Anda di halaman 1dari 29

POLRI DAERAH JAWA BARAT

BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

LAPORAN KASUS

G1P0A0 gravida 16-17 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum

Diajukan guna melengkapi tugas portofolio

Disusun oleh:

Wulan Rohmah Dwi Putri Esti


LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PERIODE 18 SEPTEMBER 2017 – 18 SEPTEMBER 2018

RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

JUDUL : G1P0A0 gravida 16-17 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum

PENYUSUN : WULAN ROHMAH DWI PUTRI ESTI

Bandung, Maret 2018

Menyetujui,

Pembimbing, Pendamping,

Herman Budi Santoso, dr.,Sp. OG Triana Hermeilasih, dr.


NRP. 74110888 NIP. 196805221997032003

ii
DAFTAR ISI

COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II LAPORAN KASUS 2

2.1 Identitas pasien 2


2.2 Anamnesis 2
2.3 Pemeriksaan fisik 4
2.4 Diagnosis klinis7
2.5 Saran Pemeriksaan Penunjang 7
2.6 Tatalaksana 7
2.7 Prognosis 8
2.7 Follow Up 8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 10

3.1 Definisi 10
3.2 Epidemiologi 10
3.3 Etiologi 11
3.4 Patofisiologi 14
3.5 Gejala dan Tanda 15
3.6 Diagnosis 16
3.7 Diagnosis Banding 17
3.8 Tatalaksana 19
3.9 Komplikasi 24
3.10 Prognosis 25

BAB IV KESIMPULAN........................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA 27

BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan ditandai dengan adanya riwayat terlambat haid dan keluhan mual
muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan dikenal dengan morning sickness,
dialami 80% wanita hamil. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar

iii
terjadi pada usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,
dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala ini biasanya terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung ± 10 minggu. Derajat
beratnya mual dan muntah yang terjadi pada kebanyakan kehamilan sampai
dengan gangguan yang berat dimana keluhan semakin memburuk, menetap,
hingga mengganggu aktivitas sehari-hari dikenal dengan hiperemesis
gravidarum.1,2
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebat segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun,
dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1,2
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester I. Etiologinya belum diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya
dengan endokrin, biokimia dan psikologis.1,2,4
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada
50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan
40-60% multi gravida. Dari seluruh kehamilan di USA 0,3-2% diantaranya
mengalami hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah yang berkaitan dengan
kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada
usia kehamilan 11-13 minggu, dan kebanyakan sembuh pada umur kehamilan 12-
16 minggu, 1-10% dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.3,4

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas pasien


Nama : Ny. RD
Tanggal lahir/ usia : 08 Juli 1995/ 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

1
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat : Rancaekek Kabupaten Bandung
Status : Umum
No. Rekam Medik : SA-185587
Tanggal masuk IGD : 26 Januari 2018 (23.00 WIB)
Ruang Rawat : Obgyn
DPJP : Herman Budi Santoso, dr, Sp.OG.

2.2. Anamnesis
Sumber informasi : Autoanamnesis
Keluhan utama : Muntah-muntah

2.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD dengan keluhan mual dan muntah sejak kehamilan 8
minggu. Mual muntah awalnya hanya terjadi pada pagi hari saja dan terjadi
setelah makan dan minum, namun sejak 2 hari SMRS muntah yang dialami >
9 kali per hari dengan volume kurang lebih 1/2 - 3/4 gelas besar. Isi yang
dimuntahkan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya,
pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual dan muntah semakin
bertambah berat bila setelah makan dan minum, dan berkurang saat istirahat.
Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terasa kering, nafsu
makan dirasakan menurun karena pasien takut muntah. BAB dan BAK
dirasakan semakin menurun. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati dan berat
badan menurun dari BB 68 kg menjadi 66kg. Dua hari SMRS pasien sudah
berobat ke klinik 24 jam, dan diberikan vitamin B1 dan B6, namun keluhan
belum membaik. Pasien mengaku tidak ada permasalahan dalam kehidupan
rumah tangganya maupun dalam pekerjaan.
 Riwayat Haid :
Menarche : 17 tahun
Haid : teratur
Siklus : 28 hari
Lama Haid : ± 5-7 hari
Hari Pertama Haid Terakhir : 20 September 2017

