengan semakin baiknya
kualitas pencatatan di kohort bayi. Hal ini sangat berpengaruh pada
penurunan angka kematian bayi, karena kematian bayi 2/3 nya terjadi pada
usia neonatal (0 – 28 hari).

Grafik 3.15
Cakupan KN Lengkap Periode Tahun 2010-2014
Kota Sukabumi
95
93.72

90 90.14
89.6
88.18
85

80
79.88

75

70
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi KIA & Gizi

I. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi


Cakupan pelayanan kesehatan bayi adalah cakupan bayi yang
mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29
hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 – 8

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 39


bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai standar di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
Kesehatan bayi harus dipantau untuk memastikan kesehatan
mereka selalu dalam kondisi optimal. pelayanan kesehatan bayi ini terdiri
dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi dasar, Stimulasi
Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian
vitamin.A, penyuluhan kesehatan bayi, penyuluhan ASI Ekslusif dan
pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI).
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care
dan kualitas pelayanan kesehatan bayi serta menggambarkan upaya
pemerintah dalam meningkatkan akses bayi untuk memperoleh kesehatan
dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

Grafik 3.16
Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2014
Kota Sukabumi
(Target 86%)

109.03107.18
99.54
95.68
93.19 92.57 91.06 92.18
90.64 88.39 88.31 87.60 86.72 86.65
84.36
80.30

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 40


Berdasarkan grafik 8.1 hasil cakupan pelayanan kesehatan bayi
kota sudah memenuhi target kota yaitu 92,18% (Target 86%). Pencapaian
cakupan kunjungan bayi tertinggi yaitu Puskesmas Pabuaran (109.03%),
sedangkan pencapaian cakupan kunjungan bayi terendah yaitu Puskesmas
Nanggeleng (80,30%). Puskesmas yang tidak memenuhi target kota ada 2
puskesmas yaitu Puskesmas benteng dan puskesmas Nanggeleng.
Pencapaian Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2014
meningkat jika dibandingkan pada tahun 2013 (88.05%; tahun 2012
(86,99%), tahun 2011 (71,89%) dan tahun 2010 (71,81%). Hasil pencapaian
cakupan kunjungan bayi tingkat kota tahun 2014 juga telah memenuhi target
nasional (90%) dan target provinsi (85%). Hal ini disebabkan makin baiknya
koordinasi lintas program khususnya dengan program gizi dan imunisasi
dalam hal pelayanan sesuai standar. Juga dengan makin baiknya
pencatatan dalam kohort bayi. Tidak terlepas juga dengan aktifnya
pelaksanaan Posyandu sehingga masyarakat dapat mengakses pelayanan
pemantauan pertumbuhan perkembangan bayinya.

Grafik 3.17
Cakupan Kunjungan Bayi Periode Tahun 2010-2014
Kota Sukabumi
100
88.05 92.18
90 86.99

80
70
71.81 71.89
60
50
40
30
20
10
0
2010 2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 41


J. Status Gizi Masyarakat
Makan makanan yang beraneka ragam sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang
mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas
maupun kuantintasnya atau biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan
yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi
kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis
makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi
makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi
empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangakan
penilaian status gizi secara tidak langsung terdiri dari survei konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
Status gizi sendiri adalah merupakan ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture
dalam bentuk variabel tertentu, contoh gondok endemik merupakan
keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam
tubuh.
Program perbaikan gizi merupakan bagian integral dari program
kesehatan yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan
tersebut, program perbaikan gizi harus dilaksanakan secara sistematis dan
berkesinambungan. Hal ini dilakukan melalui suatu rangkaian upaya terus
menerus mulai dari perumusan masalah, penetapan tujuan yang jelas,
penentuan strategi intervensi yang tepat sasaran, identifikasi kegiatan yang
tepat serta adanya kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang berperan
diberbagai tingkat administrasi.

1. Cakupan Balita Gizi Buruk


Kurang gizi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia.
Hal ini ditandai dengan masih tingginya prevalensi balita gizi kurang yaitu
sebesar 28%. Angka bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) juga

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 42


diduga masih tinggi. Sedangkan penelitian/pengumpulan data nasional untuk
mendapatkan angka BBLR belum pernah dilakukan. Bayi dengan BBLR
akan berpotensi mengalami gizi buruk. Setiap anak dengan status gizi buruk
mempunyai risiko kehilangan IQ point sebesar 10-13 point. Potensi
kehilangan IQ sebesar 50 point per orang juga terdapat pada penduduk yang
tinggal di daerah rawan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Masalah gizi di Kota Sukabumi tidak jauh berbeda dengan
gambaran masalah gizi di Jawa Barat dan Indonesia, yaitu Balita Kurang
Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besei (AGB), Kekurangan Vitamin A
(KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Hasil pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan
di Posyandu Tahun 2014 di Kota Sukabumi menunjukkan bahwa cakupan
D/S hanya 85,25% dengan jumlah balita gizi buruk indikator BB/U ada 177
anak (0,85%) dan gizi kurang 976 anak (4,73%). Sedangkan dari laporan
bulanan gizi (LB3) didapatkan data ibu hamil dengan Hb <11 gr% (anemia)
ada 244 kasus (3,13%) dan ibu hamil kurang energi kronis (LILA <23,5 cm)
ada 220 orang (2,83%). Cakupan pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet
kepada ibu hamil (Fe3) sebesar 84,83% (6598 orang). Sedangkan
pemberian kapsul vitamin A kepada bayi, balita dan ibu nifas telah mencapai
target masing-masing 99,61% (2822 bayi), 98,53% (17770 anak) dan
87,58% (6503 orang).
Sementara jumlah balita gizi buruk berdasarkan BB/TB tahun 2014
berada dibawah target < 1% yaitu 0,15%. Balita gizi buruk ini tersebar
diantaranya di Puskesmas Cikundul (8 anak), Puskesmas Sukabumi (9
anak), Puskesmas Cipelang (5 anak), Puskesmas Baros (2 anak),
Puskesmas Nanggeleng (2 anak), Puskesmas Gedongpanjang (3 anak),
Puskesmas Sukakarya (2 anak), Puskesmas Selabatu (1 anak). Sementara
di 8 Puskesmas lain, tidak ditemukan balita gizi buruk baru berdasarkan
BB/TB. Balita gizi buruk yang ditemukan ini tidak murni, tetapi disertai
dengan penyakit penyerta seperti TB Paru, meningitis dan kelainan bawaan.
Berikut grafik jumlah balita gizi buruk tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 43


Grafik 3.18
Jumlah Balita Gizi Buruk Tahun 2014
Kota Sukabumi
10 9
9 8
8
7
6 5
5
4 3
3 2 2 2
2 1
1 0 0 0 0 0 0 0
0

Sumber : Seksi KIA & Gizi

Sementara hasil pemantauan garam yang dilakukan di 33


kelurahan dengan jumlah sampel sebanyak 693, menunjukkan hasil 94,94%
(658 sampel) masyarakat yang mempergunakan garam beryodium cukup
dan kurang. Sehingga ada 27 kelurahan dari 33 kelurahan dengan garam
beryodium baik (81,82%).

2. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan


Masalah gizi merupakan salah satu penentu utama kualitas
sumber daya manusia. Gizi yang tidak seimbang baik kekurangan
maupun kelebihan gizi akan menentukan kualitas sumber daya manusia.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa gangguan gizi kurang pada anak
balita ternyata membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik
maupun mental. Anak yang mengalami masalah gizi pada usia dini akan
mengalami gangguan tumbuh kembang dan meningkatkan kesakitan,
penurunan produktivitas serta kematian.
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan
tercapainya tingkat kesehatan atau sering disebut status gizi. Apabila
tubuh berada dalam tingkat kesehatan gizi optimum dimana jaringan
jenuh oleh semua zat gizi, maka disebut status gizi optimum. Dalam

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 44


kondisi demikian tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya
tahan yang setinggi-tingginya. Sebaliknya apabila konsumsi gizi makanan
pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan
terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition) yang mencakup kelebihan
nutirisi/gizi disebut gizi lebih (overnatrium) dan kekurangan gizi atau gizi
kurang (undernutrition).
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan, diperoleh dari
perhitungan persentase jumlah balita gizi buruk yang mendapat
perawatan di sarana pelayanan kesehatan dibagi dengan jumlah seluruh
balita gizi buruk yang ada di wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
Selama tahun 2014, jumlah balita gizi buruk di Kota Sukabumi
sebanyak 32 balita. Keseluruhannya mendapatkan penanganan sesuai
standar (100%). Dari jumlah 32 balita gizi buruk tersebut, 7 balita masih
mengalami gizi buruk sampai akhir desember 2014, sementara 24 balita
meningkat statusnya menjadi balita gizi kurang dan 1 balita meninggal
disebabkan oleh penyakit penyerta yaitu HIV-AIDS.
Dibandingkan dengan tahun 2013, maka jumlah balita gizi
buruk mengalami penurunan, dari 42 balita tahun 2013 menjadi 32 balita
tahun 2014. Pada akhir 2013 jumlah gizi buruk yang ada sebanyak 11
balita, dan pada akhir 2014 ini jumlahnya menjadi 7 balita, dengan
demikian terjadi peningkatan pencapaian kinerja di tahun 2014 ini
dibandingkan tahun sebelumnya. Berikut tabel cakupan kasus balita gizi
buruk yang mendapat perawatan menurut jenis kelamin dan puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2014 :

Tabel 3.3
Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2014
Kasus Balita Gizi Buruk

No Puskesmas Mendapat
Jumlah Ditemukan
Perawatan
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Cipelang 2 1 3 2 1 3
2 Karang Tengah 0 0 0 0 0 0

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 45


Kasus Balita Gizi Buruk

No Puskesmas Mendapat
Jumlah Ditemukan
Perawatan
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
3 Selabatu 0 0 0 0 0 0
4 Sukabumi 3 5 8 3 5 8
5 Tipar 0 0 0 0 0 0
6 Nanggeleng 2 0 2 2 0 2
7 Gedongpanjang 1 1 2 1 1 2
8 Benteng 0 0 0 0 0 0
9 Pabuaran 0 0 0 0 0 0
10 Sukakarya 1 1 2 1 1 2
11 Baros 0 1 1 0 1 1
12 Lembursitu 0 0 0 0 0 0
13 Cikundul 1 2 3 1 2 3
14 Cibeureum Hilir 0 0 0 0 0 0
15 Limusnunggal 0 0 0 0 0 0
Jumlah 10 11 21 10 11 21
Sumber : Seksi KIA & Gizi

3. PMT Pemulihan Balita Gizi Buruk dan Gizi Kurang Gakin


Dalam rangka menunjang peningkatan status gizi balita gizi
buruk ini, dilakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan.
Perawatan yang dilakukan bagi balita gizi buruk dalam bentuk
pemantauan secara intensif oleh tenaga kesehatan di Puskesmas dan
penyelenggaraan Klinik Gizi di Dinas Kesehatan secara rutin setiap bulan
dengan mendatangkan Dokter Spesialis Anak.
Sasaran Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P)
sebanyak 50 Balita dengan kriteria status gizi berasaran standar WHO
2005 menurut BB/TB. PMT-P ini diberikan selama 90 hari berturut-turut,
dengan menu yang diberikan berupa makanan lokal dengan siklus menu
10 hari berulang.
Dari 50 anak yang mendapat PMT-P, 45 anak naik berat
badannya (90%) dan 5 anak tetap berat badannnya (10%). Anak yang
tidak naik berat badannya ini dikarenakan balita tersebut menderita sakit
batuk, pilek, panas dan diare ehingga mempengaruhi daya terima
terhadap PMT-P yang diberikan, tidak mengkonsumsi PMT-P secara

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 46


penuh selama 90 hari, dan ada beberapa menu asing sehingga anak
tidak bisa menerima makanan tersebut, juga pola asuh orangtua yang
kurang telaten dalam memberikan makanan. Begitupun ibu yang hanya
bergantung pada PMT-P yang diberikan saja dan tidak memberikan
makanan pokok yang seharusnya diberikan di rumah, karena PMT-P
hanya bersifat tambahan saja bukan sebagai pengganti makanan pokok
yang diberikan di rumah.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 47


BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Tujuan pembangunan kesehatan nasional dinyatakan dalam Undang-


Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan yaitu
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Namun disadari bahwa pembangunan kesehatan
masih menghadapi berbagai tantangan, antara lain masih terjadinya kesenjangan
status kesehatan masyarakat antar wilayah, antar status sosial ekonomi,
munculnya berbagai masalah kesehatan baik penyakit baru (new emerging
diseases) ataupun penyakit lama yang muncul kembali (re-emerging diseases)
Upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat
adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat
serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah
dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya
kesehatan masyarakat meliputi upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular,
penyehatan lingkungan, perbaikan gizi masyarakat, penyediaan farmasi dan alat
kesehatan, pengamanan penggunaan zat adiktif dalam makanan dan minuman,
pengamanan penggunaan narkotika, psikotropika, serta bahan berbahaya.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup
upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan
dan rawat inap, rehabilitasi kecacatan terhadap perorangan.
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan untuk
mendukung tercapainya Visi Kota Sukabumi yaitu “Terwujudnya Kota
Sukabumi Sebagai Pusat Pelayanan Berkualitas Bidang Pendidikan,
Kesehatan dan Perdagangan di Jawa Barat Berlandaskan Iman dan Taqwa”
melalui perwujudan Visi Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2013-2018 yaitu

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 48


“Masyarakat Kota Sukabumi yang Sehat dan Mandiri Melalui Pemerintahan
Rahmatan Lil’alamin” ditetapkan berbagai program kesehatan yang telah
disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat,
dengan mengutamakan upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan serta
ketersediaan sumber daya yang ada.
Berdasarkan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Sukabumi tahun
2013-2018, ditetapkan indikator-indikator kinerja yang merupakan suatu program
kerja dan kegiatan yang akan menjadi prioritas bagi pelaksanaan pembangunan
kesehatan di Kota Sukabumi.
Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan bagi
masyarakat. Oleh karena itu pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk
menyediakan fasilitas sarana pelayanan kesehatan dasar sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan hak masyarakat akan kesehatan seperti Rumah Sakit
Umum, Puskesmas dan Puskesmas Pembantu serta sarana pelayanan
kesehatan lainnya. Sementara itu, morbiditas dan mortalitas Penyakit Tidak
Menular (PTM) juga semakin meningkat. Hal ini menjadikan beban ganda dalam
pelayanan kesehatan dan tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan
kesehatan. Upaya pengendalian faktor risiko Peny akit Tidak Menular (PTM)
dilakukan melalui promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta
melaksanakan skrining Penyakit Tidak Menular dengan tujuan menurunkan
angka kesakitan, meningkatkan pengetahuan dan pengendalian faktor risiko itu
sendiri.
Situasi Upaya Kesehatan Masyarakat di Kota Sukabumi pada tahun
2014 dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Pengendalian Penyakit
Pengendalian penyakit terbagi atas penyakit menular dan penyakit
tidak menular. Penyakit menular meliputi penyakit menular langsung dan
penyakit yang ditularkan melalui binatang. Situasi penyakit, baik kesakitan
maupun kematian merupakan indikator dalam menilai derajat kesehatan suatu
masyarakat.
1. Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML)
Penyakit menular langsung merupakan penyakit menular yang
ditularkan melalui kontak langsung dengan penderita. Program P2ML
meliputi penyakit-penyakit :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 49


a. Tuberculose (TB)
Tuberculose sendiri adalah merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculose, dan penderita itu
sendiri sebagai penularnya.
Kegiatan pengendalian TB meliputi kegiatan validasi data,
sosialisasi, advokasi, promosi program, koordinasi lintas program dan
lintas sektor serta monitoring dan evaluasi. Kegiatan lain dalam rangka
peningkatan manajemen kasus, dilaksanakan pemeriksaan cross
check ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda). Hal ini
dilakukan mengingat lamanya pengobatan penderita TB dan
mekanisme pemeriksaan sampai dikatakan sembuh, sehingga
penderita TB tidak akan menulari orang lain. Selain itu dalam rangka
memperkuat jejaring terkait program TB, dilaksanakan kegiatan
kolaborasi TB-HIV dan pertemuan Hospital Dots Linkage (HDL).
Indikator-indikator keberhasilan program TB terdiri dari angka
notifikasi kasus (Case Notification Rate/CNR), angka penemuan kasus
baru BTA positif (Case Detection Rate/CDR), angka konversi
(Conversion Rate), angka kesembuhan (Cure Rate) dan angka
kesalahan laboratorium (Error Rate).
Capaian kegiatan program TB sendiri pada tahun 2014 yaitu,
angka notifikasi kasus TB secara keseluruhan sebesar 335 per
100.000 penduduk, penemuan suspek dengan angka insiden (Incidens
Rate/IR) 107/100.000 penduduk sebanyak 3534 kasus (113%),
penemuan kasus BTA positif (Case Detection Rate/CDR) 312 orang
atau 85% dibandingkan target 80%, angka kesembuhan (Cure Rate)
84% (281 dari target 335 kasus), angka konversi (Conversion Rate)
62% (192 dari kasus yang ditemukan 312 penderita), kasus mangkir
(Drop Out/DO) 1,6% (5 dari 312 kasus yang diobati) dan angka
kematian (Case Fatality Rate/CFR) 1,5% (5 dari 335 kasus yang
ditemukan). Capaian program TB dapat dilihat pada grafik-grafik
berikut ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 50


Grafik 4.1
Angka Notifikasi Kasus (CNR) TB Kota Sukabumi
Tahun 2012-2014
400

350 355

321
300

250
226 Seluruh Kasus
200 BTA +
173
BTA -
150 127
110 TB Anak

100
120 90
63 91
50 74
50
0
2012 2013 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Case Notification Rate (CNR) atau Angka Notifikasi Kasus


adalah jumlah seluruh Penderita TB yang diobati dibandingkan jumlah
penduduk dikalikan 100.000. Dikatakan baik apabila kenaikan CNR
> 5% dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2014, CNR untuk seluruh
kasus TB mencapai 355 per 100.000 penduduk. Dalam hal ini
meningkat 57% dibandingkan CNR tahun 2013 yaitu 226 per 100.000
penduduk. Kenaikan ini disebabkan adanya peningkatan jumlah kasus
TB anak dan kasus TB BTA negatif terutama dari Rumah Sakit.
Dalam hal penjaringan kasus, cakupan penemuan kasus TB
sudah cukup baik. Di Kota Sukabumi sendiri, penyebaran kasus TB
masih tinggi. Cakupan penemuan suspek TB dalam beberapa tahun
terakhir selalu melebihi target, dapat dilihat pada grafik berikut :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 51


Grafik 4.2
Cakupan Penemuan Suspek TB Kota Sukabumi
Tahun 2012-2014

3922
4000 3707
3534
3500 3280 3280
3120

3000

2500
Target
2000
Cakupan
1500

1000

500

0
2012 2013 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.3
Case Detection Rate (CDR) Kota Sukabumi
Tahun 2012-2014
450
400 384
364
350 330 328 335
312
300
250 Target

200 Cakupan
150
100
50
0
2012 2013 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 52


Untuk angka penemuan kasus baru TB BTA positif pada tahun
2014 mencapai 85% (312 orang). Meskipun capaian ini melebihi target
80%, namun apabila dibandingkan tahun 2013 dengan capaian 102%
maka dalam hal ini mengalami penurunan.

Grafik 4.4
Cure Rate (Angka Kesembuhan) TB
Kota Sukabumi Tahun 2014
384
400 364
335 335
297 281
300
Target
200 Cakupan

100

0
2012 2013 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.5
Cure Rate (Angka Kesembuhan) TB Puskesmas
Kota Sukabumi Tahun 2014

100
Baros 100
Cikundul 100
Nanggeleng 100
Krg. Tgh 96
Cbr. Hilir 95
Sukakarya 94
Lms.Nggl 94
Benteng 92
Selabatu 88
Kota 84
Gd.pjg 83
Cipelang 81
Sukabumi 74
Tipar 47
Pabuaran 40

0 20 40 60 80 100 120
Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 53


Meskipun angka kesembuhan penderita TB yang ditangani
masih belum mencapai target yaitu 84% dari target 85%, namun
capaian tahun 2014 ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya
mencapai 81%. Banyaknya kasus yang tidak dilakukan pemeriksaan
BTA pada akhir pengobatan terutama di Rumah Sakit, masih menjadi
kendala.
Adapun Angka Kematian (CFR) TB pada tahun 2014 meningkat
yaitu 1,5% (5 kasus) sedangkan tahun 2013 hanya mencapai 0,5%
(2 kasus).
Grafik 4.6
Jumlah Kematian TB Kota Sukabumi
Tahun 2011-2014

373
400 364 335
333
350
300
250
200
150
Jml yg ditangani
100
1 9 2 5 Jml kematian
50
0
2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.7
Trend Angka Kematian (CFR) TB Kota Sukabumi
Tahun 2010-2014
3

2.5
2.4
2

1.5 1.5 CFR (%)


Linear (CFR (%))
1

0.5 0.5
0.3
0
2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 54


Angka kematian (CFR) TB pada tahun 2014 sebesar 1,5%.
Angka ini meningkat bila dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 0,55%.
Angka kematian TB adalah jumlah penderita TB yang meninggal dengan
penyebab apapun dibandingkan jumlah penderita TB yang ditangani.

