Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Dalam perkembangan dan kehidupan setiap manusia sangat mungkin timbul berbagai
permasalahan. Baik yang dialami secara individual, kelompok, dalam keluarga, lembaga
tertentu atau bahkan bagian masyarakat secara lebih luas. Untuk itu ditentukan adanya
bimbingan sebagai suatu usaha pemberian bantuan yang diberikan baik kepada individu
maupun kelompok dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi. Salah satu hal penting
yang perlu diperhatikan alam memberikan bimbingan adalah memahami individu (dalam hal
ini peserta didik) secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya maupun latar
belakangnya. Sehingga peserta didik diharapakan dapat memperoleh bimbingan yang tepat dan
terarah.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas, bukan semata-mata
terletak pada ada atau tidak adanya aturan baku (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas,
namun yang lebih penting adalah menyangkut penanganan kasus. Penanganan kasus
merupakan bentuk nyata dari pelakasanaan bimbingan konseling di Sekolah. Selain itu, hal
yang juga penting adalah upaya memfasilitasi siswa, agar mampu mengembangkan potensi
dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan itu menyangkut
aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual.
Siswa sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau
menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian mereka selalu
melakukan interaksi sosial. Untuk mencapai kematangan tersebut, siswa memerlukan
bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya
dan lingkungan sosialnya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping
itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan siswa tidak selalu berlangsung
secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu
berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang
dianut.
Perkembangan siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun
sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam
lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan
yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan
kesenjangan perkembangan perilaku siswa, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan)
perkembangan, masalah-masalah , sosial atau penyimpangan perilaku.
Pelayanan bimbingan sangat diperlukan agar potensi yang dimiliki oleh peserta didik dapat
dikembangkan secara optimal. Program bimbingan diarahkan untuk dapat menjaga terjadinya
keseimbangan dan keserasian dalam perkembangan intelektual, emosional dan sosial.
Selain itu program bimbingan diharapkan dapat mencegah dan mengatasi potensi-potensi
negatif yang dapat terjadi dalam proses pembelajaran pada SKM/SSN. Potensi negatif tersebut
misalnya peserta didik akan mudah frustasi karena adanya tekanan dan tuntutan untuk
berprestasi, peserta didik menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain karena sedikit
kesempatan untuk membentuk persahabatan pada masanya, ataupun kegelisahan akibat harus
menentukan keputusan karir lebih dini dari biasanya.
Layanan bimbingan diperlukan siswa untuk memenuhi kebutuhan individual anak baik
secara psikologis maupun untuk mengembangkan kecakapan sosial agar dapat berkembang
optimal. Hal ini senada dengan pendapat Leta Hollingworth yang dikutip Wahab pada tahun
2004 yang mengindikasikan bahwa “gifted children do have social/emotional needs meriting
attention”. Ditegaskan bahwa betapa pentingnya persoalan kebutuhan sosial/emosional anak
berbakat memerlukan perhatian orang dewasa di sekitarnya, karena boleh jadi kondisi
demikian akan berpengaruh kepada kinerja dan aktivitas anak dalam belajarnya.
Untuk itu, guru pembimbing sangat berperan dalam perkembangan siswa terutama dalam
proses pergaulan, yang mana hubungan sosial sangat berpengaruh terhadap motivasi
belajarnya. Misalnya ada siswa yang tergolong pintar, tetapi tidak mempunyai teman
seumurannya akibat dari ketidakmampuan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Bimbingan dan konseling -sosial adalah upaya yang dilakukan untuk memberikan bantuan
kepada individu untuk mengembangkan dirinya melalui pemahaman dan pengembangan
seluruh potensi diri serta kompetensi-kompetensi -sosial yang dimiliki, sehingga individu
memperoleh keselarasan dalam menjalani hidup baik dalam dimensi (intrapersonal) maupun
antar (interpersonal).
Pada hakekatnya kompetensi -sosial banyak dirumuskan secara berbeda, intrapersonal dan
interpersonal, self-knowledge dan interpersonal skill, dan atau personal and social skills.
Ketiga rumusan tersebut pada hakekatnya memiliki maksud dan pengertian yang relatif sama,
yaitu menggambarkan antara kompetensi -sosial yang terkait dengan orang lain atau
lingkungannya yang didasari dengan adanya komitmen transcendetal, yaitu dengan pencipta-
nya. Kedua relasi intra dan inter -sosial merupakan suatu kesatuan yang secara fungsional sulit
dipisahkan, sehingga kedua kecakapan dipandang lebih fungsional dan bermakna, manakala
disatukan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DIAGNOSA DAN PROGNOSA