2
Hari Perkiraan Lahir : 27 Juni 2018
 Riwayat Nikah :
Status Perkawinan : Menikah, berjalan 1 tahun pernikahan
 Riwayat Obstetri :
G1P0A0
1. Hamil ini.
 Riwayat Keluarga Berencana (KB) :
Pasien belum pernah menggunakan KB apapun
 Riwayat Ante Natal Care (ANC) :
Pasien memeriksakan kehamilannya di dokter spesialis kandungan
sudah sebanyak 3 kali, belum mendapatkan imunisasi TT

2.2.2 Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Alergi Obat : disangkal
- Riwayat Gastritis : disangkal
- Riwayat penyakit selama kehamilan: disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal berdua bersama dengan suaminya. Namun selama
hamil pasien tinggal bersama Orang Tua dan Adik-adiknya. Keluarga
pasien sangat menyayangi pasien, komunikasi terjalin baik di antara
sesama anggota keluarga. Pasien merupakan ibu rumah tangga,
sedangkan suami bekerja sebagai Karyawan Swasta di salah satu
Perusahaan. Biaya pengobatan ditanggung pribadi oleh pasien. Kesan
ekonomi: cukup

3
2.3. Pemeriksaan fisik
2.3.1 Tanda-tanda vital:
 Kesadaran : Kompos mentis
 Tekanan darah : 90/60 mmHg
 Nadi : 104x/menit, regular, ekual, isi cukup
 Respirasi : 22x/menit, regular
 SpO2 : 99%
 Suhu : 36,80 C

2.3.2 Status gizi


 Berat badan : 66 kg
 Tinggi badan : 159 cm
 BMI : 22.1
 Kesimpulan : Normoweight

2.3.3 Status generalis:


 Kepala : telinga, hidung, dan tenggorokan tidak ada
kelainan
 Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat
 Dada
Pemeriksaan Paru
 Inspeksi : Normochest simetris kanan dan kiri
 Palpasi : Fremitus sama kanan dan kiri
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Pemeriksaan Jantung
 Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus cordis teraba 1 jari medial LMCS IC V
 Perkusi : Batas kiri jantung 1 jari medial LMCS IC V, batas
kanan PSD, batas atas IC 2
 Auskultasi : Irama teratur, bunyi jantung murni, murmur (-)
 Abdomen : soepel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
nyeri lepas (-), timpani, bising usus (+) normal, nyeri tekan supra
simfisis (-/-)
 Ekstremitas : capillary refill time <2”
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-

4
Refleks Fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks Patologis -/- -/-

2.3.4 Pemeriksaan Khusus Obstetri


Pemeriksaan Luar
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : Pembesaran payudara (+), hiperpigmentasi areola mammae (+),
puting susu menonjol (+), pengeluaran ASI (-)
Abdomen : Linea nigra (+), striae gravidarum (-), sikatrik (-), bekas operasi
laparotomi (-)

Status Ginekologi

VT : tidak dilakukan
Vagina/Uretra/Vulva : tidak dilakukan
Portio : tidak dilakukan
OUE : tidak dilakukan
Adnekasa parametrium : tidak dilakukan
Cavum douglass : tidak dilakukan

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal 26-01-2018 Pkl 23 : 36 WIB

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi
Hemoglobin 10,6 g/dl 11,7-15,5
Jumlah leukosit 7.800 /mm3 3.60-11.0
Jumlah trombosit 239.000 /mm3 150-440
Hematokrit 34 % 35-47

Urine Rutin
Warna Kuning keruh
pH 6,0
SG 1,015

5
Protein Urin Negatif
Reduksi Negatif
Urobilinogen ???
Bilirubin Urin Negatif
Keton Negatif
Nitrit Negatif
Sedimen Leukosit 0-1
Sedimen Eritrosit Negatif
Sedimen Epitel 0-1

2.4 Diagnosis Klinis


 G1P0A0 gravida 16-17 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum

2.5 Saran Pemeriksaan Penunjang


 USG

2.6 Tatalaksana
1. Promotif :
a. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 20
minggu
b. Memberi informasi tentang kebutuhan nutrisi ibu
2. Preventif :
a. Jangan membiarkan diri dalam keadaan terlalu lapar atau dalam kondisi
perut terlalu kenyang
b. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tapi sering
c. Menghindari makan terlalu kenyang, makanan yang berminyak dan berbau
lemak seperti goreng-gorengan, makanan berlemak dan daging berlemak
agar tidak merangsang muntah
d. Menghindari kekurangan karbohidrat, dianjurkan makanan yang
mengandung gula
e. Hindari stress
3. Kuratif :
a. Non Farmakologis
- Istirahat yang cukup