Grafik 4.8
Jumlah Kasus TB BTA (+) Per Fasilitas Sarana Pelayanan Kesehatan
Tahun 2012-2014

334
350
315
289
300

250 Puskesmas

RS
200
Lapas
150

100

50 27 23
19 1 0
3
0
2012 2013 2014

Sumber : Seksi Dalkit

b. Kolaborasi TB-HIV
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 278/Menkes/SK/XII/2009 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kolaborasi Pengendalian Penyakit TB dan HIV, kegiatan
ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengurangi beban TB dan HIV
pada masyarakat akibat kedua penyakit ini. Tujuan khusus dari
kegiatan ini adalah untuk membentuk mekanisme kolaborasi antara
Program TB dan HIV/AIDS, menurunkan beban TB pada ODHA serta
menurunkan beban HIV pada pasien TB.
Hasil kegiatan Program Kolaborasi TB-HIV tahun 2014 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 55


Tabel 4.1
Capaian TB-HIV Tahun 2014 Kota Sukabumi
No Variabel Jml
1 2 3
1 Jumlah pasien TB yang tercatat 661
1.1 Jumlah pasien TB yang tercatat dengan status HIV positif diketahui 0
sebelum pengobatan TB
Data konseling dan tes HIV pada pasien TB yang belum periksa HIV
2 Jumlah pasien TB yang tercatat dalam triwulan tersebut dan 316
ditawarkan/dianjurkan tes HIV (KTIP/KTS)selama pengobatan (47,8%)
3 Jumlah pasien TB yang tercatat dalam triwulan tersebut dan 196
dilakukan konseling HIV selama masa pengobatan TB (29,7%)
4 Jumlah pasien TB yang tercatat dalam triwulan tersebut dan 178
dilakukan tes HIV selama masa pengobatan TB (26,9%)
5 Jumlah pasien TB yang tercatat dalam triwulan tersebut yang hasil 178
tes HIV tercatat selama pengobatan TB (26,9%)
6 Jumlah pasien TB yang tercatat dalam triwulan tersebut dengan 1
hasil tes HIV positif selama pengobatan TB (0,15%)
Data layanan pasien TB dengan HIV positif
7 Jumlah pasien TB dengan HIV positif (merupakan penjumlahan no. 1
1.1 + no. 6)
8 Jumlah pasien TB dengan HIV yang mendapat ART 1
9 Jumlah pasien TB dengan HIV yang mendapat PPK 0
Sumber : Seksi Dalkit

Tabel 4.2
Data Capaian TB-HIV 10 Variabel HIV Tahun 2013
Kota Sukabumi
No Variabel Jumlah
1 2 3
1 Jumlah ODHA yang berkunjung ke PDP 62
2 Jumlah ODHA yang dikaji Status TB nya 62 (100%)
3 Jumlah ODHA yang suspek TB 14 (22,6 %)
4 Jumlah ODHA yang diperiksa dahak mikroskopis 14 (22,6%)
5 Jumlah ODHA yang didiagnosis TB Paru BTA (+) 2 (3,2%)
6 Jumlah ODHA yang didiagnosis TB Paru BTA Neg 9 (14,5 %)
7 Jumlah ODHA yang didiagnosis TB Ekstra Paru 1 (1,6%)
8 Jumlah ODHA yang mendapat pengobatan TB 12 (19,4%)
9 Jumlah ODHA yang mendapat pengobatan TB dan ART 11 (17,7%)
10 Jumlah ODHA yang mendapatkan pengobatan TB dan PPK 3 (4,8%)
Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 56


c. Programmatic Management Of Drug Resistant TB (PMDT) TB-MDR
Prevalensi penyakit TB di Indonesia menurun dalam beberapa
tahun terakhir hingga hampir setengahnya. Jika pada tahun 2000
angkanya mencapai 500 per 100.000 penduduk, pada tahun 2013
tercatat 297 per 100.000 penduduk. Sayangnya, penurunan prevalensi
tersebut diikuti oleh masalah baru yaitu meningkatnya kasus TB kebal
obat atau yang dikenal dengan istilah multidrug resistant tuberculosis
(MDR-TB).
Resisten terhadap obat anti TB dapat terjadi akibat pemberian
obat yang tidak tepat yaitu pasien tidak menyelesaikan pengobatan
yang diberikan, petugas kesehatan memberikan pengobatan yang
tidak tepat baik paduan, dosis, lama pengobatan dan kualitas obat,
demikian pula adanya kendala suplai obat yang tidak selalu tersedia.
TB resistan obat dapat mengenai siapa saja, akan tetapi biasanya
terjadi pada orang yang tidak menelan obat TB secara teratur atau
seperti yang disarankan oleh petugas kesehatan, sakit TB berulang
serta mempunyai riwayat mendapatkan pengobatan TB sebelumnya,
datang dari wilayah yang mempunyai beban TB resisten obat yang
tinggi, atau kontak erat dengan seseorang yang sakit TB resisten obat,
TB-MDR atau TB-XDR.
Pengobatan TB resisten obat, TB-MDR dan TB-XDR lebih sulit
jika dibandingkan dengan pengobatan kuman TB yang masih sensitif.
Angka keberhasilan pengobatan tergantung kepada seberapa cepat
kasus TB resisten obat ini teridentifikasi dan ketersediaan pengobatan
yang efektif. TB resisten obat dan TB-MDR dapat disembuhkan,
meskipun membutuhkan waktu sekitar 18-24 bulan. Harga obat TB lini
kedua jauh lebih mahal (± 100 kali lipat dibandingkan pengobatan TB
biasa) dan penanganannya lebih sulit. Selain paduan pengobatan yang
rumit, jumlah obatnya lebih banyak dan efek samping yang disebabkan
juga lebih berat.
Di tingkat global, Indonesia berada diperingkat ke-8 dari 27
negara dengan beban TB-MDR terbanyak di dunia. Perkiraan pasien
TB-MDR di Indonesia sebesar 6.900, yaitu 1,9% dari kasus baru dan
12% dari kasus pengobatan ulang. Diperkirakan kasus TB-MDR

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 57


sebanyak 5.900 kasus yang berasal dari TB Paru baru dan 1.000
kasus dari TB Paru pengobatan ulang (WHO global report 2013).
Kegiatan Programmatic Management of Drug Resistance TB
(PMDT) atau Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat ini
sudah rutin dilaksanakan sejak tahun 2012. Untuk menanggulangi TB
resisten obat diperlukan suatu pendekatan yang menyeluruh dalam
pengelolaan pasien TB resisten obat. Programmatic Management of
Drug Resistance TB (PMDT) atau Manajemen Terpadu Pengendalian
TB Resisten Obat merupakan strategi untuk pengelolaan pasien TB
resisten obat. Penatalaksanaan TB resisten OAT lebih rumit dan
memerlukan perhatian yang lebih banyak daripada penatalaksanaan
TB yang tidak resisten.
Tujuan Programmatic Management of Drug Resistance TB
(PMDT) adalah mencegah terjadinya kasus TB resisten obat melalui
pelayanan DOTS yang bermutu juga dalam rangka melaksanakan
manajemen kasus TB resisten obat secara terstandarisasi.
Jumlah konfirmasi suspek TB-MDR tahun 2012-2014 dapat
dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 4.9
Jumlah Konfirmasi Suspek TB-MDR Kota Sukabumi
Tahun 2012-2014

40 40
35

30

25 Suspek
(+) MDR
20 17 17
15 Diobati RSHS
15 13
Meninggal
10 8 7 7
6
4
5 3 3 3 3
0
0
0
2012 2013 2014 Total

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 58


Berikut mapping penderita TB-MDR ditangani di Puskesmas
Tahun 2012-2014 :

Grafik 4.10
Mapping Penderita TB-MDR Ditangani di Puskesmas
Kota Sukabumi Tahun 2012-2014

3
3

2 2 2
2

1 1 1 1 1
1

Sumber : Seksi Dalkit

Dari grafik 4.9 dan 4.10 diatas dapat dilihat bahwa jumlah
konfirmasi suspek TB-MDR tahun 2012-2014 tercatat 40 kasus, 17
diantaranya kasus yang terkonfirmasi sebagai positif TB-MDR. Dari 17
kasus positif TB-MDR tersebut 3 kasus meninggal (2 kasus sebelum
pengobatan dan 1 kasus sedang pengobatan), 13 kasus sedang
diobati di RSHS dan 1 kasus terakhir belum diobati.
Dari kegiatan P2TB tahun 2014 masih ada beberapa kegiatan
yang belum mencapai hasil yang diharapkan, hal ini disebabkan masih
adanya beberapa masalah dan kendala antara lain tenaga pengelola
program di fasyankes yang masih tugas rangkap berdampak pada
pemantauan pengobatan, pencatatan dan pelaporan yang belum
optimal, belum semua fasyankes melaksanakan strategi DOTS

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 59


terutama di dokter praktek swasta (DPS), adanya tantangan TB-MDR
dan TB-HIV serta kualitas manajemen beberapa laboratorium TB yang
masih kurang baik.

d. Ispa-Pneumoni
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan
Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute
Respiratory Infections (ARI).
Penyakit ini menyerang salah satu dan atau lebih bagian dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) sebagian besar
disebabkan oleh virus. Penyebab infeksi yang beragam menyebabkan
upaya yang diberikan akan berbeda kepada setiap orang, baik untuk
mencegah maupun untuk pengobatan.
WHO menyatakan, ISPA merupakan salah satu penyebab
kematian terbanyak pada anak di negara yang sedang berkembang.
Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian karena ISPA,
terutama pada bayi dan anak balita. Setiap anak diperkirakan
mengalami 3-6 episode ISPA. Setiap tahunnya 40%-60% kunjungan
Puskesmas merupakan penderita penyakit ISPA. Proporsi kematian
yang disebabkan oleh ISPA ini mencapai 20-30%. Kematian ISPA ini
sebagian besar dikarenakan Pneumonia. Pneumonia yang pada
awalnya merupakan ISPA biasa, karena tidak diobati dengan baik
akhirnya menimbulkan batuk dan kesulitan bernafas.
Penyakit ISPA dapat ditularkan melalui udara pernapasan yang
mengandung kuman dan terhirup orang sehat lewat saluran
pernapasan. ISPA yang tidak ditangani secara lanjut, akan menjadi
momok sebuah pneumonia yang menyerang anak kecil dan balita
apabila terdapat zat gizi yang kurang dan ditambah dengan keadaan
lingkungan yang tidak bersih. Hal inilah yang menjadi risiko utama
pada anak-anak dan balita yaitu meningkatnya infeksi silang.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 60


ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi
kurang dan buruknya sanitasi lingkungan.
Program P2 ISPA masih dititikberatkan pada Pneumonia Balita
yang masih menjadi salah satu penyebab kematian Bayi dan Balita di
Kota Sukabumi.
Pneumonia sendiri merupakan proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Pneumonia pada anak
seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa
disebut bronchopneumonia). Hal inilah menjadikan penanggulangan
penyakit pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2 ISPA.
Diagnosis etiologi pneumonia pada balita sulit untuk ditegakkan karena
dahak biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan
imunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk
menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Hanya
biakan spesimen fungsi atau aspirasi paru serta pemeriksaan
spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu menegakkan
diagnosis etiologi pneumonia.
Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur dibawah dua
bulan, berjenis kelamin laki-laki, gizi kurang, berat badan saat lahir
rendah, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, padatnya tempat
tinggal, imunisasi yang tidak memadai dan defisiensi vitamin A.
Sedangkan faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian
akibat pneumonia adalah umur dibawah dua bulan, rendahnya tingkat
sosio ekonomi, kurang gizi, berat badan saat lahir rendah, tingkat
pendidikan ibu rendah, rendahnya tingkat pelayanan (jangkauan)
kesehatan, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai
dan menderita penyakit kronis.
Hasil kegiatan P2 ISPA-Pneumonia tahun 2014 dapat dilihat
pada grafik di bawah ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 61


Grafik 4.11
Cakupan Kegiatan P2 ISPA-Pneumonia Kota Sukabumi
Tahun 2014

Pabuaran 125.4%
Lb.situ 109.2%
Selabatu 108.0%
Tipar 99.3%
Sukakarya 94.8%
Cikundul 92.8%
Kota Sukabumi 71.4%
Kr.Tgh 71.2%
Gd.Pjg 66.2%
Cbr.Hilir 64.4%
Benteng 62.5%
Lms.ngl 61.0%
Cipelang 60.3%
Baros 51.4%
Nanggeleng 48.0%
Sukabumi 35.0%

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120% 140%

Sumber : Seksi Dalkit

Dari Grafik di atas dapat dilihat bahwa cakupan penemuan


ISPA-Pneumonia tertinggi terdapat di Puskesmas Pabuaran (125,5%)
dan terendah terdapat di puskesmas Sukabumi (35,0%). Dari 15
puskesmas di Kota Sukabumi baru 6 puskesmas yang sudah
mencapai target (86%) yaitu Puskesmas Pabuaran, Lembursitu,
Selabatu, Tipar, Sukakarya dan Cikundul. Cakupan kota sendiri baru
mencapai 71,4% (2.685 kasus), hal ini terutama karena belum
samanya persepsi pada pemeriksa di Puskesmas dalam penegakan
diagnosa Pnemonia, yang disebabkan kurangnya SDM terlatih
P2-ISPA di Puskesmas serta masih kurang baiknya pencatatan dan
pelaporan program ISPA di Puskesmas. Berdasarkan hal inilah, untuk
meningkatkan akurasi diagnosis pneumonia kedepan diperlukan
kesepakatan penilaian dan penegakan antara para pemeriksa.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 62


Jumlah kematian karena Pneumoni tahun 2014 sebanyak
8 orang atau 0,31% dari seluruh kasus Pneumoni yang berobat.
Trend jumlah kematian yang diakibatkan pneumoni dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Grafik 4.12
Trend Jumlah Kematian Akibat Pneumoni
di Kota Sukabumi
Tahun 2012-2014
7
6
6 6

5
4
4

0
2012 2013 2014

Sumber : Seksi Dalkit

e. Diare
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di
masyarakat yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare
tetap menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan
malnutrisi pada anak.
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu
penyakit berbasis lingkungan di Indonesia dikarenakan masih
buruknya kondisi sanitasi dasar, lngkungan fisik maupun rendahnya
perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Kebersihan
lingkungan sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 63


Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat
karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan
buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat
menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di
lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak
langsung yaitu melalui perantara.
Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat
mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan Kejadian
Luar Biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah
dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit.
Diare terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia dan bisa
menyerang seluruh kelompok usia baik laki-laki maupun perempuan.
Tetapi diare tingkat dehidrasi berat dengan angka kematian paling
tinggi banyak terjadi pada bayi dan balita.
Di negara berkembang termasuk Indonesia, anak-anak
menderita diare lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang menjadi
penyebab kematian sebesar 15-34% dari semua penyebab kematian
(Depkes RI, 2010).
Penyakit diare di Indonesia merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang utama. Hal ini disebabkan karena masih
tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan banyak kematian
pada balita.
Seperti halnya P2-ISPA, Program P2-Diare juga lebih
difokuskan kepada penanganan diare pada penderita Bayi dan Balita.
Penanganan diare selain dilakukan dengan rehidrasi
(pemberian oralit) juga disertai dengan pemberian zink yang berfungsi
pada penguatan daya tahan tubuh penderita terutama jika terjadi pada
anak-anak. Hal ini karena ketahanan tubuh anak-anak terhadap
dehidrasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa.
Hasil cakupan kegiatan P2 Diare di Puskesmas dapat dilihat
pada grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 64


Grafik 4.13
Cakupan Kegiatan P2 Diare Puskesmas Kota Sukabumi
Tahun 2014

Pabuaran 352.8%
Cikundul 247.5%
Lms.Ngl 191.9%
Tipar 174.2%
Baros 158.9%
Sukakarya 158.4%
Cipelang 143.3%
Kota Sukabumi 140.1%
Nanggeleng 125.6%
Gd.Pjg 118.8%
Selabatu 111.6%
Kr. Tgh 110.1%
Lb.situ 107.0%
Cbr.Hilir 106.2%
Benteng 78.6%

0% 50% 100% 150% 200% 250% 300% 350% 400%

Sumber : Seksi Dalkit

Diare adalah penyakit yang salah satu penyebabnya


ditimbulkan karena kurangnya kebersihan baik makanan ataupun
minuman. Selain itu, penyakit yang menyebabkan infeksi pada tubuh
ini merupakan salah satu penyakit yang paling banyak ditemui pada
anak dalam masa 1000 hari pertama kehidupan.
Penyakit infeksi erat kaitannya dengan status gizi. Selera
makan pada orang sakit selalu berkurang yang pada akhirnya
meyebabkan kurang gizi dan daya tahan tubuh semakin rendah.
Sebaliknya serangan infeksi seperti pada orang yang tinggal di
lingkungan kotor juga akan menyerang daya tahan tubuh, sehingga
daya tahan tubuhnya juga akan menurun.
Data yang dimiliki Kemenkes menunjukkan bahwa diare
menjadi penyebab kematian bayi dan balita kedua terbanyak setelah
pneumonia. Data tersebut tidak jauh berbeda dengan laporan yang
disampaikan UNICEF disemester kedua tahun 2012. Salah satu upaya

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 65


yang efektif dalam mencegah diare adalah melalui cuci tangan dengan
sabun.
Berdasarkan kajian morbiditas diare di masyarakat (Kemenkes,
2010), jumlah anak-anak yang terbiasa mencuci tangan dengan air
mengalir dan sabun setiap sebelum makan, hanya mencapai 35
persen. Sisanya hanya dengan air tanpa dilengkapi sabun cuci tangan.
Hal ini berkaitan dengan berbagai penelitian yang dilakukan
baik dilembaga internasional maupun nasional, yang menyimpulkan
bahwa cuci tangan pakai sabun dapat menurunkan kejadian diare
sampai dengan 47 persen. Kemudian menurunkan kejadian
pneumonia sampai dengan 50 persen dan flu burung sampai 50
persen. Dengan berkurangnya kasus diare pada anak juga akan
mengurangi angka kematian dan menyumbang perbaikan gizi yang
tinggi.
Berikut grafik trend kematian akibat diare di Kota Sukabumi
selama 4 tahun terakhir :

Grafik 4.14
Trend Jumlah Kematian Akibat Diare Kota Sukabumi
Tahun 2010-2014
8

7
7
6
6
5
5
4

2
2
1

0
2011 2012 2013 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 66


Penemuan kasus diare pada tahun 2014 di Kota Sukabumi
sebesar 140,11% (13.334 kasus) melebihi target 100%, namun belum
merata secara umum penyebarannya. Puskesmas tertinggi cakupan
kasu diarenya adalah Puskesmas Pabuaran 352,87% dan terendah di
Puskesmas Sukabumi (74,07%). Jumlah kematian karena Diare tahun
2014 sebanyak 6 orang (0,04%).

f. Kusta
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang
menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang
dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah
sosial, ekonomi, budaya, kemanan dan ketahanan nasional.
Penyakit kusta pada umumnya terdapat di negara-negara yang
sedang berkembang sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara
tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang
kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada
masyarakat.
Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat,
keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan
kurangnya pengetahuan/pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap
kusta dan cacat yang ditimbulkannya.
Meskipun penyakit kusta saat ini sudah dapat disembuhkan
bukan berarti Indonesia sudah terbebas dari masalah penyakit kusta.
Hal ini disebabkan karena dari tahun ke tahun masih ditemukan
sejumlah kasus baru.
Dengan demikian tantangan yang dihadapi adalah bagaimana
menjaga kesinambungan pelayanan kusta yang berkualitas dan
memastikan setiap orang yang terkena kusta dimanapun dia berada
mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan diagnosis
dan pengobatan oleh petugas kesehatan yang kompeten termasuk
sistem rujukan yang efektif dalam mengatasi komplikasi dengan biaya
yang terjangkau.
Beban kusta yang paling utama adalah akibat kecacatan yang
ditimbulkannya. Oleh karena itu telah ditetapkan Target Global yang

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 67


harus dicapai pada tahun 2015 adalah angka cacat tingkat 2 (cacat
yang kelihatan) per 100.000 penduduk turun 35% dari data tahun
2010.
Pengendalian Kusta diarahkan pada penjaringan kasus baik
secara pasif di poli umum maupun secara aktif di masyarakat melalui
kegiatan RVS (Ravid Village Survey) di wilayah yang pernah ada
penderita kusta dalam kurun waktu 5 tahun. Secara keseluruhan, pada
kegiatan RVS yang yang dilaksanakan di 5 (lima) kelurahan yaitu
kelurahan Karang Tengah, Lembur Situ, Gedong Panjang, dan
Benteng tidak ditemukan adanya penderita kusta hanya penyakit-
penyakit kulit pada umumnya.
Hasil kegiatan program Kusta tahun 2014 dapat dilihat pada
grafik di bawah ini :

Grafik 4.15
Jumlah Kasus Kusta Kota Sukabumi
Tahun 2011-2014

4 4 4
4

3 3
3

2 2
2

1
1

0 0 0 0
0
2011 2012 2013 2014

Kasus Baru Dalam pengobatan RFT

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 68


Grafik 4.16
Mapping Kasus Kusta
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2011-2014
Kota Sukabumi
2
2

2011
1 1 1 1 1 1 1
2012
1
2013
2014

0 0 0 0 000 0 00 0 00 00 0
0
Krg.Tgh Benteng Lms.Ngl Baros Gd.Pjg Lb.situ

Sumber : Seksi Dalkit

Kusta merupakan salah satu Neglected Tropical Disease


(NTDs) atau jenis penyakit menular yang merupakan ciri khas daerah
beriklim tropis. Kusta masih menjadi masalah kesehatan di Kota
Sukabumi karena masih ada kasus setiap tahun yang ditemukan
ataupun diobati. Tidak ditemukan kasus baru pada tahun 2014, namun
ada satu kasus (kasus tahun 2011 dari Puskesmas Limus Nunggal)
kambuh/relaps dan diobati lagi pada tahun 2014.
Beberapa kendala dalam program P2 Kusta adalah sosialisasi
Kusta lintas program dan lintas sektor yang masih kurang serta
sensitivitas petugas yang perlu ditingkatkan dalam deteksi dini kasus
Kusta.