a. Pengetian diagnosa secara operasional
secara umum dapat disimpulkan bahwa pengertian diagnosis adalah proses kognitif yang
berkaitan dengan pendefinisian masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien beserta hal-hal
penting yang menyertainya.1,7–9 Heneghan et al, membagi langkah-langkah mendapatkan
diagnosismeliputi inisiasi diagnosis, refi nement, danperumusan diagnosis akhir.1 Strategi
dalaminisiasi diagnosis meliputi spot diagnosis(seperti kasus kulit sekali lihat), self
labeling(“label” penyakit pasien), presenting complaint(seperti yang biasa dijumpai dalam text
book yakni berdasar keluhan utama), Patternrecognition trigger (berdasar pengenalan pola
seperti mudah haus adalah bagian dari gejaladiabetes). Strategi dalam refi nement, meliputi
restricted rule outs atau Murtagh process(menyingkirkan kemungkinan diagnosis paling
serius), stepwise refi nement (lebih meningkatkan presisi secara anatomis atau
proses patologis yang mendasari), probabilistic reasoning (menambah
pemeriksaan tertentuuntuk memperbesar kemungkinan menerimaatau menolak suatu
diagnosis), patternrecognition fit (mencocokkan pola data gejala, pemeriksaan fisik dan
penunjang saat inidengan pola sebelumnya), clinical predictionrule (mencocokkan pola
gejala dan tandapenyakit dengan aturan-aturan valid sepertikonsensus Perkeni dan
perhimpunan ahli lainnya atau dari evidence yang ada [contohtabel 2]). Pada tahap
terakhir pembuatandiagnosis atau perumusan diagnosis akhir,strategi yang diterapkan
meliputi: knowndiagnosis (kurang dari 50% perumusan diagnosis akhir diperoleh
dengan cara ini;yakni sudah memiliki taraf yang cukup untuk membuat kepastian
diagnosis dan memulaiprogram terapi selanjutnya), ordering furthe tests (meningkatkan
kepastian denganmelakukan pemeriksaan tambahan untuk
menerima atau menolak kemungkinan diagnosis), test of treatment (memberikan
terapi serta melihat respons apakah diagnosis diterima atau ditolak), test of time
(melakukan“wait and see” sehingga gejala dan tandamenjadi jelas) dan no label applied
(tidak dapatdikenali dari pola diagnosis yang ada, pasiendidatangkan kembali di lain
waktu).

b. Pengertian prognosa secara operasional


Definisi Prognosis adalah prediksi dari kemungkinan perawatan, durasi dan hasil akhir
suatu penyakit berdasarkan pengetahuan umum dari patogenesis dan kehadiran faktor
risiko penyakit. Prognosis muncul setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana
perawatan dilakukan.
Faktor-faktor prognosis adalah karakteristik yang memprediksi hasil akhir suatu
penyakit begitu penyakit itu muncul sedangkan faktor-faktor risiko adalah karakteristik
individu yang membuatnya berisiko tinggi menderita suatu penyakit. Prognosis sering
rancu dengan risiko. Pada beberapa kasus, faktor prognosis dan faktor risiko sama.
Misalnya pasien dengan diabetes atau perokok berisiko lebih tinggi menderita penyakit
periodontal, dan setelah mereka terinfeksi maka secara umum mereka memiliki
prognosis yang lebih buruk.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat menentukan prognosis
A. Faktor klinis keseluruhan
1.Umur pasien
prognosis dua pasien dengan sisa tingkat perlekatan jaringan ikat dan tulang
alveolar yang sama lebih baik pada pasien yang lebih tua.Pasien yang lebih muda
memiliki jangka waktu kemunculan destruksi periodontal yanglebih pendek sehingga
proses perbaikan periodontal yang mungkin muncul secaraalami akan terlampaui.
Selain itu pada beberapa kasus, pasien muda menderitaagressive periodontitis, memiliki
penyakit sistemik atau merokok.
2.Tingkat keparahan penyakit periodontal sebelumnya
Hal yang harusdiperhatikan : kedalaman poket, tingkat perlekatan, tingkat
kehilangan tulang, dan tipedefek tulang.
3.Kontrol plak
Plak merupakan faktor etiologi utama dari penyakit periodontal.