6
- Mengatur pola makan (jumlah, jenis, dan frekuensi) dengan makan
sesering mungkin, dalam porsi kecil-kecil. Siang hari untuk makan
porsi besar, malam hari cukup porsi kecil. Makan snack sebelum tidur,
karena akan mengurangi rasa mual esok paginya.
- Menghisap atau mengunyah permen, terutama permen jahe, dapat
membantu menahan rasa ingin muntah.
- Isolasi penderita dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan ventilasi
udara yang baik
- Hindari pencetus untuk terjadinya mual dan muntah seperti bau yang
tidak mengenakkan
- Melakukan senam Ibu hamil
- Terapi Psikologi perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit ini
dapat disembuhkan, hilangkan rasa mual oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan dan serta menghilangkan masalah dan konflik.

b. Farmakologik
- Infus RL 20 tpm + drip Ondansentron 1x4mg (1 ampul)
- Bolus Ondansetron 1 x 1 ampul bila masi muntah

4. Rehabilitatif :
a. Minum obat sesuai anjuran.
b. Meningkatkan makanan bergizi dan makan sedikit tetapi lebih sering
c. Jika mual dan muntah semakin bertambah berat, maka segera ke RS

2.7 Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam

2.8 Follow Up
Tanggal S O A P
27-01-18 Mual (+), St.Present Hiperemesis Tx :
Muntah (-), T : 100/70 mmHg Gravidarum - Maintenance RL 20 tetes

7
Nyeri ulu hati N : 84 x/menit permenit
(-) R : 20 x/menit
S: 36,3oC - bolus ondansentron 1 x 1
ampul
St. General
Mata : CA -/-, cekung
-/-
Thorax : Cor/Po dbn
Ekt : hangat +/+, edema
-/-

St. Obstetri
Abd : distensi (-),
BU(+)N, turgor kulit N
DJJ 140x/m
BB : 66 kg

28-01-18 Mual (-), St.Present Hiperemesis Tx :


Muntah (-) T : 110/70 mmHg Gravidarum Pasien sudah boleh pulang
nyeri ulu hati N : 80 x/menit
(-) R : 20 x/menit
S: 36,7oC

St. General
Mata : An -/-, cekung
-/-
Thorax : Cor/Po dbn
Ekt : hangat +/+, edema
-/-

St. Obstetri
Abd : distensi (-),
BU(+)N. Turgor N
DJJ 142x/m
BB : 66,5 kg

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Definisi Hiperemesis Gravidarum6,7

8
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah pada ibu hamil yang cukup
berat yang lebih dari 5 kali sehari, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari 5% berat badan awal), dehidrasi,
asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat keluarnya asam hidroklorida, ketosis
dan hipokalemia. muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya sehingga segala
apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari.1-4

3.2. Epidemiologi Hiperemesis Gravidarum6


Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada
50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan
40-60% multi gravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat
0,3-2% diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima
dari 1000 kehamilan.2
Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada
usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan
sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-
10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.1,2
Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil. J. Fitzgerald (1938-
1953) melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia,
menemukan bahwa hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor risiko
untuk terjadinya hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian,
dari 56 wanita yang kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada
kehamilan kedua dan 7 dari 19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan
ketiga.4