2. P2BB (Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang)


a. Rabies
Rabies merupakan penyakit menular akut yang menyerang
susunan saraf pusat dan dapat mengakibatkan kematian. Virus
penyebab rabies adalah Lyssa Virus dari golongan Rhabdovirus. Virus

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 69


ini terdapat dalam air liur hewan penular rabies, dapat menyerang
semua hewan berdarah panas dan juga manusia.
Sebanyak 98 persen kasus menularnya rabies pada manusia
disebabkan oleh anjing dan sisanya 2 persen oleh kucing dan kera.
Umumnya orang tertular melalui gigitan. Masa inkubasi rabies pada
manusia bervariasi pada umumnya 3-8 minggu, tergantung dari jarak
letak luka gigitan dengan otak.
Jumlah kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) tahun 2014
sebanyak 10, dari jumlah tersebut kasus yang diberikan VAR 2 kasus.
Jenis HPR terdiri dari anjing dan kera. Untuk Kasus gigitan HPR di
harapkan untuk melakukan pencucian luka di semua sarana kesehatan
dan luka tidak dijahit, sedangkan pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR)
di lakukan sesuai dengan indikasi.
Berikut grafik kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) dan
pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) di Kota Sukabumi :

Grafik 4.17
Kasus Gigitan HPR
Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014
Kota Sukabumi
10
10
9
8
7
6
5
4
4
3
3
2
2
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
0 0 0 0 0 0 0
0

Jumlah GHPR VAR

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 70


Grafik 4.18
Trend Kasus Gigitan HPR dan Kasus Positif Rabies Pada Hewan
Tahun 2011-2014 Kota Sukabumi
35

30
28 33

25

20
21
15
10
10

5
0 0 0 0
0
2011 2012 2013 2014

Jumlah GHPR Jumlah Positif Pada Hewan

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.19
Trend Kasus Gigitan HPR Dan Pemberian VAR
Tahun 2011-2014 Kota Sukabumi
35
33
30
28
25

20 21

15 12
12
10 10
4
5
2
0
2011 2012 2013 2014

Jumlah GHPR Jumlah VAR

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 71


b. DBD (Demam Berdarah Dengue) dan Chikungunya
Dimusim penghujan, penyebaran penyakit yang disebabkan
infeksi bakteri atau virus perlu diwaspadai. Seperti penyakit demam
berdarah dan chikungunya. Kedua penyakit ini dibawa oleh nyamuk
siang, yakni Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kedua jenis nyamuk
ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-
tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan air
laut.
Baik DBD atau chikungunya sama-sama diawali dengan
demam. Meskipun berasal dari nyamuk yang sama, chikungunya dan
DBD memiliki gejala serta penanganan yang berbeda. Chikungunya
berasal dari virus chikungunya, sedangkan DBD berasal dari virus
dengue.
DBD termasuk salah satu emerging diseases yang sampai saat
ini menjadi masalah kesehatan yang utama. DBD berpotensi
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), terutama pada musim
penghujan. Begitupun dengan demam chikungunya merupakan salah
satu penyakit potensial wabah, karena faktor kecepatan penyebaran
sehingga menimbulkan keresahan dan menurunnya produktivitas pada
penderita.
Strategi utama pengendalian penyakit DBD maupun demam
chikungunya dilakukan dengan peningkatan pengetahuan masyarakat
melalui promosi kesehatan, koordinasi lintas program dan lintas sektor
melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), meningkatkan akses
masyarakat terhadap pelayanan yang berkualitas, Pemeriksaan Jentik
Berkala (PJB) dan pemberantasan nyamuk dewasa dengan
fogging/pengasapan.
Pada tahun 2014, kegiatan fogging/pengasapan dilakukan
dengan 2 (dua) tipe yaitu fogging focus sebanyak 100 titik dan fogging
massal sebanyak 50 titik.
Hasil kegiatan P2 DBD dan Chikungunya tahun 2014 dapat
dilihat pada grafik-grafik dibawah ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 72


Grafik 4.20
Trend Kasus dan Kematian DBD
Kota Sukabumi Tahun 2011-2014
1000
922
900
800
705
700
600
597
500
531
400
300
200
100
0 4 2 6
0
2011 2012 2013 2014

Kasus Kematian

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.21
Trend Kasus DBD Kota Sukabumi
Tahun 2012-2014
140
130
120

92 103
100 89 89
87 81
78
80 68
63 73 74 72
58 77 77
60 56 62 66 53
56 52
56
40 53 57 47
51 51
41 34
39 36
39
20 33
26 5
0

2012 2013 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 73


Grafik 4.22
Trend Kasus DBD Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
Tahun 2012-2014 Kota Sukabumi

Krg. Gdg. Lms.


Smi Slbt Cplg Btg Skky Pab Tpr Ngl Cbr Brs Ckdl Lbs
Tgh pjg Ngl
2012 102 92 77 85 45 21 55 44 57 48 59 35 111 38 53
2013 55 36 48 66 31 23 38 43 23 27 47 24 76 29 31
2014 75 68 55 68 66 15 32 20 37 32 54 32 96 23 32

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.23
Persentase Kasus DBD Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014
Kota Sukabumi

47.3
52.7

Laki-Laki Perempuan

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 74


Grafik 4.24
Data Kasus DBD Menurut Kecamatan
Tahun 2013-2014 Kota Sukabumi
160
143
140 123
114 113
120
93 92 91 96
100 89 86
76 71
80
60 55
60
40
20
0

2013 2014

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.25
Jumlah Kasus DBD Menurut Kelurahan Tahun 2014
Kota Sukabumi
Babakan 34
34
Karamat 32
27
Benteng 24
22
Nanggeleng 22
22
Citamiang 20
19
Sriwedari 19
18
Lb.situ 17
17
Sb.jaya 17
15
Sdjy.Hilir 14
13
Sk.krya 13
13
Nyomplong 12
11
Wr.doyong 11
10
Jy.raksa 10
9
Jy.mekar 9
7
Cikondang 7
5
Gn.Prng 5
4
St.mekar 1
0 5 10 15 20 25 30 35 40

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 75


Grafik 4.26
Trend Jumlah Kasus dan Kematian Chikungunya
Kota Sukabumi Tahun 2012-2014
1000
930
900
800
700
600
500
400
300 411
200
53
100
0 0 0
0
2012 2013 2014

Jumlah Kasus Jumlah Kematian

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.27
Data Kasus Chikungunya Menurut Kelurahan Tahun 2014
Kota Sukabumi

86
90
80
70
59
60 53
50 44
40 35
28 29
30 23
17 18 19
20
10
0

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 76


Grafik 4.28
Jumlah Kasus Chikungunya Menurut Puskesmas Tahun 2014
Kota Sukabumi

120 120

100 86

80
63

60 53

40 29
23
18 19
20

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.29
Trend Kasus DBD dan Chikungunya Tahun 2014
Kota Sukabumi
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

DBD Chikungunya

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 77


Grafik 4.30
Persentase Angka Bebas Jentik (ABJ)
Menurut Puskesmas Tahun 2014
Kota Sukabumi
96 95.6 95.5
96 94.2 93.8
94 93 92.7
91.9 91.9 91.8 91.7
91.2 90.8
92 90
90
88
86 84.3
84
82
80
78

Angka Bebas Jentik (ABJ) %

Sumber : Seksi Dalkit

Berdasarkan grafik-grafik diatas, dapat dilihat bahwa terjadi


peningkatan kasus DBD pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013.
Sementara untuk Chikungunya, terjadi penurunan kasus.
Angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) DBD tahun 2014
0,85% meningkat dibandingkan CFR tahun 2013 0,36%, Insidens
Rate (IR) : 206,09/100.000 penduduk, jauh lebih tinggi dibandingkan IR
DBD Propinsi Jawa Barat th 2013 : 48,39 /100.000 penduduk. Angka
kematian/CFR Chikungunya tahun 2013 sebesar 0%, Insidens Rate
289,64/100.000 penduduk, dibandingkan IR Chikungunya Provinsi
tahun 2013 : 17,02/100.000 penduduk.
Enam kematian kasus DBD yang terjadi pada tahun 2014
terdapat di wilayah kerja Puskesmas Cipelang, Karang Tengah,
Sukabumi, Tipar, Baros dan Limusnunggal.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 78


c. Malaria
Penyakit Malaria menjadi masalah kesehatan sebagai penyakit
menular yang dapat mengakibatkan kesakitan dan kematian serta
menurunkan produktifitas sumber daya manusia sehingga perlu
dilakukan penanganan baik oleh masyarakat, swasta maupun
pemerintah;
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
293/MENKES/SK/IV/2009 tentang eliminasi malaria di Indonesia,
program pengendalian malaria bertujuan untuk mewujudkan
masyarakat yang hidup sehat, terbebas dari penularan malaria.
Eliminasi penyakit malaria di Pulau Jawa harus dapat dicapai pada
tahun 2015.

Grafik 4.31
Jumlah Kasus Malaria
Menurut Wiayah Kerja Puskesmas Tahun 2014
Kota Sukabumi

5
5

2
1 1 1
1

0
Selabatu Karang Tengah Benteng Luar Kota

Sumber : Seksi Dalkit

Data kasus Malaria di Kota Sukabumi tahun 2014 sebanyak 8


kasus, terdiri dari 3 kasus asal Kota Sukabumi dan 5 kasus asal luar
Kota Sukabumi. Hasil Penyelidikan Epidemiologis (PE) menunjukan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 79


semua kasus Malaria di Kota Sukabumi merupakan kasus import, dan
tidak ada kasus indigenous.
Berdasarkan data 5 (lima) tahun terakhir bahwa Kota Sukabumi
tidak mempunyai kasus Malaria indigenous, maka Kota Sukabumi
direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat untuk
mengikut mendapatkan sertifikat eliminasi Malaria dari Kementrian
Kesehatan RI pada tahun 2014.

d. Filariasis
Data kasus Filariasia Kota Sukabumi dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014 adalah sebagai berikut :
- Tahun 2010 : terdapat 4 kasus Filariasis
- Tahun 2011 : terdapat 2 kasus filariasis
- Tahun 2012 : terdapat 4 kasus filariasis
- Tahun 2013 : tidak ditemukan kasus filariasis
- Tahun 2014 : tidak ditemukan kasus filariasis

Grafik 4.32
Data Puskesmas Dengan Kasus Filariasis
Kota Sukabumi Tahun 2010-2014
5

0
Karang
Sukabumi Cipelang Pabuaran Cikundul Kota
Tengah
2010 0 1 2 1 0 4
2011 0 0 2 0 0 2
2012 1 0 0 0 3 4
2013 0 0 0 0 0 0
2014 0 0 0 0 0 0

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 80


e. P2-HIV/AIDS dan Penyalahgunaan NAPZA
Program kesehatan yang dicanangkan sebagai upaya
penanggulangan penyakit HIV-AIDS semakin marak dipromosikan.
Program ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) merupakan salah satu
contohnya. Program ini merupakan bagian dari gerakan nasional
penaggulangan HIV-AIDS. Selain itu ada pula Komisi Penanggulangan
AIDS (KPA) yang dibentuk untuk menekan angka kesakitan dan angka
kematian akibat penyakit HIV-AIDS.
Tujuan program HIV-AIDS sendiri adalah untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian karena HIV dan memperkuat peran
masyarakat serta pelayanan kesehatan untuk memperbaiki kinerja
pengendalian HIV/AIDS.
Dalam pengendalian HIV-AIDS dan IMS dalam upaya
memperluas akses layanan ada beberapa kebijakan terobosan yaitu :
1. Pada daerah yang memiliki permasalahan HIV tinggi, setiap ibu
hamil akan ditawarkan tes HIV.
2. Pada daerah dengan permasalahan HIV yang rendah, penawaran
tes HIV untuk ibu hamil dilakukan berdasarkan penilaian risiko
seperti ibu hamil dengan IMS atau menderita TB.
3. Perluasan penerapan konsep Layanan Komprehensif
Berkesinambungan (LKB), dimana seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan dapat memberikan layanan HIV-AIDS dan IMS yang
terintegrasi.
4. Pengembangan Sistem Informasi HIV-AIDS (SIHA).
Jumlah kasus baru HIV AIDS Kota Sukabumi tahun 2014
sebanyak 101 org, terdiri dari 49 asal Kota Sukabumi, dan 52 dari luar
Kota Sukabumi. Jumlah kumulatif kasus yang ditemukan dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2014 sebanyak 827 orang, dengan jumlah
kumulatif kasus asal Kota Sukabumi sebanyak 502 orang.
Hasil kegiatan program HIV AIDS tahun 2014 dapat dilihat pada
grafik-grafik di bawah ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 81


Grafik 4.33
Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif HIV-AIDS
Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Tahun 2010-2014
900
827
800 726
700
585
600
463
500
411
400

300

200 141
122 101
100 32 52

0
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Kasus Baru Kumulatif

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.34
Jumlah Kasus Baru dan Kumulatif Kasus HIV/AIDS
Asal Kota Sukabumi Tahun 2010-2014
600
502
500

453
400
400
339
300
310

200

100 61 53
29 49
16
0
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Kasus Baru Kumulatif

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 82


Grafik 4.35
Tren Kasus Baru HIV/AIDS Pada Populasi Transgender
Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi Tahun 2012-2014
25

20
20
17

15

13
10

5
1
1
0 0
2012 2013 2014

LSL Waria

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.36
Tren Kasus Baru HIV/AIDS Pada Populasi Transgender
Asal Kota Sukabumi Tahun 2012-2014
14
12
12
10
10

6
5
4

2 1
1
0
0
2012 2013 2014
LSL Waria

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 83


Grafik 4.37
Persentase Kasus Baru HIV-AIDS
Berdasarkan Asal Wilayah Tahun 2014

Kota Sukabumi
49%
Kab/Luar Kota
51%

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.38
Jumlah Kasus HIV AIDS Yang Ditemukan Di Kota Sukabumi
Berdasarkan Kondisinya Tahun 2014

15 5
HIV

AIDS
83
Meninggal

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 84


Grafik 4.39
Jumlah Kasus HIV AIDS Asal Kota Sukabumi
Berdasarkan Kondisinya Tahun 2014

5
HIV
6
AIDS

Meninggal
38

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.40
Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Yang Ditemukan
Di Kota Sukabumi Berdasarkan Golongan Umur
Tahun 2014
35

29 0 - 5 th
30
27 16 - 20 th
25 21 - 25 th

20 26 - 30 th
16 31 - 35 th
15 13 36 - 40 th

10 41 - 45 th
8
> 45 th
5
3 3 Tdk diket
1 1
0
Jumlah Kasus

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 85


Grafik 4.41
Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS Asal Kota Sukabumi
Berdasarkan Golongan Umur
Tahun 2014
18
17
16 0 - 5 th
15
14 16 - 20 th
12 21 - 25 th

10 26 - 30 th
8
8 31 - 35 th
6
6 36 - 40 th
41 - 45 th
4
2 > 45 th
2
1
0 0 0 Tdk diket
0
Jumlah Kasus

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.42
Persentase Kasus Baru HIV/AIDS Yang Ditemukan
Di Kota Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2014

42.6% Laki-laki
57.4%
Perempuan

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 86


Grafik 4.43
Persentase Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS
Asal Kota Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2014

40%
60% Laki-laki
Perempuan

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.44
Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014
Kota Sukabumi
6
5
5
4 4 4
4
3
3
2 2 2 2
2
1 1 1
1

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 87


Grafik 4.45
Jumlah Kasus IMS Tahun 2014
Kota Sukabumi

72 30 6 1 Kandidiasis
83
430 Servisitis
88
GO
Susp GO
Lain-lain

343 UNG
Trikomoniasis
Sifilis
416
Herpes Genitalis

Sumber : Seksi Dalkit

Walaupun secara kuantitas terjadi penurunan penemuan kasus


baru HIV/AIDS pada tahun 2014, namun terdapat peningkatan jumlah
kasus baru HIV/AIDS pada populasi Transgender yaitu pada Laki-laki
Seks Laki-laki (LSL) dan Waria. Pola penularan penyakit HIV/AIDS
juga sudah mulai masuk ke populasi resiko rendah yang diwakili oleh
ibu rumah tangga, dari 101 kasus baru HIV/AIDS 35 orang di
antaranya adalah ibu rumah tangga, dan 7 di antaranya adalah ibu
hamil.
Sejak tahun awal 2013 Program HIV AIDS di Kota Sukabumi
banyak disupport oleh dana hibah dari Global Funds (GF) yang turun
melalui SSR (Sub Sub Recipient) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.
Dana tersebut digunakan antara lain untuk set up layanan HIV dan
IMS, running cost layanan, kegiatan mobile VCT dan IMS, supervisi
serta pertemuan Monitoring dan evaluasi/Quarterly Meeting.
Set up layanan HIV dan IMS bersumber dana GF yaitu :
1. Layanan Infeksi Menular Seksual (IMS) di seluruh puskesmas
(15 puskesmas), yang pada awalnya hanya Puskesmas Selabatu
dan Puskesmas Cipelang.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 88


2. Layanan Voluntary Counseling and Testing (VCT) di
Puskesmas Selabatu, Puskesmas Sukabumi, Labkesda, RSUD
R. Syamsudin, Lapas dan RSI Assyifa. Test HIV juga dapat
dilakukan melalui Provider Initiated Testing and Counseling
(PITC) di 15 puskesmas Kota Sukabumi.
3. Layanan Case, Support and Treatment (CST) di RSUD R.
Syamsudin, SH dan RSI Assyifa.
4. Layanan Methadone (Pelayanan Terapi Rumatan
Methadone/PTRM) di Puskesmas Selabatu dan RSUD
R. Syamsudin, SH.
Global Funds (GF) memberikan target-target yang harus
dicapai oleh layanan-layanan tersebut. Berikut hasil kegiatan-kegiatan
program HIV AIDS yang disupport oleh Global Funds (GF) :

Grafik 4.46
Target dan Capaian PTRM Kota Sukabumi Tahun 2014
25
22 22 22 22 22 22

20 18 21
21 21
17 17 17 17 17 17
16

15
16 16

10

0
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

Capaian Target

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 89


Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja usia 15-24
tahun yang komprehensif tentang HIV-AIDS. Ada 5 buah pertanyaan
standar yang menjadi indikator mempunyai pengetahuan komprehensif
tentang HIV-AIDS yaitu :
1. Dapatkah anda mengetahui seseorang sudah terinfeksi HIV hanya
dengan melihatnya?
2. Bisakah seseorang tertular virus HIV melalui gigitan
nyamuk/serangga?
3. Bisakah seseorang tertular HIV dengan cara menggunakan alat
makan?
4. Apakah dengan saling setia pada pasangan dapat mengurangi
resiko tertular HIV?
5. Bisakah seseorang mengurangi resiko tertular HIV dengan cara
menggunakan kondom dengan benar setiap kali melakukan
hubungan seks?
Berdasarkan hasil survey pengetahuan remaja tahun 2014,
didapatkan hasil sebagai berikut :

Grafik 4.47
Persentase Hasil Survey
Pengetahuan Komprehensif Remaja Tentang HIV-AIDS
di Kota Sukabumi Tahun 2014

9%
Komprehensif

Tidak komprehensif

91%

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 90


Beberapa permasalahan dalam program HIV-AIDS adalah :
 Kelengkapan dan ketepatan laporan dari beberapa
layanan masih kurang
 Belum semua fasyankes mempunyai konselor HIV terlatih
 Adanya rotasi karyawan di lingkungan Dinas Kesehatan
menyebabkan perubahan tim HIV-IMS puskesmas
 Belum semua hot spot dilakukan pemeriksaan VCT dan
IMS
 Target GF yang terlalu tinggi dan pembagian target tiap
fasyankes belum jelas
 Running cost dari anggaran GF per Juli 2013 turun 25%,
dan per Juli 2014 turun 60%, dan akan berakhir pada
tahun 2015
 Kendala logistik terlambatnya pengadaan reagen rapid
test HIV
 Masih adanya hambatan internal dan eksternal dari
petugas dalam pemberian kondom di fasyankes
 Kurangnya kesadaran dari sasaran untuk penggunaan
kondom
 Belum semua fasyankes menggunakan Sistem Informasi
HIV AIDS (SIHA) secara optimal dalam melaporkan hasil
capaiannya
 Masih rendahnya tingkat pengetahuan remaja tentang
HIV-AIDS
Beberapa rencana tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan
di atas adalah :
Penguatan sistem pencatatan dan pelaporan ke seluruh
layanan.
Penguatan tim HIV-IMS puskesmas melalui refreshing
petugas, asistensi dan bimbingan teknis (bintek).
Optimalisasi Layanan HIV-AIDS secara Komprehensif
dan Berkesinambungan, termasuk jalur rujukan.
Penguatan pemberian kondom di fasyankes .
Penjadwalan mobile VCT dan IMS.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 91


Untuk running cost layanan, sharing budget dg APBD
Kota Sukabumi.
Membuat usulan kebutuhan reagen rapid test HIV melalui
APBD Propinsi Jawa Barat dan APBD Kota Sukabumi.
Peningkatan normalisasi test HIV untuk ibu hamil, pasien
IMS dan TB dengan resiko (Permenkes 21 tahun 2013
tentang Penanggulangan HIV AIDS) di semua layanan.
Meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi pengetahuan
tentang HIV-AIDS kepada masyarakat terutama remaja
usia 15-24 tahun.

f. Program Penyakit Tidak Menular (PTM)


Penyakit tidak menular merupakan salah satu penyebab
kematian terbanyak di Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular
masih merupakan masalah kesehatan yang penting dan dalam waktu
bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM makin meningkat
menjadikan beban ganda dalam pelayanan kesehatan dan tantangan
yang harus dihadapi dalam pembangunan kesehatan di Indonesia.
Penyakit tidak menular banyak terkait dengan gaya hidup,
beberapa faktor risiko penyakit tidak menular misalnya kegemukan
(obesitas), merokok, kurang aktivitas dan diet tidak sehat dapat
dikendalikan melalui gaya hidup sehat sesuai dengan motto PTM
“CERDIK” yaitu :
C = Cek kondisi kesehatan secara berkala,
E = Enyahkan asap rokok,
R = Rajin aktivitas fisik,
D = Diet Sehat dengan kalori seimbang,
I = Istirahat yang cukup dan
K = Kendalikan Stress
Walaupun program PTM relatif masih baru pada Seksi
Pengendalian Penyakit, namun kegiatan-kegiatannya sudah cukup
banyak yang dilaksanakan.
Beberapa hasil kegiatan PTM dapat dilihat di bawah ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 92


Tabel 4.3
Sarana Kesehatan Terkait PPTM
Tahun 2014 Kota Sukabumi
No Jenis Sarana & SDM Jumlah
1 2 3
1 Puskesmas Pelaksana Program PTM Terpadu 15 (100%)
2 Puskesmas dgn Klinik IVA Test 5
3 Puskesmas dgn Klinik IVA Test & Krioterapi 4
4 Rumah Sakit 4
- Pemerintah 1
- Swasta 3
- TNI/Polri 1
5 Posbindu PTM 5
Sumber : Seksi Dalkit

Tabel 4.4
Jumlah Tenaga Terlatih PPTM
Tahun 2014 Kota Sukabumi
Jumlah
No Jenis Pelatihan
Petugas
1 2 3

1 Pelatihan Faktor Risiko PTM Terpadu 1

2 Pelatihan Alat PPTM 5

3 Pelatihan TOT PPTM Terpadu 4

4 Pelatihan IVA Test 6

5 Pelatihan Upaya Berhenti Merokok (UBM) 2


Sumber : Seksi Dalkit

Tabel 4.5
Jumlah Alat dan Bahan PPTM
Tahun 2014 Kota Sukabumi
No Puskesmas Iva Test Alat Cryo Posbindu Kit
1 2 3 4 5

1 Selabatu v v v
2 Lembur Situ v v v
3 Baros v v v
4 Cipelang v v -
5 Sukabumi v - v
6 Benteng - - v
Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 93


Grafik 4.48
10 Penyakit Terbanyak Penyakit Tidak Menular (PTM)
Tahun 2014 Kota Sukabumi
0.84%
0.34%
0.90% 0.10% 0.10%
Hipertensi
0.94% 0.01% Diabetes Melitus

14.52% Asma
Cedera Lain
18.51% Stroke
63.74%
Cedera LALIN
Penyakit Tiroid
Tumor Payudara
Osteoporosis
Ginjal Kronik

Sumber : Seksi Dalkit

Grafik 4.49
Jumlah Kasus Hipertensi Berdasarkan Kelompok Umur
Tahun 2014 Kota Sukabumi

1200
1071

1000 888
855
768 764 758
800 683
629 636
570
600

400

200 67
21
0 0
0
10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70+

Laki-laki Perempuan

Sumber : Seksi Dalkit

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 94


Grafik 4.50
Jumlah Kasus Diabetes Mellitus Berdasarkan Kelompok Umur
Tahun 2014 Kota Sukabumi

377
400
350 303
278 278
300
227
250 209 198
200
150 123 118
91
100
50 0 0 1 0
0
10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70+