c. Pengertian diagnosa dan prognosa dalam BK


Sebagai layanan profesional, layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan
secara sembarangan, tetapi harus dilakukan secara tertib sesuai dengan prosedur
tertentu, yang umumnya terdiri dari enam tahap, yaitu: (A) Identifikasi kasus, (B)
Identifikasi masalah, (C) Diagnosis, (D) Prognosis; (E) Pengobatan, (F) Evaluasi dan
Tindak Lanjut
A. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang
diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin
Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk
mendeteksi peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling,
yaitu:
1. Call them pendekatan, melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa untuk
bergiliran sehingga dengan cara ini akan menemukan bahwa siswa benar-benar
membutuhkan layanan konseling.
2. Menjaga hubungan baik, menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban
sehingga tidak ada kesenjangan antara guru pembimbing siswa. Hal ini dapat dilakukan
melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar
mengajar, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi informal
lainnya.
3. Mengembangkan keinginan untuk konseling, menciptakan suasana yang
menyebabkan kesadaran peserta didik akan menjadi masalah. Misalnya, dengan
mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil tes, seperti tes
kecerdasan, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama-sama dan
melakukan berbagai tindak lanjutnya.
4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa menjadi tingkat
dikenal dan jenis kesulitan atau kegagalan yang dihadapi oleh peserta didik belajar.
5. Sosiometris analisis, dengan cara ini dapat ditemukan peserta didik yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
B. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau
masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar,
peserta didik dapat mengeluarkan terkait dengan aspek: (1) secara substansial - materi,
(2) struktural -fungsional, (3) perilaku.Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah
peserta didik, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak
masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Mengungkapkan Masalah (AUM).
Instrumen ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi lokasi
kesulitan yang dihadapi oleh siswa, tentang aspek-aspek: (1) jasmani dan kesehatan, (2)
diri , (3) hubungan sosial, (4) ekonomi dan keuangan, (5 ) karir dan pekerjaan, (6)
pendidikan dan pembelajaran, (7) agama, nilai dan moral; (hubungan pemuda; (9)
keadaan dan hubungan keluarga, dan (10) waktu senggang.
C. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor penyebab atau menyebabkan
masalah peserta didik. Belajar Mengajar dalam konteks faktor-faktor yang
menyebabkan kegagalan peserta didik untuk belajar, dapat dilihat dari segi input,
proses, atau out put belajar. W.H. Burton dibagi menjadi dua faktor yang dapat
menyebabkan kesulitan belajar atau kegagalan siswa, yaitu: (1) faktor internal, faktor
besumber peserta didik dalam dirinya sendiri, seperti: kondisi fisik dan kesehatan,
kecerdasan, bakat, kean, emosi, sikap dan lainnya psikologis kondisi, dan (2) faktor
eksternal, seperti lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk guru dan faktor
lingkungan sosial dan sejenisnya.
D. Prognosis
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami peserta
didik masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif solusi, ini
dilakukan dengan mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil langkah kedua dan
ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini harus dilaksanakan konferensi
kasus pertama, melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi
siswa untuk diminta bekerja sama untuk membantu menangani kasus - kasus di tangan.