3.3. Etiologi Hiperemesis Gravidarum


Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum

9
diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat
hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis. 1,2 Faktor-faktor yang
menjadi predisposisi diantaranya:2,3
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya keluhan
hiperemesis gravidarum diantaranya 1,2 :
1. Peningkatan kadar HCG
Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda.
2. Perubahan hormonal.
Wanita dengan hiperemesis gravidarum biasanya memiliki kadar Human
Chorionic Gonadotrophine (HCG) yang tinggi. Secara fisiologis HCG dapat
merangsang reseptor Thyroid Stimulating Hormones (TSH) sehingga
menyebabkan terjadinya transient hyperthyroidism. Pada 50-70% kasus
terdapat penurunan kadar TSH dan pada 40-73% kasus terjadi peningkatan
kadar FT4, namun perubahan kadar ini tidak selalu diikuti dengan gejala
klinis hipertiroid ataupun pembesaran kelenjar tiroid. Semakin besar
peningkatan konsentrasi HCG maka akan diikuti oleh peningkatan kadar FT4
yang semakin tinggi dan penurunan kadar TSH.2 Pada beberapa kasus
hiperemesis, peneliti menemukan korelasi positif antara beratnya keluhan
mual dan muntah dengan tingkat stimulasi tiroid.2,7 Namun demikian teori ini
masih kontroversial karena belum banyak didukung oleh hasil penelitian yang
lain.2
Beberapa studi menghubungkan tingginya kadar estradiol terhadap
beratnya mual dan muntah pada wanita hamil, sementara yang lain
menemukan tidak adanya korelasi antara kadar estrogen dengan beratnya
mual dan muntah pada wanita hamil. Intoleransi terhadap kontrasepsi oral
terkait dengan mual dan muntah dalam kehamilan. Progesteron juga
mencapai puncaknya pada trimester pertama dan menurunkan aktivitas otot
polos, tetapi penelitian gagal untuk menunjukkan keterkaitan antara kadar
progesteron dan gejala mual muntah pada wanita hamil. 2 Namun demikian
dipercaya bahwa peningkatan kadar hormon estrogen dapat meningkatkan
pengeluaran asam lambung. Sementara itu peningkatan kadar hormon

10
progesteron akan menurunkan motilitas usus sehingga memicu mual dan
muntah.2,3,7
2. Kelainan gastrointestinal.
Pada hiperemesis gravidarum terjadi peningkatan kadar hormon estrogen
dan progesteron, gangguan fungsi tiroid, abnormalitas saraf simpatik, dan
gangguan sekresi vasopressin sebagai respon terhadap perubahan volume
intravaskular. Semua ini pada akhirnya mempengaruhi peristaltik lambung
sehingga menimbulkan gangguan motilitas lambung. Pada penderita
hiperemesis gravidarum biasanya saluran gastrointestinal lebih sensitif
terhadap perubahan saraf / humoral.2
3. Kelainan hepar.
Peningkatan kadar serum transaminase secara ringan terjadi pada hampir
50% dari pasien dengan hiperemesis gravidarum. Gangguan Fatty Acid
Oxidation(FAO) mitokondria telah berperan dalam patogenesis ibu hamil
dengan gangguan hati terkait dengan hiperemesis gravidarum. Ibu hamil
dengan defek FAO heterozigot dapat berkembang menjadi hiperemesis
gravidarum yang terkait dengan gangguan hati dengan defek FAO pada
fetusnya sebagai akibat akumulasi asam lemak di dalam plasenta dan generasi
berikutnya dari spesies oksigen reaktif. Atau, mungkin, kelaparan
menyebabkan lipolisis perifer dan meningkatkan beban asam lemak dalam
sirkulasi ibu-fetus, dikombinasikan dengan penurunan kapasitas mitokondria
untuk mengoksidasi asam lemak pada ibu dengan defek FAO heterozigot,
juga dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum dan cedera hati saat fetus
tidak mengalami defek FAO.2
4. Perubahan kadar lemak
Jarnfelt-Samsioe et al menemukan kadar yang lebih tinggi dari trigliserida,
kolesterol total, dan fosfolipid pada wanita dengan hiperemesis gravidarum
dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak muntah dan kontrol. Hal ini
mungkin terkait dengan kelainan pada fungsi hepatik pada wanita hamil.2
5. Infeksi.