Laki-laki Perempuan

Sumber : Seksi Dalkit

Dari data-data di atas terlihat bahwa data 10 besar penyakit


PTM yang terlaporkan adalah Hipertensi, Diabetes Mellitus, Asma,
Cedera lain, Stroke, Cedera akibat KLL, Tiroid, Tumor Payudara,
Osteoporosis, dan Ginjal Kronik.
Berdasarkan data, penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus
lebih banyak ditemukan pada jenis kelamin laki-laki. Kelompok umur
55-59 tahun dan 60-64 tahun merupakan kelompok umur tertinggi
untuk kasus hipertensi sedangkan kelompok 20-44 tahun dan 60-64
tahun merupakan kelompok umur tertinggi untuk kasus Diabetes
Mellitus.

g. Program Lansia
Pelayanan kesehatan merupakan masalah utama bagi para
lansia, perlu dilakukan peningkatan upaya melalui pencegahan,
pemeliharaan dan peningkatan masalah kesehatan, disamping upaya
penyembuhan dan pemulihan. Salah satu bentuk upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan peningkatan kualitas pelayanan
berupa peningkatan dan pengembangan kegiatan melalui Pelayanan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 95


Kesehatan Usia Lanjut. Keberadaan kelompok lansia yang telah mulai
berkembang diseluruh indonesia, merupakan wujud nyata dan
cerminan kebutuhan masyarakat khususnya para lanjut usia terhadap
pelayanan yang terjangkau, berkelanjutan dan bermutu dalam upaya
mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif
selama mungkin.
Jumlah Lansia pada tahun 2014 adalah sebesar 89.176 jiwa,
atau sebesar 26 % dari jumlah penduduk. Berikut tabel jumlah
penduduk Lansia dan Pra Lansia tahun 2014 :

Tabel 4.6
Jumlah Penduduk Lansia dan Pra Lansia Menurut Puskesmas
Tahun 2014 Kota Sukabumi
Jumlah Penduduk
No Puskesmas Total
Pra Lansia Lansia
1 2 3 4 5
1 Selabatu 3990 2973 6963
2 Sukabumi 7136 4357 11493
3 Cipelang 3373 2135 5508
4 Karang Tengah 4455 2330 6785
5 Benteng 4833 2745 7578
6 Sukakarya 2385 1421 3806
7 Pabuaran 2657 1842 4499
8 Tipar 3189 2070 5259
9 Gedongpanjang 3025 1659 4684
10 Nanggeleng 2868 1494 4362
11 Cibeureum Hilir 3451 1758 5209
12 Limusnunggal 2841 1375 4216
13 Baros 5994 2844 8838
14 Cikundul 3271 1776 5047
15 Lembursitu 2923 2006 4929
JUMLAH 56391 32785 89176
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 96


Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah Pra-
Lansia paling banyak terdapat di puskesmas Sukabumi 7.136 Orang)
dan penduduk lansia paling sedikit di puskesmas Sukakarya (2.835
Orang). Sedangkan untuk jumlah Lansia paling banyak terdapat di
puskesmas Sukabumi (4.357 Orang) dan paling sedikit di puskesmas
Limusnunggal (1.375 Orang). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat
bahwa puskesmas Sukabumi memiliki sasaran pelayanan yang cukup
tinggi sehingga pelayanan yang diberikan harus lebih intensif.
Sementara jumlah penduduk Lansia berdasarkan jenis kelamin dan
Puskesmas, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7
Jumlah Penduduk Lansia Menurut Jenis Kelamin dan Puskesmas
Tahun 2014 Kota Sukabumi
Pddk Laki-laki Pddk Perempuan
No Puskesmas Jumlah Jumlah
Pralansia Lansia Pralansia Lansia
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Selabatu 1915 1322 3237 2075 1631 3726
2 Sukabumi 3548 2022 5570 3588 2335 5923
3 Cipelang 1635 960 2595 1738 1175 2913
4 Karang Tengah 3227 1099 3426 2128 1231 3359
5 Benteng 2494 1300 3794 2339 1445 3784
6 Sukakarya 1250 662 1912 1135 795 1894
7 Pabuaran 1333 860 2193 1324 982 2306
8 Tipar 1575 915 2490 1614 1155 2769
9 Gedongpanjang 1513 763 2276 1524 896 2408
10 Nanggeleng 1407 724 2131 1461 770 2231
11 Cibeureum Hilir 1811 862 2673 1640 896 2536
12 Limusnunggal 1505 696 2201 1336 679 2015
13 Baros 3033 1402 4435 2961 1442 4403
14 Cikundul 1640 891 2531 1631 885 2516
15 Lembursitu 1416 971 2440 1454 1035 2489
Jumlah 28455 15449 43904 27936 17336 45272
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 97


Berdasarkan tabel diatas, jumlah Pra Lansia laki-laki tertinggi
terdapat di Puskesmas Sukabumi sebanyak 3.548 orang, sedangkan
jumlah Pra Lansia laki-laki terendah terdapat di Puskesmas Sukakarya
sebanyak 1.250 orang. Sementara jumlah penduduk Lansia laki-laki
tertinggi terdapat diPuskesmas Sukabumi sebanyak 2.022 orang,
sedangkan jumlah Lansia perempuan paling sedikit terdapat di
Puskesmas Limusnunggal sebanyak 679 orang. Dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan lansia dilapangan, dibentuk Posbindu sebagai
ujung tombak pelayanan di masyarakat. Pelaksanaan pelayanan yang
dilakukan satu bulan sekali ini melakukan pemeriksaan terhadap lansia
dan pra-lansia beserta petugas pemegang program lansia Puskesmas
setempat.
Jumlah posbindu, kader dan kader terlatih setiap tahunnya
mengalami peningkatan yang cukup siginifikan. Dengan jumlah yang
cukup banyak ini diharapkan cakupan pelayanan kesehatan lansia
dapat meningkat.
Berikut tabel sumberdaya, sarana dan prasarana di Posbindu
tahun 2014 :

Tabel 4.8
Sumberdaya, Sarana dan Prasarana di Posbindu
Tahun 2014 Kota Sukabumi

Jumlah Jumlah Jumlah Kader


No Puskesmas
Lansia Posbindu Kader Dilatih
1 2 3 4 5 6
1 Selabatu 6963 16 42 32
2 Sukabumi 11493 16 47 19
3 Cipelang 5508 16 103 28
4 Karang Tengah 6785 14 28 18
5 Benteng 7578 17 71 18
6 Sukakarya 3806 7 32 16
7 Pabuaran 4499 8 80 38
8 Tipar 5259 11 26 18
9 Gedongpanjang 4684 10 34 34
10 Nanggeleng 4362 8 42 12
11 Cibeureum Hilir 5209 9 38 14

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 98


Jumlah Jumlah Jumlah Kader
No Puskesmas
Lansia Posbindu Kader Dilatih
1 2 3 4 5 6
12 Limusnunggal 4216 10 27 14
13 Baros 8838 12 48 16
14 Cikundul 5047 16 75 19
15 Lembursitu 4929 10 36 16
Jumlah 89176 180 729 294
Sumber : Seksi Kesus

Cakupan pelayanan pralansia dari sasaran 56.391 orang yang


mendapat pelayanan sebesar 20.088 atau D/S di Posbindu Se-Kota
Sukabumi sebesar 2,79 % (3 %) dan sasaran lansia Kota Sukabumi
sebesar 33.377 orang dengan capaian cakupan pelayanan lansia di
posbindu Se-Kota Sukabumi sebesar 8,48( 8,5 %) bila ditinjau dari
target pralansia 2,4 % dan lansia 8,5 %. Dengan demikian cakupan
pelayanan pralansia di Kota Sukabumi telah melampai target dari
2,4 %, walaupun angka tersebut belum menunjukan peningkatan yang
signifikan. Data D/S pelayanan Pra Lansia dan Lansia di Posbindu,
dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.51
Data D/S Pelayanan Pralansia & Lansia di Posbindu
Kota Sukabumi Tahun 2014

56391
60000
50000
32785 33377
40000
30000 20088

20000
10000 2.97% 8.48%

0
Sasaran Yang dilayani D/S

Pra Lansia Lansia

Sumber : Seksi Kesus

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 99


Tabel 4.52
Data Tekanan Darah Pada Lansia di Posbindu Tahun 2014
di Kota Sukabumi

1200 1114

961
1000
810 828
800 691
575 518
556 574 587
600 543
376 445
243 399
400 345 247
232 290
266 281 253 258
151 223 205
84 132
200 109
58

0
Slb Sm Cp Kr Bt Sk Pa Tp Gd Ng Cb L Br Ck Lb
i l .T g k b r p l r N s dl s
gh
Tensi Tinggi 266 281 556 109 518 151 243 84 132 345 247 58 399 445 258
Tensi Rendah 810 961 575 574 111 232 828 587 253 223 376 290 205 691 543

Sumber : Seksi Kesus

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa cakupan Tekanan


Darah tinggi terbanyak 556 kasus ada diwilayah Puskesmas Cipelang
dan angka tekanan darah tinggi yang paling sedikit 58 ada di wilayah
Puskesmas Limusnunggal, sedangkan angka tekanan darah rendah
terbanyak 961 kasus terdapat diwilayah Puskesmas Sukabumi dan
cakupan tekanan darah rendah yang paling sedikit 111 kasus ada di
wilayah Puskesmas Benteng.
Jika dibandingkan antara kasus Tekanan darah tinggi dan
tekanan darah rendah di posbindu yang tertinggi kasusnya adalah
tekanan darah rendah dengan kasus sebesar 951 kasus, hal tersebut
sangatlah bertolak belakang dengan kasus tekanan darah pada lansia
di Puskesmas.
Jika kita teliti lebih lanjut kasus tekanan darah di puskesmas
menurut hasil pengolahan data 10 besar penyakit, yang tertinggi
angkanya adalah hipertensi sebesar 12.868 kasus.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 100


Untuk data kunjungan, Pra Lansia berjenis kelamin perempuan
dengan jumlah 36.313 orang dan kunjungan Lansia perempuan juga
merupakan yang tertinggi dengan jumlah 27.798 orang dengan
demikian bila di presentasikan kunjungan data Pra Lansia dan Lansia
adalah 5,37 % kunjungan Pra Lansia dan 12,49 % kunjungan Lansia
dari hasil tersebut dapatlah dikatakan bahwa kunjungan di puskesmas
lebih tinggi dibandingkan dengan kunjungan Lansia di Posbindu yang
hanya sekitar Pra Lansia 3 % dan Lansia 8,5 %,
Dalam hal ini bila dikaji lebih jauh lagi dikarenakan jika
kunjungan di posbindu dalam sebulan hanya sekali kunjungan
sedangkan kunjungan lansia di puskesmas bisa lebih dari satu kali
dalam seminggu atau satu bulan. Berikut grafik data kunjungan Pra
Lansia dan Lansia tahun 2014 :

Tabel 4.53
Data Kunjungan Lansia di Puskesmas
Tahun 2014 Kota Sukabumi

49120

50000
45000
40000 36313

35000
27798
30000
25000 21322 21978

20000 14335
15000
10000
5000 5.37 12.49

0
Laki-laki Peremp. Jumlah D/S
Pra Lansia 14335 21978 36313 5.37
Lansia 21322 27798 49120 12.49

Sumber : Seksi Kesus

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 101


Tabel 4.54
Data 10 Penyakit Pada Lansia di Puskesmas Tahun 2014
di Kota Sukabumi

14000 12935
11267
12000
10000 9007 8954
7155
8000
5810
6000 4300
3780 3609
4000 2811
1982
2000
0

Sumber : Seksi Kesus

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa data penyakit Lansia yang
menempati peringkat pertama adalah Hipertensi dengan jumlah 12.935
kasus, peringkat kedua artritis dengan jumlah 11.267 kasus, peringat
ketiga dan seterusnya berturut-turut Gastritis dengan jumlah 9.007
kasus, ISPA 7.155 kasus, dan 5.810 kasus, Myalgia 4.300 kasus, DM
3.780 kasus, Chepalgia 3.609 kasus, RA 2.811 kasus dan terakhir
Gout 1.982 kasus.
Dengan demikian kasus Hipertensi merupakan kasus tertinggi
pada lansia, sehingga perlu penanganan dan pembinaan khusus agar
tidak terjadi komplikasi lebih lanjut seperti penyakit Stroke.

h. Kesehatan Indera
Program Kesehatan indera sudah dikembangkan menjadi
kegiatan yang terintegrasi dengan kegiatan pelayanan di Puskesmas.
Kesehatan indera sangat penting dalam menciptakan SDM yang
berkualitas. Sesuai dengan program Vision 2020 yaitu : ”The Right To

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 102


Sight”, yaitu semua warga negara mempunyai hak untuk dapat melihat
dengan jelas. Dengan Vision 2020 diharapkan kita dapat menurunkan
angka kebutaan di masyarakat sehingga dapat menciptakan
masyarakat yang sehat dan produktif.
Kesehatan telinga dan pendengaran juga merupakan hal yang
penting, namun seringkali dilupakan dan kurang disadari oleh
masyarakat. Gangguan pendengaran berdampak berat secara sosial,
ekonomi, mengganggu proses edukasi, sulit mencari pekerjaan
sehingga meningkatkan angka pengangguran dan kemiskinan serta
gangguan fungsi sosial individu dalam masyarakat. Oleh sebab itu
pelayanan kesehatan indera sangat penting terintegrasi dalam
pelayanan kesehatan di tingkat pelayanan dasar.
Pada tahun 2014 diketahui jumlah kasus mata ada sebanyak
7.917 kasus dengan kunjungan dalam wilayah Kota Sukabumi ada
sebanyak 493.476 orang. Dengan data yang ada maka diketahui
angka cakupan pelayanan kesehatan mata di Kota Sukabumi sebesar
1,6%. Dimana diketahui target cakupan pelayanan kesehatan mata di
Kota Sukabumi pada tahun 2014 sebesar 1%. Maka disimpulkan pada
tahun 2014 angka cakupan pelayanan kesehatan mata di Kota
Sukabumi telah melampaui target sebesar 160%.

i. Kesehatan Kerja
Kesehatan Kerja merupakan kegiatan Puskesmas yang
ditujukan pada masyarakat pekerja formal dan informal dalam rangka
upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit serta kecelakaan
yang berkaitan dengan pekerjaan dan lingkungan kerja.
Adapun tujuan umum dari Upaya Kesehatan Kerja adalah
meningkatnya kemampuan tenaga kerja untuk menolong dirinya
sendiri sehingga terjadi peningkatan status kesehatan dan pada
akhirnya peningkatan produktifitas kerja. Sasaran Upaya Kesehatan
Kerja, dimana apabila memperhatikan betapa luasnya masyarakat
pekerja yang harus dilayani, maka upaya kesehatan kerja diarahkan
kepada tenaga kerja yang mempunyai dampak besar dalam

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 103


menunjang pertumbuhan ekonomi, tetapi kurang memperoleh
pelayanan kesehatan yang memadai.
Dengan demikian sasaran upaya kesehatan kerja diutamakan
pada sektor informal yang merupakan lebih dari separuh angkatan
kerja misalnya: tenaga kerja lepas terutama pengrajin industri kecil,
pekerja bangunan, pekerja wanita usia muda dll. Untuk lebih
memudahkan para pekerja mendapatkan pelayanan kesehatan maka
dibentuklah Pos UKK terutama sektor informal.

j. Kesehatan Jiwa
Sehat adalah keadaan fisik, mental dan sosial serta produktif
secara ekonomi. Jadi kesehatan jiwa adalah bagian integral dari
kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, mental dan sosial individu secara optimal, dan
yang selaras dengan perkembangan orang lain.
Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi dan perlu
ditangani oleh program kesehatan jiwa bersifat kompleks yang meliputi
masalah gangguan (penyakit) jiwa dan syaraf, masalah psikososial,
masalah perkembangan manusia yang harmonis dan peningkatan
kualitas hidup.
Jadi masalah kesehatan jiwa di masyarakat sangatlah luas dan
kompleks, bukan hanya meliputi yang jelas terganggu jiwanya tetapi
juga berbagai problem psikososial, bahkan berkaitan dengan kualitas
hidup dan keharmonisan hidup. Masalah ini tidak dapat dan tidak
mungkin diatasi oleh pihak kesehatan jiwa saja, tetapi membutuhkan
suatu kerjasama yang luas secara lintas program dan lintas sektor.

k. Kesehatan Olah Raga


Upaya kesehatan olahraga adalah salah satu upaya kesehatan
yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran
jasmani melalui peningkatan fisik, latihan fisik dan atau olahraga.
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal perlu
diupayakan terus menerus dan berkesinambungan melalui
pemberdayaan masyarakat atau keluarga di bidang kesehatan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 104


olahraga, dengan memprioritaskan upaya promotif dan preventif bagi
masyarakat sehat dan upaya kuratif dan rehabilitatif bagi masyarakat
yang sakit.
Menurut studi WHO menyatakan bahwa gaya hidup duduk
terus menerus dalam bekerja merupakan 1 dari 10 penyebab kematian
dan kecacatan di dunia, setiap tahun lebih dari 2 juta kematian
disebabkan karena kurang melakukan aktifitas fisik.
Program kesehatan olahraga merupakan salah satu program
upaya pengembangan/ pilihan di puskesmas dimana kesehatan
olahraga sangat berperan dalam mendukung pencapaian target
MDGs. Dengan adanya dana sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kebugaran jasmani agar angka kesakitan menurun dan
produktifitas meningkat.

l. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


Program Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan program
pengembangan yang menjadi Ikon Kota Sukabumi, berikut adalah data
sekolah yang ada di Kota Sukabumi per Januari 2014 yang telah
dilakukan pembinaan oleh petugas UKS di Puskesmas :
UKS merupakan wadah yang sangat efisien untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didik sedini mungkin. Membangun semangat dengan aspek kegiatan
yang bermanfaat bagi generasi masa depan bangsa dengan tujuan
menumbuh kembangkan kemampuan tentang permasalahan
kesehatan pada kalangan anak, pra remaja dan remaja dari tingkat
SD, SMP dan SMA. Dalam hal pembinaan, TP UKS harus terpadu
dalam menggalakan program bagi peningkatan generasi penerus
bangsa yang berkualitas, mengingat landasan pembinaan dan
pengembangan UKS sudah jelas berdasarkan surat keputusan
bersama (SKB) 4 menteri yaitu mendagri, mendikbud, menkes dan
menteri agama.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 105


Tabel 4.9
Data Pembinaan Usaha Kesehatan Sekolah
Tahun 2014 Kota Sukabumi

No Puskesmas TK SD SMP SMA

1 2 3 4 5 6
1 Selabatu 14 18 12 12
2 Sukabumi 16 10 5 3
3 Cipelang 4 10 2 5
4 Karang Tengah 12 14 3 5
5 Benteng 8 13 4 1
6 Sukakarya 10 4 4 4
7 Pabuaran 7 10 2 4
8 Tipar 6 9 2 3
9 GedongPanjang 4 10 4 3
10 Nanggeleng 5 11 4 6
11 Cibeureum Hilir 6 11 2 1
12 Limusnunggal 4 6 4 2
13 Baros 11 11 3 2
14 Cikundul 4 7 6 3
15 Lembur Situ 5 6 3 5
TOTAL KOTA 116 150 60 59
Sumber : Seksi Keskom

UKS di kelola oleh seorang petugas UKS di puskesmas dengan


melibatkan lintas sektor dalam melakukakan pembinaan terhadap
sekolah-sekolah tersebut. Adapun tim yang terlibat diantaranya adalah
dinas pendidikan, kementrian agama dan kecamatan.

m. Perkesmas
Perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) merupakan
upaya pengembangan program kesehatan yang dilakukan di lapangan
oleh seorang perawat puskesmas dengan melibatkan lintas sektor dan
lintas program yang terdapat di puskesmas. Adapun lintas sektor yang
terlibat diantaranya adalah pihak kelurahan/kecamatan, institusi
pendidikan (STiKesmi, UMMI DIII Keperawatan, Yapkesbi dan
poltekes Rajawali). Sedangkan untuk lintas program yang terlibat
diantaranya adalah program Basic Six (Pengobatan, promosi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 106


Kesehatan, KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan dan Imunisasi) serta
program pengembangan lain yang sesuai dengan kebutuhan di
wilayah yakni Lansia, Upaya kesehatan kerja (UKK), Upaya kesehatan
mata, Jiwa, gigi dan mulut serta kesehatan olahraga.
Konsep perawat kesehatan komunitas yang dikelola oleh
seorang perawat koordinator di tiap kecamatan oleh Perawat penyelia
(S1 Keperawatan) dan perawat wilayah di masing-masing kelurahan
menjadikan proses pembinaan dan pelacakan masalah kesehatan bisa
dilakukan secara terintegrasi. Sehingga pembinaan kasus di komunitas
bisa dilakukan secara tim dan berkesinambungan.
Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat merupakan bagian
integral pada upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan
pengembangan. Apabila terdapat masalah kesehatan yang
memerlukan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat, maka di
Puskesmas dapat dilaksanakan Upaya Keperawatan Masyarakat
sebagai upaya pengembangan.
Kegiatan Perkesmas dilaksanakan secara terpadu baik upaya
kesehatan perorangan maupun kesehatan masyarakat dalam enam
upaya kesehatan wajib di Puskesmas ( Promosi Kesehatan,
Kesehatan lingkungan, KIA dan KB, P2M, Gizi dan Pengobatan)
maupun upaya pengembangan yang wajib dilaksankan di daerah
tertentu. Keterpaduan tersebut dalam sasaran, kegiatan, tenaga, biaya
atau sumber daya lainnya. Dengan terintegrasinya upaya Perkesmas
ke dalam upaya kesehatan wajib maupun pengembangan, diharapkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapt lebih bermutu karena
diberikan secara holistik, komprehensif pada semua tingkat
pencegahan terpadu, dan berkesinambungan. Sasaran prioritas
Perkesmas adalah sasaran yang telah ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai kesepakatan daerah, dengan tetap
memfokuskan pada keluarga rawan Kesehatan yaitu keluarga rentan
(miskin) dan keluarga dengan kasus/masalah resiko tinggi.
Pencapaian target sasaran tersebut diharapkan dapat mendukung
tercapainya target pelayanan kesehatan bermutu yang antara lain
diukur berdasarkan indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 107


Berdasarkan data yang didapatkan dari bagian kepegawaian
Dinas Kesehatan Kota Sukabumi tahun 2014, didapatkan bahwa total
jumlah perawat di puskesmas adalah SPK 21 orang, D III 82 orang, S1
7 orang sehingga totalnya 110 orang yang tersebar di 15 puskesmas,
1 UPT Labkesda dan dinas kesehatan.