E. Pengobatan
Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau penyembuhan
masalah yang dihadapi klien, berdasarkan keputusan yang diambil dalam langkah
prognosis. Jika jenis dan sifat serta sumber masalahnya masih berkaitan dengan sistem
pembelajaran dan masih tetap dalam kemampuan dan kemampuan guru pembimbing
atau konselor, bantuan konseling dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu
sendiri (intervensi langsung ), melalui berbagai layanan pendekatan yang tersedia,
apakah itu direktif, non-direktif atau eklektik yang menggabungkan kedua pendekatan
tersebut.
Namun, jika masalah tersebut terkait dengan aspek kean yang lebih dalam dan lebih
luas maka tugas utama seorang guru atau guru pembimbing / konselor terbatas hanya
membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten (referal atau menyerahkan
kasus ini).

F. Evaluasi dan Follow Up


Cara apapun yang akan diambil, evaluasi upaya pemecahan masalah masih harus
dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah
diberikan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta didik.Berkenaan
dengan evaluasi bimbingan dan konseling, Depdiknas (2003) telah memberikan kriteria
keberhasilan layanan bimbingan dan konseling adalah:

1. Pengembangan wawasan baru yang diperoleh peserta didik yang berkaitan dengan
masalah
2. Perasaan positif sebagai hasil dari proses dan materi yang disampaikan melalui
layanan, da
3. Merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh peserta didik setelah pelaksanaan
layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut untuk mengatasi masalah yang
dialami.
Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2004) mengemukakan
beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang diberikan, yang terbagi
ke dalam kriteria kriteria keberhasilan yang tampak segera dan kriteria jangka panjang.
Kriteria keberhasilan segera muncul, termasuk apabila:
1. Peserta didik (klien) telah menyadari (menyadari) untuk setiap masalah yang
dihadapi. \
2. Peserta didik (klien) harus memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.
3. Peserta didik (klien) telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima diri
mereka sendiri dan masalah secara obyektif (self acceptance).
4. Peserta didik (klien) telah menurun ketegangan emosi (stres emosi rilis).
5. Peserta didik (klien) telah menurun perlawanan terhadap lingkungan
6. Peserta didik (klien) telah menunjukkan sikap keterbukaan Melai dan bersedia untuk
memahami dan menerima kenyataan dalam lingkungan obyektif.
7. Peserta didik (klien) mulai menunjukkan kemampuannya untuk mempertimbangkan,
membuat pilihan dan mengambil keputusan yang sehat dan rasional.
8. Peserta didik (klien) telah menunjukkan kemampuan untuk melakukan upaya
perbaikan dan adaptasi terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan
keputusan yang telah diambil.
9. Sedangkan kriteria keberhasilan jangka panjang, termasuk apabila:
10. Peserta didik (klien) telah menunjukkan kepuasan dan kebahagiaan dalam hidupnya
dihasilkan oleh tindakan dan upaya.
11. Peserta didik (klien) telah mampu menghindari kemungkinan faktor pencegahan
yang dapat membawanya ke dalam kesulitan.
12. Peserta didik (klien) telah menunjukkan sifat-sifat yang kreatif dan konstruktif,
produktif dan kontributif akan akomodatif sehingga ia diterima dan mampu menjadi
anggota kelompok yang efektif. Dibawah ini merupakan keterangan Diagnosa dan
Prognosa secara lebih spesifik dalam BK.