11
Helicobacter pylori adalah bakteri yang ditemukan di dalam perut yang
dapat memperburuk mual dan muntah dalam kehamilan. Penelitian telah
menemukan bukti yang bertentangan dengan peranan H.pylori dalam
hiperemesis gravidarum. Penelitian terbaru di Amerika Serikat belum
menunjukkan asosiasi dengan hiperemesis gravidarum. Namun, mual dan
muntah yang menetap di luar trimester kedua mungkin disebabkan oleh ulkus
peptikum aktif yang disebabkan oleh infeksi H.pylori.2
6. Vestibular dan penciuman.
Sistem penciuman yang tajam kemungkinan merupakan faktor yang ikut
berperan terhadap mual dan muntah selama kehamilan. Banyak ibu hamil
melaporkan bau makanan yang dimasak, terutama daging, sebagai pemicu
untuk mual. Kesamaan antara hiperemesis gravidarum dengan motion
sicknessmenunjukkan petanda dari gangguan vestibular subklinis dan dapat
menjelaskan beberapa kasus hiperemesis gravidarum.2
7. Perubahan psikologis.
Hipotesis faktor psikologik dapat dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu:2
a. Teori psikoanalisis yang menerangkan hiperemesis merupakan sebuah
kelainan konversi atau somatisasi.
b. Ketidakmampuan ibu untuk merespon stres kehidupan yang berlebihan.
c. Meningkatnya penerimaan ibu terhadap kondisi tertentu.
Beberapa kasus hiperemesis gravidarum menunjukkan adanya kelainan
psikiatri, termasuk sindrom Munchausen, gangguan konversi atau
somatization, atau depresi berat. Hal ini mungkin terjadi dibawah situasi stres
atau ambivalensi sekitar kehamilan. Tampaknya respon fisiologi dapat
berinteraksi dan memperburuk fisiologi mual dan muntah selama kehamilan.
Kemungkinan besar, perubahan-perubahan fisiologis yang berhubungan
dengan kehamilan berinteraksi dengan fisiologi wanita pada setiap negara dan
nilai-nilai budaya. Namun demikian, hiperemesis gravidarum dapat timbul
tanpa disertai adanya kelainan psikiatri.1,2

12
3.4. Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum6
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya
bila terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah
merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama
yaitu detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom
somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan
aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan
dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari Chemoreceptor Trigger
Zone (CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum.
Beberapa signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui
nukleus traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah
formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan
pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah
dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan
melalui saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen.2
Ketika pusat muntah sudah cukup terangsang akan timbul efek: (1) bernafas
dalam, (2) terangkatnya tulang hioid dan laring untuk mendorong sfingter
krikoesofagus terbuka, (3) tertutupnya glotis, (4) terangkatnya palatum mole
untuk menutup nares posterior.Berikutnya timbul kontraksi yang kuat dari otot
abdomen yang dapat menimbulkan tekan intragastrik yang meninggi. Akhirnya
sfingter esofagus mengalami relaksasi, sehingga memungkinkan pengeluaran isi
lambung.2
Patofisiologi dasar hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih
kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunya asam aseton asetik,
asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum
dan kehilangan cairan akibat muntah akan menyababkan dehidrasi, sehingga
cairan ekstra vaskuler dan plasma akan berkurang. Natrium dan khlorida darah
turun, demikian juga dengan klorida urine. Selain itu dehidrasi menyebabkan
hemokonsentrasi, sehigga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini

13
menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertimbunya
zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan frekuensi muntah yang lebih
banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan penderita. Disamping
dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada
selaput lendir esofagus dan lambung (Mallory-Weiss Syndrom), dengan akibat
perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan
dapat berhenti sendiri.1

Hiperemesis gravidarum diyakini terjadi akibat adanya interaksi antara faktor


biologis, psikologi dan sosiokultural.1,2

Gambar 1. Patofisiologi Mual dan Muntah pada Hiperemesis Gravidarum.6

3.5. Gejala dan tanda Hiperemesis Gravidarum1


Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut hiperemesis
gravidarum belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan mual muntah
tersebut sampai mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai mengganggu
aktivitas sehari-hari sudah dapat dianggap sebagai hiperemesis
gravidarum. Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat
dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu1,4 :
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:1,2

14
a) Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan
dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama
keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar
darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik
menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin
sedikit tetapi masih normal.
b) Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/
menit,tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor,
kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
c) Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus,
gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria
.
3.6. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum65,6
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan
muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus
menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas
pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum
seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit
sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor
serebri).

b. Pemeriksaan Fisik

15
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis
dan menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, Ultra Sonographic (USG), analisis gas
darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai
menderita hipertiroid dapatdilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter
TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60%
terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat
dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium
umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan pemeriksaan berat jenis urin,
ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan
hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya
kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.