B. Program Imunisasi
Keberhasilan pencapaian program imunisasi dilihat dari beberapa
indikator pelaksanaan kegiatan yang digunakan untuk memantau dan
mengevaluasi capaian program imunisasi. Berikut beberapa kegiatan yang
digunakan untuk mengevaluasi hasil/capaian pelaksanaan program imunisasi
selama tahun 2014 :
1. Imunisasi Rutin
Imunisasi Rutin merupakan kegiatan pelayanan imunisasi pada
bayi, baduta dan ibu hamil yang merupakan kegiatan utama dalam
pelaksanaan program imunisasi. Untuk memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan imunisasi rutin kumulatif selama tahun 2014, dapat
dilihat dari beberapa indikator berikut :
a. Ketepatan laporan
Kumulatif persentase ketepatan waktu pelaporan tahun 2014
yang masuk dari 15 Puskesmas mencapai 88,3%. Ketepatan laporan
imunisasi menjadi indikator kinerja Koordinator Imunisasi (Korim)
Puskesmas. Makin tinggi angka ketepatan waktu melaporkan seorang
petugas koordinator imunisasi, maka menunjukan kualitas pengelolaan
program dan sistem pengolahan data imunisasi yang lebih baik. Namun
demikian ketidaktepatan laporan imunisasi di Puskesmas tidak selalu
menunjukan indikator kinerja yang buruk dari petugas. Dalam hal ini
juga dipengaruhi oleh kurang optimalnya kerja sama lintas program
dengan pelaksana imunisasi di Puskesmas, sehingga data hasil
pelaksanaan imunisasi tidak tepat waktu. Selain itu tingginya beban
kerja petugas puskesmas dengan memiliki rangkap tugas yang
diberikan atasan, juga menjadi salah satu penyebab laporan tidak tepat
waktu.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 108


b. Cakupan imunisasi bayi
Cakupan Imunisasi bayi adalah indikator keberhasilan
pelaksanaan imunisasi pada bayi. Imunisasi bayi yang terdiri dari Lima
Imunisasi Dasar Lengkap (LIL) yakni, imunisasi HB0, BCG, DPT-HB-
HiB, Polio dan Campak merupakan imunisasi yang wajib diberikan
kepada bayi sebelum usia 1 tahun. Untuk itu, pelaksanaan imunisasi
bayi ini diharapkan dapat mencapai target yang telah ditentukan agar
terciptanya kekebalan komunitas yang pada gilirannya dapat mencegah
terjadinya KLB penyakit PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan
Imunisasi) di masyarakat.
Dari hasil cakupan Imunisasi, kita dapat mengevaluasi kualitas
pelaksanaan program imunisasi di suatu pelayanan kesehatan.
Kualitas pelaksanaan program imunisasi ini tidak hanya ditentukan oleh
besarnya capaian/cakupan imunisasi yang telah melebihi
target/mencapai target saja, namun juga dipengaruhi oleh managemen
program yang dilaksanakan.
Untuk mengukur jangkauan program atau kemampuan program
dalam penggerakan sasaran, dipakai BCG dan DPT-HB1. Sedangkan
untuk mengukur manajemen dan pengelolaan program atau
pengelolaan sasaran digunakan indikator Drop Out (DO) yaitu DPT-
HB1, DPT-HB3 dan DO DPT-HB1-Campak. Sementara indikator DPT-
HB3, Polio 4 dan Campak digunakan untuk mengetahui cakupan
Imunisasi Dasar lengkap, tingkat perlindungan dan kualitas pelayanan
imunisasi.
Dari target 90%, cakupan imunisasi HB 0-7 pada tahun 2014
telah melebihi target yaitu sebesar 103,6%. Dari target proyeksi 6852
bayi, 7096 bayi mendapatkan imunisasi. Artinya akses program
imunisasi di Kota Sukabumi sudah baik dengan tingkat partisipasi
masyarakat yang cukup baik.
Cakupan imunisasi BCG tahun 2014 belum mencapai target
nasional yaitu sebesar 98%, capaian baru mencapai 97,3%. Tetapi,
capaian ini telah melebihi target UCI 80%. Selain sebagai indikator
penggerakan sasaran, BCG juga menjadi salah satu dari indikator
untuk pencapaian UCI.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 109


Sebagai indikator cakupan imunisasi lengkap dan kualitas
pelayanan, cakupan Polio 4 tahun 2014 sudah mencapai target
program dengan pencapaian sebesar 94,9%. Sedangkan target
nasional pencapaian Polio 4 adalah 90%. Begitupun dengan cakupan
imunisasi DPT-HB3 dengan pencapaian sebesar 95,3%, telah
mencapai target program imunisasi nasional yaitu 93%. Untuk cakupan
imunisasi Campak sendiri mencapai 92,5%, dari target cakupan 90%
dan target UCI 80%.
Dalam pengelolaan sasaran dan manajemen program,
dipergunakan indikator DO (Drop Out). Artinya, sasaran yang sudah
datang dan memperoleh pelayanan imunisasi seharusnya datang
kembali untuk memperoleh imunisasi lengkap. Semakin kecil DO, maka
semakin baik pengelolaan manajemen sasaran program imunisasi.
Drop Out (DO) DPT/HB1-DPT/HB3 mencapai 2,5% (toleransi 5%),
artinya manajemen dan pengelolaan sasaran program yang
dipergunakan sudah berjalan baik. Dari 15 Puskesmas, hanya 2
Puskesmas yang bermasalah dalam DO DPT/HB1-DPT-HB3 yaitu
Puskesmas Cikundul dan Puskesmas Pabuaran, sehingga perlu
dilakukan peningkatan manajemen program di 2 Puskesmas tersebut.
Untuk Drop Out (DO) DPT-HB1-Campak tahun 2014 mencapai 5,4%
(toleransi 8%), artinya secara keseluruhan manajemen program
imunisasi di Kota Sukabumi sudah berjalan dengan baik.
c. Cakupan imunisasi ibu hamil
Capaian cakupan imunisasi TT1 IH tahun 2014 masih dibawah
target program. Dari 7537 Ibu Hamil yang ada, hanya 4186 yang
mendapat vaksinasi.
Terkait imunisasi ibu hamil, Puskesmas dikatakan tidak
mempunyai masalah jika cakupan imunisasi TT1 IH ≥ 90% serta DO
TT1 IH – TT2 IH ≤ 5%. Dari 15 Puskesmas, hanya 4 Puskesmas yang
telah mencapai target dan tidak bermasalah dengan pencapaian
cakupan imunisasi ibu hamil. Secara keseluruhan, cakupan imunisasi
TT1 IH tahun 2014 baru mencapai 55,5% dari target 98%.
Pada pelayanan imunisasi ibu hamil, yang menjadi indikator
imunisasi lengkap atau kualitas pelayanan yaitu cakupan TT2+ IH.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 110


Capaian tahun 2014 sebesar 73%, dari target 90%. Dari 15 Puskesmas
hanya 4 Puskesmas yang mencapai target yaitu Puskesmas Karang
Tengah, Puskesmas Nanggeleng, Puskesmas Limusnunggal dan
Puskesmas Cikundul.
d. Universal Child Imunization (UCI)
Indikator yang digunakan untuk memantau pencapaian
cakupan imunisasi rutin pada bayi yang lengkap dan merata adalah
Universal Child Imunization (UCI) Kelurahan. Target pencapaian UCI
kelurahan tahun 2014 adalah 100% Kelurahan, sebagaimana tertuang
dalam SK Menteri Kesehatan RI No.741/Menkes/Per/VII/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Tercapainya target Universal Child Imunization yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh
kelurahan.
Pencapaian Kelurahan UCI tahun 2014 belum mencapai target
yaitu 97% (target 100% UCI Kelurahan). 1 kelurahan yang belum
mencapai target UCI yaitu Kelurahan Subangjaya di wilayah kerja
Puskesmas Sukabumi.
Penyebab utama rendahnya pencapaian UCI Kelurahan adalah
tingginya angka Drop Out. Hal ini dapat diukur dari perbedaan angka
cakupan DPT/HB/Hib-1 dan DPT/HB/Hib3, atau perbedaan cakupan
DPT/HHib1 dan Campak.
2. Validasi Data Cakupan Program Imunisasi
Pelayanan imunisasi dilaksanakan di unit-unit pelayanan
kesehatan seperti Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Praktek Dokter, Bidan
Swasta, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu. Setiap unit
pelayanan melakukan pencatatan hasil kegiatan dan melaporkan ke
Puskesmas. Selanjutnya hasil pelayanan tersebut akan direkap dan
dilaporkan ke tingkat administrasi diatasnya. Laporan hasil imunisasi pada
masing-masing tingkat administrasi diolah dan dimanfaatkan sebagai
bahan untuk pemantauan dan merencanakan kegiatan selanjutnya,
sehingga kegiatan yang direncanakan sesuai kebutuhan dan tepat guna.
Kegiatan validasi data yang dilakukan dalam program imunisasi ini
untuk mendapatkan data hasil cakupan program imunisasi yang lengkap,

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 111


akurat dan tepat waktu secara periodik agar dapat dicatat dan dilaporkan
ke jenjang selanjutnya secara benar untuk menunjang keberhasilan
program imunisasi.
Peserta validasi data terdiri dari 15 Petugas Koordinator Imunisasi
(Korim) Puskesmas dengan membawa buku hasil cakupan imunisasi bayi
(buku kuning), buku rekap desa (buku biru) dan data hasil cakupan
imunisasi luar wilayah. Pelaksanaannya sendiri pada minggu ke-4 setelah
proses kegiatan posyandu selesai.
3. Evaluasi Data Hasil Cakupan Program Imunisasi
Laporan hasil cakupan imunisasi yang telah masuk ke Seksi
Surveilans dan Imunisasi diolah kemudian dianalisa untuk diketahui sejauh
mana keberhasilan dari program imunisasi di wilayah kerja puskesmas.
Evaluasi program merupakan komponen yang penting dan sebaiknya
dilaksanakan secara rutin dalam rangka mengevaluasi kesesuaian
perencanaan dengan pencapaian. Begitupun kecenderungan dari masing-
masing wilayah, sehingga dapat menentukan tindak lanjut yang akan
dilakukan. Pada akhirnya hasil cakupan imunisasi dapat diperbaiki dan
secara kumulatif dapat mencapai target dengan data yang dihasilkan
berkualitas.
4. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
a. Campak
Sasaran kegiatan BIAS Campak adalah seluruh siswa Sekolah
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Negeri dan Swasta. Jadwal
imunisasi anak sekolah memerlukan 1 kali pemberian Vaksin Campak
pada Siswa Kelas 1. Pelayanan imunisasi untuk anak di semua sekolah
di seluruh Indonesia dilaksanakan secara serentak setiap tahun pada
Bulan Agustus.
b. DT-Td
Bias DT-Td dilaksanakan secara serentak setiap tahun pada
Bulan November. Jadwal pemberian imunisasi Vaksin Difteri Tetanus
(DT-Td) masing-masing 1 dosis pada siswa Kelas 2 dan Kelas 3.
5. Sertifikasi Imunisasi Dasar Lengkap Bayi
Dalam upaya untuk lebih meningkatkan cakupan imunisasi dasar
lengkap pada bayi, sejak tahun 2013 lalu Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 112


telah meluncurkan kegiatan launching sertifikasi imunisasi dasar lengkap
pada bayi. Pada tahun 2014, jumlah bayi yang berhasil melengkapi status
imunisasinya sebanyak 5023 bayi atau sekitar 73,3% dari perkiraan 6852
bayi. Status imunisasi meliputi Hepatitis Uniject 0-7 hari, BCG, DPT-HB-
Hib, Polio dan Campak.

6. On the Job Training (OJT) Pelaksana Imunisasi Puskesmas


Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menyusun strategi
mempertahankan capaian program imunisasi dengan tetap menjaga dan
meningkatkan kualitas pelayanan melalui peningkatan pengetahuan
sumber daya manusia. Kegiatan dilaksanakan melalui pelatihan secara
formal di kelas maupun pada saat bekerja serta melalui pembinaan di
lapangan dalam rangka meningkatkan keterampilan dan kompetensi
petugas di lapangan serta meningkatkan koordinasi lintas program
pelaksanan Imunisasi di puskesmas.
Materi pelatihan meliputi kebijakan program imunisasi, pelayanan
imunisasi, jenis dan sifat vaksin, penyuntikan yang aman, perencanaan
program imunisasi, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
pengelolaan rantai vaksin, membangun dukungan masyarakat serta
penanganan KIPI dan motivasi diri petugas.

C. Program Surveilans
Pelaksanaan program surveilans tahun 2014 meliputi kegiatan
surveilans campak, surveilans AFP, respon dan kewaspadaan dini terhadap
KLB, surveilans matra, pelayanan kesehatan jemaah haji, Surveilans Aktif
Rumah Sakit (SARS) dan pelaksanaan EWARS (Early Warning Allert
System). Kegiatan surveilans dilakukan melalui pelacakan dan investigasi ke
lapangan. Selain itu untuk meningkatkan kewaspadaan dini terhadap
penyakit-penyakit yang cenderung dapat menimbulkan KLB. Petugas
Surveilans Puskesmas menyampaikan Laporan Mingguan (W2) / EWARS
yang sangat menentukan penilaian kinerja petugas melalui kelengkapan dan
ketepatan laporan sebagai langkah awal dalam mengantisipasi kejadian KLB
di Kota Sukabumi.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 113


1. Surveilans Campak
Surveilans campak dilaksanakan dengan sistem CBMS (Case
Based Measles Surveilance) melalui pengamatan terhadap kejadian
suspect campak di wilayah kerja puskesmas. Kemudian dilanjutkan dengan
pelacakan kasus ke lapangan untuk mengantisipasi adanya penyebaran
dan penularan kasus campak pada anak-anak yang tidak mengakses
puskesmas atau pelayanan kesehatan serta pengambilan sampel darah
pasien suspect campak untuk diperiksa di Laboratorium Nasional (Bio
Farma).
Pelacakan terhadap pasien suspect campak sangat diperlukan
untuk memastikan tidak adanya penularan di lingkungan sekitar pasien.
Untuk penanganan kasus suspect campak tidak ada pengobatan
khusus, hanya diperlukan asupan suplemen nutrisi dan makanan bergizi
untuk menjaga daya tahan tubuh sehingga mempercepat proses
penyembuhan. Pemberian Vitamin A (100.000 IU untuk anak usia 6-12
bulan dan 200.000 IU untuk >12 bulan) dengan dosis satu kapsul pada
saat ditemukan dan satu kapsul sehari kemudian. Apabila setelah 2 minggu
masih ditemukan gejala campak, maka diberikan kembali satu kapsul.
Pemberian vitamin A ini berfungsi untuk perbaikan selaput lender (mata,
mulut,hidung) yang meradang.
Kasus suspect campak yang dilaporkan Puskesmas dengan
format C-1 tahun 2014 sebanyak 11 kasus yang ditindaklanjuti dengan
pengambilan sampel darah pasien untuk dikonfirmasi apakah pasien
tersebut positif menderita campak.
Dari hasil pelaksanaan CBMS yang melibatkan Petugas
Surveilans Puskesmas dan Rumah Sakit, diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10
Rekapitulasi Suspect Campak
di Kota Sukabumi Tahun 2014
Jml Target
Kasus Sampel Sampel Konfirmasi
No Puskesmas
Suspect Diperiksa Diperiksa Lab
Campak (50%)
1 2 3 4 5 6
1 Cipelang 1 1 1 1 (+)
2 Karang Tengah 0 0 0

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 114


Jml Target
Kasus Sampel Sampel Konfirmasi
No Puskesmas
Suspect Diperiksa Diperiksa Lab
Campak (50%)
1 2 3 4 5 6
3 Selabatu 1 1 1
4 Sukabumi 5 3 5 4 (+)
5 Tipar 1 1 1
6 Nanggeleng 1 1 1 1 (+)
7 Gedongpanjang 0 0 0
8 Benteng 0 0 0
9 Pabuaran 2 1 2
10 Sukakarya 0 0 0
11 Baros 0 0 0
12 Lembursitu 0 0 0
13 Cikundul 0 0 0
14 Cibeureum Hilir 0 0 0
15 Limusnunggal 0 0 0
TOTAL 11 11 11
Sumber : Seksi Surveilans & Imunisasi

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2014,


kasus suspect campak tersebar di beberapa wilayah kerja Puskesmas di
Kota Sukabumi. Berdasarkan konfirmasi Laboratorium Nasional
(Bio Farma), dari 11 kasus suspect campak yang ditemukan menunjukkan
5 kasus negatif (-) dan 6 kasus positif (+). Hasil Laboratorium positif pada
suspect campak ini merupakan kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota
Sukabumi khususnya di wilayah kerja puskesmas Sukabumi dan
Puskesmas Nanggeleng. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan
imunisasi campak khususnya di wilayah kerja Puskesmas Sukabumi belum
mencapai tujuan jangka panjang yang diharapkan, yakni terbentuknya
kekebalan komunitas di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
kasus campak confirm (Lab positif) yang menunjukkan telah terjadinya
penularan kasus di masyarakat.
Jika dilihat dari cakupan imunisasi Campak di kedua wilayah
tersebut, kejadian KLB ini merupakan suatu hal yang tidak mengherankan.
Karena cakupan imunisasi Campak khususnya di wilayah puskesmas

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 115


Sukabumi tidak mencapai target minimal 80% (76%). Sedangkan kejadian
campak di wilayah puskesmas nanggeleng relative lebih aman (tidak terjadi
penularan). Hal ini sejalan dengan cakupan imunisasi campak di wilayah
tersebut yang telah mencapai lebih dari 80% (94,9%).
Dari sebaran kasus diatas, 7 kasus ditemukan pada anak umur
1-4 tahun dan 4 orang pada anak umur 6-8 tahun.
2. Surveilans AFP
Surveilans AFP (Acccute Flaccid Paralysis) adalah suatu sistem
surveilans yang dimaksudkan untuk menjaring kasus polio di masyarakat.
Pengamatan surveilans ini dilakukan terhadap gejala penyakit yang
ditandai dengan adanya kelumpuhan dan atau kelemahan mendadak yang
menyerang anak dibawah umur 14 tahun. Surveilans AFP ini bertujuan
untuk membuktikan bahwa sudah tidak ada lagi virus polio liar di Kota
Sukabumi khususnya dan di Indonesia pada umumnya, sehingga
Indonesia bisa segera mendapatkan sertifikat bebas polio dari WHO
Pada anak yang ditemukan dalam kondisi AFP ini akan dilakukan
pemeriksaan tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar didalam
tubuh penderita.
Tahun 2014 ini ditemukan 4 (empat) kasus AFP masing-masing di
Puskesmas Selabatu, Puskesmas Sukakarya, Puskesmas Limusnunggal
dan Puskesmas Lembursitu. Semua kasus telah dilakukan tata laksana
pemeriksaan dengan hasil negatif.
Penemuan kasus ini telah mencapai target penemuan kasus AFP
yaitu 2/100.000 penduduk beresiko. Dari target penemuan 3 kasus,
ditemukan sebanyak 4 kasus.
Jika dilihat dari penemuan kasus yang ditemukan oleh
Puskesmas, maka diperlukan penyebaran informasi khususnnya mengenai
sensitivitas Petugas Rumah Sakit dalam menemukan lebih banyak lagi
kasus AFP untuk dilakukan pembuktian ada tidaknya virus polio liar dalam
tinja pasien.
Berikut tabel distribusi penemuan kasus AFP di Kota Sukabumi
Tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 116


Tabel 4.11
Distribusi Penemuan Kasus AFP di Kota Sukabumi
Tahun 2014
Hasil
No Puskesmas Penemuan Adekuat (%)
Pemeriksaan
1 2 3 4 5
1 Cipelang
2 Karang Tengah
3 Selabatu 1 100% (-) Negatif
4 Sukabumi
5 Tipar
6 Nanggeleng
7 Gedongpanjang
8 Benteng
9 Pabuaran
10 Sukakarya 1 100% (-) Negatif
11 Baros
12 Lembursitu 1 100% (-) Negatif
13 Cikundul
14 Cibeureum Hilir
15 Limusnunggal 1 100% (-) Negatif
TOTAL 4 100% (-) Negatif
Sumber : Seksi Surveilans & Imunisasi

3. Kewaspadaan Dini dan Respon Terhadap KLB


Kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB
dilakukan melalui pengamatan penyakit yang terjadi dan dilaporkan dalam
bentuk laporan mingguan wabah (W2). Laporan W2 ini merupakan
indikator dilaksanakannya kewaspadaan dini terhadap KLB di wilayah
puskesmas.
Selama tahun 2014 terdapat 52 minggu dengan target 90%
kelengkapan dan 80% ketepatan laporan. Dari segi target 90%
kelengkapan, semua puskesmas telah memenuhi target. Sedangkan dari
segi target 80% ketepatan, hanya 5 Puskesmas yang memenuhi target. Hal
ini disebabkan karena dalam melaksanakan tugasnya tersebut, petugas
surveilans sangat membutuhkan dukungan peralatan registrasi yang online
dan memadai sehingga proses pencatatan dan pelaporan kasus dapat

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 117


dilaksanakan dengan baik. Selain itu, banyaknya petugas surveilans yang
memegang program lebih dari satu program kegiatan di Puskesmasnya
masing-masing. Dengan minimnya peralatan pengolahan data di
Puskesmas serta banyaknya program kegiatan yang dilaksanakan oleh
petugas surveilans, maka akan menghambat kinerja surveilans di
Puskesmas.
Dari hasil pengumpulan data dan analisis laporan, Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang terjadi diwilayah Kota Sukabumi pada tahun 2014
tercatat sebanyak 4 kasus. Distribusi dan jenis Kejadian Luar Biasa (KLB)
di Kota Sukabumi tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini :

Tabel 4.12
Distribusi dan Jenis KLB di Kota Sukabumi
Tahun 2014
Jumlah
Jenis Tanggal Masa
No Tempat Kejadian Kasus/ Kematian
KLB Kejadian KLB
Penderita
1 2 3 4 5 6 7

Kp. Ciendog RT 04/18


Keracunan 01 Maret
1 Kel. Benteng 1 Hari 154 Orang 0
Makanan Kec. Warudoyong 2014

Keracunan SDN Sudahaya Hilir III 26 Maret


2 Kel. Baros Kec. Baros
1 Hari 109 Orang 0
Makanan 2014

Kp. Ciendog RT 04/18


Keracunan 21 Okt
3 Kel. Benteng Kec. 1 Hari 49 Orang 0
Makanan Warudoyong 2014

RT 04/11 Kelurahan
15 Des
4 Campak Subang Jaya Kec. 2 Hari 5 Orang 0
Cikole 2014

TOTAL 4 317 Orang 0


Sumber : Seksi Surveilans & Imunisasi

Kejadian Luar Biasa (KLB) pada tahun 2014 di Kota Sukabumi


didominasi oleh kejadian keracunan makanan. Dari semua Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang terjadi, telah ditanggulangi dalam waktu kurang dari 24
jam dan tidak ada korban meninggal. Hal ini merupakan bentuk
pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) KLB dari