Diagnosis
Setelah mengadakan identifikasi kasus atau dengan arti kata memperkirakan apa yang
terjadi pada peserta didik, maka diadakan analisis masalah yang dihadapi peserta didik
atau dengan kata lain menetapkan “masalah” yang berdasarkan analisis latar belakang
yang menjadi penyebab timbulnya masalah, atau disebut dengan“diagnosis.”
Di dalam situs wikipedia, “diagnosis adalah identifikasi mengenai sesuatu.
Diagnosis digunakan dalam medis, ilmu pengetahuan, teknik, bisnis,
dll.”(wikipedia.com). Sedangkan menurut Dewa Ketut dan Desak Made, Diagnosis
adalah langkah menemukan masalahnya atau mengindentifikasi masalah. (Dewa Ketut
Sukardi dan Desak Made Sumiati,: 31). Selanjutnya Dewa Ketut dan Desak Made
menjelaskan “langkah ini mencakup proses interpretasi data dalam kaitannya dengan
gejala-gejala masalah, kekuatan dan kelemahan siswa. Dalam proses penafsiran data
dalam hubungannya dengan penyebab masalah, peyuluhan haruslah menentukan
penyebab masalah yang paling mendekati kebenaran atau menghubungkan sebab akibat
yang paling logis dan rasional.” (Dewa Ketut Sukardi dan Desak Made Sumiati,:31).
Di jelaskan oleh Syahril dan Riska Langkah diagnosis atau langkah yang kedua
ini (dalam bukunya) adalah “untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitan serta latar
belakang masalah yang dihadapi seseorang. Berdasarkan langkah kedua inilah kita
dapat menetapkan apa kira-kira masalah seseorang serta apa penyebab dari masalah
tersebut.”(Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86). Selanjut Syahril dan Riska menjelaskan
“Cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan ini adalah dengan jalan analisis hasil
belajar, analisis karya tulis, sosiometri, DPM, PSKB, angket, wawancara, observasi,
pertemuan kasus, dan sebagainya.
Artinya dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai
berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatar belakangi gejala yang
muncul.Dalam situs massofa. wordpress, 2008 masih menceritakan kasus Benin
tadi.“Pada kasus Benin, dilakukan pengumpulan informasi dari berbagai pihak. Yaitu
dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Benin sendiri. Dari informasi yang
terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan dengan
menelaah keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala yang nampak. Dari
informasi yang didapat, Benin terlihat menjadi pendiam dan prestasi belajarnya
menurun. Dari informasi keluarga di dapat keterangan bahwa kedua orang tua Benin
telah bercerai. Berdasarkan analisis dan sistesis, kemudian diperkirakan jenis dan
bentuk masalah yang ada pada diri Benin yaitu karena orang tuanya telah bercerai
menyebabkan Benin menjadi pendiam dan prestasi belajarnya menurun, maka Benin
sedang mengalami masalah .”(wordpress.com, 2008).

Setelah melakukan semua yang berdasarkan di atas, maka seorang konselor


melakukan Prognosis, Pemecahan masalah, penilaian (evaluasi), dan tindak lanjut
(follow-up).
Prognosis
Menurut Sayhril dan Riska. “Prognosis merupakan usaha untuk menelaah /
mengkaji masalah yang dialami seseorang, termasuk kemungkinan - kemungkinan
yang akan timbul jika masalah itu dibantu, serta memperkirakan teknik atau jenis
bantuan yang akandiberikankepada orang yang mengalami masalah tersebut.”
(Syahril dan Riska Ahmad, 1987:86). Atau dengan kata lain menurut Dewa ketut dan
Desak Made Prognosis adalah “suatu langkah mengenai alternatif bantuan yang dapat
atau mungkin diberikan kepada siswa sesuai dengan masalah yang dihadapi
sebagaimana yang ditemukan dalam langkah diagnosis. (Dewa Ketut Sukardi dan
Desak Made Sumiati,:32)

(http://madoka-blogku.blogspot.com/2012/04/contoh-studi-kasus-bimbingan-
konseling.html) Kamis, 6 juni 2013 11:56
(http://alpangeano.wordpress.com/2011/11/03/penanganan-kasus-terhadap-sisawa-
yang-mengalami-masalah-sosial/) jam 17:11 tanggal 10 juni 2013
(http://saputridarniyati.blogspot.com/2012/12/bimbingan-konseling--sosial.html) Kamis, 13
juni 2013 19:38
(http://www.kalbemed.com/Portals/6/23_199OpiniManajemen%20Diagnosis%20bagi%20Do
kter%20Keluarga.pdf)Selasa, 18 juni 2013 pukul 16:52
(http://www.scribd.com/doc/83861233/Determinasi-Prognosis)
Selasa, 18 Juni 2013 pukul 17:08
(http://hibbatulafwah.blogspot.com/2012/01/general-rocedure-guidance-and.html)
Kamis, 20 juni 2013, pukul 17:15
(http://sepucuktinta.blogspot.com/2012/10/langkah-langkah-bimbingan-dan-
konseling.html)Selasa, 18 Juni 2013 pukul 17:27

Anda mungkin juga menyukai