3.7. Diagnosis Banding Hiperemesis Gravidarum6


Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala
muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut antara
lain:
1. Appendicitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan pada perut
sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil yang tanpa appendicitis akut
keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare,
dan rebound tenderness juga bisa dijadikan petunjuk untuk membedakan wanita
hamil dengan appendictis akut dan tanpa appendicitis akut.3,7,8
2. Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil
mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi
disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan Kussmaul. Perlu dilakukan

16
pemeriksaan keton urine untuk mendapatkan badan keton pada urine, pemeriksaan
gula darah, dan pemeriksaan gas darah. 3,7,8
3. Gastritis dan ulkus peptikum.
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien
mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan Non-
Steroidal Anti Inflammation Drugs (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak
terlalu dapat membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus
peptikum karena hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum
mempunyai keluhan nyeri epigastrium yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu
dihindari karena berisiko dapat menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan
gastroenteritis selain menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti
dengan diare. Pasien hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang
disertai diare. 3,7,8
4. Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya
sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan Serum
Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase (SGPT) yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien
hiperemesis gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya
tidak menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah
menderita hepatitis. Anamnesa yang cermat dapat membantu menegakkan
diagnosis. 3,7,8
5. Pankreatitis akut.
Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum alkohol
berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadang-kadang agak
ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang
nyeri menyebar di perut dan menjalar ke abdomen bagian bawah. Pemeriksaan
serum amylase dapat membantu menegakkan diagnosis. 3,7,8

6. Tumor serebri.

17
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang hebat
juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi hampir setiap hari,
gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai hemiplegi. Pemeriksaan CT scan
kepala pada wanita hamil sebaiknya dihindari karena berbahaya bagi janin.3,7,8

3.8. Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum


3.8.1 Pencegahan1,8
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis.
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain :
1. Menjelaskan pada pasien bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses
fisiologis.
2. Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal
terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4
bulan.
3. Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi yang
lebih sering.
4. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau
minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
5. Makan makanan yang banyak mengandung gula dianjurkan untuk
menghindari kekurangan karbohidrat.
6. Defekasi yang teratur.

3.8.2 Terapi obat-obatan


Jika dengan tindakan pencegahan diatas tidak dapat mengurangi gejala dan
keluhan maka perlu dilakukan pengobatan. Pada pasien dengan hiperemesis
gravidarum tingkat II dan III harus dilakukan rawat inap dirumah sakit, dan
dilakukan penanganan yaitu :

1. Obat-obatan.

18
Berikan obat-obatan seperti yang telah dikemukakan diatas. Namun harus
diingat untuk tidak memberikan obat yang teratogenik. Obat-obatan yang dapat
diberikan diantaranya suplemen multivitamin, antihistamin, dopamin antagonis,
serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin yang dianjurkan adalah vitamin
B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6). Pemberian pyridoxin cukup efektif
dalam mengatasi keluhan mual dan muntah.
Vitamin B6, merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid,
karbohidrat dan asam amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis
masih kontroversi. Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5-25 mg per
hari tiap 8 jam. Selain itu Czeizel melaporkan suplementasi multivitamin secara
bermakna mengurangi kejadian mencegah insiden hiperemesis gravidarum.2
Vitamin B6 merupakan ko-enzim berbagai jalur metabolisme protein dimana
peningkatan kebutuhan protein pada trimester I diikuti peningkatan asupan
vitamin B6. Vitamin B6 diperlukan untuk sintesa serotonin dari tryptophan.
Defisiensi vitamin B6 akan menyebabkan kadar serotonin rendah sehingga saraf
panca indera akan semakin sensitif yang menyebabkan ibu mudah mual dan
muntah. Pada wanita hamil terjadi peningkatan kynurenic dan xanturenic acid di
urin. Kedua asam ini diekskresi apabila jalur perubahan tryptophan menjadi niacin
terhambat. Hal ini dapat juga terjadi karena defisiensi vitamin B6. Kadar hormon
estrogen yang tinggi pada ibu hamil juga menghambat kerja enzim kynureninase
yang merupakan katalisator perubahan tryptophan menjadi niacin, yang mana
kekurangan niacin juga dapat mencetuskan mual dan muntah.
Selama terjadi mual dan muntah, reseptor dopamin di lambung berperan
dalam menghambat motilitas lambung. Oleh karena itu diberikan obat dopamin
antagonis. Dopamin antagonis yang dianjurkan diantaranya prochlorperazine,
promethazine, dan metocloperamide. Prochlorperazin dan promethazinebekerja
pada reseptor D2 untuk menimbulkan efek antiemetik. Sementara
itumetocloperamide bekerja di sentral dan di perifer. Obat ini menimbulkan efek
antiemetik dengan cara meningkatkan kekuatan spincter esofagus bagian bawah
dan menurunkan transit time pada saluran cerna.