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 118


petugas baik di Puskesmas maupun di Dinas Kesehatan sebagai
Koordinator Program Surveilans di Kota Sukabumi.
Keracunan makanan (food poissoning) digunakan secara luas
untuk semua penyakit yang disebabkan oleh masuknya makanan yang
mengandung toksin. Pada penyakit yang diakibatkan oleh keracunan
makanan, gejala yang terjadi tak lama setelah menelan bahan beracun
bersama dengan makanan/minuman tersebut.
KLB penyakit akibat makanan dikenali dengan munculnya
sejumlah penderita yang biasanya terjadi dalam waktu yang singkat
dengan periode waktu yang sangat bervariasi (beberapa jam sampai
dengan beberapa minggu) setelah mengkonsumsi sesuatu makanan, pada
umumnya terjadi pada orang yang mengkonsumsi makanan bersama-
sama. Ketepatan dan kecepatan dalam penanganan terhadap penderita
dan kecepatan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium merupakan hal
yang paling penting untuk mendapatkan kepastian penyebab terjadinya
keracunan tersebut dan merencanakan penanganan / tindak lanjut yang
dibutuhkan segera.
Diperlukan upaya untuk mencegah kasus keracunan makanan
yang terjadi seperti menerapkan prinsip-prinsip Hazard Analysis Critical
Control Point (HACCP) di tempat-tempat pengolahan makanan. Selain itu
perlu diupayakan peningkatan pengetahuan masyarakat atau konsumen itu
sendiri tentang penerapan hygiene sanitasi makanan dan minuman secara
baik dan benar. Upaya rutin yang sebaiknya dilakukan seperti :
 Inspeksi sanitasi pada tempat-tempat penjualan makanan dan
minuman secara berkala oleh petugas sanitarian puskesmas.
 Pemeriksaan sample makanan pada tempat-tempat penjual makanan
dan minuman secara berkala oleh petugas sanitarian puskesmas.
 Melakukan penyuluhan tentang bahaya makanan yang sudah
kadaluarsa pada penjual makanan ringan atau jajanan.
 Membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat.
Selain itu untuk menghindari Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan
khususnya dari makanan, diperlukan tindakan-tindakan baik pra kejadian,
saat kejadian keracunan makanan dan pasca kejadian kercunan.
Diharapkan dengan melakukan tindakan-tindakan tersebut, kasus atau

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 119


kejadian keracunan makanan dapat ditiadakan dan meminimalisir jumlah
korban keracunan makanan.
4. Surveilans Matra
Selain menangani pengelolaan kesehatan jemaah haji, pada tahun
2014 ini surveilans matra juga mengkoordinir petugas kesehatan lapangan
dalam rangka kesiapsiagaan pada kegiatan-kegiatan besar keagamaan
dan nasional.
Dari hasil pemeriksaan kesehatan haji tahun 2014, sebanyak 198
jemaah haji dilayani di Kota Sukabumi. 185 jemaah kloter, 2 (Tim
Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dan Tim Pembimbing Ibadah Haji
Indonesia (TPIHI), ditambah dengan 13 jemaah haji gabung kloter yang
difasilitasi untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan dan mendapatkan Buku
Kesehatan Haji dari Dinas Kesehatan Provinsi.
Kondisi kesehatan calon jemaah haji yang mendapatkan
pemeriksaan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Tabel 4.13
Kondisi Kesehatan Calon Jemaah Haji Tahun 2014
Kota Sukabumi

No Kategori Jumlah

1 2 3
1 Mandiri 182

2 Observasi 12

3 Pengawasan 4

4 Tunda 0
Sumber : Seksi Surveilans & Imunisasi

D. Program Penyehatan Lingkungan


Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Upaya ini meliputi upaya penyehatan lingkungan permukiman,

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 120


tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum yang bebas
dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan berupa limbah cair,
limbah padat, limbah gas, sampah yang tidak diproses sesuai persyaratan,
binatang pembawa penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan, air dan udara
yang tercemar, makanan yang terkontaminasi serta radiasi serta radiasi
pengion dan non pengion.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, program
penyehatan lingkungan ditujukan pada upaya pembinaan, pengawasan dan
pemberdayaan pada penyehatan lingkungan di pemukiman sanitasi dasar,
Tempat Tempat Umum (TTU), Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) serta
upaya pengawasan yang meliputi pengawasan limbah medis dari sarana
kesehatan serta penilaian resiko pencemaran air, udara, tanah dan makanan.
Upaya pengembangan lingkungan sehat dilaksanakan melalui
kegiatan-kegiatan antara lain kegiatan pengawasan dan pembinaan tempat
makanan (restauran, rumah makan, warung makan), pemicuan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) dalam rangka pemberdayaan masyarakat
dengan lebih menitikberatkan pada pilar pertama yaitu “Stop Buang Air Besar
Sembarangan”. Kemudian untuk mendapatkan pelaporan dan data yang
optimal, dilaksanakan pelatihan SMS Gateway – STBM bagi petugas
kesehatan lingkungan dan petugas promosi kesehatan di 15 Puskesmas
sehingga perubahan hasil pemicuan dilaporkan langsung dan dapat terekam
oleh Kementerian Kesehatan (Sekretariat STBM) melalui web site.
Pengawasan dan pembinaan eksternal juga dilakukan terhadap
sarana kesehatan dalam hal pengelolaan limbah medis dan pemeriksaan
sampel air bersih sebanyak 200 sampel, sehingga dapat diperoleh pemetaan
resiko yang berpengaruh terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh
lingkungan.
Dalam rangka mempertahankan penghargaan Swasti Saba Wistara
dari Kementerian Kesehatan sebagai Kota yang telah menyelenggarakan
Kota Sehat, dilaksanakan pembinaan terhadap Forum Kota Sukabumi Sehat.
Selain itu, dilaksanakan kegiatan Pemetaan Sanitasi Dasar bagi
rumah di Kota Sukabumi. Kegiatan ini untuk mendapatkan data sarana dan
perilaku masyarakat dalam hal sanitasi berupa bangunan, pembuangan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 121


tinja/kotoran manusia, cuci tangan, air bersih, air minum, pengelolaan sampah
dan pengelolaan limbah.
1. Sanitasi Dasar
a. Rumah sehat
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah sehat
adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal akses air minum, akses
jamban sehat, lantai, ventilasi dan pencahayaan sesuai dengan
persyaratan kesehatan perumahan.
Dari pembinaan dan pengawasan rumah sehat yang dilakukan
selama tahun 2014, menunjukkan 52,3% rumah memenuhi syarat
kesehatan. Persentase rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas tahun
2014 dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.55
Persentase Rumah Sehat Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2014

Nanggeleng 83.9%

Baros 81.4%

Cipelang 81.3%

Kr.Tengah 72.3%

Cbr.Hilir 68.4%

Lms.nunggal 67.1%

Sukakarya 63.6%

Gd.panjang 59.1%

Cikundul 55.7%

Sukabumi 53.0%

Kota Sukabumi 52.3%

Lembursitu 48.6%

Tipar 44.6%

Selabatu 30.2%

Benteng 22.0%

Pabuaran 1.2%

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 122


b. Penduduk dengan akses sanitasi layak (jamban sehat)
Jamban sehat adalah fasilitas sanitasi yang memenuhi syarat
kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa, tanki septic
(septic tank), Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL) yang digunakan
sendiri atau bersama. Pembinaan jamban sehat dilihat berdasarkan
proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas
sanitasi yang layak (jamban sehat) yang artinya perbandingan antara
penduduk atau rumah tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi yang layak dengan penduduk atau rumah tangga seluruhnya,
dinyatakan dalam persentase.
Berikut grafik persentase penduduk dengan akses sanitasi
layak (jamban sehat) menurut wilayah kerja puskesmas tahun 2014 :

Grafik 4.56
Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat)
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2014

Cipelang 93.1%

Kr.Tengah 92.5%

Lms.nunggal 78.3%

Benteng 76.2%

Baros 74.3%

Cbr.Hilir 73.7%

Sukabumi 71.2%

Gd.panjang 70.4%

Kota Sukabumi 66.7%

Cikundul 65.3%

Nanggeleng 63.9%

Pabuaran 59.7%

Lembursitu 56.3%

Sukakarya 55.1%

Tipar 54.1%

Selabatu 32.3%

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 123


c. Penduduk dengan akses air minum berkualitas (layak)
Air minum yang berkulitas (layak) adalah air minum yang
terlindung meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum,
terminal air, Penampungan Air Hujan (PAH) atau mata air dan sumur
terlindung, sumur bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10
meter dari pembuangan kotoran, penampungan limbah dan
pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual
keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak
terlindung. Pembinaan yang dilakukan oleh sanitarian puskesmas
berdasarkan proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses
berkelanjutan terhadap air minum layak yaitu perbandingan antara
penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap air minum
berkualitas (layak) dengan penduduk atau rumah tangga seluruhnya,
dinyatakan dalam persentase.
Persentase penduduk dengan akses air minum berkualitas
(layak) menurut wilayah kerja puskesmas tahun 2014 dapat dilihat
pada grafik dibawah ini :

Grafik 4.57
Persentase Penduduk dengan Akses Air Minum Berkualitas (Layak)
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2014

Nanggeleng 100.0%
Gd.panjang 97.9%
Pabuaran 94.9%
Baros 90.4%
Kr.Tengah 81.0%
Benteng 80.6%
Sukabumi 78.8%
Cipelang 75.5%
Lms.nunggal 74.8%
Kota Sukabumi 71.4%
Lembursitu 68.8%
Tipar 65.2%
Cikundul 64.2%
Sukakarya 61.7%
Cbr.Hilir 60.9%
Selabatu 49.7%

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 124


d. Pengelolaan sampah rumah tangga
Pengelolaan sampah mulai dari rumah tangga sampai dengan
Tempat Pengolahan Sampah Sementara (TPS) merupakan tanggung
jawab masyarakat masing-masing. Sedangkan pengelolaan sampah
dari Tempat Pengolahan Sampah Sementara (TPS) ke Tempat
Pengolahan Sampah Akhir (TPA) merupakan tanggung jawab
Pemerintah Kota, dalam hal ini dilakukan oleh Dinas Pengelolaan
Sampah, Pertamanan dan Pemakaman (DPSPP) Kota Sukabumi.
Pengelolaan sampah oleh masyarakat dapat diukur dari
perilaku dan sarana sampah yang tersedia di masyarakat. Proporsi
pengelolaan sampah yang sehat adalah perbandingan pengelolaan
sampah yang sehat dengan pengelolaan sampah seluruhnya pada
waktu tertentu dan dinyatakan dalam persentase.
Persentase pengelolaan sampah sehat tahun 2014 dapat dilihat
pada grafik berikut ini :

Grafik 4.58
Persentase Pengelolaan Sampah Sehat
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kota Sukabumi Tahun 2014

Nanggeleng 100.0%
Benteng 100.0%
Tipar 100.0%
Gd.panjang 96.1%
Sukakarya 86.9%
Kr.Tengah 82.9%
Baros 78.8%
Lms.nunggal 78.1%
Lembursitu 70.7%
Cipelang 70.5%
Cikundul 66.3%
Kota Sukabumi 65.1%
Sukabumi 57.6%
Cbr.Hilir 45.5%
Selabatu 32.9%
Pabuaran 22.6%

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 125


e. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah atau air buangan adalah air sisa yang dibuang,
berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat yang
dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu
lingkungan hidup.
Sumber air limbah terdiri dari air buangan yang bersumber dari
rumah tangga, air buangan dari industri dan air buangan dari kota
praja seperti perkantoran, hotel, restoran, tempat-tempat ibadah dan
sebagainya.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah saluran air
limbah rumah tangga yang berfungsi untuk meyalurkan air limbah
domestik agar tidak berisiko mencemari lingkungan dan sumber air
bersih di masyarakat.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) merupakan saluran
yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan air buangan
kamar mandi, tempat cuci, dapur (bukan dari peturasan/jamban) untuk
pedesaan, sehingga air limbah tersebut dapat meresap kedalam tanah
dan tidak menjadi penyebab penyebaran penyakit serta tidak
mengotori lingkungan permukiman.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) sangat besar
pengaruhnya guna menghindarkan sarana air bersih terutama sumur
gali dari resiko pencemaran. Saluran pembuangan air limbah
dikatakan memenuhi syarat apabila tidak mencemari sumber air
bersih, tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang
nyamuk, tidak menimbulkan bau dan tidak menimbulkan becek-becek
atau pandangan yang tidak menyenangkan.
Untuk proporsi Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang
memenuhi syarat, diukur dari perbandingan SPAL yang sehat dengan
SPAL yang dibina dan dinyatakan dalam presentase.
Berikut persentase SPAL yang memenuhi syarat menurut
wilayah kerja puskesmas tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 126


Grafik 4.59
Persentase Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2014

Tipar 100.0%
Baros 100.0%
Kr.Tengah 98.5%
Pabuaran 90.5%
Nanggeleng 88.6%
Sukabumi 83.2%
Cipelang 81.8%
Gd.panjang 79.9%
Lms.nunggal 76.5%
Lembursitu 72.9%
Sukakarya 70.0%
Kota Sukabumi 66.9%
Cikundul 61.7%
Cbr.Hilir 53.9%
Benteng 52.1%
Selabatu 15.6%

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

2. Tempat Tempat Umum (TTU)


Tempat Tempat Umum (TTU) adalah tempat atau sarana yang
diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau perorangan yang digunakan
untuk kegiatan bagi masyarakat dengan prioritas Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Rumah Sakit Pemerintah/Swasta dan Puskesmas), Sarana
Sekolah, Hotel (Bintang dan Non Bintang). Tempat tempat umum sehat
adalah tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.
Tempat Tempat Umum (TTU) memiliki potensi sebagai tempat
terjadinya penularan penyakit, pencemaran lingkungan ataupun gangguan
kesehatan lainnya. Kondisi lingkungan tempat-tempat umum yang tidak
terpelihara, akan menambah besarnya resiko penyebaran penyakit serta

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 127


pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan
dengan menerapkan sanitasi lingkungan yang baik.
Berikut persentase Tempat Tempat Umum (TTU) memenuhi
syarat menurut wilayah kerja puskesmas tahun 2014 :

Grafik 4.60
Persentase Tempat Tempat Umum (TTU) Memenuhi Syarat
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2014

Kr.Tengah 90.9%
Lms.nunggal 90.9%
Cipelang 88.5%
Cikundul 88.2%
Tipar 87.5%
Sukakarya 85.7%
Lembursitu 81.3%
Sukabumi 81.0%
Kota Sukabumi 76.9%
Cbr.Hilir 76.9%
Selabatu 75.5%
Baros 70.6%
Nanggeleng 70.6%
Gd.panjang 64.7%
Benteng 57.1%
Pabuaran 54.5%

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

3. Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)


Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap makanan
yang disediakan di luar rumah, maka produk-produk makanan yang
disediakan oleh perusahaan atau perorangan yang bergerak dalam usaha
penyediaan makanan untuk kepentingan umum, haruslah terjamin
kesehatan dan keselamatannya. Hal ini hanya dapat terwujud bila ditunjang
dengan keadaan higiene dan sanitasi tempat-tempat pengelolaan makanan
yang baik dan dipelihara secara bersama oleh pengusaha dan masyarakat.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 128


Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) adalah usaha pengelolaan
makanan yang meliputi jasaboga atau catering, rumah makan dan
restoran, depot air minum, kantin, makanan jajanan dan tempat
pengelolaan makanan lainnya yang sejenis.
Pengelolaan makanan yang baik dan memenuhi syarat kesehatan
merupakan salah satu upaya untuk mencapai tingkat kesehatan
masyarakat yang optimal, sehingga perlu mendapat perhatian dari segi
nilai gizi, segi kemurnian, maupun dari segi kebersihan. Sebab meskipun
nilai gizi dan kemurnian baik namun kebersihan lingkungan tidak diawasi
dan dipelihara, maka makanan tersebut dapat menimbulkan penyakit
akibat kontaminasi.
Untuk itu perlu pengelolaan makanan yang memenuhi syarat
kesehatan yang disebut dengan istilah penyehatan makanan. Pengelolaan
higiene sanitasi makanan yang baik harus memperhatikan beberapa faktor
yaitu higiene sanitasi tempat, higiene sanitasi peralatan, higiene penjamah
dan higiene sanitasi makanan yang terdiri dari enam prinsip yaitu pemilihan
bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan,
penyimpanan makanan rusak, pengangkutan makanan dan penyajian
makanan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengolahan
makanan antara lain persiapan tempat pengolahan seperti dapur yang
harus memiliki persyaratan antara lain terdapat tempat pencucian
peralatan, tempat penyimpanan bahan makanan, tempat persiapan serta
tempat pengolahan.
Proporsi Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi
syarat adalah perbandingan TPM yang memenuhi syarat dengan TPM
yang dibina dalam waktu tertentu dan dinyatakan dalam persentase.
Persentase hasil pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
tahun 2014 tingkat Kota menunjukkan sebesar 33% memenuhi syarat dan
67% tidak memenuhi syarat.
Persentase pembinaan TPM menurut wilayah kerja puskesmas
tahun 2014, dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 129


Grafik 4.61
Persentase Pembinaan Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
di Kota Sukabumi Tahun 2014

Kr.Tengah 20.0% 80.0%


Lms.nunggal 37.5% 62.5%
Cipelang 22.2% 77.8%
Cikundul 54.2% 45.8%
Tipar 13.6% 86.4%
Sukakarya 77.3% 22.7%
Lembursitu 47.8% 52.2%
Sukabumi 17.1% 82.9%
Kota Sukabumi 33.0% 67.0%
Cbr.Hilir 31.3% 68.8%
Selabatu 14.1% 85.9%
Baros 29.4% 70.6%
Nanggeleng 37.5% 62.5%
Gd.panjang 60.0% 40.0%
Benteng 31.0% 69.0%
Pabuaran 33.3% 66.7%

Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat

Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

4. Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan


H. L. Blum, seorang pakar yang selama ini selalu menjadi rujukan
dan “suhu” kesehatan masyarakat melalui teorinya berpendapat bahwa
kesehatan lingkungan dan perilaku manusia merupakan dua faktor
dominan yang paling berpengaruh terhadap status kesehatan masyarakat.
Komponen perilaku dan komponen kesehatan lingkungan ini merupakan
dua faktor yang paling memungkinkan untuk diintervensi, sehingga telah
menjadi rujukan berbagai tindakan promotif dan preventif pada mayoritas
masalah penyakit dan masalah kesehatan.
Berdasarkan berbagai data dan laporan, saat ini penyakit berbasis
lingkungan masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di
Indonesia. ISPA dan Diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan
selalu masuk dalam 10 besar penyakit di hampir seluruh Puskesmas di

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 130


Indonesia selain Demam Berdarah Dengue (DBD), TB Paru, Filariasis,
Penyakit Kulit, Keracunan dan keluhan akibat lingkungan yang buruk.
Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan antara lain
disebabkan oleh faktor lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat
yang masih rendah. Berdasarkan aspek sanitasi, tingginya angka penyakit
berbasis lingkungan banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air
bersih masyarakat, pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya
tanah, air dan udara karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah
pertanian, sarana transportasi serta kondisi lingkungan fisik yang
memungkinkan.
Pengertian penyakit merupakan suatu kondisi patologis berupa
kelainan fungsi dan atau morfologi suatu organ dan atau jaringan tubuh.
Sedangkan pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
disekitarnya (benda hidup, mati, nyata, abstrak) serta suasana yang
terbentuk karena terjadi interaksi antara elemen-elemen di alam tersebut.
Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa
kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh
interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki
potensi penyakit.
Isu kesehatan lingkungan merupakan faktor risiko utama dalam
penyakit beban ganda (burden disease). Salah satu studi dari penyakit
beban ganda menyebutkan bahwa 8,4 % total penyakit beban ganda di
negara berpenghasilan rendah dan menengah disebabkan oleh 3 kondisi :
(1) air yang tidak bersih, higiene dan pembuangan tinja; (2) polusi udara
perkotaan; (3) asap dalam ruangan yag berasal dari bahan bakar. Hal ini
menempatkan masalah kesehatan lingkungan menjadi sangat penting
dalam pencapaian MDG’s.
Faktor risiko kesehatan lingkungan dilaksanakan dalam bentuk
Klinik Sanitasi, yaitu suatu wahana untuk mengatasi masalah kesehatan
masyarakat yang terintegrasi antara kesehatan lingkungan untuk
pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan dan bantuan
teknis dari Petugas Puskesmas. Klinik sanitasi merupakan bagian integral
dari kegiatan puskesmas dan bekerjasama dengan program lain dari sektor
terkait.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 131


Kegiatan klinik sanitasi yang dilaksanakan melalui 2 tahap yaitu di
dalam gedung dan di luar gedung. Kegiatan dalam gedung yaitu dengan
melakukan konseling terhadap pasien yang menderita penyakit berbasis
lingkungan. Kemudian kegiatan luar gedung dengan melakukan kunjungan
lapangan kondisi lingkungan sekitar rumah pasien yang menderita penyakit
berbasis lingkungan.
Penilaian faktor risiko kesehatan lingkungan melalui klinik sanitasi
yang dilaksanakan oleh petugas puskesmas dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 4.14
Penilaian Faktor Risiko Kesehatan Lingkungan
di Kota Sukabumi Tahun 2014
Faktor Dominan
Konseling
Penyebab Penyakit
Jml Kasus
PBL yang Kunjungan
No Puskesmas Jml Kasus Jml Kasus
ditemukan Lapangan
PBL PBL Non Perilaku Lingkungan
di lapangan
Rujukan Rujukan
(Kader,
DKK/RS)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Cipelang 32 0 90 42 0 42
2 Karang Tengah 88 0 88 88 45 43
3 Selabatu 277 41 111 322 302 65
4 Sukabumi 87 11 49 266 214 52
5 Tipar 97 32 50 106 84 23
6 Nanggeleng 22 0 53 37 32 5
7 Gedongpanjang 23 6 29 47 27 20
8 Benteng 49 7 55 47 15 31
9 Pabuaran 75 2 28 173 80 93
10 Sukakarya 79 0 0 73 68 66
11 Baros 0 0 0 0 0 0
12 Lembursitu 110 6 87 126 56 4
13 Cikundul 56 0 0 56 56 0
14 Cibeureum Hilir 10 0 0 8 6 4
15 Limusnunggal 24 0 27 38 27 11

KOTA SUKABUMI 1029 105 667 1429 1012 515


Sumber : Seksi Penyehatan Lingkungan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 132