19
Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan keluhan
mual dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah di
medula. Serotonin antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron.
Ondansetron biasanya diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang tidak
membaik setelah diberikan obat-obatan yang lain. Sementara itu pemberian
kortikosteroid masih kontroversial karena dikatakan pemberian pada kehamilan
trimester pertama dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat bawaan.1,4
2. Terapi Nutrisi.
Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada
derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan penerimaan penderita terhadap
rencana pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan saluran cerna
harus digunakan. Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk
menggunakan Nasogastric Tube (NGT). Saluran cerna mempunyai banyak
keuntungan misalnya dapat mengabsorsi banyak nutrien, adanya mekanisme
defensif untuk menanggulangi infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari
makanan ke hati melalui saluran porta ikut menjaga pengaturan homeostasis
nutrisi.2
Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang diberikan
adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah
protein dan rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari
makanan yang emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan
muntah.1,2 Pemberian diet diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori sehari-
hari ditambah dengan 300 kkal perharinya.2
3. Isolasi.
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki
peredaran udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang
diperbolehkan untuk keluar masuk kamar tersebut. Catat cairan yang keluar dan
masuk. Pasien tidak diberikan makan ataupun minum selama 24 jam. Biasanya
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.1

4. Terapi psikologik.

20
Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan
proses fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik
lainnya yang melatarbelakangi penyakit ini. Jelaskan juga bahwa mual dan
muntah adalah gejala yang normal terjadi pada kehamilan muda, dan akan
menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.1
5. Cairan parenteral.
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme
kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi
gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah
berkurang.2 Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi
termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka
tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang
hilang ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang
tepat untuk keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus
memperhitungkan secara cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang
diperlukan, defisit natrium, defisit kalium dan ada tidaknya asidosis.2
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan
vitamin C, dapat diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi
kekurangan protein.1
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu
diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
dalam 24 jam pasien tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba
untuk memberikan minuman, dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan
makanan yang tidak cair. Dengan penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala
akan berkurang dan keadaan aman bertambah baik. Daldiyono mengemukakan

21
salah satu cara menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan
sistiem poin. Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut ini.1
Tabel 1. Daldiyono score1
No Gejala klinis score
1 Muntah 1
2 Voxs Choleric (Suara Parau) 2
3 Apatis 1
4 Somnolen, Sopor, Koma 2
5 T ≤ 90 mmHg 1
6 T ≤ 60 mmHg 2
7 N  120 x/menit 1
8 Frekuensi napas > 30x/menit 1
9 Turgor Kulit  1
10 Facies Cholerica (Mata Cowong) 1
11 Extremitas Dingin 1
12 Washer Women’s Hand 1
13 Sianosis 2
14 Usia 50 – 60 -1
15 Usia > 60 -2

Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat dihitung 9 :


Defisit = Jumlah Poin x 10 % BB x 1 Liter
15
 Koreksi 2 jam pertama
6. Terapi Alternatif.
Ada beberapa macam pengobatan alternatif bagi hiperemesis gravidarum,
antara lain:
a. Jahe (zingiber officinale), dilaporkan bahwa pemberian dosis harian 250 mg
sebanyak 4 kali perhari lebih baik hasilnya dibandingkan plasebo pada wanita
dengan hiperemesis gravidarum. Salah satu studi di Eropa menunjukan bubuk
jahe (1 gram per hari) lebih efektif dibandingkan plasebo dalam menurunkan
gejala hiperemesis gravidarum.1 Belum ada penelitian yang menunjukan hubungan
kejadian abnormalitas pada fetus dengan jahe. Namun, harus diperhatikan bahwa

22
akar jahe diperkirakan mengandung tromboksan sintetase inhibitor dan dapat
mempengaruhi peningkatan reseptor testoteron fetus.1,2
c. Akupresur dan akupuntur telah terbukti dapat mengobati mual dan
muntah.2 Lokasi tersering akupresur adalah di perikardium 6 atau titik Neiguan,
yang berlokasi pada tiga jari terlebar diatas permukaan volar pergelangan tangan.
Sebuah data referensi dari tujuh percobaan tentang akupresur titik Neiguan
menunjukan kegunaannya dalam mengontrol morning sickness dalam awal
kehamilan; namun, studi terbaru menunjukan tidak ada keuntungan akuprasur
pada wanita hamil.1

7. Penghentian Kehamilan.
Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan semakin
memburuk. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila
keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan
abortus terapeutik sering sulit diambil oleh karena di satu pihak tidak boleh
dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala ireversibel pada organ vital.1

3.9 Komplikasi
a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya diplopia,
palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan
terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk
beraktivitas), ataupun kematian. Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah
Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu
paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak
teratur (ataksia), dan bingung.
b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).
c.

23
3.10. Prognosis Hiperemesis Gravidarum6,2,4
Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan
merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut
menurun 30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12
minggu, dan menjadi 30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami
mual dan muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap mengalaminya setelah
usia kehamilan 20 minggu.2
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan sendirimya pada
usia kehamilan 20-22 minggu, namun demikian pada tingkatan yang berat,
penyakit ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.3

BAB IV
KESIMPULAN

Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang cukup parah (>10 kali dalam

24 jam) sebelum usia kehamilan 20 minggu sehingga menyebabkan kehilangan

berat badan, dehidrasi, asidosis dari kelaparan, alkalosis dari kehilangan asam

hidroklorid saat muntah dan hipokalemia. Beberapa penelitian menyebutkan

24
beberapa teori tentang hal yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum

seperti kadar hormon korionik gonadotropin, hormon estrogen, infeksi H.pylori

dan juga faktor psikologis.

Diagnosis dan penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan yang

tepat dapat mencegah komplikasi hiperemesis gravidarum yang membahayakan

ibu dan janin. Ketepatan diagnosis sangat penting, karena terdapat sejumlah

kondisi lain yang dapat menyebabkan mual dan muntah dalam kehamilan. Tata

laksana komprehensif dimulai dari istirahat, modifikasi diet dan menjaga asupan

cairan. Jika terjadi komplikasi hiperemesis gravidarum, penatalaksanaan utama

adalah pemberian cairan rehidrasi dan perbaikan elektrolit.

Terapi farmakologi dapat diberikan jika dibutuhkan, seperti piridoksin,

doxylamine, prometazin, dan metoklopramin dengan memperhatikan

kontraindikasi dan efek sampingnya. Beberapa terapi alternatif sudah mulai

diteliti untuk penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, seperti ekstrak jahe dan

akupuntur, dengan hasil yang bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu


Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta:
2002; hal. 275-280.
2. OgunyemiDA. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available from:
http://www.emedicine.com (Accesed : 21 Januari 2010).
3. Quinlan J D, Hill D A. Nausea and Vomiting of Pregnancy. In : American
Family Physician 2003; 68(1):pp.121-8.

25
4. Sheehan P. Hyperemesis Gravidarum : Assessment and Management. In
:Australian Family Physician 2007;36(9):pp.698-701.
5. Verberg M F G, Gillott D J, Al-Fardan N, Grudzinskas J G. Hyperemesis
gravidarum, a literature review. In : Human Reproduction Update
2005;11(5):pp. 527–39.
6. Neill A M, Piercy N C. Hyperemesis gravidarum. In : Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists 2003;5:pp.204–7.
7. Schoenberg F P. Summary of Data on Hyperemesis Gravidarum. Available
from: www.stat.ucla.edu/~frederic/papers/hg.html.(Accesed: 21 Januari
2010).
8. Progestian P, Indarti J, Nuranna L. Diagnosis dan Pengobatan Rasional
Hiperemesis Gravidarum. Maj Obstet Ginekol Indones 2002; 26(2): 97-104
9. Schoenberg, Frederic Paik. Summary of Data on Hyperemesis Gravidarum.
Available from: http://www.stat.ucla.edu/~frederic/papers/hg.html. Accessed:
October 1st, 2005

26

Anda mungkin juga menyukai