BAB V
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

A. Sarana Kesehatan
Untuk mencapai pembangunan yang berkualitas tentunya diperlukan
sumber daya yang juga berkualitas, sehingga perlu diupayakan kegiatan dan
strategi pemerataan kesehatan dengan mendayagunakan segenap potensi
yang ada.
Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana,
tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta
fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. (Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan).
Sumber daya kesehatan juga diartikan sebagai perangkat keras dan
perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya
kesehatan.
Sumber daya kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun
berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan
tenaga kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Begitupun dengan perbekalan kesehatan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan sebagai sumber daya kesehatan meliputi
sediaan farmasi dan alat kesehatan serta perbekalan lainnya yang terjangkau
oleh masyarakat. Perbekalan kesehatan merupakan unsur penting dalam
upaya kesehatan khususnya obat, bahan obat dan alat kesehatan.
Sebagai salah satu komponen dari sumber daya kesehatan, sarana
kesehatan meliputi Balai Pengobatan (BP), Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus, praktek dokter,
praktek dokter gigi, praktek dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat,
apotek, pedagang besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium
kesehatan, balai pelatihan kesehatan dan sarana kesehatan lainnya.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 133


Sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan merupakan bagian yang
tak tergantikan dalam pengelolaan kesehatan. Akses terhadap obat terutama
obat essensial merupakan salah satu hak azasi manusia. Dengan demikian
penyediaan obat essensial merupakan kewajiban bagi pemerintah baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di kabupaten/kota
dipusatkan di UPOPPK (Unit Pengelola Obat Publik & Perbekalan
Kesehatan). Dalam hal ini, di Kota Sukabumi sendiri unit tersebut dikelola oleh
Seksi Perbekalan Kesehatan. Kebijakan pengelolaan obat dilaksanakan oleh
melalui strategi “One Gate Policy Drug Supply Management” dengan fungsi
meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan
dan pelaporan, juga evaluasi yang terintegrasi dengan unit kerja terkait.
Kaitannya dengan peran serta masyarakat sebagai sumber daya
kesehatan, masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam
penyelenggaraan program dan upaya kesehatan beserta sumber dayanya.
Penyelenggaraan upaya kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah
dan masyarakat. Masyarakat tidaklah menjadi objek semata, tetapi sekaligus
merupakan subjek penyelenggaraan upaya kesehatan. Masyarakat
memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan beserta sumber dayanya mulai dari
inventaris masalah, perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap penilaian.
Sedangkan peran serta dapat berbentuk sumbangan pemikiran, tenaga
sumber daya lainnya seperti kelembagaan, sarana serta dana.
Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan
dasar atau melakukan upaya kesehatan rujukan. Selain itu, sarana kesehatan
dapat juga di pergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan
serta penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang
kesehatan. Sarana kesehatan meliputi rumah sakit, apotek, praktek dokter,
toko obat, laboratorium kesehatan, dan lain-lain.
Sarana Kesehatan sebagai input bagi berlangsungnya pelayanan
kesehatan secara umum meliputi sarana kesehatan yang dimiliki pemerintah,
sarana kesehatan bersumberdaya masyarakat dan sarana kesehatan swasta.
Sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang ada di Kota
Sukabumi terdiri dari 2 RSUD dan 15 Puskesmas ditambah dengan 20

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 134


Puskesmas Pembantu, juga ditambah dengan sarana kesehatan bersumber
daya masyarakat setempat sejumlah 447 Posyandu.
Data ketersediaan sarana kesehatan yang ada di Kota Sukabumi
baik milik pemerintah maupun swasta disajikan pada tabel-tabel berikut ini :

Tabel 5.1
Sarana Pelayanan Kesehatan
di Kota Sukabumi Tahun 2014
Kepemilikan
No Fasilitas Kesehatan Pem. TNI/ Jumlah
Swasta
Kota POLRI
1 2 3 4 5 6

Rumah Sakit
1 Rumah Sakit Umum 1 2 4 7
2 Rumah Sakit Khusus 1 1
Puskesmas dan Jaringannya
1 Puskesmas Rawat Inap 4 4
- Jumlah Tempat Tidur 20 20
2 Puskesmas Non Rawat 11 11
3 IPuskesmas Keliling 15 15
4 Puskesmas Pembantu 20 20
Sarana Pelayanan Lain
1 Rumah Bersalin 0
2 Balai Pengobatan/Klinik 11 11
3 Praktik Dokter Bersama 14 14
4 Praktik Dokter Perorangan 84 84
Praktik Pengobatan
5 93 93
Tradisional
6 Bank Darah Rumah Sakit 1 1
7 Unit Transfusi Darah 1 1
Sarana Produksi dan Distribusi Kefarmasian
1 Industri Farmasi 0
2 Industri Obat Tradisional 0
Usaha Kecil Obat
3 2 2
Tradisional
4 Produksi Alat Kesehatan 0
5 Pedagang Besar Farmasi 3 3
6 Apotek 1 50 51
7 Toko Obat 14 14
8 Penyalur Alat Kesehatan 1 1
Sumber : Seksi Binsarkes

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 135


Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kesehatan.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di wilayah
Kabupaen/Kota.
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW).
Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab
langsung kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Mengacu kepada Perda Nomor 15 tanggal 27 September Tahun
2000 mengenai wilayah administrasi Kota Sukabumi, wilayah kerja
puskesmaspun belum mengalami perubahan, termasuk jumlah Puskesmas
dan Puskesmas Pembantu (Pustu).
Data jumlah puskesmas, puskesmas pembantu dan wilayah kerja
puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.2
Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan
Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Sukabumi
Tahun 2014
Wil.Kerja
No Kecamatan Puskesmas Pusk.Pembantu
(Kelurahan)
1 2 3 4 5
1 Cikole Selabatu 1. Kabandungan Selabatu
2. Cisarua Cikole
Gunungparang
Sukabumi 1. Kebonjati Kebonjati
Cisarua
2. Subangjaya Subangjaya
2 Citamiang Tipar 1. Cikondang Cikondang
Tipar

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 136


Wil.Kerja
No Kecamatan Puskesmas Pusk.Pembantu
(Kelurahan)
1 2 3 4 5
Nanggeleng - Nanggeleng
Gedongpanjang - Gedongpanjang
Citamiang
3 Gunungpuyuh Cipelang 1. Gunungpuyuh Gunungpuyuh
2. Sriwedari Sriwedari
Karang Tengah 1. Karamat Karamat
2. Garung Karang Tengah
4 Warudoyong Benteng 1. Dayeuh Luhur Dayeuh Luhur
Benteng
Sukakarya - Sukakarya
Pabuaran 1. Pejagalan Nyomplong
2. Warudoyong Warudoyong
5 Baros Baros 1. Sudajaya Hilir Sudajaya Hilir
2. Jayamekar Jayamekar
Jayaraksa
Baros
6 Lembursitu Cikundul 1. Cicadas Cikundul
2. Sindangsari Sindangsari
3. Cipanengah Cipanengah
Lembursitu 1. Situmekar Situmekar
Lembursitu
7 Cibeureum Hilir Cibeureum Hilir 1. Babakan Babakan
Cibeureum Hilir
Limusnunggal 1. Sindangpalay Sindangpalay
Limusnunggal
JML 7 15 20 33
Sumber : Lap. Inventori

B. Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif
dan profesional dibidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau
tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.
Ada 2 bentuk dan cara penyelenggaraan sumber daya kesehatan,
yaitu :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 137


1. Tenaga kesehatan, yaitu semua semua orang yang bekerja secara aktif
dan profesional dibidang kesehatan, berpendidikan formal kesehatan atau
tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upaya kesehatan.
2. Sumber daya kesehatan, yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upaya
perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga
kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat
kesehatan masyarakat setinggi-tingginya.
Sumber daya kesehatan secara khusus bertujuan untuk
menghasilkan sumber daya kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai
berikut :
1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan
teknologi dibidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan
memahami pendekatan, metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan
keterampilan penerapannya didalam pengembangan dan pengelolaan
sumber daya manusia kesehatan.
2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah
pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan
melalui kegiatan penelitian.
3. Mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan
dengan ketajaman analisis permasalahan kesehatan, merumuskan dan
melakukan advokasi program dan kebijakan kesehatan dalam rangka
pengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan.
Derajat kesehatan masyarakat seperti mortalitas, morbiditas, status
gizi dan usia harapan hidup merupakan gambaran upaya pembangunan
kesehatan yang telah dilaksanakan. Penurunan angka kesakitan pada
sebagian besar penyakit merupakan hasil dari upaya pengendalian beberapa
kasus penyakit menular, peningkatan status gizi masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung. Hasil yang telah dicapai juga tak lepas dari
sumber daya manusia sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat baik pihak pemerintah maupun pihak swasta serta partisipasi
masyarakat.
Hasil yang telah dicapai juga tak lepas dari sumber daya manusia,
baik sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara langsung

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 138


di tingkat puskesmas maupun pemegang program yang ada di Dinas
Kesehatan.
1. Rasio Dokter Umum Per Satuan Penduduk
Rasio ini diperoleh dari jumlah dokter umum yang memiliki Surat
Tanda Registrasi (STR) dibandingkan dengan jumlah penduduk. Jumlah
dokter umum yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) tahun 2014
sebanyak 181 dokter umum, sehingga rasio dokter umum per 1.000
penduduk adalah sebesar 0,57 atau 57,5 dokter umum per 100.000
penduduk. Target rasio dokter umum adalah sebesar 36 per 100.000
penduduk.
Rasio dokter umum di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 38,1
dokter umum per 100.000 penduduk. Sementara di Jawa Barat, rasio
dokter umum adalah 33,1 dokter umum per 100.000 penduduk. Hal ini
menunjukkan bahwa di Kota Sukabumi, jumlah dokter umum telah melebihi
rasio tenaga dokter umum nasional dan provinsi.
2. Rasio Dokter Spesialis Per Satuan Penduduk
Sama halnya dengan rasio dokter umum, rasio dokter spesialis
diperoleh dari jumlah dokter spesialis yang memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR) dibandingkan dengan jumlah penduduk. Jumlah dokter spesialis
pada tahun 2014 yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) sebanyak 80
dokter spesialis, sehingga diperoleh rasio sebesar 0,25 per 1.000
penduduk atau 25 dokter spesialis per 100.000 penduduk. Target dokter
spesialis adalah sebesar 0,22 per 1000 penduduk atau 22 dokter spesialis
per 100.000 penduduk.
Rasio dokter spesialis di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 9,9
dokter spesialis per 100.000 penduduk, di Jawa Barat sebesar 7,6 dokter
spesialis per 100.000 penduduk. Sehingga di Kota Sukabumi, rasio dokter
spesialispun telah melebihi rasio tenaga dokter spesialis ditingkat provinsi
maupun nasional.
3. Rasio Dokter Gigi Per Satuan Penduduk
Terdapat 63 dokter gigi yang memiliki Surat Tanda Registrasi
(STR) pada tahun 2014. Sehingga rasio dokter gigi per 1.000 penduduk
sebesar 0,20 atau 20 dokter gigi per 100.000 penduduk. Target dokter gigi

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 139


sendiri sebesar 0,12 per 1.000 penduduk atau 12 dokter gigi per 100.000
penduduk.
Rasio dokter gigi di Kota Sukabumi juga telah melebihi rasio
dokter gigi tingkat provinsi maupun nasional yang hanya mencapai 9,9
dokter gigi per 100.000 penduduk.
4. Rasio Tenaga Keperawatan Per Satuan Penduduk
Terdapat 274 orang tenaga Perawat dan 213 orang tenaga Bidan
yang memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) di Kota Sukabumi pada tahun
2014. Dari angka tersebut diperoleh rasio tenaga keperawatan (perawat
dan bidan) sebesar 3,45 tenaga keperawatan per 1.000 penduduk atau 345
tenaga keperawatan per 100.000 penduduk. Target tenaga keperawatan
adalah sebesar 293 tenaga keperawatan per 100.000 penduduk.
Untuk rasio tenaga perawat sendiri, pada tahun 2014 adalah 0,87
tenaga perawat per 1.000 penduduk atau 87 tenaga perawat per 100.000
penduduk. Rasio tenaga perawat di Indonesia pada tahun 2013 adalah
sebesar 116,1 tenaga perawat per 100.000 penduduk dan ditingkat provinsi
sebesar 68,2 tenaga perawat per 100.000 penduduk. Melihat data tersebut,
maka rasio tenaga perawat di Kota Sukabumi diatas rasio tenaga perawat
di Jawa Barat, tetapi masih lebih rendah dari rasio ditingkat nasional.
Sedangkan rasio tenaga bidan di Indonesia pada tahun 2013
sebesar 55,2 tenaga bidan per 100.000 penduduk, ditingkat provinsi
sebesar 29,2 tenaga bidan per 100.000 penduduk. Di Kota Sukabumi pada
tahun 2014 ini rasio tenaga bidan sebesar 0,67 per 1.000 penduduk atau
67 tenaga bidan per 100.000 penduduk. Maka angka tersebut telah
melebihi rasio tenaga bidan di Jawa Barat maupun di tingkat nasional.
Berikut jumlah dan sebaran SDM Kesehatan baik ditingkat Puskesmas
maupun Rumah Sakit di Kota Sukabumi pada tahun 2014 :

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 140


Tabel 5.3
Jumlah Tenaga Kedokteran di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014
DOKTER
NO UNIT KERJA DR SPESIALIS a DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI
SPESIALIS GIGI
TOTAL
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Puskesmas Cipelang 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 2 3 0 0 0 1 2 3
2 Puskesmas Karang Tengah 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1
3 Puskesmas Selabatu 0 0 0 1 2 3 1 2 3 0 3 3 0 0 0 0 3 3
4 Puskesmas Sukabumi 0 0 0 1 2 3 1 2 3 0 1 1 0 0 0 0 1 1
5 Puskesmas Tipar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1
6 Puskesmas Nanggeleng 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1
7 Puskesmas Gedongpanjang 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1
8 Puskesmas Benteng 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 1 0 0 0 0 1 1
9 Puskesmas Pabuaran 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1
10 Puskesmas Sukakarya 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Puskesmas Baros 0 0 0 0 2 2 0 2 2 0 1 1 0 0 0 0 1 1
12 Puskesmas Lembursitu 0 0 0 2 1 3 2 1 3 0 1 1 0 0 0 0 1 1
13 Puskesmas Cikundul 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1
14 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1
15 Puskesmas Limusnunggal 0 0 0 1 1 2 1 1 2 1 0 1 0 0 0 1 0 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 0 0 0 10 14 24 10 14 24 5 13 18 0 0 0 5 13 18
1 RSUD R. Syamsudin, SH 26 12 38 14 23 37 40 35 75 0 2 2 1 1 2 1 3 4
2 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 10 0 10 4 4 8 14 4 18 0 1 1 0 0 0 0 1 1
3 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4 RSI ASSYIFA 28 10 38 8 4 12 36 14 50 0 4 4 0 0 0 0 4 4
5 RS RIDOGALIH 6 0 6 3 4 7 9 4 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 RSB Klinik Bahagia 4 1 5 1 1 4 2 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 RS Kartika MC 20 8 28 7 3 10 27 11 38 0 2 2 0 1 1 0 3 3
8 RS Pelita Rakyat Sukabumi 0 0 0 2 2 4 2 2 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 94 31 125 38 41 79 132 72 204 0 9 9 1 2 3 1 11 12
1 LABKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 UPT JAMKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DINAS KESEHATAN 0 0 0 3 4 7 3 4 7 0 1 1 0 0 0 0 1 1
JUMLAH (KOTA) 94 31 125 51 59 110 145 90 235 5 23 28 1 2 3 6 25 31
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 36.5 32.2 68.7 8.2 0.9 9.1
Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 141


Tabel 5.4
Jumlah Tenaga Bidan, Perawat dan Gizi di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014
PERAWATa NUTRISIONIS DIETISIEN
NO UNIT KERJA BIDAN
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 3 4 5 6 7 8
1 Puskesmas Cipelang 4 1 6 7 0 1 1 0 0 0
2 Puskesmas Karang Tengah 3 3 4 7 0 1 1 0 0 0
3 Puskesmas Selabatu 4 3 5 8 0 0 0 0 0 0
4 Puskesmas Sukabumi 10 2 5 7 0 1 1 0 0 0
5 Puskesmas Tipar 4 1 4 5 0 0 0 0 0 0
6 Puskesmas Nanggeleng 3 0 2 2 0 1 1 0 0 0
7 Puskesmas Gedongpanjang 3 0 4 4 0 1 1 0 0 0
8 Puskesmas Benteng 3 4 1 5 0 1 1 0 0 0
9 Puskesmas Pabuaran 3 1 1 2 1 0 1 0 0 0
10 Puskesmas Sukakarya 5 4 0 4 0 1 1 0 0 0
11 Puskesmas Baros 9 2 6 8 0 1 1 0 0 0
12 Puskesmas Lembursitu 7 2 5 7 0 1 1 0 0 0
13 Puskesmas Cikundul 4 3 3 6 0 1 1 0 0 0
14 Puskesmas Cibeureum Hilir 4 1 5 6 0 1 1 0 0 0
15 Puskesmas Limusnunggal 4 1 1 2 0 1 1 0 0 0
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 70 28 52 80 1 12 13 0 0 0
1 RSUD R. Syamsudin, SH 98 184 331 515 0 13 13 0 0 0
2 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 9 15 22 37 0 0 0 0 0 0
3 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - - - - - -
4 RSI ASSYIFA 17 36 98 134 0 0 0 0 3 3
5 RS RIDOGALIH 11 4 11 15 0 1 1 0 0 0
6 RSB Klinik Bahagia 7 0 6 6 0 0 0 0 0 0
7 RS Kartika MC 12 19 79 98 0 0 0 0 0 0
8 RS Pelita Rakyat Sukabumi 4 4 4 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 158 262 547 809 0 14 14 0 3 3
1 LABKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 UPT JAMKES 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
3 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN) 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
DINAS KESEHATAN 6 3 9 12 1 1 2 0 0 0
JUMLAH (KOTA) 234 293 608 901 3 0 30 0 3 3
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 68.4 263.4 8.8 0.9
Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 142


Tabel 5.5
Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014
TENAGA KEFARMASIAN
NO UNIT KERJA TENAGA TEKNIS KEFARMASIANa APOTEKER TOTAL
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Cipelang 0 1 1 0 0 0 0 1 1
2 Puskesmas Karang Tengah 0 1 1 0 0 0 0 1 1
3 Puskesmas Selabatu 0 1 1 0 0 0 0 1 1
4 Puskesmas Sukabumi 1 0 1 0 0 0 1 0 1
5 Puskesmas Tipar 0 1 1 0 0 0 0 1 1
6 Puskesmas Nanggeleng 0 1 1 0 0 0 0 1 1
7 Puskesmas Gedongpanjang 0 1 1 0 0 0 0 1 1
8 Puskesmas Benteng 0 1 1 0 0 0 0 1 1
9 Puskesmas Pabuaran 0 1 1 0 0 0 0 1 1
10 Puskesmas Sukakarya 0 1 1 0 0 0 0 1 1
11 Puskesmas Baros 0 1 1 0 0 0 0 1 1
12 Puskesmas Lembursitu 0 1 1 0 1 1 0 2 2
13 Puskesmas Cikundul 1 1 0 0 0 1 0 1
14 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 1 1 0 0 0 0 1 1
15 Puskesmas Limusnunggal 0 1 1 0 0 0 0 1 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 2 13 15 0 1 1 2 14 16
1 RSUD R. Syamsudin, SH 4 5 9 3 4 7 7 9 16
2 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 1 2 3 0 1 1 1 3 4
3 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - - - - -
4 RSI ASSYIFA 1 8 9 2 1 3 3 9 12
5 RS RIDOGALIH 3 2 5 1 0 1 4 2 6
6 RSB Klinik Bahagia 0 1 1 0 1 1 0 2 2
7 RS Kartika MC 4 20 24 1 1 2 5 21 26
8 RS Pelita Rakyat Sukabumi 1 0 1 1 0 1 2 0 2
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 14 38 52 8 8 16 22 46 68
1 LABKESDA 0 0 0 1 0 1 0 0 0
2 UPT JAMKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN) 0 0 0 1 0 1 0 0 0
DINAS KESEHATAN 1 2 3 0 1 1 0 0 0
JUMLAH (KOTA) 17 53 70 9 10 19 24 60 84
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 20.5 5.6 24.6
Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 143


Tabel 5.6
Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat & Tenaga Kesehatan Lingkungan di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014
KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGAN
NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Puskesmas Cipelang 1 0 2 1 0 1
2 Puskesmas Karang Tengah 0 0 0 0 1 1
3 Puskesmas Selabatu 1 1 2 1 0 1
4 Puskesmas Sukabumi 0 1 1 0 1 1
5 Puskesmas Tipar 0 0 0 0 1 1
6 Puskesmas Nanggeleng 0 1 1 0 1 1
7 Puskesmas Gedongpanjang 1 0 1 0 0 0
8 Puskesmas Benteng 0 1 1 0 1 1
9 Puskesmas Pabuaran 0 1 1 0 1 1
10 Puskesmas Sukakarya 0 1 1 0 1 1
11 Puskesmas Baros 1 0 1 1 0 1
12 Puskesmas Lembursitu 0 1 1 0 1 1
13 Puskesmas Cikundul 0 0 0 0 0 0
14 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 0 0 0 0 0
15 Puskesmas Limusnunggal 1 1 2 1 0 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 5 8 14 4 8 12
1 RSUD R. Syamsudin, SH 6 4 10 0 5 5
2 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 0 1 1 0 0 0
3 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - -
4 RSI ASSYIFA 1 0 1 1 0 1
5 RS RIDOGALIH 0 0 0 0 0 0
6 RSB Klinik Bahagia 0 0 0 0 0 0
7 RS Kartika MC 0 0 0 0 0 0
8 RS Pelita Rakyat Sukabumi 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 7 5 12 1 5 6
1 LABKESDA 0 0 0 0 0 0
2 UPT JAMKES 1 0 1 0 0 0
3 STIKES 1 2 3 0 0 0
SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN) 2 2 4 0 0 0
DINAS KESEHATAN 6 14 20 4 0 4
JUMLAH (KOTA) 20 29 50 9 13 22
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 14.6 6.4
Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 144


Tabel 5.7
Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014
TENAGA TEKNISI MEDIS
NO UNIT KERJA FISIOTERAPI TERAPI OKUPASI TERAPI WICARA AKUPUNKTUR PERAWAT GIGI
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Puskesmas Cipelang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
2 Puskesmas Karang Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
3 Puskesmas Selabatu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
4 Puskesmas Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
5 Puskesmas Tipar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Puskesmas Nanggeleng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
7 Puskesmas Gedongpanjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Puskesmas Benteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Puskesmas Pabuaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
10 Puskesmas Sukakarya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
11 Puskesmas Baros 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
12 Puskesmas Lembursitu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
13 Puskesmas Cikundul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
14 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
15 Puskesmas Limusnunggal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 13
1 RSUD R. Syamsudin, SH 1 4 5 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 3 4
2 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - - - - - - - - - - -
4 RSI ASSYIFA 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
5 RS RIDOGALIH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 RSB Klinik Bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 RS Kartika MC 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 RS Pelita Rakyat Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 1 9 10 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 5 6
1 LABKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 UPT JAMKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DINAS KESEHATAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
JUMLAH (KOTA) 1 9 10 0 1 1 0 1 1 0 0 0 2 18 20
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 2.9 0.3 0.3 0.0 5.8
Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 145


…Lanjutan Tabel 5.7
Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014
TENAGA TEKNISI MEDIS
NO UNIT KERJA RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI ELEKTROMEDIS TEKNISI GIGI ANALISIS KESEHATAN
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Puskesmas Cipelang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2
2 Puskesmas Karang Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
3 Puskesmas Selabatu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
4 Puskesmas Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
5 Puskesmas Tipar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
6 Puskesmas Nanggeleng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
7 Puskesmas Gedongpanjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
8 Puskesmas Benteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
9 Puskesmas Pabuaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
10 Puskesmas Sukakarya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
11 Puskesmas Baros 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2
12 Puskesmas Lembursitu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
13 Puskesmas Cikundul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
14 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
15 Puskesmas Limusnunggal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 11 17
1 RSUD R. Syamsudin, SH 3 4 7 0 0 0 2 2 4 0 0 0 10 15 25
2 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3
3 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO 0 0 0 0 0 0 - - - - - - - - -
4 RSI ASSYIFA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 RS RIDOGALIH 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1
6 RSB Klinik Bahagia 1 1 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 5 6
7 RS Kartika MC 1 4 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 2 10
8 RS Pelita Rakyat Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 6 10 16 0 0 0 2 3 5 0 0 0 20 25 45
1 LABKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 8
2 UPT JAMKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7 8
DINAS KESEHATAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KOTA) 6 10 16 0 0 0 2 3 5 0 0 0 27 43 70
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK
Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 146


…Lanjutan Tabel 5.7
Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014
TENAGA TEKNISI MEDIS
NO UNIT KERJA REFRAKSIONIS REKAM MEDIS DAN TEKNISI TRANSFUSI TEKNISI
ORTETIK PROSTETIK
OPTISIEN INFORMASI KESEHATAN DARAH KARDIOVASKULER
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
1 Puskesmas Cipelang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Puskesmas Karang Tengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Puskesmas Selabatu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Puskesmas Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Puskesmas Tipar 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Puskesmas Nanggeleng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Puskesmas Gedongpanjang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Puskesmas Benteng 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Puskesmas Pabuaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Puskesmas Sukakarya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Puskesmas Baros 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Puskesmas Lembursitu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Puskesmas Cikundul 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Puskesmas Cibeureum Hilir 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Puskesmas Limusnunggal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 RSUD R. Syamsudin, SH 1 1 2 0 0 0 4 5 9 1 3 4 0 0 0
2 RS Bhayangkara SETUKPA LEMDIKPOL 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
3 RUMKIT BAN 03.08.01 PANGRANGO - - - - - - - - - - - - - - -
4 RSI ASSYIFA 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
5 RS RIDOGALIH 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
6 RSB Klinik Bahagia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 RS Kartika MC 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 RS Pelita Rakyat Sukabumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 1 1 2 0 0 0 5 7 12 1 3 4 0 0 0
1 LABKESDA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 UPT JAMKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 STIKES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH III (SARANA YANKES LAIN) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
DINAS KESEHATAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KOTA) 1 1 2 0 0 0 5 7 12 1 3 4 0 0 0
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK
Sumber : Sub. Bag. Umum & Kepegawaian

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 147


C. Pembiayaan Kesehatan
Biaya kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memnfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem yang
mengatur tentang besarnya alokasi dana yang harus disediakan untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pembiayaan kesehatan dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu :
1. Penyedia pelayanan kesehatan (Health Provider)
Merupakan besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan. Dengan pengertian yang seperti ini
tampak bahwa kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah
persoalan utama pemerintah dan ataupun pihak swasta, yakni pihak-
pihak yang akan menyelenggarakan upaya kesehatan.
2. Pemakai jasa pelayanan
Pembiayaan kesehatan dari sudut pemakai jasa pelayanan (Health
Consumer) adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk dapat
memanfaatkan jasa pelayanan. Berbeda dengan pengertian pertama,
maka biaya kesehatan disini menjadi persoalan utama para pemakai jasa
pelayanan. Dalam batas-batas tertentu, pemerintah juga ikut andil yakni
dalam rangka terjaminnya pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat yang membutuhkannya.
Fungsi pembiayaan kesehatan dikatakan baik apabila memenuhi
beberapa syarat pokok, diantaranya :
1. Jumlah
Syarat utama dari biaya kesehatan haruslah tersedia dalam jumlah yang
cukup. Yang dimaksud cukup adalah dapat membiayai penyelenggaraan
semua upaya kesehatan yang dibutuhkan serta tidak menyulitkan
masyarakat yang ingin memanfaatkannya.
2. Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai dengan kebutuhan. Jika
dana yang tersedia tidak dapat dialokasikan dengan baik, maka akan
menyulitkan penyelenggaraan setiap upaya kesehatan.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 148


3. Pemanfaatan
Sekalipun jumlah dan penyebaran dana baik, tetapi jika pemanfaatannya
tidak mendapat pengaturan yang optimal, maka akan banyak
menimbulkan masalah yang jika berkelanjutan akan menyulitkan
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
Untuk dapat memenuhi syarat-syarat pokok tersebut maka perlu
dilakukan beberapa hal, yakni :
1. Peningkatan efektifitas
Peningkatan efektifitas dilakukan dengan mengubah penyebaran atau
alokasi penggunaan sumber dana. Berdasarkan pengalaman yang
dimiliki, maka alokasi tersebut lebih diutamakan pada upaya kesehatan
yang menghasilkan dampak yang lebih besar seperti mengutamakan
pencegahan daripada pengobatan penyakit.
2. Peningkatan efisiensi
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan memperkenalkan berbagai
mekanisme pengawasan dan pengendalian.
Adanya sektor pemerintah dan sektor swasta dalam penyelenggaraan
kesehatan sangat mempengaruhi perhitungan total biaya kesehatan suatu
daerah. Total biaya dari sektor pemerintah tidak dihitung dari besarnya dana
yang dikeluarkan oleh pemakai jasa (income pemerintah), tapi dari besarnya
dana yang dikeluarkan oleh pemerintah (expence) untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Total biaya kesehatan adalah penjumlahan biaya dari
sektor pemerintah dengan besarnya dana yang dikeluarkan pemakai jasa
pelayanan untuk sektor swasta.
Pembiayaan kesehatan semakin meningkat dari waktu ke waktu dan
dirasakan berat baik oleh pemerintah, dunia usaha terlebih masyarakat pada
umumnya. Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan
menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang
dibutuhkannya. Keadaan ini terjadi terutama pada keadaan dimana
pembiayaannya harus ditanggung sendiri (out of pocket) dalam sistem tunai
(fee for service). Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi
canggih, karakter supply induced demand dalam pelayanan kesehatan, pola
pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan kesehatan, pola penyakit
kronik dan degeneratif serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 149


ini sulit diatasi oleh kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun
masyarakat. Peningkatan biaya ini mengancam akses dan mutu pelayanan
kesehatan.
Tahun Anggaran 2014 Dinas Kesehatan Kota Sukabumi mendapat
alokasi anggaran sebesar Rp. 59.425.600.200,00 atau naik sebesar 4,74%
dari anggaran tahun sebelumnya sebesar Rp. 4.488.132.000,00 yang
bersumber dari APBD Kota Sukabumi yang dialokasikan untuk Belanja
Tidak Langsung Rp. 24.780.705.500,00 dan Belanja Langsung
Rp. 34.644.894.700,00.
Pengelolaan keuangan Dinas Kesehatan berpedoman kepada
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007.
Anggaran Dinas Kesehatan diperuntukkan khusus untuk membiayai kegiatan-
kegiatan yang telah diprogramkan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA)
OPD Tahun 2014 untuk kemudian ditetapkan dalam Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi Tahun Anggaran 2014.
Alokasi dan realisasi anggaran kesehatan tahun anggaran 2014 di Dinas
Kesehatan, dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :

Tabel 5.8
Anggaran Kesehatan Berbagai Sumber
di Dinas Kesehatan Kota Sukabumi
Tahun Anggaran 2014
ALOKASI ANGGARAN
NO SUMBER BIAYA KESEHATAN
Rupiah %
1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER :

1 APBD KOTA 44.524.047.826,- 72,35


a. Belanja Langsung 19.743.342.326,- 32,08
b. Belanja Tidak Langsung 24.780.705.500,- 40,27

2 APBD PROVINSI 1.769.600.000,- 2,88

3 APBN : 13.392.512.274,- 21,76


- Dana Dekonsentrasi 120.267.000,- 0,20

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 150


ALOKASI ANGGARAN
NO SUMBER BIAYA KESEHATAN
Rupiah %
1 2 3 4
- Dana Alokasi Khusus (DAK) 3.803.987.274,- 6,18
- JKN 8.050.008.000,- 13,08
- TP-BOK 1.418.250.000,- 2,30

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 578.434.836,- 0,94


a. GF 549.080.836,- 0,89
b. HCPI 29.354.000,- 0,05

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 1.277.957.100,- 2,08


DBHCHT 1.277.957.100,- 2,08

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 61.542.552.036,- 100,0

TOTAL APBD KOTA 1.075.489.320.234,-

% APBD KESEHATAN THD APBD KOTA 4,14

ANGGARAN KESEHATAN PER KAPITA 179.903,74


Sumber : Sub. Bag. Keuangan

Tabel 5.9
Anggaran Kesehatan Berbagai Sumber
di Kota Sukabumi Tahun Anggaran 2014
ALOKASI ANGGARAN
NO SUMBER BIAYA KESEHATAN
Rupiah %
1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER :

1 APBD KOTA 292.246.572.954,- 89,21


c. Belanja Langsung 233.172.881.454,- 71,17
d. Belanja Tidak Langsung 59.073.691.500,- 18,03

2 APBD PROVINSI 16.964.510.720,- 5,18

3 APBN : 14.856.667.274,- 4,53


- Dana Dekonsentrasi 120.267.000,- 0,04
- Dana Alokasi Khusus (DAK) 5.268.142.274,- 1,61
- JKN 8.050.008.000,- 2,46
- TP-BOK 1.418.250.000,- 0,43

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) 578.434.836,- 0,18


c. GF 549.080.836,- 0,17
d. HCPI 29.354.000,- 0,01

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN 2.960.270.228,- 0,90


DBHCHT 2.960.270.228,- 0,90

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 151


ALOKASI ANGGARAN
NO SUMBER BIAYA KESEHATAN
Rupiah %
1 2 3 4
TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 327.606.456.012,- 100,0

TOTAL APBD KOTA 1.075.489.320.234,-

% APBD KESEHATAN THD APBD KOTA 27,17

ANGGARAN KESEHATAN PER KAPITA 957.672,80


Sumber : Sub. Bag. Keuangan

Dari data diatas, alokasi anggaran di Dinas Kesehatan menurun


dibandingkan tahun 2013. Meskipun anggaran kesehatan Kota Sukabumi
merupakan yang terbesar di Indonesia yaitu sebesar 27,17% dari total
anggaran kota, namun besaran tersebut didominasi oleh sektor kuratif
(Rumah Sakit). Dan hal ini masih menjadi salah satu kendala dalam
pelaksanaan program/kegiatan prioritas, terutama untuk peningkatan upaya
promotif dan preventif.
Sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun Anggaran 2014
diperuntukkan untuk kegiatan rehab puskesmas pembantu yaitu Puskesmas
Pembantu Cisarua dan Kabandungan, rehab Puskesmas Cikundul,
pengadaan obat generik, pengadaan kendaraan Puskesmas Keliling,
pengadaan alat kesehatan bagi Puskesmas Non Perawatan dan Puskesmas
PONED serta pembangunan IPAL.
Untuk Bantuan Gubernur sendiri, tahun 2014 dilaksanakan melalui
kegiatan pemberian beasiswa untuk PNS yaitu Tugas Belajar D-III bagi
perawat dan farmasi sebanyak 3 orang di Politeknik Kesehatan Bandung.
Kegiatan lainnya yaitu pelayanan operasi katarak dan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin diluar kuota SK Walikota. Dari total anggaran
Rp. 1.652.300.000,00 terserap Rp. 1.525.349.571,00 atau sebesar 92.32%.
Realisasi angaran untuk kegiatan pemberian beasiswa bagi PNS sebesar 0 %
dari anggaran sebesar Rp. 117,300,000,00. Anggaran operasi katarak yang
ditargetkan 30 orang, tetapi yang dilaksanakan hanya 21 orang dengan
realisasi Rp. 26.180,000,00 (74.8%).
Alokasi anggaran beasiswa bagi PNS tidak terserap dikarenakan
anggaran tersebut baru dianggarkan oleh provinsi pada saat perubahan dan
adanya miskomunikasi antara Pelaksana di Provinsi dengan Pelaksana di

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 152


Dinas Kesehatan. Anggaran tersebut sedang diupayakan untuk diluncurkan
dan dapat direalisasikan pada tahun 2015. Adapun operasi katarak yang
dialokasikan untuk 35 orang masyarakat miskin, setelah dilakukan pendataan
dan pendaftaran hanya 21 orang yang dapat dioperasi.
Untuk anggaran yang bersumber APBN, tidak semua masuk kedalam
keuangan daerah (APBD Kota). Seperti Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) disalurkan melalui mekanisme Tugas Pembantuan (TP). Pada
tahun 2014 sendiri, anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
berjumlah sebesar Rp. 1.418.250.000,00 dengan realisasi 100%.
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) lebih diarahkan kepada program
dan kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan ibu, anak dan
gizi, selain untuk kegiatan penunjang seperti program HIV/AIDS, malaria dan
penyakit menular lainnya juga program untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap sumber air minum dan sanitasi dasar yang layak.
Secara keseluruhan, kegiatan-kegiatan ini diutamakan dalam rangka
mendukung pencapaian MDG’s pada tahun 2015.
Berdasarkan paparan diatas, perkembangan dan hambatan situasi sumber
daya kesehatan dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Ketenagaan
Tenaga kesehatan merupakan bagian terpenting didalam peningkatan
pelayanan kesehatan di Kota Sukabumi. Peningkatan kualitas harus menjadi
prioritas utama mengingat tenaga kesehatan saat ini belum sepenuhnya
berpendidikan D-III serta S-1, sedangkan yang berpendidikan SMU serta
sederajat minim terhadap pelatihan teknis. Hal ini juga berkaitan dengan
globalisasi dunia dan persaingan terhadap kualitas ketenagaan harus
menjadi pemicu.
2. Sarana kesehatan dasar
Komponen lain didalam sumber daya kesehatan yang paling penting adalah
ketersediaan sarana kesehatan yang cukup secara jumlah/ kuantitas dan
kualitas bangunan yang menggambarkan unit sarana pelayanan kesehatan
yang bermutu baik bangunan utama, pendukung dan sanitasi kesehatan
lingkungan. Pembangunan sarana kesehatan harus dilengkapi dengan
peralatan medis, peralatan non medis, peralatan laboratorium beserta

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 153


reagensia, alat pengolah data kesehatan, peralatan komunikasi, kendaraan
roda empat dan kendaraan roda dua.
3. Pembiayaan kesehatan
Pembiayaan terhadap pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor utama
didalam peningkatan pelayanan kesehatan, baik untuk belanja modal
maupun belanja barang. Didalam upaya peningkatan pembiayaan terhadap
sektor kesehatan dianggarkan melalui dana APBN, APBD Provinsi dan Kota,
serta sumber lainnya.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 154


BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil-hasil tersebut diatas, dapat dilihat bahwa masih ada
pelaksanaan program yang belum mencapai hasil yang optimal. Hal tersebut
menunjukkan masih perlunya perhatian dan penanganan yang lebih serius
karena pembangunan kesehatan tetap merupakan kebutuhan masyarakat
yang perlu ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan
pembangunan nasional.
Dalam rangka meningkatkan capaian program bidang kesehatan perlu
diupayakan kegiatan yang menyeluruh, komprehensif dan terkoordinasi, baik
lintas program maupun lintas sektor terkait. Begitupun dengan pemberdayaan
masyarakat, mutlak diperlukan dalam rangka pencapaian program yang erat
kaitannya dengan partisipasi atau peran aktif masyarakat sehingga
diharapkan dapat lebih memicu pengetahuan dan sikap serta perilaku
masyarakat terutama dalam upaya promotif dan preventif.
Secara umum berbagai upaya telah dilaksanakan dalam pembangunan
kesehatan antara lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat
kesehatan masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan
sumber daya kesehatan. Beberapa program yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Kota Sukabumi selama tahun 2014 telah menunjukkan adanya
peningkatan infrastruktur berupa pembangunan sarana kesehatan ataupun
rehabilitasi sarana prasarana kesehatan dan program kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kota Sukabumi.
Kaitannya dengan capaian target program-program kesehatan terutama
yang berkaitan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) banyak hal yang
mempengaruhi, salah satu diantaranya adalah sistem pencatatan dan
pelaporan yang belum optimal sehingga hasil yang tercatat dan dilaporkan ke
Dinas Kesehatan sebagai koordinator pelaksana pembangunan bidang
kesehatan belum optimal.
Hasil yang telah dicapai juga tak lepas dari sumber daya manusia, baik
sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara langsung di

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 155


tingkat puskesmas maupun pemegang program yang ada di Dinas
Kesehatan.
Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan bagi
masyarakat di Kota Sukabumi, tentunya diperlukan penataan manajemen
yang diterapkan untuk menjalankan pelayanan kesehatan. Manajemen
program kesehatan merupakan suatu siklus yang tidak terputus yang terdiri
dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta pengawasan dan
pertanggungjawaban.
Pencapaian program yang telah baik, diharapkan agar dapat terus
dipertahankan dan ditingkatkan. Capaian program yang masih membutuhkan
perhatian diharapkan dapat lebih ditingkatkan ditahun-tahun mendatang
sehingga kualitas capaian program dapat lebih baik lagi.

B. Saran
1. Penataan dan peningkatan koordinasi dari lintas program baik pemerintah
maupun pihak swasta serta lintas sektor baik dalam pelaksanaan program-
program kesehatan maupun dalam pencatatan dan pelaporan perlu
diupayakan seoptimal mungkin, sehingga hasil yang diharapkan dapat
tercapai.
2. Diperlukan komitmen pemegang program dalam mengelola dan
menghasilkan data dari semua lini kesehatan seperti Puskesmas beserta
jajarannya termasuk Rumah Sakit dan sarana kesehatan lainnya. Hal ini
diperlukan dalam upaya penyajian data yang valid, akurat, terpercaya dan
dapat dipertanggungjawabkan.
3. Perlu diupayakan peningkatan kemampuan dan keterampilan pengelola
data dan pemegang program dalam mendeskripsikan, menganalisis dan
memvisualisasikan data menjadi informasi sebagai hasil analisis dan
interpretasi data dalam menentukan tindakan pemecahan masalah
kesehatan sebagai bahan rekomendasi kepada penentu kebijakan untuk
mendapat tindak lanjut.
4. Perlu adanya penjadwalan kegiatan penyusunan profil kesehatan yang
ditepati dengan penuh kedisiplinan oleh semua pengelola data profil di
seluruh jenjang administrasi agar tidak selalu terjadi keterlambatan dalam
penerbitannya.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 156


5. Perlu dibuat suatu software data base untuk keperluan penyusunan profil
kesehatan.
6. Penyusunan buku profil kesehatan Kota Sukabumi tahun 2014 ini telah
diupayakan untuk lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, baik dari segi
kualitas data maupun analisisnya. Namun disadari pula dalam penyusunan
buku Profil kesehatan ini masih ditemui banyak hambatan terutama
dikarenakan pada tahun ini banyak tabel-tabel disusun dengan format yang
baru, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu untuk
penyusunan profil kesehatan ditahun-tahun mendatang diharapkan format
tidak selalu berubah tetapi tetap mengakomodir kebutuhan data dan
informasi.

Profil Kesehatan Kota Sukabumi Tahun 2014 157


DAFTAR PUSTAKA

Bidang Kesga, 2015. Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Khusus Tahun


2014, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.
Bidang Kesga, 2015. Laporan Tahunan Seksi Kesehatan Komunitas Tahun
2014, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.

Bidang Kesga, 2015. Laporan Tahunan Seksi KIA & Gizi Tahun 2014,
Sukabumi : Dinas kesehatan Kota Sukabumi

Bidang P2PL, 2015. Laporan Tahunan Bidang P2PL Tahun 2014, Sukabumi :
Dinas kesehatan Kota Sukabumi

Bidang SDK & PK, 2015. Laporan Tahunan Seksi Bina Sarana Kesehatan
Tahun 2014, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.

Bidang SDK & PK, 2015. Laporan Tahunan Seksi Perbekalan Kesehatan
Tahun 2014, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Baros 2014, Sukabumi :


Puskesmas Baros

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Benteng 2014, Sukabumi :


Puskesmas Benteng

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Cibeureum Hilir 2014,


Sukabumi : Puskesmas Cibeureum Hilir

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Cikundul 2014, Sukabumi :


Puskesmas Cikundul

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Cipelang 2014, Sukabumi :


Puskesmas Cipelang

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Gedongpanjang 2014,


Sukabumi : Puskesmas Gedongpanjang

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Karang Tengah 2014,


Sukabumi : Puskesmas Karang Tengah

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Lembursitu 2014, Sukabumi :


Puskesmas Lembursitu

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Limusnunggal 2014,


Sukabumi : Puskesmas Limusnunggal
_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Nanggeleng 2014, Sukabumi
: Puskesmas Nanggeleng

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Pabuaran 2014, Sukabumi :


Puskesmas Pabuaran

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Selabatu 2014, Sukabumi :


Puskesmas Selabatu

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Sukabumi 2014, Sukabumi :


Puskesmas Sukabumi

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Sukakarya 2014, Sukabumi :


Puskesmas Sukakarya

_________, 2015 Laporan Tahunan Puskesmas Tipar 2014, Sukabumi :


Puskesmas Tipar

Bappeda, 2014, Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Sukabumi Tahun


2015, Sukabumi: Bappeda

Dinas Kesehatan, 2014, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


Tahun 2013, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Sub. Bag. Perencanaan Program, 2014, Profil Kesehatan Kota Sukabumi


Tahun 2013, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Dinas Kesehatan, 2013, Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Sukabumi


Tahun 2013-2018, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Sub. Bag. Perencanaan Program, 2013, Profil Kesehatan Kota Sukabumi


Tahun 2012, Sukabumi : Dinas Kesehatan Kota Sukabumi

Pusat Data dan Informasi, 2011, Petujuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan
Kabupaten / Kota, Jakarta : Kementerian Kesehatan RI

Sugiyono, 2011, Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta : Bandung

Depkes, 2010, Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya, Jakarta :


Salemba Medika

Muslihatun, Wafi Nur 2010, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita,


Yogyakarta : Fitramaya

Benson, 2008, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, Edisi 9 Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimul. 2008, Metode Penelitian Keperawatan dan


Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai